lampungpost edisi 6 april 2013

Page 18

CMYK

CMYK

BANDAR LAMPUNG SABTU, 6 APRIL 2013

18

LAMPUNG POST

L I N TA S 4 Pencuri Burung Dibekuk

SUKARAME—Polsek Sukarame membekuk empat pencuri 31 burung milik Nunung Zainudin (47), warga Jalan Legundi, Gang Mawar, Sukarame, Bandar Lampung, Kamis (4-4). Empat pencuri itu yakni Agung Setiawan (17), Pulung (23), Junaidi (17), dan Rohadi (20). Keempatnya warga Dusun II, Sesa Rejomulyo, Tanjungbintang, Lampung Selatan. Kapolsek Sukarame Kompol Henriansyah mengatakan penangkapan ini berawal dari laporan Nunung yang mengaku kehi langan burungnya. Setelah diselidik i, burung-burung yang hilang itu sudah dijual pelaku ke Pasar Tengah. “Pembeli burung di Pasar Tengah itu ternyata masih menyimpan nomor penjual burung curian. Setelah diminta bertemu, ditangkaplah Agung. Kemudian, Agung mengaku mencuri burung bersama tiga rekannya itu dan ketiganya langsung kami bekuk,” kata Henriansyah di kantornya, Jumat (3-4). Dari tangan pelaku berhasil diamankan satu obeng dan 19 ekor burung curian. Akibat pencurian ini, Nunung mengalami kerugian sekitar Rp13 juta. Akibat perbuatan itu, empat pelaku kini mendekam di tahanan Polsek Sukarame dan dijerat Pasal 363 KUHP junto 55 dengan ancaman maksimal 7 tahun penjara. (CR-1/K-2) LAMPUNG POST/ZAINUDDIN

Polisi Tunggu Hasil Autopsi

BOLEH MELINTAS. Pengendara motor melintasi lokasi pembangunan flyover Jalan Gajah Mada—Jalan Ir. Djuanda, Bandar Lampung, Jumat (5-4). Pihak rekanan mengizinkan warga sekitar yang menggunakan kendaraan roda dua melintasi jalan yang ditutup untuk pengerjaan proyek itu.

NATAR—Polsek Natar masih menunggu hasil autopsi jenazah Mahfari (35) yang tewas bergantung di tiang ayunan samping rumahnya, Kamis (4-4). Kapolsek Natar Kompol Derry Agung Wijaya mengatakan hasil autopsi ini nanti yang membuktikan Mahfari tewas karena tergantung atau ada indikasi dibunuh. Saat ini, kata Derry, hasil pemeriksaan masih diteliti di laboratorium di Jakarta untuk melengkapi hasil pemeriksaan di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM). “Petugas kami juga terus melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data fakta di lapangan serta melakukan pemeriksaan saksi mata untuk mengungkap kasus tersebut,” kata dia di Bandar Lampung, Jumat (5-4). Derry menambahkan jika terbukti ada unsur penganiayaan atau pembunuhan, akan diproses sesuai hukum yang berlaku. Sebelumnya, Subibyo (58), paman korban, tak percaya Mahfari sengaja mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Dia menduga Mahfari sengaja dibunuh. Pasalnya, tiang tempat Mahfari tergantung tidak tinggi dan tidak memungkinkan menjadi tempat gantung diri. Di pipi kanannya juga terlihat bekas luka goresan baru. Terlebih, sebelum ditemukan meninggal, Mahfari tidak bertingkah aneh. (CR-1/K-2)

LAMPUNG POST/ZAINUDDIN

BAU MENYENGAT. Pengunjung Pasar Natar menutup hidungnya saat melintas di tempat penampungan sampah yang berada dalam pasar tersebut. Keberadaan tempat penampungan sampah ini mengganggu kenyamanan pengunjung berbelanja.

Tiga Tersangka Korupsi BPPHP segera Sidang TELUKBETUNG SELATAN (Lampost): Tiga tersangka korupsi pengadaan tanah kantor BPPHP Wilayah IV Lampung segera diadili di Pengadilan Tipikor Tanjungkarang. Dalam kasus ini negara dirugikan sekitar Rp3 miliar. Kejaksaan Tinggi Lampung menyatakan setelah dua bulan ditetapkan tersangka, berkas atas nama tersangka Jorje Manuel Dacosta (calo tanah), tersangka Jaka Suyanta (pegawai BPPHP yang juga anggota tim pengadaan tanah), serta tersangka Suhendra (ketua tim pengadaan tanah) dinyatakan lengkap. Berkas perkara dugaan korupsi pengadaan tanah kantor Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi (BPPHP) yang merugikan negara sekitar Rp3 miliar itu dilimpahkan ke Pengadilan Tipikor Tanjungkarang, Rabu ((3-4). “Berkas ketiganya telah lengkap. Kami juga sudah limpahkan ke Pengadilan Tipikor. Pekan depan mereka bertiga sudah menjalani persidangan,” kata Kasi Penkum Kejati

Lampung Heru Widjatmiko. Apakah ada tersangka lain dalam kasus ini, menurut Heru, tidak menutup kemungkinan karena hal itu bisa terlihat dalam fakta persidangan. Dalam perkara ini, Kejati telah menyita uang Rp200 juta. “Untuk sementara tiga orang tersebutlah yang kami nyatakan sebagai pihak yang bertanggung jawab,” ujarnya. Diketahui, ketiga tersangka ditetapkan setelah pengerucutan hasil pemeriksaan dari 17 saksi. Pengadaan tanah kantor BPPHP Wilayah IV Lampung yang terletak di Jalan Raden Imba Kesuma, Telukbetung Utara, Bandar Lampung, mendapatkan anggaran untuk pembangunan kantornya dari APBN tahun anggaran 2011, yakni senilai Rp2 miliar. Diduga terjadi penggelem-

bungan harga dalam pembelian tanah karena tidak sesuai dengan nilai jual objek pajak (NJOP) hingga merugikan keuangan negara Rp930 juta. “Kami mengindikasi ada tindak pidana korupsinya di sini, sebab kami melihat ada pembelian tanah seluas 2.000 meter persegi yang tidak sesuai dengan NJOP dari harga tanah itu,” kata Heru. Saat dilakukan penghitungan dari Rp2 miliar terjadi mark-up yang merugikan negara sekitar Rp930 juta. Berdasarkan NJOP di daerah Telukbetung Utara sekitar lokasi kantor Rp250 ribu per meter. Namun, dari dana APBN 2011, panitia mengalokasikan harga Rp950 ribu meter. “Jadi, ada indikasi harga yang dimahalkan dalam pembelian tanah ini. Indikasi harga yang lebih mahal ini yang kami duga telah melawan hukum dan mengarah ke tindak pidana korupsi, sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007,” kata dia. (HER/K-3)

Tersangka Kemungkinan Bertambah

TELUKBETUNG SELATAN (Lampost): Penyidik Kejaksaan Tinggi (Kejati) Lampung terus memperdalam penyidikan terhadap kasus korupsi cetak sawah Kabupaten Mesuji. Kemungkinan ada penambahan tersangka dalam perkara tersebut. Sebelumnya, Kejati telah menetapkan empat tersangka, yakni Mawardi (50), kepala Dinas Pertanian Mesuji; Badari (47), kabid Distan sebagai PPK; dan dua rekanan: Pahrul Rozi (45) serta Samsul Hadi (50). “Kami masih mendalami perkara tersebut, termasuk berkoordinasi dengan BPKP dan memeriksa konsultan pengawas pekerjaan. Kalau memang nanti ditemukan petunjuk baru yang mengarah pada pihak lain, tidak menutup kemungkinan akan ada pe nambahan tersangkanya,” kata Kasi Penkum Kejati Lampung Heru Widjatmiko, Kamis (4-4). Keempat tersangka sebelumnya mempunyai peran berbeda dalam memuluskan perbuatan melawan hukum sehingga merugikan keuangan negara. Karena itu, keempat tersangka diberkaskan dalam tiga bagian. “Untuk kepala dinas sebagai

kuasa pengguna anggaran (KUA) dan Badari sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK) dalam satu berkas, sedangkan dua rekanan dijadikan berkas terpisah,” ujar dia. Penetapan tersangka tersebut untuk merampungkan beberapa perkara yang sedang ditangani kejaksaan. Kendati telah menetapkan tersangka, berkas-berkas dan dokumen yang ada masih terus diteliti penyidik dan BPKP. “Makanya kerugian negara kan belum bisa dipastikan, tapi berdasarkan perhitungan terakhir dengan BPKP, kerugian mengalami perubahan yang tidak signifikan. Artinya, kerugian masih di kisaran angka Rp1,1 miliar dari total dana APBN yang dikucurkan sebesar Rp15 miliar,” ujar dia. Secara perinci, kesalahan da lam pelaksaan kegiatan cetak sawah tersebut timbul dari pencetakan sawah yang tidak sesuai dengan kontrak. Dalam kontrak disebutkan pencetak an sawah untuk topografi tanah gambut adalah bujur sangkar. Namun, dalam pelaksanaan cetak sawah untuk luasan 100 hektare dibuat dalam bentuk jajaran genjang yang berpengaruh pada tahanan tanah gambut. (HER/K-1)

CMYK

200 Menu Menanti di Food Festival BANDAR LAMPUNG—Berwisata kuliner di akhir pekan selalu menjadi pilihan yang wajib dilakukan para pencinta makanan. Tujuan kuliner di Bandar Lampung yang ramai dikunjungi di akhir pekan salah satunya Food Festival di Jalan Gatot Subroto Pahoman, Bandar Lampung. Restoran ini menyediakan sedikitnya 200 menu masakan bercitarasa nasional bahkan internasional. Ada masakan lokal Lampung, menu nusantara, hingga masakan Jepang, Korea, dan China. Beberapa jenis makanan yang menjadi primadona di restoran ini antara lain dimsum, salad, light meal, fish, seafood, chicken n duck, tofu, beef, sup, bubur, hingga gado-gado. Menurut pemilik Food Festival Wilun Widjaja, satu jenis makanan saja bisa memiliki beberapa menu dan varian. Dia mencontohkan jenis seafood saja ada 17 pilihan menu. Sementara nasi goreng memiliki 10 varian yang bisa dipilih konsumen sesuai selera. “Menu yang ada di tempat kami semuanya halal karena diolah secara higienis dan berkualitas. Pengunjung jangan khawatir akan kehalalan makanan kami,” kata Wilun Widjaja, di Restoran Food Festival, Kamis (4-4). Meski Food Festival memiliki konsep restoran berkelas,

Gunakan Voucer Palsu, Pemuda Ditangkap TANJUNGSENANG (Lampost): Satuan pengamanan Chandra Mart (Chamart) meng amankan Wahyudi, setelah tepergok berbelanja menggunakan voucer palsu di Chandra Mart, Jalan Ratu Dibalau, Tanjungsenang, Kamis (4-4), sekitar pukul 09.00. Pemuda yang mengaku wartawan tabloid mingguan itu langsung dilaporkan ke polisi dan langsung digelandang ke Polresta Bandar Lam pung. Menurut staf Bagian Umum Chandra Mart Edi, pelaku ditangkap saat berbelanja di Chamart senilai Rp700 ribu. Di kasir, dia mengeluarkan tujuh lembar voucer yang masing-masing bernilai Rp100 ribu. Setelah voucer diterima, kasir merasa janggal karena bahan kertasnya beda dari yang biasanya. Kasir lalu mengecek keaslian voucer dengan sinar ultraviolet. Benar saja, voucer itu dipastikan palsu. “Pelaku langsung

diamankan satpam dan kami segera menghubungi polisi,” kata Edi saat melapor ke Polresta. Penggunaan voucer palsu ini, menurut Edi, bukan yang pertama. Dari 22 outlet Chandra Mart di Bandar Lampung, ujar dia, sudah didapatkan banyak voucer palsu dengan total kerugian Rp20 juta. Edi menambahkan Chandra Mart memang mengeluarkan voucer pecahan seratus ribu dan dua puluh ribuan. Ketika voucer itu digunakan pembeli pada saat ramai, ujar dia, kemungkinan karyawan tidak sempat mengecek dan lolos. Diduga kuat, kejahatan yang sudah berulang itu merupakan sindikat. Dari identitas kartu wartawannya, tersangka merupakan warga Sukarame, Bandar Lampung. Namun, belum diketahui apakah dia datang bersama temannya atau seorang diri. (RIS/K-2)

DUGAAN SUAP

‘REFRESHING’ CETAK SAWAH MESUJI

PENIPUAN

LAMPUNG POST/ZAINUDDIN

Restoran Food Festival di Jalan Gatot Subroto, Bandar Lampung, menyajikan berbagai menu kuliner mulai dari masakan lokal hingga interkontinental yang bisa menjadi pilihan menghabiskan waktu akhir pekan bersama keluarga. Food Festival memberikan harga terjangkau dengan kenyamanan ruangan ber-AC. harga yang ditawarkan relatif terjangkau, yakni mulai Rp16 ribu. Selain mematok tarif yang cukup terjangkau, Food Festival juga memberikan kemudahan lainnya berupa potongan harga 10% bagi konsumen yang melakukan transaksi minimal Rp100 ribu. “Restoran kami ini ibaratnya festival makanan, karena kami sediakan banyak menu makanan yang harganya terjangkau,” ujar Wilun. Di tempat ini, pengunjung tidak hanya disajikan aneka menu lezat, tetapi juga dimanjakan dengan fasilitas yang dapat membuat suasana bersama keluarga menjadi lebih nyaman. Selain seluruh ruangan full AC, di restoran ini juga ter-

dapat fasilitas Wi-Fi, televisi, hingga area organ tunggal untuk memuaskan pengunjung yang hobi bernyanyi. Berbagai ruangan pun disiapkan sesuai dengan jumlah keluarga dan rombongan yang ikut serta. Untuk pengunjung yang datang rombongan, di Food Festival tersedia ruang serbaguna dengan kapasitas 100 orang. Kemudian ada pula ruang VIP dengan kapasitas 30—40 orang, serta dua ruang single VIP untuk Anda yang datang bersama keluarga tercinta. Bahkan, di tempat ini juga disediakan tempat khusus bagi pengunjung yang ingin melakukan refleksi seperti bekam. (YAR/K-2)

Kejati Selidiki Kasus Pembangunan Jembatan TELUKBETUNG UTARA (Lampost): Kejaksaan Tinggi (Kejati) Lampung menyelidiki perkara dugaan penyimpangan pembangunan tahap II jembatan Way Sekampung Kresnowidodo—Negarasaka di Kabupaten Pesawaran senilai Rp8,64 miliar. Pembangunan dikerjakan PT Buana Permai Jaya. Perkara tersebut awalnya sempat menjadi sorotan negatif bagi Korps Adhyaksa karena adanya surat kaleng yang menyebutkan Asintel Kejati Lampung Sarjono Turin menerima uang Rp350 juta sebagai fee backing rekanan pelaksana kegiatan. Disebut pula kepala Dinas PU Pesawaran ikut menikmati suap dari rekanan senilai Rp650 juta. “Kami memang sedang menangani perkara itu, bukan karena adanya surat kaleng, melainkan memang ada laporan dari masyarakat Kabupaten Pesawaran kepada kami bahwa pembangunan jembatan itu diduga menyimpang,” kata Kasi Penkum Kejati Lampung Heru Widjatmiko, Jumat (5-4). Menurut dia, penanganan perkaranya masih dalam tahap penyelidikan sehingga segala bentuk kegiatan penyidik dan hasilnya belum dapat dipublikasikan. “Ini sedang dalam tahal penye-

lidikan ya, jadi belum bisa banyak memberi keterangan konkret dan riil terkait materi yang didapat dan kegiatan yang dilakukan penyidik.” Namun, Heru mengakui penyidik juga sudah mengaudit investigasi lapangan. Penyidik memerlukan data lapangan, termasuk gambaran riil, sesuai dengan laporan yang masuk. “Kalau cross check sudah pasti kami lakukan karena kami tidak mungkin berpegangan pada laporan saja,” kata dia. Namun, ia enggan berkomentar mengenai hasil investigasi tim Kejati. Menurut dia, perkara masih dalam tahap penyelidikan dan etika nya tahap ini bukan untuk konsumsi publik. “Bukan berarti kami tidak transparan dalam pena ngan an perkara ya, tetapi memang seperti itu prosedurnya.” Terkait tenggat, Heru pun tidak dapat memberikan jaminan waktu penyelesaian status penyelidikan sehingga meningkat ke penyidikan. Namun, dia menjelaskan penyidik akan berusaha taat pada standar operasional prosedur (SOP) penyelidikan, yaitu 90 hari. Meskipun dalam kondisi tertentu dapat diperpanjang, bergantung pada ketaatan pihak-pihak yang dimintai keterangan nantinya. (HER/K-1)

CMYK


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.