Terbit Sejak 1974 Sirkulasi: (0721) 788999 Layanan Umum: (0721) 783693 Iklan: (0721) 774111 SMS: 0815 4098 5000 Redaksi (0721) 773888 SMS: 0812 7200 999
www.lampost.co
DINAMIKA MASYARAKAT LAMPUNG
SENIN, 17 DESEMBER 2012
Pembangunan kantor Bupati Tulangbawang Barat, akan diresmikan Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. ... Hlm. III
BURAS
Tuba, Merajut Harmoni Sosial! “PULANG ke Menggala setelah merantau 10 tahun, seorang teman mengaku seperti rusa masuk kampung!” ujar Umar. “Ia kagum melihat Universitas Megou Pak, rumah sakit umum daerah, stadion dengan sport center-nya, kompleks kantor bupati, lewat simpang ada gedung DPRD, Masjid Agung, dan rumah adat keempat marga Tulangbawang!” “Semua itu layak dicatat sebaH. Bambang Eka Wijaya gai buah karya Bupati Abdurrachman Sarbini selama satu dekade memimpin Tulangbawang!” sambut Amir. “Penghargaan yang tinggi sepantasnya disampaikan padanya untuk semua jasanya membangun Tulangbawang! Tetapi, karena masa jabatan bupati terbatas dua priode, menurut jadwal hari ini dilantik penggantinya, pasangan Hanan A. Razak dan Heri Wardoyo (Handoyo). Diharapkan, bupati baru bisa merawat semua peninggalan bupati lama dan melanjutkan Untuk merajut pembangunan sesuai kembali harmoni tuntutan zamannya!” “Seiring dengan itu, sosial itu perlu langkah pertama harus menautkan kembali kiamprasikap kepala bang yang terbelah biduk pemilukada!” tegas Umar. daerah yang tepat. “Kiambang terbelah, terjadinya fragmentasi sosial hingga warga masyarakat terkotak-kotak, khususnya secara politik akibat pemilukada, merupakan hal wajar. Di daerah lain hal sama juga terjadi! Tetapi, fragmentasi sosial akibat pemilukada itu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut! Pasangan kepala daerah yang baru harus mampu merajut kembali harmoni sosial antarkelompok warga, sehingga tercipta kembali kehidupan bersama yang serbarukun dan damai!” “Untuk merajut kembali harmoni sosial itu perlu prasikap kepala daerah yang tepat, yakni membuktikan dirinya sebagai kepala daerah dari semua kelompok warga di kabupatennya, bukan cuma kepala daerah dari para pemilih yang mendukungnya saat pemilukada!” timpal Amir. “Dengan demikian, semua kelompok warga merasa terayomi dan mendapatkan perhatian yang sama dari kepala daerah! Kemungkinan konflik akibat kecemburuan sosial karena perbedaan perlakuan terhadap antarkelompok sosial harus dihindari sejak awal!” “Merajut harmoni antarlembaga masyarakat akibat gesekan pemilukada juga harus, semisal, sempat muncul lembaga adat tandingan!” tegas Umar. “Harmoni antarlembaga menjadi penentu langkah Tulangbawang ke depan, karena harmoni itu menciptakan iklim politik-hukumkeamanan, iklim ekonomi-usaha, serta iklim sosial-budaya yang serbakondusif!” ***
Dari Tuba, Lahir Dua ‘Adik’ yang Mandiri TULANGBAWANG menyimpan sejuta cerita terkait wilayah administrasinya. Setelah mandiri pascamekar dari Lampung Utara pada 1997, 10 tahun kemudian Bumi Megow Pak itu mekar kembali. Dua daerah otonomi baru (DOB) terbentuk, yak ni Mesuji dan Tulangbawang Barat. Pada awal terbentuknya, Tulangbawang memiliki wilayah terluas di Provinsi Lampung, yakni 22% dari luas provinsi itu. Menyadari besarnya tantangan dan upaya percepatan pembangunan serta memperpendek rentang kendali pelayanan publik, Sai Bumi Nengah Nyappur mekar kembali. Pada 2008, daerah otonom ba r u ( DOB) Mes uji terbentu k dengan U U No. 49/2008 dan Tulangbawang Barat melalui UU No. 50/2008. Mesuji yang d ipi mpi n Bupati Khamamik itu beribu kota Kampung Wiralaga Mulya, Kecamatan Mesuji, s e s u a i u nd a n g- u nd a n g pem bent u k a n nya. Dae rah seluas sek itar 2.184 km persegi berpenduduk 187.407 jiwa itu berbatasan dengan Kabupaten Tulangbawang dan Way Kanan, juga dengan Kabupaten OKI, Sumatera Selatan. P e ne t ap a n K a mp u n g
Wiralaga Mulya menjadi ibu kota itu juga berdasark a n ha s i l mu s yawa ra h tokoh-tokoh masyarakat. Nama Wiralaga Mulya diambil dari penggabungan dua kampung di Mesuji, yaitu Wiralaga dan Sidomulya. Pemilihan ibu kota kabupaten itu merupakan solusi terbaik dalam hal pemerataan kesempatan pembangunan, Menurut Khamamik, Mesuji menggunakan prinsip “segitiga emas” dalam pemerataan pembangunan. Kecamatan Mesuji sebagai pusat pemerintahan, Mesuji Timur sebagai sentra pertanian, dan perikanan didukung oleh Kecamatan Rawajitu Utara. “Adik” yang kedua adalah Tulangbawang Barat dengan luas sekitar 6.851,32 km persegi berpenduduk 860.854 jiwa. Kabupaten itu terd i r i atas delapan kecamatan. Kabupaten ini memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung peningkatan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kedelapan kecamatan i t u T u l a n g b aw a n g Te ngah, Lambukibang, Gunungterang, Tumijajar, Tulangbawang Udik, Gunungagung, Way Kenanga, dan Pagardewa. (UAN/MER/D-3)
EDISI KHUSUS TULANGBAWANG
Kabupaten Tulangbawang memasuki episode baru. ... Hlm. IV
Pasangan Hanan A. Razak–Heri Wardoyo mengedepankan pembangunan yang memunculkan potensi daerah. ... Hlm. IV
Tulangbawang, Padukan Sejarah dan Kultural MENYEBUT Tulangbawang tak bisa tidak segera membayang kemasyhuran pada masa lalu. Secara historis, Tulangbawang adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia di samping Sriwijaya, Kutai, dan Tarumanegara. Dari catatan penziarah China, Fa-H ien , ter sebut l a h sebua h kerajaan yang makmur dan berjaya, To-Lang P’o-Hwang (Tulangbawang), di pedalaman Chrqse (pulau emas Sumatera). Meskipun belum bisa dipastikan, ahli sejarah J.W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulangbawang (antara Menggala dan Pagardewa), sekitar 20 km dari Menggala. Saat Islam masuk ke Indonesia abad ke-15, Menggala dan alur Way T u la ng bawa ng menjad i ramai dengan aktivitas perdagangan berbagai komoditas. Dari sini terkenal komoditas unggulan lada hitam. Pesatnya perniagaan membuat nadi Way Tulangbawang berdenyut kencang. Menggala menjadi dermaga tempat bersandarnya kapal-kapal dari berbagai pelosok Nusantara, termasuk Singapura. Di bawah pemerintahan kolonial Jenderal Herman Wiliam Deandles, mulai 22 November 1808, pemerintahan adat mulai ditata sedemikian rupa. Terbentuklah pemerintahan marga yang dipimpin kepala marga (kebuayan). Wilayah Tulangbawang sendiri
LAMPUNG POST/ZAINUDDIN
ARAK-ARAKAN. Salah satu bentuk kegiatan budaya tradisional Lampung adalah mengarak pengantin bak raja dan permaisuri. Kontingen Tulangbawang membawakan arak-arakan itu dalam Festival Krakatau beberapa waktu lalu. dibagi dalam tiga kebuayan, yaitu Buay Bulan, Buay Tegamoan, dan Buay Umpu. Pada 1914, menyusul dibentuk Buay Aji. Sistem pemerintahan marga berganti pemerintahan pesirah pada 186 4 da n t ida k ba nya k berubah pada zaman pendudukan Jepang. Saat Indonesia merdeka, ketika Lampung ditetapkan sebagai keresidenan, Tulangbawang menjadi wilayah kewedanaan. Lalu, keti ka Lampung menjadi provinsi sendiri, wilayah Menggala ditetapkan menjadi kecamatan di bawah Kabupaten Lampung Utara, lalu menjadi pembantu bupati Lampung Utara w i layah Mengga la pada 1981 sampai menjadi kabupaten sendi-
ri pada 1997. Terakhir, pada 2007 Tulangbawang pun dimekarkan menjadi tiga kabupaten: Mesuji, Tulangbawang Barat, dan Tulangbawang. Dari sisi kultural, keberadaan Megow Pak (Buay Bulan, Buay Tega moa n , Bu ay Umpu , d a n Buay Aji) telah membawa Tula ng bawa ng menjad i daera h yang kental dengan kebiasaan, tradisi, adat-istiadat, sastra, seni rupa, arsitektur, seni tari, serta rangkai an upacara adat k has Lampung Tulangbawang. Demikianlah, Tulangbawang dengan ibu kotanya Menggala terus menggeliat secara dinamis. Dengan melihat sejarah dan dinami ka sosial-budaya yang
berkembang di Tulangbawang, boleh jadi akan berkembang pesat menjadi sebuah wilayah yang menyimpan khazanah kultural dan kekuatan perekonomomian. Pada gilirannya, kekayaan ini diharapkan mampu membawa masyarakat Tulangbawang yang aman, damai, sejahtera. Pemimpin baru—dengan bekal sejarah dan kebudayaan adiluhung ini—setidaknya diharapkan mampu mengangkat dan menyatu kan potensi terserak bersatu padu menjadi kekuatan yang akan membangun Tulangbawang, setidak nya lima tahun ke depan. Jayalah Tulangbawang! (ZULKARNAIN ZUBAIRI/D3)
Cari ‘Punyew’, Datang ke Tulangbawang
LAMPUNG POST/DOK.
MUSEUM. Rumah adat ‘Megow Pak’ di jalan lintas timur Menggala, Tulangbawang dijadikan Museum budaya oleh pemerintah setempat.
W
AY Tulangabawang kaya dengan jenis ikan, baik di dalam sungai maupun rawa di sek itarnya. Daerah itu memang sejak dahulu dikenal sebagai lumbung ikan. Jika ingin mencari punyew (ikan), datang saja ke Tulangbawang. Warga di sepanjang jalur Way Tulangbawang memang bermatapencarian nelayan tangkap dan keramba. Bahkan, salah satu produk olahan ikan, terasi Menggala, terkenal hingga mancanegera. Terasi, ikan asin, dan ikan asap merupakan produk an-
dalan usaha rumahan nelayan yang dapat dijadikan oleh-oleh khas kabupaten itu. Untuk kemajuan usaha perikanan itu, tentunya tidak lepas dari upaya pemerintah menjaga dan melestarikan kehidupan hayati dalam perairan Way Tulangbawang. Pengawasan utama haus dilakukan Dinas Perikanan setempat, di antaranya mengawasi semua perusahaan yang menghasilkan limbah buangan ke dalam perairan umum. Selain itu, juga diupayakan sering menaburkan benih ikan ke perairan umum
agar kekayaan ikan tetap terjaga. Kabid Pengembangan Perikanan Dinas Peri kanan Tu langbawang A rqom mengatakan untuk membudidayakan ikan, pihaknya akan memberi bantuan benih, pakan, dan keramba kepada kelompok tani. Untuk mendapatkan bantuan, kelompok tani bisa mengajukan proposal dan bantuan berupa barang. “Pada 2013 dinas menganggarkan dana Rp700 juta untuk bantuan kelompok nelayan yang ingin membudidayakan ikan dalam keramba atau kolam buatan,” katanya. Kabupaten yang terbentuk pada 20 Maret 1997 itu memiliki wilayah 22% dari seluruh daratan di Lampung. Dengan topografi daratan, rawa, sungai, dan pantai, Bumi Nengah Nyappur itu menjadi potensial untuk pertanian umum. Selain potensi pertanian umum yang meliputi tanaman pangan, hortikultura, peri kanan, dan peternakan, d i tanah Tulangbawang juga tersimpan beragam bahan mineral, misalnya pasir kuarsa yang terdapat di sekitar Menggala dan Gedungmeneng. Kemudian, minyak bumi pada lapisan Palembang yang terakumulasi sebagai lanjutan dari endapan dan terpusat di sekitar Menggala. Selain itu, ada juga batu bara yang depositnya terdapat pada lapisan sedimen formasi endosit di hulu Way Tulangbawang. (GUNTUR TARUNA/D-3)