Koran Madura

Page 15

OPINI

15

SENIN 25 MARET 2013 NO. 0082 | TAHUN II

salam songkem Hukum Makin Suram

K

omisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menangkap seorang hakim. Kali ini hakim pesakitan yang tertangkap Setyabudi Tejocahyono, Wakil Ketua Pengadilan Negeri Bandung, yang diduga menerima suap sebesar 150 juta rupiah dari seorang bernama Asep. Setiabudi merupakan hakim keenam yang ditangkap KPK dalam dua tahun belakangan ini. Beberapa nama hakim juga tersangkut kasus suap, sedang ditangani aparat hukum lain yaitu kepolisian dan kejaksaan. Lalu, di luar kasus korupsi dan gratifikasi beberapa kasus hukum yang melibatkan hakim di negeri ini belakangan kerap terjadi. Termasuk kasus penangkapan Hakim Puji dan Iskandar Agung, yang diduga terlibat narkoba. Data-data tertangkapnya beberapa hakim itu memang tidak dapat digeneralisasi sebagai gambaran semua hakim di negeri ini berperilaku buruk. Namun jika menelusuri lebih jauh terkait kinerja hakim termasuk juga kejaksaan dan aparat hukum lainnya, rasanya sulit mengingkari bahwa ada problem hukum sangat serius di negeri ini. Tidak perlu menjadi seorang yang sangat cerdas untuk mengetahui dan merasakan betapa wajah hukum di negeri ini makin kusam dan suram. Terkait penangkapan hakim yang diduga terlibat korupsi, yang belakangan makin kerap itu mengemuka ironi tragis. Ketika negeri ini sedang bertekad memberantas tindak pidana korupsi, suap, dan sejenisnya, hakim sebagai pintu keadilan justru seperti pagar makan tanaman. Lebih ironis lagi, kejadian terkait fulus itu dilakukan ketika gaji hakim baru saja dinaikkan. Ini artinya, tindak pidana korupsi hakim bukan karena penghasilan kecil, yang tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Korupsi hakim sepenuhnya karena mental dan perilaku mengumbar nafsu memperkaya diri yang tak terkendali. Jelas sangat menyedihkan dan terasa tragis sekali. Seorang Hakim yang dianggap merupakan wakil Tuhan di negeri ini, karena setiap keputusan seorang hakim selalu diawali kalimat berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, justru menjadi bagian dari praktek-praktek yang dilarang oleh Tuhan. Ia tidak hanya memanipulasi jabatannya untuk kepentingan pribadi; ia sejatinya telah mengkhianati dan mengatasnamakan Tuhan dalam melakukan praktek kotor yang bertentangan dengan perintah Tuhan. Benarbenar sebuah kejahatan dasyat luar biasa. Mudah sekali sebenarnya merunut kebobrokan hukum di negeri ini. Seandainya seluruh Institusi hukum apa pun di negeri ini bobrok, bahkan seandainya mereka yang bekerja di pengadilan juga bobrok, asal hakim tetap mewakili kebenaran Tuhan; benang kusut dan kebobrokan itu akan terurai dan tercerahkan. Karena itu terseretnya hakim dalam kasus pidana berapapun jumlahnya, merupakan tragedi hukum mengerikan. Sebab hakim merupakan pintu gerbang terakhir penegakan keadilan. Hakim merupakan pemisah yang benar dan salah. Hakim merupakan penjernih ketakjelasan menjadi terang benderang. Tak ada cara lain, agar kejadian serupa tak terulang dan para hakim menyadari sebagai wakil Tuhan; para hakim yang terseret kasus itu bila terbukti, harus dihukum berat. Hanya itu yang bisa menyuntikkan harapan dan optimisme hukum di negeri ini, agar mendung kelabu segera berlalu. =

Calon Legislatif

D

i Bondowoso Jawa Timur, peminat yang ingin jadi caleg PKB tahun 2014 nanti membludak, bahkan melebihi kuota. Sudah ada 54 orang yang mendaftar menjadi caleg PKB. Padahal yang dibutuhkan caleg PKB tahun 2014 sama dengan tahun 2009, sebatas 45 orang. Karena data DAK2 mencatat jumlah penduduk yang menjadi rujukan KPU sebanyak 773.502 jiwa. Itu pertanda hanya ada 5 dapil, dengan masing-masing dapil terdapat 9 kursi. Membludaknya pendaftar caleg juga terjadi di PPP Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. Pendaftar caleg sudah ada 14 orang, padahal kuota yang dibutuhkan hanya 8 kursi. Membludaknya pendaftar caleg bisa juga terjadi pada partai selain keduanya. Ini mengindikasikan bahwa jabatan legislatif di mata rakyat sudah tak ubahnya lahan tambang emas. Tidak sedikit bukti, selama ini telah banyak orang menjadi kaya raya setelah pernah menjabat sebagai seorang DPR, baik di kabupaten, provinsi, maupun di Senayan. Dengan demikian, pada tahun 2013 ini, kualitas sejumlah caleg di semua partai peserta pemilu sangat diragukan. Dicurigai, mereka melamar jadi caleg bukan didasarkan pada kapabilitas dan elektabilitas. Namun karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan “hasil” dari jabatan DPR yang didaftarnya. Untuk itu, seleksi yang ketat dari partai politik bersangkutan sangat penting dilakukan secar serius untuk menghindari adanya caleg yang justeru akan menyengsarakan rakyat. Sebab caleg yang dimotifasi untuk “mendapatkan” bukan “memberikan”, dipastikan caleg dimaksud akan cenderung korup. Tidak hanya itu, seleksi caleg yang tidak ketat oleh parpol bisa membuat kepercayaan masyarakat pada partai bersangkutan turun. Rakyat akan meninggalkan parpol dan caleg yang tidak disukai rakyat. Oleh karena itu, pertimbangan pada aspek kapabilitasnya sebagai seorang calon legislatif sangat pentig dijadikan hal yang dominan. Sosok caleg yang pernah terlibat dengan perkara hukum, tentu sudah cacat hukum di hadapan rakyat. Karena rakyat akan trauma, orang tersebut masih potensial melakukan tindakan yang menyimpang hukum lagi apabila diberi kesempatan menjadi wakil rakyat. Tidak kalah penting parpol memerhatikan kriteria caleg yang menjadi keinginan masyarakat di daerah pemilihan masing-masing. Sebab diakui atau tidak, masyarakat kini sudah tidak lagi memandang partai mana, tetapi yang dilihat mereka adalah siapa yang menjadi caleg. Hal itu penting tidak hanya penting untuk mendulang suara konstetuen sebanyak-banyaknya. Namun juga untuk menjamin bahwa saat kelak ia memegang jabatan tidak akan menyalahgunakan wewenangnya. = Redaksi menerima tulisan dalam bentuk opini (terkait isuisu terkini), resensi buku maupun puisi. panjang tulisan 5000 karaketer (opini, cerpen) dan 3500 karakter (resensi buku). Tulisan dikrimkan dengan disertai foto terbaru ke alamat email Koran Madura: opini.koranmadura@gmail.com

A

Rekam Jejak Budaya Indis Oleh: MUHLIS AL-FIRMANY| Penggiat pustaka desa dan peneliti budaya di Bangkalan

M

emotong sejarah sama halnya memotong tali simpul generasi tua terhadap generasi muda. Dari masa lalu ke masa selanjutnya. Bicara masa lalu, tentu banyak memori (kenang): suka-duka. Kekejaman. Pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) yang sengaja dilupakan. Serta pemutarbalikan fakta hingga pengaburan peristiwa yang membuat setiap generasi ngambang. Mana yang benar dan salah? Meski Bung Karno menitipkan sesuatu yang sangat berharga, berupa “JASMERAH”, sebagai akronomi “jangan sampai melupakan sejarah”. Tutur sejarah di Indonesia masih bersifat seremonial, bukan kesadaran betapa pentingnya sejarah sebagai penyambung lidah masa lampau terhadap masa akan datang. Piranti jejak-jejak ini sebenarnya perlu kita rekam ulang. Kaji kembali. Karena menulis sejarah perlu disertai bukti-bukti konkrit sesuai konteks sejarahnya masing-masing. Kalau tidak, kita akan dihadapkan pada sebuah pilihan, yaitu, kacamata masa depan menjadi buta. Budaya Indis? Sejak lama sebelum kedatangan bangsa Belanda di kepulauan Indonesia. Orang India, Cina, Arab, dan Portugis telah hadir di pulau Jawa. Masing-masing membawa kebudayaannya sendiri. Pada abad ke-16, orang Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang. Tetapi kemudian menjadi penguasa di Indonesia (Soekiman, 2011: 1). Di satu sisi, betapa kejam adikuasa sebuah negeri (Eropa) yang

sudah berintelektual tinggi: ketika ilmu pengetahuan tak lagi berpijak pada tempatnya sebagai tonggak yang dapat menjungjung nilainilai perikemanusiaan. kekuasaan memang dapat membungkam semua tatanan apapun: etika, moral, logika, serta nurani-nurani murni dan suci. Di sisi lain, ada cerminan positif bisa kita rasakan hingga saat ini. Datangnya bangsa-bangsa Eropa ke tanah air, ialah; terjadinya kontak budaya, seperti ditegaskan oleh Rob Nieuwnhuys, menurutnya, jalinan erat semacam ini digambarkan seolah-olah terdapat osmose dan pertukaran mental di antara orang Jawa dan Belanda, yaitu manusia Jawa memasuki lingkungan budaya Eropa dan sebaliknya. Kesejahteraan dan peningkatan status seseorang menuntut perubahan gaya hidup, tampak dalam hal penggunaan bahasa, cara berpakaian, cara makan, kepercayaan/agama, dan sikap lebih menghargai waktu (Soekiman, 2011: 6). Cara-cara di atas telah melahirkan pertukaran budaya: budaya campuran atau disebut “Budaya Indis” lebih tepatnya. Kata “Indis” dalam tulisan ini berasal dari bahasa Belanda “Nederlandsch Indie” atau (Hindia-Belanda), yaitu nama dari jajahan Belanda di seberang lautan yang secara geografis meliputi jajahan di kepulauan yang disebut Nederlandsch Oost Indie. Wilayah ini biasanya disamakan dengan satu wilayah jajahan lain yang disebut Nederlandsh West Indie, yang meliputi wilayah Suriname dan Curascao. Namun sebenarnya berbeda, oleh karena

itu namanya sedikit dibedakan. Penggunaan istilah gaya Indis dalam pembahasan ini dikhususkan pada kebudayaan dan gaya hidup masyarakat pendukungnya yang terbentuk semasa kekuasaan pemerintah Hindia Belanda di Indonesia khususnya di Jawa. Jejak Budaya Menurut para antropolog, ada tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal dan dimiliki oleh semua bangsa di dunia, di antaranya: 1) Bahasa,2) Peralatan dan perlengkapan hidup (pakaian, rumah, senjata), 3) Mata pencarian hidup dan sistem ekonomi (pertanian, peternakan, sistem produksi), 4) Sistem kemasyarakatan (organisasi politik, sistem perkawinan, sistem hukum, dll), 5) Kesenian (seni rupa, sastra, gerak, suara dsb), 6) Ilmu pengetahuan, 7) Religi. Ketujuh unsur ini, betapa dekat dengan kehidupan kita. Bahkan keseharian kita tidak terlepas dari apa yang terpapar di atas. Kita pun juga bisa melacak jejak-jejak Budaya Indis, apakah masih ada atau tidak saat ini? Mari kita bahas, mulai dari berapa ribu serapan bahasa Belanda masuk kamus bahasa Indonesia? Berapa banyak sisa arsitektur (bentuk bangunan-bangunan rumah tua bercorak negeri kincir angin/ Belanda) yang masih utuh dan terpakai? Lalu, kita amati darimana asal-usul cara berpakaian kita di kantor maupun di sekolah (celana, baju, minyak rambut/gaya rambut, ikat pinggang yang rapi dan bersih), cara makan yang mulanya dengan tangan (diganti sendokgarpu menjadi trend baru), cara

bercocok tanam dengan pengairan irigasi, cara politikus bermain petak-umpet, pesta perkawinan (full hiburan), pola hukum bangsa kita, maraknya aliran-aliran musik Eropa, pertukaran pelajar lintas Negara, hingga pemahaman religiutas dan filsafat hidup serta kedisiplinan tehadap waktu: semua ini bukankah juga bagian betapa besar pengaruh yang bisa kita telisik, bahwa Budaya Indis masih begitu lekat dengan keseharian cara hidup kita? Bukti-bukti ini, hendakkah kita acuhkan? Atau kita malu untuk mengakui? Tentu, tak ada yang salah, ketika sesuatu yang baik kita adopsi dengan baik pula. Akulturasi (percampuran) budaya tetap akan terus terjadi hingga kapanpun dan dimanapun kita hidup. Globalisasi sudah pasti pula akan terus menggerus peradaban manusia. Tak terhindarkan. Semakin canggih teknologi, semakin dekat jembatan dunia kehadapan kita. Global village (desa mendunia): wacana ini sengaja diusung demi rumus peradaban, yakni sama-rata. Sama-sama merasakan. Desa-kota tak ada beda. Kebudayaan apapun pada awalnya lahir dengan tujuan membawa risalah “kebaikan”. “kebaikan semata” inilah tujuan paling utama dan berharga dari hasil cipta sesama manusia. Namun, setiap individu-individu lain kadang menerima tanpa melihat bahkan lupa bahwa dalam diri kita juga memiliki nilai cipta, rasa, dan karsa yang tidak kita ketahui kemana arah memulai langkah sebagai mahluk khalifah Tuhan paling sempurna? =

Jabir Hayyan, Kimia dan Peradaban Dunia Oleh: ZAINURRAHMAN| Belajar di Jurusan Kimia F-MIPA Unibraw Malang

D

i zaman modernesasi, ilmu kimia tidak asing lagi dan bukan merupakan suatu hal yang baru dalam ilmu pengetahuan. Pertanyaannya, apakah kita sudah tahu bagaimana proses berkembangnya ilmu kimia dan siapa tokoh yang membawa ilmu kimia menjadi sangat populer dan berkembang pesat hingga saat ini? Abu Musa Jabir bin Hayyan atau Geber salah satu yang mengawal kimia hingga. Ia lahir di Kuffah (Irak) tahun 750 M dan meninggal tahun 803 M. Ia memeroleh keahlian dari Barmaki Vizier di masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid di Baghdad. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat sangat berhubungan dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum perbandingan tetap. Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, destilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut. Tokoh besar yang dikenal sebagai “The father of modern chemistry” ini ternyata tidak hanya ahli di bidang kimia, akan tetapi ia juga ahli di bidang farmasi, fisika, filosofi dan astronomi. Ia mampu mengubah persepsi tentang berbagai kejadian alam yang pada saat itu dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat diprediksi, menjadi suatu ilmu sains yang dapat dimengerti dan dipelajari manusia. Ia menemukan asam klorida, nitrat, sitrat, asetat, teknik destilasi dan teknik kristalisasi. Ia juga menemukan larutan aqua regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas. Penemuan-penemuannya di bidang kimia telah menjadi landasan dasar dalam berkembangnya ilmu kimia dan teknik kimia modern saat ini. Jabir Ibnu Hayyan juga mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia kedalam proses pembuatan besi dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Beliau adalah orang pertama yang mengaplikasikan penggunaan mangan

dioksida pada pembuatan gelas kaca. Beliau juga orang pertama kali yang mencatat tentang pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal inilah yang kemudian memberikan jalan bagi Al-Razi untuk menemukan etanol. Semua penelitian Jabir tentang ilmu kimia ini ternyata diterjemahkan kedalam bahasa latin dan menjadi buku teks standar untuk para ahli kimia di Eropa saat ini. Beberapa diantaranya adalah kitab Al-Kimya yang diterjemahkan pada 1144 dan Al-Sab’een yang edisi terjemahanya terbit pada 1187. Beberapa tulisan Jabir juga diterjemahkan oleh Marcelin Berthelot ke dalam beberapa buku, yaitu Book of the kingdom, Book of the Balances, dan Book of Eastern Mercury. Kemajuan pesat ilmu kimia berawal dari hasil kerja keras pakar kimia Muslim, yaitu Jabir bin Hayyan yang tenar dengan nama Geber di Eropa. Bahkan, seperti yang ditulis oleh Ibnu Khaldun dalam bukunya Tarikh Ibnu Khaldun I/695, Jabir Ibnu Hayyan pernah dinobatkan sebagai ilmuwan terbesar di semua masa. Para ilmuwan mengakui kapabilitasnya di bidang ilmu kimia, sampai-sampai ilmu kimia dinamakan ilmu Jabir. Namun pada saat ini ternyata ilmu kimia tetap saja disebut ilmu kimia. Dalam catatan sejarah, Jabir Ibnu Hayyan adalah orang yang pertama kali menemukan asam belerang, natrium karbonat, pottasium karbonat, dan sepuh. Zat-zat kimia ini sekarang sangat urgen, bahkan hampir menjadi salah satu dasar perkembangan peradaban pada abad 19 dan 20 di bidang kimia, farmasi, pertanian, dan lain lain. . Ilmuwan yang terkenal sebagai sufí ini menemukan metodemetode baru dalam memajukan dan memilih pengobatan, melalui kristalisasi, isolasi, penyaringan, dan penguapan yang merupakan aktivitas vital dalam ilmu kimia dan farmasi. Jabir Ibnu Hayyan menunjukkan betapa pentingnya eksperimen dan metodologi penelitian.

Hal ini ia lakukan sebelum para ilmuwan Barat. Jabir pernah berkata didalam bukunya, “Di antara tugas orang yang bergelut di dunia kimia adalah bekerja dan melakukan eksperimen ilmiah, sebab pengetahuan tidak akan diperoleh kecuali dengan itu.” Ilmuwan yang disebut sebagai Bapak Kimia Modern ini adalah peletak dasar metode ilmiah untuk penelitian eksperimental. Selain ia banyak mengarang buku di bidang ilmu kimia, beliau juga mengarang buku di bidang farmasi. Jabir telah menorehkan sederet karyanya kurang lebih dalam dua ratus (200) kitab. Sebanyak delapan puluh kitab yang ditulisnya mengkaji dan men-

Semua penelitian Jabir tentang ilmu kimia ini ternyata diterjemahkan kedalam bahasa latin dan menjadi buku teks standar untuk para ahli kimia di Eropa saat ini gupas seluk-beluk ilmu kimia. Sebuah pencapaian yang prestisius. Sebanyak seratus dua belas (112) buku karya Jabir secara khusus ditulis untuk dipersembahkan kepada Barmakid selaku gurunya, yang juga pembantu atau wazir Khalifah Harun Ar- Rasyid. Buku-buku itu ditulis dalam bahasa Arab. Diantaranya, Sirr Al-Asrar (Rahasianya Rahasia), Al-Mawazin (Timbangan/ Kesetimbangan), Al-Khawwash (Khasiat-Khasiat), dll. Sudah banyak bukunya yang diterjemakan dalam berbagai bahasa di Eropa dan menjadi literatur referensi selama beberapa abad di berbagai universitas di Eropa. Pada abad pertengahan, orangorang Barat mulai menerjemahkan karya-karya Jabir itu ke dalam ba-

hasa Latin (Tabula Smaragdina). Dari ketujuh puluh kitab yang diterjemahkan itu, salah satu kitab Jabir yang terkenal adalah Kitab AzZuhra yang diterjemahkan menjadi Book of Venus dan Kitab Al-Ahjar yang dialih bahasakan menjadi Book of Stones. Sebanyak 10 buku lainnya yang ditulis oleh Jabir adalah kitab koreksi yang berisi klarifikasi mengenai para pakar kimia Yunani seperti Pythagoras, Socrates, Plato dan Aristoteles. Sisanya, kitab yang ditulis Jabir merupakan bukubuku keseimbangan. Dalam buku kelompok ini, Jabir melahirkan teori yang begitu terkenal, yakni ‘teori keseimbangan alam.’ Risalah-risalah karya Jabir yang secara khusus membahas ilmu kimia antara lain’ Kitab Al-Kimya dan Kitab As-Sab’in. Kitab penting itu juga sudah diterjemahkan ke bahasa Latin pada abad pertengahan. Kitab Al-Kimya menjadi sangat populer di Barat setelah diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Robert of Chester pada tahun 1144 M. Al-Kimya versi alih bahasa berjudul The Book Composition of Alchemy. Sedangkan Kitab Al-Sab’in diterjemkan oleh Gerard of Cremona. Pada abad ke-17 M, Russel menerjemahkan buku yang ditulis Jabir ke dalam bahasa Inggris berjudul Sum of Perfection. Dalam buku itu, Russel memperkenalkan Jabir dengan nama Geber seorang pangeran Arab terkenal yang juga seorang filsuf. Sum of Perfection selama beberapa abad begitu populer dan berpengaruh. Buku itu telah mendorong terjadinya evolusi kimia modern. Begitu berpengaruhnya buku karya Jabir di Eropa dan Barat yang pada umumnya telah dibuktikan dengan munculnya beberapa istilah teknis yang ditemukan dalam kamus kimia Barat dan menjadi kosakata ilmiah yang sebelumnya digunakan Jabir seperti istilah ‘alkali.’ Kini, setelah Jabir terbujur kaku, dunia kimia hanya penuh dengan pengulangan-pengulangan dan manusia kontemporer lebih bernostalgia dibanding menciptakan dirinya yang berkarya=

Pemimpin Redaksi Abrari, Wakil Pemimpin Redaksi Zeinul Ubbadi, Redaktur Ahli M. Husein, Redaktur Pelaksana Abdur Rahem, Sekretaris Redaksi Benazir Nafilah, Tata Letak Didik Fatlurrahman, Novemri Habib Hamisi Design Grafis Ach. Sunandar Ahmed David, (non aktif), M. Farizal Amir Website M. Kamil Akhyari Sumenep Hayat (Kepala) Syah A. Latief, Syamsuni, Junaidi Pamekasan G. Mujtaba (Kepala), Taufiq Rahman, Muhammad Fauzi, Faqih Amyal, Sampang Mahardika Surya Abriyanto (Kepala), Iyam Z, Ryan H, Junaidi, Bangkalan Moh. Ridwan (Plt. Kepala) Doni Harianto, Surabaya Hana Diman (Kepala), Ari Armadianto, I Komang Aries Dharmawan, Sidoarjo Yuyun, Probolinggo Pujianto, M. Hisbullah Huda, Agus Purwoko, Jakarta Gatti (Kepala), Satya, Cahyono, Willy Manajer Pemasaran Moh. Rasul, Accounting Ekskutif Deddy Prihantono, Husnan (Sumenep), Mohammad Muslim, (Pamekasan) Siti Farida, (Sampang), Taufiq (Bangkalan), Kontributor Sugianto (Bondowoso) FL. Wati (Bali) Anwar Anggasoeta (Yogyakarta) Ahmad Sahidah (Malaysia), Penerbit PT. Koran Madura, Komisaris Rasul Djunaidi, Direktur Utama Abrari, Direktur Keuangan Fety Fathiyah, Alamat Redaksi Jl. Adirasa 07 Kolor Sumenep, email koranmadura@gmail.com, opini.koranmadura@gmail.com, Telepon-Fax (0328) 6770024, No. Rekening BRI 009501000029560, NPWP 316503077608000 Website www.koranmadura.com | Wartawan Koran Madura dibekali ID Card (kartu pengenal) dan tidak diperkenankan menerima imbalan berupa apapun dari nara sumber


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.