Koran Transaksi Edisi 308

Page 3

HALAMAN 3

KORAN TRANSAKSI THN 13

TRANS KEBUDAYAAN tan kota maupun nasional. Bamus Betawi juga seharusnya lebih mengenalkan Betawi yang ramah, rukun, dan cinta damai, serta mampu berkontribusi dalam pembangunan nasional.

cul dan dipahami banyak orang sebagai karakter orang Betawi secara umum. Memang menggaungkan karakter positif orang Betawi merupakan tugas individu yang memberikan perhatian soal ini. Namun, tentunya peran para

Ulama Betawi Menurut portal resmi provinsi DKI Jakarta, www.jakarta.go.id, pada abad ke-19 Mekkah merupakan jantung kehidupan keagamaan di Hindia Belanda. Terbukti dengan mengalirnya orang-orang untuk belajar di negeri tersebut, terutama dari Betawi. Menurut orientalis Snouck Hurgronje, di perempat ketiga abad ke-19, sesepuh ulama Jawi di Mekkah adalah Junaed, yang berasal dari Betawi. Lebih dari 50 tahun Junaed menetap di Mekkah dan ia mengajar mukminin dari Betawi dan daerah lainnya di Indonesia, dengan bahasa Melayu sebagai pengantar baik di rumah maupun di Masjidil Haram. Di samping itu masih banyak ulama lain dari Hindia Belanda yang memberikan pelajaran di Mekkah, misalnya Sumbawa dan Banten. Meski tidak ditemukan data otentik, namun kenyataan membuktikan bahwa banyak pelajar Betawi yang menuntut ilmu ke

tokoh Betawi dan organisasi masyarakat (ormas) kebetawian sangat diperlukan. Badan Musyawarah Masyarakat (Bamus) Betawi. Misalnya. Organisasi ini diharapkan lebih berperan dalam menggaungkan karakter positif orang Betawi, mengingat Bamus Betawi merupakan organisasi yang menaungi 98 ormas kebetawian yang ada. Sebenarnya tidak hanya menggaungkan karakter, Bamus Betawi juga seharusnya lebih berperan dalam mengenalkan kebetawian kepada masyarakat luas, serta menciptakan kader-kader terbaik pada tingka-

Mekkah dan kota-kota lain di Timur Tengah. Menurut Buya Hamka, ulama-ulama Betawi di sana menjadi kelas menengah yang berpengaruh. Dalam perjanjian antara Raja Ali (putera Raja Husein), penguasa Mekkah, dengan Raja Ibnu Saud yang berhasil merebut Mekkah pada 1925 disebutkan beberapa persyaratan. Salah satunya adalah supaya beberapa orang besar dan ternama yang menjalin hubungan erat dengan penguasa Mekkah diberi kebebasan, di antaranya memiliki nama yang diujung namanya disebut Be-

Mengenal Ulama Betawi Sejak abad ke-19, ulama Betawi mempunyai pengaruh besar dalam penyebaran, peletakan dasar-dasar, dan pembentukan budaya Islam di Betawi.

M

ereka merupakan orang-orang Be tawi yang pergi ke Mekkah, Arab Saudi, selama waktu yang diperlukan untuk menuntut ilmu dan pulang sebagai haji. Mereka merupakan saluran efektif untuk selalu terus memberikan pengajaran agama baik kepada muslim di Betawi maupun para pendatang dengan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantarnya. Berkat peran ulamanya dalam mengembangkan dakwah Islam, orang Betawi kuat dalam memegang teguh ajaran agama Islam. Ulama-ulama Betawi tersebut memiliki jaringan keilmuan di Timur Tengah karena menimba ilmu di beberapa negara Timur Tengah sehingga mereka melakukan penyebaran keislaman di Nusantara, terutama di Betawi. Selain itu, di Jakarta banyak masjid dan mushola yang dibangun di atas tanah wakaf. Ini bisa dimaknai bahwa orang Betawi, suku bangsa asli yang tinggal di Jakarta, berperan besar dalam pembangunan karakter khususnya di bidang keagamaan, baik di Jakarta maupun di lingkup nasional. Orang Betawi, ternyata sejak dulu rela menyerahkan tanahnya untuk kemaslahatan umat. Mereka yakin bahwa tempat ibadah itu penting dalam pendidikan agama Islam. Karakter seperti ini dibentuk oleh ulama. Tidak digaungkan Namun, kenyataan itu tidak melulu diinformasikan dan diceritakan ke anak-anak muda Jakarta, khususnya anak muda Betawi. Ini menimbulkan kekhawatiran jangan-jangan anak-anak muda Betawi saat ini tidak mengetahui dan memahami

bahwa mereka mereka memiliki ulama yang memiliki perhatian besar terhadap pembangunan karakter keislaman. Kisah tentang ulama Betawi ini juga diharapkan dapat menambah informasi bahwa setidaknya ada karakter islami orang Betawi yang dapat dibanggakan dan ditularkan kepada elemen masyarakat lainnya. Karena minimnya penonjolan karakter positif orang Betawi, maka tak banyak masyarakat yang memahaminya. Sayangnya, justru karakter negatif, seperti suka memeras, berkelahi dan sok jagoan, yang mun-

tawi. Misalnya Syaikh Abdullah Betawi, Syaikh Ahmad Betawi, dan Syaikh Said Betawi. Keturunan orang Betawi di kemudian hari masih dalam perlindungan Kerajaan Arab Saudi, baik di Mekkah maupun Jeddah. Di antara beberapa ulama Betawi yang cukup berpengaruh, baik di Betawi maupun di Mekkah, yaitu Syeikh Junaid Al Batawi, Guru Marzuki, Dato Biru, dan Imam Mujtaba. Pada zaman Belanda dan Jepang, sebenarnya banyak ulama Betawi yang kiprah keulamaannya cukup menonjol, namun sayang sekali tidak banyak yang berhasil didokumentasikan. Beberapa yang berhasil diketahui kiprah dan perjuangannya yakni K.H. Abdullah Sjafii, KH Abdurrahman Nawi, dan Guru Mansyur. Sementara itu sebuah kajian menyebutkan bahwa peranan ulama Betawi tidak saja besar dalam dakwah dan pendidikan, tetapi sekaligus memantapkan identitas kultural Betawi. Berkaitan dengan itu, barangkali perlu ada upaya mendokumentasikan secara lengkap tentang kiprah ulama Betawi itu. Bukan untuk menonjolkan diri, tapi demi menimbulkan pemahaman bersama bahwa Betawi berperan dalam perjalanan sejarah bangsa Indone-

sia. Sebuah media online pernah menulis, “Jangan mengaku menjadi warga Jakarta bila tidak mengenal sosok ulama Betawi yang menjadi panutan. Ketika itu media tersebut ingin menggambarkan siapa dan bagaimana ulama KH Abdullah Syafii, KH Noer Ali, dan KH Guru Mughni.” Sepertinya pengenalan terhadap ulama-ulama Betawi perlu terus digaungkan, termasuk karakter-karakter positif orang Betawi yang pasti berguna dalam perjalanan sejalah bangsa Indonesia. | TIM/Ant

NO. 308. TH XIII SENIN, 6 - 19 APRIL 2015

Pandeglang Canangkan Tahun Kreatifitas dan Kebudayaan Pandeglang, Trans - Pemerintah Kabupaten Pandeglang, Banten, mentargetkan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara naik secara signifikan di tahun 2015 in, menyusul dicanangkannya tahun kreatifitas dan kebudayaan oleh pemerintah daerah setempat melalui kantor dinas Pariwisata,Pemuda dan Olahraga (Disparpora) dalam menarik para wisatawan untuk berkujung ke kota yang dijuluki sebagai The Sunset Of Java ini. Untuk mencapai target tersebut, Disparpora melakukan pembinaan terhadap para pelaku seni dan 120 sanggar seni yang ada di Pandglang, termasuk pemetaan-pemetaan objek wisata budaya, sejarah dan kuliner yang ada di Pandeglang. Agenda ini dikemas dalam acara Event Promosi Pariwisata Kabupaten Pandeglang 2015. Kegiatan event promosi pariwisata Kabupaten Pandeglang 2015 ini diimplementasikan dengan penyelengggarakan berbagai kegiatan festival, termasuk mengikuti berbagai pameran di luar daerah. “Untuk mendukung tahun kreatifitas dan kebudayaan ini, Pandeglang akan menyelenggarakan berbagai festival dan mengikutin sejumlah event di daerah lain, seperti dalam Bali Expo di Denpasar pada bulan Agustus 2015, Pameran Jawa Tengah pada bulan Juni 2015 di Semarang dan Sumsel Expo pada bulan Mei 2015 di Palembang,” ujar Imron Mulyana, kepala seksi (Kasi) objek dan promosi Disparpora Pandeglang kepada wartawan, belum lama ini. Menurut Imron, kegiatan yang akan dilakukan itu menunjukkan keseriusan pemkab Pandeglang dibawah kepemimpinan Drs H Erwan Kurtubi dan Hj Heryani dalam tata kelola pariwisata budaya dan kreatifitas untuk menjadi lebih baik. Selama ini menurutnya, masyarakat hanya mengenal Pandeglang dengan keindahan Pantai Carita, Tanjung Lesung dan Badak bercula satu di Ujung Kulon. Namun mereka kurang mengenal objek wisata kebudayaan yang dimiliki oleh Pandeglang, termasuk tempat ziarah. “Memang selama ini orang mengenal Pandeglang hanya nama Pantai Carita, Pantai Tanjung Lesung dan Badak Bercula satu di Ujung Kulon,” imbuhnya. Padahal menurut Imron, Pandeglang paling banyak memiliki objek wisata dan sejarah budaya dan sanggar seni di Provisi Banten.Tapi ironisnya, kunjungan wisatawan yang datang ke Pandeglang paling rendah se Provinsi Banten jika dibandingkan dengan tujuh Kota dan Kabuaten lainnya di Banten. Imron menjelaskan, sedikitnya terdapat 10 tempat wisata ziarah di Pandglang yang sudah terkenal,yaitu Makam Syekh Mansur di Cikadueun, Makam Syekh Abdul Jabbar di Karang Tanjung, Makam Syekh Asnawi di Caringin, Makam Syekh Daud di Labuan, Makam Syekh Rako di Gunung Karang, Makam Syekh Royani di Kadupinang, Makam Syekh Armin di Cibuntu,Makam Abuya Dimyati di Cidahu, Makam Ki Bustomi di Cisantri dan Makam Nyimas Gandasari di Panimbang. “Meski ke 10 tempat wisata ziarah itu sudah terkenal di Tanah Air ,namun kita akan kelola lagi secaara profesional, dengan membuat tempat parkir yang luas dan nyaman bagi pengunjung,” katanya. Selain merevitaliasi wisata sejarah dan budaya,Disparpora Pandeglang juga melakukan pembinaan kepada para pelaku seni,dengan memberikan berbagai pelatihan dan bantuan untuk pengembangan kreatifitas seni yang berorientasi kepada kreatifitas lokal dalam menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Pandeglang. Menurut Imron, untuk mencapai target tersebut dibutuhkan sinergi dengan berbagai pihak diantaranya, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBM dan SDA) untuk infrastruktur, Dinas Perhubungan dan Kepolisian untuk pengaturan lalu lintas dan keamanan, serta instansi terkait lainnya dalam mendukung tahun kreatifitas dan Kebudayaan Pandeglang tahun 2015. Dijelaskan, tahun 2015 ini Disparpora Pandeglang sudah dan akan menyelengarakan berbaga festival, diantaranya adalah festival Kaulinan Barudak Lembur yang diseleggarakan pada bulan Februari dan Maret lalu di makodim 0610 Pandeglang, Festival pawai Budaya Daerah yang diikuti oleh depalan Kota/Kabupaten di Banten pada bulan ini di Alun Alun Pandelang, Lomba Photografi, Festival Kendaraan Hias, Pandeglang Expo yang keseluruhannya digelar dalam bulan ini, berkaitan dengan perayaan ulang tahun Pandeglamg ke 141. Selain iu, juga diselenggarakan festival Kuliner Pandeglang,malam pesta budaya/car free day night, pawai Ta’aruf MTQ Banten, Road Show dan pendaftaran Kaka Teteh Pandeglang, seminar busana khas Pandeglang, pementasan kesenian tingkat Kabupaten, pementasan kesenian tingkat Provinsi Banten dan pementasan kesenian di luar Provinsi. “Mudah mudahan dengan penyelenggaraan berbagai event kesenian dan kebudayaan ini, termasuk juga mengikuti event di luar daerah, kunjungan wisatawan ke Pandeglang yang berbasis budaya akan meningkat secara signifikan,” tandasya. | IP

Ahmad Daryanto, Penjaga Silat Betawi Beksi

A

hmad Daryanto (42) me mutuskan kembali ke silat Betawi setelah menekuni taekwondo, kempo, tarung derajat, dan tinju hingga usia 30 tahun. Titik baliknya tahun 2000, ketika dia bertemu salah satu sesepuh guru silat Betawi aliran Beksi yang masih tersisa. Waktu itu sebenarnya dia ingin unjuk kemampuan, tapi malah menelan kekalahan telak saat bertanding dengan sang pesilat Beksi. “Leher sama badan kena. Malahan, leher sampai bengkak tiga hari,” kata Ahmad Daryanto, yang biasa disapa Anto, ketika ditemui di rumahnya di Jalan Cirendeu Raya, Ciputat, Tangerang Selatan. “Pada akhirnya saya tahu bahwa Beksi ini bukan sembarang. Leluhur kita telah mewariskan sesuatu yang berkelas dan berbudaya tinggi,” kata karyawan perusahaan minyak itu.

Dia pun kemudian mempelajari jurus-jurus silat Beksi dan filosofinya. Sebenarnya silat Beksi bukan hal yang sama sekali baru bagi Anto. Saat berusia sekitar tujuh tahun dia mempelajari aliran silat itu dari kakeknya, Muhammad Bin Yahya, yang dikenal sebagai sesepuh seni silat Beksi dan pernah berguru langsung ke Lee Chang Hok (Ki Murhali) pada awal abad ke-19. “Saat itu yang kecil dan yang muda semuanya belajar silat, habis mengaji di masjid sampai lepas isya, langsung nyambung latihan silat,” kata dia. Namun, ia menambahkan, tradisi Betawi menyandingkan aktivitas membaca Al Quran dan berlatih silat lambat laun mulai terkikis. Jumlah orang yang mempelajari aliran silat itu pun, menurut dia, makin sedikit selama kurun 1990 sampai 2000, paling hanya para guru silat yang tetap

mengajarkan ilmunya ke keluarga. Anto pun kemudian tergerak ikut melestarikan ilmu silat Betawi itu. “Kalau tidak ada yang meneruskan, pasti Beksi akan punah. Lantas, siapa yang berkewajiban untuk meneruskan? Tentunya kita-kita yang muda ini,” kata Anto. Keunikan Beksi Anto menjelaskan, Beksi berasal dari kata Bie yang artinya pertahanan dan Sie yang artinya empat (empat penjuru mata angin). Gerakan silat aliran Beksi utamanya meliputi gerakan untuk antisipasi. “Beksi ini uniknya tidak menyerang tapi gerakannya lebih kepada gerakan antisipasi. Jadi kalau orang Betawi bilang lo jual, gue beli, maka ini pas sekali dengan filosofi Beksi,” kata dia. Ia lantas menuturkan bahwa para pesilat pemula yang mempelajari Beksi wajib melalui

beberapa tingkatan untuk bisa benar-benar memahami gerakan dasar dan variasi aliran silat itu. Pada tahap awal, mereka harus menguasai jurus satu sampai tiga, baru kemudian melanjutkan ke jurus empat sampai jurus ke-16. Jurus keempat disebut Beksi, kelima Selosot Gedik, keenam Gedik, ketujuh Tunjang, kedelapan Tanjep, kesembilah Lokbe, dan kesepuluh Ganden. Sementara jurus kesebelas disebut Petir, ke-12 Legok Gentong, ke-13 Lenggang Barong, ke-14 Bongkar Kandang, ke-15 Jomplang Kahar, dan ke-16 Janda Berias. Anto sudah menguasai 16 jurus. “Biasanya, pesilat hanya sampai jurus ke 12, karena setelahnya sangat sulit. Saya bersyukur sekali sudah menyelesaikan hingga akhir,” ujar dia. Berharap Beksi mendunia Anto melihat pertumbuhan positif murid silat Betawi dalam

sepuluh tahun terakhir. Minat orang untuk mempelajari ilmu bela diri tradisional itu cenderung meningkat. “Minat tinggi sekali karena ada tren saat ini untuk menyukai suatu yang klasik,” kata dia. Pada akhir tahun 2013, menurut dia, ada 15 cabang seni silat Beksi yang tersebar di kawasan Tanggerang Selatan dengan jumlah pesilat sekitar 500 orang. Ia gembira mayoritas pesilat masih berusia muda, antara 15 tahun hingga 20 tahun, dan mereka tetap mau belajar meski aliran seni bela diri itu tidak dipertandingkan secara formal seperti aliran-aliran silat dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). “Jika anak muda sudah begini, saya optimis silat Betawi bisa mendunia, seperti layaknya karate,” demikian Ahmad Daryanto. | An/RN

FOTO | ANT

Pesilat Ahmad Daryanto memperagakan gerakan silat Betawi aliran Beksi.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.