lampungpost edisi, 24 juni 2012

Page 23

±

CMYK

CMYK

±

Lampung post MINGGU 24 Juni 2012

PERJALANAN ±

±

23

Pesona Religi Sulawesi Utara JALAN-JALAN ke Sulawesi Utara, tidak hanya menikmati pemandangan alam yang eksotis dan wisata kuliner yang maknyus. Namun, nuansa religi bumi Minahasa juga amat menggetarkan.

Pesona pemandangan di atas tangga Bukit Kasih di Desa Kanonang, Kecamatan Kawangkoang, Kabupaten Minahasa.

M

±

Anak tangga menuju Bukit Kasih berjumlah 2.000. Di atasnya terdapat Monumen Kehidupan Bersama.

± Bonjol di Desa

am an Tuanku Im Makam Pahlaw ingkan dan wafat. Jalan-jalan ke as di lu du nal ini pahlawan nasio

±

enapaki tanah Sulawesi Utara tidak pernah terlintas di pikiran saya. Agenda perjalanan ke Sulawesi Utara adalah untuk meliput Musyawarah Nasional (Munas) IV Asosiasi Pemkot Seluruh Indonesia (Apeksi) di Manado, Sulawesi Utara, 30 Mei—2 Juni 2012. Namun, tentunya tidak berlebihan jika saya bersama teman-teman tim peliput yang lain menikmati pesona religi di daerah ini. Nuansa agamais benar-benar terasa di provinsi paling utara Pulau Sulawesi ini, khususnya bagi umat kristiani. Momen Paskah yang diperingati pertengahan Mei 2012 semakin menjadikan Manado sebagai kota yang damai. Replika salib terpasang di depan rumah masing-masing warga. Jumlah gereja yang tersebar di setiap sudut kota benarbenar menandakan kecintaan umat kepada Sang Pencipta. Bahkan dikatakan seorang teman jurnalis dari Kupas Tuntas, Lamsihar Sinaga, Sulawesi Utara adalah Yerusalem mini. Menurutnya, di provinsi ini seluruh umat diajak bersatu, mencintai sesama umat manusia tanpa memandang perbedaan agama. “Kebersamaan di Manado benar-benar indah, sepertinya perbedaan tak lagi menjadi jurang pemisah,” komentarnya waktu itu. Keberagaman di bumi Minahasa ini menjadi satu di Bukit Kasih. Hal itu terlihat dari objek wisata di Desa Kanonang, Kecamatan Kawangkoang, Kabupaten Minahasa. Lima puluh kilometer atau setengah jam perjalanan dari ibu kota. Di bukit yang menjadi bagian dari pegunungan belerang terdapat monumen Kehidupan Bersama. Monumen ini menjadi simbol kerukunan dan toleransi antarumat beragama di Sulawesi Utara. Tugu berbentuk segilima ini berisi ayat-ayat suci agama yang berbeda di setiap sisinya. “Pengunjung yang datang pasti menghampiri tugu dan membaca ayat-ayat yang ada di dalamnya. Bahkan banyak yang menghayati setiap bait kalimatnya,” kata Antonius, pengelola Bukit Kasih. Selain itu, di puncak bukit berdiri lima rumah ibadah dari agama yang berbeda, secara berdampingan. Yaitu; Islam, Kristen Protestan, Katolik, Buddha, dan Hindu. Catatan sejarah menjelaskan bukit ini menjadi saksi ikrar lima pemuka agama untuk menjaga per- damaian antarpemeluk agama. “Dengan berdamainya lima agama ini, persaudaraan dan perdamaian akan tercipta di Manado,” ujar Antonius. Untuk menuju ke Bukit Kasih, kami harus menapaki setidaknya 2.000 anak tangga. Bukit Kasih yang dibangun pemerintah pada 2004 ini benar-benar menakjubkan. Selain ikrar lima pemuka agama itu, cerita lain juga berkembang di masyarakat sekitar. Konon, bukit ini dulunya merupakan tempat meninggal nenek moyang orang Minahasa, yakni Toar dan Lumimuut. Patungnya pun ada di salah satu lembah di Bukit Kasih, berupa patung sepasang lelaki dan perempuan. Huff, mendaki 2.000 anak tangga membuat kaki sedikit keram. Untungnya, di atas Bukit Kasih ini

bupaten M an Pineleng, Ka Lota, Kecamat

inahasa, tempa

terdapat pijat refleksi. Hura!, nikmatnya pijatan tangan-tangan masyarakat Minahasa ini. Selama satu jam pijatan, kami cukup merogoh kocek Rp35 ribu. Selain Bukit Kasih, kami juga menyambangi monumen Patung Yesus Memberkati atau Yesus Blessed di ruas jalan Ring Road Trans Sulawesi. Patung setinggi 50 meter ini dibangun sejak 2007. Monumen ini dilengkapi dengan replika Jalan Salib yang menceritakan perjuangan Tuhan Yesus ketika disalib. Patung ini berdiri dengan kemiringan 35 derajat yang memberi kesan melayang sembari mengangkat tangannya memberikan berkat kepada Kota Manado. Tak berhenti di situ, perjalanan kami lanjutkan ke makam pahlawan Imam Bonjol di Desa Lota, Kecamatan Pineleng, Kabupaten Minahasa. Kami cukup kaget, kok makam pahlawan asal Sumatera Barat ini bisa ada di sini? Hehehe, pelajaran sejarah waktu SMP dulu muncul kembali di memori kami. Dulu, Tuanku Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan di sini. Hmm, pantas saja, makam pahlawan nasional ini ada di tanah Manado ini. Makam Imam Bonjol berupa bangunan kecil dengan atap bagonjong. Atap yang menjadi ciri khas rumah adat Minang Kabau itu merupakan cungkup makam sang pahlawan Perang Padri ini. Ainun, pengurus makam yang juga keturunan keempat pengawal Imam Bonjol, Apolos, menjaga makam ini sejak lama. Dia mengatakan ba­ ngunan ini beberapa kali direnovasi, terakhir pada 1992 atas perintah Menteri Perhubungan Azwar Anas. Makam berbentuk sederhana hanya dikelilingi keramik putih dengan nisan bertulis 1774 di Tanjung Bungo/Bonjol, Sumatera Barat, berikut tanggal wafatnya, 6 November 1854 di peng­a singan di Minahasa. Nama ya ng ter t u l i s pada n i s a n ada la h Peto Syarif Ibnu Pandito Bayanuddin bergelar Tuanku Imam Bonjol, Pahlawan Nasional. Sekitar 60 meter Menikmati pijat refleks i dari penduduk setem dari lokasi makam, pat. di tepi Sungai Malalayan, terdapat batu datar yang dulu menjadi tempat salat Imam Bonjol. Di musala sederhana ini pengunjung bisa wudu dari air Sungai Malalayan dan salat di batu yang biasa dipakai Imam Bonjol sujud menghadap Sang Pencipta. Di sini, batin kami tergetar oleh suasana religius dan kebersamaan yang indah. (VERA AGLISA/M-2)

±

±

t

Seorang pengunjung salat di batu datar yang dulu kerap dijadikan tempat salat Tuanku Imam Bonjol. Musala sederhana ini terletak sekitar 60 meter dari makam, di tepi Sungai Malalayan. Monumen Patung Yesus Memberkati atau Yesus Blessed di ruas jalan Ring Road Trans Sulawesi. FOTO-FOTO: VERA AGLISA

±

CMYK

±

CMYK

±


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.