Lampungpost Edisi Minggu, 16 Desember 2012

Page 14

I

14

Fokus

lampung post

Minggu, 16 Desember 2012

Bertukar Informasi di Rumah Makan

foto-foto: lampung post/ikhsan

RUMAH makan itu tidak didesain khusus untuk pengemudi truk. Namun, para awak truk yang saling bertukar informasi meneguhkan banyak rumah makan hanya disinggahi sopir truk. Di ruang makan yang jembar dan terbuka itu, belasan awak truk tampak bersenda gurau, Sabtu (15-12). Lapangnya ruang di rumah makan di Jalan Soekarno-Hatta, Kedaton, itu membuat mereka bisa menikmati makan siang dengan aneka gaya. Ada yang selonjor, ada yang mengangkat kaki, dan lainnya. Sebagian lainnya menikmati obrolan ditemani kopi panas atau es teh dalam pondokan kecil di sebelah rumah makan Uni Lis itu. Sementara, Ahmad Saluri (78) tampak asyik memijat pasiennya, sopir yang masuk angin di selasar dengan tikar plastik. Ada a k t iv itas la i n d i si n i , antara lain montir sedang mem-

ada air, terus aman. “Biasanya, kalau sudah jadi langganan truk, pasti aman,” kata dia. Anton, pemilik rumah makan ini, mengaku menjaga kepercayaan awak truk. Dia, yang mengelola rumah makan bersama Lis, istri nya, ber usaha membantu setiap kesulitan sopir di perjalanan. “Kalau makanan dan tempat tidak terlalu masalah bagi teman-teman sopir truk. Yang penting bersih, luas, air cukup, dan kami membantu kesulitan mereka. Maklum, mereka kan dari jauh,” kata dia. A nton menga k u menjaga hu bu ngan bai k dengan para sopir. Masing-masing sopir langganannya punya nomor ponsel-

pelanggan menciptakan suasana tempat makan yang nyaman dan aman. Dia juga mengutamakan menjaga keber si ha n denga n mempekerjakan 14 karyawan dengan sistem sif karena buka selama 24 jam. “Kalau tempatnya bersih, orang makan bisa nyaman,” kata dia. Usman (50), sopir ekspedisi mengaku menjad i pelanggan tetap rumah makan milik Tohari sejak 8 tahun. Menurut Usman, dan tujuh rekannya satu perusahaan, selain menu yang lengkap, perhat ian kepada sopi r juga cukup tanggap, yakni jika terjadi sesuatu musibah yang harus berurusan dengan polisi. Dia mengaku setiap kali melintas Lampung Timur dari Jakarta menuju Padang, selalu makan di sini. “Ini langganan saya kalau pas di Lampung. Pertama, karena bersih dan cukup nyaman. Terus, kelihatannya enggak ada fasilitas maksiatnya,” kata dia.

Informasi Cepat

perbaiki mesin dan para tukang cuci truk yang menghamburkan air ke bagian kaca depan truk lalu mengelapnya dengan kain pel. Don i (39), pengemud i t r u k sembako asal Padang, mengaku memilih berhenti dan makan di warung “khusus” sopir truk karena yakin dengan standarstandarnya. “Pertama, karena saya orang Padang, saya makan di warung Padang. Terus, umumnya kalau warung yang banyak truknya, biasanya standar, harganya, kamar mandinya, ada tempat istirahat, dan yang harus dipastikan adalah keamanannya,” kata dia. Pengakuan itu sama dengan Martin (32) dan Sipen (30), keduanya awak truk. Dua pria asal Jambi yang membawa cangkang sawit ke Bandung itu mengaku yang penting tempatnya luas,

±

nya. “Kalau ada truk yang bermasalah di jalan, mereka nelpon dan kami datang membantu,” kata Anton. Aspek layanan yang baik juga dilakukan Tohari (50), warga Brajasakti, Way Jepara, Lampung Timur. Pemilik rumah makan H.R. Putra di Jalinpantim Way Jepara ini mendesain r umah makannya dengan sajian prasmanan. Meskipun masakan ala Jawa Timur, pilihan menunya cukup beragam. Fasilas lain H.R. Putra adalah tempat ibadah, kamar mandi, tempat istirahat, parkir yang luas. Bahkan, Tohari selalu membantu pelanggannya jika ada musibah di jalan. “Saya sering membantu para sopir kalau ada urusan dengan polisi di Lampung Timur,” kata Tohari. Yang paling utama, kata Toha r i , u nt u k mem buat beta h

CMYK

K e s a m aa n n a s i b d a n at a s nama kor ps, para sopi r tr u k seolah disatukan sebagai saudara. A mat jarang keri butan ter jad i a ntar sopi r a ng k uta n barang yang biasa melaju pada jalur-jalur panjang. Ji ka ada terjadi perselisihan antarawak truk, bisa dilacak bahwa satu di antara mereka adalah sopir lokal. Sikap toleran ini ternyata terbentuk dari aktivitas di rumah makan. Berkumpulnya mereka di rumah makan bukan sekadar mencari tempat yang nyaman untuk makan atau untuk mendapatkan harga makanan yang murah. Justru yang lebih penting adalah informasi antarsopir. Jika ada jalan putus di suatu tempat atau ada kerusuhan di tempat lain, dari informasi di rumah makan ini lebih cepat. Selain cepat, informasinya cenderung akurat. “Kawan yang baru lewat akan ngasih informasi dan ngasih arahan. Jadi, kami bisa antisipasi,” kata Johan (42), sopir asal Curup, Bengkulu. Bukan hanya informasi soal bahaya, kabar soal fasilitas setiap rumah makan juga bisa menjadi rujukan. Johan mengatakan jika ada salah satu truk yang kehilangan barang di suatu rumah makan, misalnya, kabar itu akan segera merebak. “Dipastikan, sejak itu rumah makan akan kehilangan langganan sopir truk,” kata dia. (WANDY/AGUS SUSANTO/ AAN KRIDO/M-1)

Menjaring Sopir ‘Bangor’

R

UMAH makan yang menjadi langganan pengemudi truk memang banyak yang benar-benar menjalankan usaha ha l a l . Na mu n , ma s i h ba nya k rumah makan yang “menyambi” dengan menyediakan fasilitas bagi awak truk yang hobi maksiat. Melintas di Jalinsum di bilangan Way Kanan, misalnya, nama Bedeng Alang-alang sangat dikenal sebagai tempat persinggahan awak truk untuk bertransaksi mesum. Warung remang-remang kecil-kecil itu berderet di sepanjang jalan. Saat hari mulai redup, para wanita dengan dandanan menor mulai beraksi dengan duduk-duduk di amben bambu sambil menebarkan pandangan ke jalan. Saat para awak truk melintas, saling tatap bisa berakhir dengan dosa. Di beberapa rumah makan di Jalinpantim juga ada hal demikian. Degub suara musik dangdut remix keluar dari beberapa bilik di beberapa rumah makan. Rumah makan itu, selain menyediakan aneka menu makanan, tempat parkir, tempat istirahat, juga menambahkan fasilitas karaoke. Otomatis, saat karaoke mulai berdentang, ada wanita-wanita muda yang menawarkan menjadi pemandu lagu. Para sopir yang sudah berhari-hari di atas jok, akan

tertarik dan juga berakhir dosa. Salah satu warung makan yang menyed iakan karaoke dengan bumbu wanita-wanita nakal ada d i Desa Pasur uan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan. Rumah makan ini digandrungi sopir truk. Itu terlihat dari banyaknya truk yang parkir di warung itu setiap hari. Sejak dua bulan, rumah makan mulai merintis usaha membuka tempat karaoke bag i sopi r. Ia mena ng k ap bi sn i s it u setela h mendengarkan cerita para sopir langganannya yang membutuhkan hiburan. “Sehar i-har i war u ng makan tidak pernah sepi dari pengunjung terutama di akhir pekan. Sebagian besar pelanggan warung kami ini adalah yang berprofesi sebagai sopir kontainer. Biasanya, mereka capek kerja butuh hiburan. Maka itu saya coba buka tempat karaoke,” kata pemiliknya. Selama tiga tahun menjadi langganan warung makan tersebut, para sopir truk dan pemilik waru ng ma k a n kena l lebi h dek at satu sama lain sehingga pemilik warung kembali mengembangkan usahanya dengan membuka usaha biro jasa penyeberangan. “Selain langganan makan, warung yang kami pilih juga menjadi langganan kami memi njam uang jika kehabisan ongkos jalan,” kata Juki, salah satu sopir yang mampir di rumah makan itu, Jumat (14-12). Fasilitas yang mirip juga ada di jalan lintas pantai timur, Kecamatan Pasirsakti. Ada rumah makan, yang menyajikan fasilitas t u kang pijat, bai k pr ia maupun wanita. Bahkan, ada juga rumah makan yang ada di jalan lintas Bandarsribhawono membuka rumah makan hanya untuk kedok belaka. Inti bisnis pemiliknya tak lain menyajikan para wanita untuk menghibur lelaki hidung belang. “Mau pijat, mau servis, k a m i sed i a k a n. A ba ng k a n capek bawa mobi l jarak jauh,” kata seorang pemilik warung makan yang tidak mau disebutkan nama dan alamatnya. (GUS/KRI/M-1)

±

CMYK

±


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.