±
±
CMYK
± facebook.com/lampungpost @lampostonline @buraslampost
I
24 Hlm. SeLASA 6 jANUARI 2015
TERUJI TEPERCAYA
i TAHUN XL Terbit Sejak 1974 i Rp.3000 No. 13364
www.lampost.co
±
Gubernur Janji Benahi RSUDAM
Infeksi Kemiskinan
Winda dirawat di Klinik Rawat Inap Mitra Anda, Jalan Gemini No. 1/14, Sumberrejo, Rajabasa Jaya, Bandar Lampung. Nur Jannah
G
±
UBERNUR Lampung M. Ridho Ficardo berjanji akan mengusut pemulangan pasien pemulung, Winda Sari (25), oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Bandar Lampung. “Kami segera mengambil langkah menangani masalah ini. Dalam waktu dekat, saya panggil Direktur RSUDAM, apa permasalahan yang sebenarnya,” kata Ridho di kediamannya di Villa Citra, Senin (5/1). Menurut Ridho, permasalah an di RSUDAM cukup rumit dan sistemik. Banyak hal yang harus dibenahi, terutama terkait penanganan dan pelayanan terhadap pasien. Selain masalah pelayanan, Ridho juga memerinci beberapa permasalahan lain yang ada di RSUDAM, di antaranya parkir yang sempit, saluran air banyak tersumbat, dan kotak sampah yang minim. “Rumah sakit harus terus berbenah karena RSUDAM belum sesuai yang diharapkan. Nanti, kami juga tambahkan Satpol PP untuk pengamanan agar supaya pegadang tidak masuk-masuk,” kata Gubernur. Dia juga memahami masalah pelayanan di RSUDAM kerap terjadi karena pasien yang overkapasitas. Hal itu disebabkan hampir semua masyarakat langsung berobat ke RSUDAM. “Seharusnya pasien melakukan perawatan berjenjang mulai dari puskesmas, rumah sakit tipe C, kalau tidak bisa ditangani baru dirujuk ke Abdul Moeloek. Susahnya
pasien ngalir terus, rumah sakit tidak bisa menolak sehingga overload. Kami harus cari cara untuk menangani,” kata Ridho.
Sebut Winda Gila Direktur Utama RSUDAM Hery Djoko Subandrio mengatakan pasien Winda Sari selain mengalami komplikasi kencing manis, juga mengalami gangguan jiwa. “Gangguan jiwa yang dialami pasien Winda Sari sejenis penyakit histeria, ketakutan tidak ada sebabnya,” kata Hery dalam konferensi pers di Aula RSUDAM, kemarin. Sementara itu, dia me ngakui belum memeriksakan dan mengonsultasikan kondisi Winda dengan psikiater di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung. “Belum kami pe riksakan, sejauh hasil analisis kami pasien itu mengalami gangguan jiwa.” Menurut Hery, pihak rumah sakit tidak mengusir Winda karena secara medis sudah diobati dan diperbolehkan pulang. Dia juga menjelaskan Winda beberapa kali masuk dan dirawat di RSUDAM. “Ya di sini dirawatlah, diobati, dikasih makan,” ujarnya. Lampung Post menelusuri keberadaan Winda Sari. Kini, Winda dirawat di Klinik Rawat Inap Mitra Anda, Jalan Gemini No. 1/14, Sumberrejo, Rajabasa Jaya, Bandar Lampung. Pemilik Klinik Sukiman Margo Utomo mengatakan Winda sempat dirawat di Rumah Sakit Imanuel, tapi karena tidak memiliki identitas, akhirnya pasien dirawat di klinik t ersebut. (CR11/K1) nur@lampungpost.co.id
Madonna
Minta Maaf... Hlm. 16
±
n ANTARA/M. RISYAL HIDAYAT
SERPIHAN AIRASIA QZ8501. Sejumlah anggota TNI AL menunjukkan serpihan pesawat AirAsia QZ8501 di geladak KRI Bung Tomo (TOM)-357 ketika sandar di Dermaga Ujung Koarmatim, Surabaya, Jatim, Senin (5/1). KRI Bung Tomo (TOM)-357 yang bergabung dengan Basarnas untuk pencarian jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 telah mengevakuasi 10 jenazah serta berbagai serpihan pesawat di kawasan Selat Karimata, berdekatan dengan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. BERita terkait Hlm. 3
Pembangunan Lampura Tetap Jalan POLEMIK pengesahan APBD 2015 Lampung Utara tidak berdampak signifikan pada delapan program kemasyarakatan yang telah dicanangkan. Program itu bisa terakomodasi dengan APBD melalui peraturan bupati (perbup), walau ada pemotongan Rp200 miliar. B u p at i L a mp u n g Ut a r a Agung Ilmu Mangkunegara mengatakan tetap akan memprioritaskan pembangunan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat. “Seperti kesehatan gratis, pendidikan sampai jenjang SMA, infrastruktur, keamanan, dan program yang langsung menyentuh masyarakat itu tetap berjalan,” kata Bupati, usai menghadiri pembagian alat pertanian pada kelompok tani di halaman Pemkab setempat, Senin (5/1). Dia juga menjelaskan program yang tidak langsung bersentu-
han dengan masyarakat di dalam dinas-dinas terpaksa akan ditunda pelaksanaannya. “Kami akan mengurangi kegiatan-kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan kemasyarakatan. Yakinlah program yang telah saya canangkan untuk membangun masyarakat ini tidak akan terganggu,” ujarnya. Terkait sanksi yang akan diterimanya jika keluar perbup, Agung mengatakan siap mene rima segala konsekuensi dari Pemerintah Pusat. Sebab, pihaknya kooperatif, selama hal itu terkait kepentingan masyarakat di daerah berpenghasil lada hitam dan kopi itu. “Kalau saya dari hati nurani siap memperjuangkan segala keinginan masyarakat ini. Namun, sekali lagi tolong ditanyakan kepada masyarakat bagaimana ke-20 anggota Dewan yang tidak mengesahkan APBD. Biarlah
mereka menilai, sebab kekuasaan tertinggi bangsa ini ada di tangan rakyat,” kata Agung. Hal sama dikatakan Kepala Dinas Pertanian Lampura Hidayatullah. Menurutnya, penggunaan Perbup APBD 2015 tidak berdampak langsung terhadap program yang dicanangkan Bupati di dinas yang dipimpinnya. Namun, ada konsekuensi pengurangan terhadap kegiatan yang kurang mengena ke rakyat. “Terus terang saja, bagi dunia pertanian hal demikian sangat memukul. Namun, kami berupaya semaksimal mungkin bagaimana program kepala daerah, khususnya pada bidang pertanian, bisa berjalan. Kalau bicara masalah pengurangan pastinya ada, tetapi akan dipilih mana yang tidak mengganggu program kerakyatan itu,” kata dia. (CK5/LEH/U1)
n Tokoh Pemuda... Hlm. 23
Uji Sabar di Jalur Merak-Bakauheni DUA wanita tua berusia se kitar 55 tahun itu menelang kupkan kedua tangannya de ngan jari saling-silang sambil mendekap erat tubuh bagian dadanya. Bibirnya mengisut dan sesekali bergetar. Mereka bereaksi gemetar dan menggigil lantaran tidak kuasa menahan dinginnya angin malam yang sedang diguyur hujan lebat, Minggu (4/1) dini hari, di atas dek KMP Shalem yang tengah berlayar di Selat Sunda. Sembari dipeluk tiga cucunya yang masih remaja, kedua wanita tua itu hampir sete ngah jam bolak-balik mencari tempat untuk menghangatkan tubuh. Setelah tidak juga menemukan tempat yang dicari, mereka akhirnya memutuskan untuk istirahat di musala ber ukuran sekitar 2 x 3 meter.
±
Mereka adalah penumpang kapal yang dioperasikan PT Surya Timur itu saat hendak menyeberang dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni. “Badan saya menggigil. Enggak kuat saya. Biarlah dimarahdimarah, saya tidur di sini saja (musala),” ujar wanita tua tersebut yang langsung merebahkan tubuhnya. Menemukan tempat berlindung dari kuyup, mereka langsung merapat dan saling berbagi hangat. Berikutnya, mereka tak peduli lagi de ngan keadaan. Belum tertidur, tetapi lima perempuan itu memilih tak menggubris apa pun yang terjadi di sekitarnya. Musala yang berada di dalam KMP Shalem pun mendadak menjadi buruan para penumpang, terutama orang
CMYK
±
TAJUK KISAH pilu kemiskinan terjadi lagi di Bandar Lampung. Saat banyak orang baru saja usai merayakan pergantian tahun baru 2015, Winda Sari, pasien Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM), terpaksa harus pulang dengan menggunakan gerobak rongsok yang ditarik suaminya, Minggu (4/1). Masih segar dalam ingatan kita, kasus pembuangan pasien kakek Suparman dari Rumah Sakit Umum Daerah A. Dadi Tjokrodipo, beberapa waktu lalu, yang akhirnya meninggal dunia. Rasanya miris di Kota Bandar Lampung derita si miskin yang tak dilayani rumah sakit kembali terjadi. Padahal, begitu banyak program pemerintah yang memberikan layanan kesehatan bagi pasien miskin, baik dari Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah. Sebut saja misalnya, Kartu Indonesia Sehat, pelayanan BPJS, maupun program pengobatan gratis yang digelontorkan Pemkot. Ternyata semua itu tak bisa sepenuhnya membantu pasien miskin. Kita berharap kejadian ini mengetuk hati para kepala daerah karena minimnya pelayanan bagi si miskin membuktikan program pelayanan kesehatan bagi pasien prasejahtera hanya manis di bibir. Jangan sampai program pelayanan kesehatan gratis hanya dijadikan komoditas dalam kampanye pemilihan kepala daerah untuk memperoleh simpati dan dukungan rakyat. Memang, Winda Sari telah mendapat perawatan di Ruang Anyelir RSUDAM selama lima hari. Semua prosedur penanganan pasien juga sudah dilakukan, termasuk pengecekan rutin dan pemberian obat sesuai yang dibutuhkan pasien. Namun, kondisi pasien korban tabrak lari itu justru lebih buruk dari saat ia masuk rumah sakit. Sangat miris lagi jika pasien yang sehariharinya bekerja sebagai pemulung itu tak tahu harus harus pulang ke mana karena ia tidak memiliki tempat tinggal. Kita maklum, tarif pelayanan RSUDAM sejak 2010 tidak pernah naik dan direncanakan untuk naik hingga 30%. Namun, rencana itu hendaknya diiringi kualitas pelayanan yang maksimal. Jangan sampai rencana kenaikan tarif dijadikan alasan untuk menelantarkan pasien miskin. Kita juga berharap pelayanan kesehatan bagi si miskin dilakukan tidak berbeda dengan pasien lain. Jangan karena alasan miskin, pelayanan petugas rumah sakit dilakukan secara sembarangan. Di sinilah diperlukan kebijakan pihak rumah sakit agar menjalankan peraturan yang sudah ditetapkan sehingga tidak akan ada lagi kisah penolakan terhadap pasien miskin dengan berbagai alasan. Apalagi penolakan pasien miskin terkendala hanya karena tidak memiliki sepotong identitas apa pun, termasuk rumitnya pengurusan administrasi BPJS. Kita sangat mendukung jika manajemen rumah sakit memberikan pelayanan terbaik seiring tuntutan dan keadaan pasien. Jangan sampai orientasi pada uang dijadikan prioritas dan mengalahkan kewajiban menolong sesama. Kita juga menyesalkan pihak RSUDAM melepas pasien masih dalam keadaan sakit. Saat diperiksa tim kesehatan dari klinik swasta, ternyata kedua kaki pasien malang itu mengalami infeksi. Peristiwa ini juga membuka kesadaran bersama bahwa persoalan kemiskinan pada akhirnya akan menyulitkan banyak pihak. Kisah Winda Sari membuktikan pasien tidak saja membutuhkan kesembuhan, tetapi juga tempat tinggal yang layak setelah pulih. n
oasis
Tahun Kelahiran dan Berat Badan SEBUAH penelitian terbaru mengungkap masalah berat badan yang Anda alami mungkin berkaitan dengan tahun kelahiran. Para pakar menemukan bahwa tahun kelahiran seseorang memengaruhi aktivitas suatu gen pemicu obesitas. Diketahui, mutasi gen FTO atau gen penyebab obesitas akan lebih tinggi pada mereka yang lahir setelah 1942. Karena tahun kelahiran bisa memengaruhi gen tersebut, anak yang lahir 20 tahun setelah orang tuanya bisa mempunyai BMI (body mass index) yang lebih tinggi. Untuk mengetahui lebih dalam, peneliti menganalisis risiko obesitas pada beberapa generasi. Menggunakan data dari Framingham Heart Study, peneliti melibatkan 10 ribu orang tua, anak-anak, dan cucu-cucu mereka. Para partisipan berusia antara 27—63 tahun ketika data dikumpulkan pada 1971. Hasilnya, peneliti menemukan hubungan antara gen FTO dan obesitas untuk peserta yang lahir setelah 1942, dan hubungannya dua kali lebih kuat daripada laporan sebelumnya. (MI/U1)
n LAMPUNG POST/IYAR JARKASIH
TIDUR DI DEK KAPAL. Penumpang KMP Shalem/PT Surya Timur terpaksa tidur di dek kapal saat hujan karena minimnya ruang lesehan yang hanya mampu memuat sekitar 100 orang, Minggu (4/1). tua yang membawa anakanak kecil. Sementara tempat duduk berderet yang disiapkan di sisi kanan dan kiri
kapal kosong ditinggalkan penumpang yang telah basah kuyup akibat hujan lebat yang mengguyur kawasan Merak
±
±
sekitar 5 menit pascakapal meninggalkan pelabuhan. (R6) n Iyar Jarkasih
BERSAMBUNG KE Hlm. 5
±
±