Ukiran Lampung
Harus Dilestarikan
Halaman. 3 No V / 19 September-24 Oktober 2013
Unik dan Etnik Ukiran Lampung
EKRAF/IKHSAN D.S
Kain tapis kuno yang dijadikan Agus Suprayoga sebagai motif pada ukiran Lampung karyanya.
L
AMPUNG selama ini dikenal sebagai daerah dengan hasil kebudayaan yang tinggi dan unik. Beragam karya seni rupa daerah telah mengangkat nama Lampung, bukan hanya di tingkat nasional, melainkan juga internasional. Salah satu seni rupa dari Lampung yang kini mulai dikenalkan adalah seni ukir khas Lampung. Karya seni rupa yang terdapat di Lampung sangat beragam dengan aneka jenis, bentuk, fungsi, dan teknik pembuatannya. Karya seni rupa Lampung dengan segenap keunikan gagasannya patut mendapatkan apresiasi, baik secara aktif maupun pasif. Banyak gagasan dan ide kreatif yang terus dikembangkan dan merupakan awal proses penciptaan karya seni, termasuk karya seni rupa terapan Lampung yang diciptakan berdasarkan nilai guna tanpa mengesampingkan nilai seni. Jika diperhatikan secara saksama dapat disimpulkan bahwa hasil karya seni rupa setiap daerah itu berbeda-beda, masing-masing dae-
rah memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri, baik dalam teknik maupun ketersediaan bahan yang ada di sekitarnya. Termasuk Provinsi Lampung yang sangat kaya akan karya seni yang menunjukkan ciri khas kelampungan. Misalnya saja, kain tapis, sulaman usus, batik Lampung, dan ukiran Lampung. Kerajinan ukir di Lampung umumnya berupa seni ukir kayu. Ukiran kayu itu dapat berupa kursi, meja, patung gajah, hiasan dinding, dan pintu. Pengusaha dan perajin ukiran Lampung, Agus Prayoga, menjelaskan Lampung memang harus memiliki identitas ukiran tersendiri. Mengingat, masyarakat saat ini hanya mengenal ukiran dari Pulau Jawa, ukiran Jepara misalnya. Padahal, keunikan seni budaya Lampung seperti dalam motif tapis, tidak kalah menarik untuk dikembangkan dalam sebuah karya berbentuk ukiran. Hasilnya,
ukiran Lampung sangat terlihat etnik dan eksotik serta sangat layak untuk terus dikembangkan. Agus menjelaskan memang tidak diketahui pasti kapan ukiran Lampung mulai dikembangkan. Namun, dengan melihat bangunan rumah khas Lampung yang dibangun pada abad ke-18, menunjukkan masyarakat Lampung sudah sangat mengenal ukiran. Karena kekaguman akan motif tapis yang dia dapat dengan cara memburu tapis-tapis lama, Agus pun nekat mengembangkan ukiran dengan menunjukkan ciri khas daerah Lampung. Dia menjelaskan seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan dengan bagianbagian cekung (kruwikan) dan bagian-bagian cembung (buledan) yang menyusun suatu gambar yang indah. Pengertian ini berkembang hingga dikenal sebagai seni ukir yang merupakan seni membentuk gambar pada kayu, batu, atau bahan-bahan lain. Bangsa Indonesia mulai mengenal ukir sejak zaman batu muda (neolitik), yakni sekitar tahun 1500 SM. Pada zaman itu nenek moyang bangsa Indonesia telah membuat ukiran pada kapak batu, tempaan tanah liat, atau bahan lain yang ditemuinya. Motif dan pengerjaan ukiran pada zaman itu masih sangat sederhana. Umumnya bermotif geometris yang berupa garis, titik, dan lengkungan, dengan bahan tanah liat, batu, kayu, bambu, kulit, dan tanduk hewan pada zaman yang lebih dikenal sebagai zaman perunggu, yaitu berkisar tahun 500 hingga 300 SM. (LUKMAN HAKIM/KRAF)
Rubrikasi ini dipersembahkan oleh: Pemprov Lampung