Pitch Bible



































Oleh : Annisa Najwa Rizka Julia
Perguruan Tinggi Institut Kesenian Jakarta
Komplek Taman Ismail Marzuki Jl. Cikini Raya No.73, RT.8/RW.2, Cikini, Kec. Menteng, Kota
Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10330
Editor & Ilustrator :
Annisa Najwa Rizka Julia
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang
DIlarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penulis dan atau penerbit.
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang
Hak Cipta :
Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu
Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Puji Syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
kemurahan-Nya, penulis dapat menyelesaikan Pitch Bible ini dengan tuntas dan tepat waktu.
Guna perbaikan penyusunan Pitch Bible ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para rekan dosen dan pembaca. penulis berharap agar Pitch Bible ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
saya ucapkan terima kasih kepada rekan dosen Mas Saut Irianto Manik, M.Sn. dan Mas
Andry Daud Halomoan Arifin karena telah mengarahkan serta membantu penulis dalam
pembuatan Pitch Bible, terimakasih telah banyak memberikan masukan serta dorongan kepada
penulis hingga selesainya Pitch Bible ini. Dan tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
teman-teman saya yang telah turut serta memberi masukan kepada Pitch Bible ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun Pitch Bible ini untuk itu Penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
Bekasi, Juli 2023
Penulis
Alkisah suatu hari hiduplah seekor nimfa ca
yang sudah matang tapi tidak kunjung terbang itu menjadi bahan olokan dan banyak yang mencemoohnya termasuk tetangga nakalnya Anci yang super duper
cerewet. Suatu hari keadaan mengharuskan mereka terjebak bersama di hutan dan bertemu dengan Huang She si ular ungu yang sedang lapar.
life, Fantasy, : 10 tahun per episode
Seekor nimfa capung yang gemar makan dan membantu yang sedang kesulitan.
Seekor lebah tua yang baik dan sangat independen.
Si kumbang gempal teman baik Tingting yang suportif.
pintar dan licik.
Dalam cerita ini, Tingting dan
Anci berusaha lari dari kejaran
katak dan tanpa sengaja
terselamatkan oleh Sheshe yang
Mengenang hari pahlawan.
Tingting dan wowo sedang berkelana.
Tingting sedang berenang untuk menangkap berudu.
"Tingting yang sedang bermimpi dibangunkan oleh suara dan harum
masakan nenek, Tingting bergegas ke dapur untuk sarapan bersama
neneknya namun tiba-tiba ada suara ketukan dari pintu, ternyata
Wowo sudah datang. Kemanakah Wowo akan membawanya, Tingting pun tidak tahu."
Tingting bermimpi bertemu kupu-kupu
kecil yang hinggap di hidungnya lalu
terbang, Tingting melihatnya dengan
kagum dan mata yang merefleksi kupu-
kupu tersebut. Lalu tak lama
kemudian, ada suara lirih yang
memanggilnya namanya, suara
tersebut berasal dari neneknya.
Tingting pun terbangun dari tidurnya
sambil mengusap matanya.
Setelah itu Tingting benar-benar bangun
saat mencium bau masakan nenek yang
wangi, segera Tingting menyusul ke tempat nenek dan menyapanya. Saat
Tingting menyantap makanan, nenek bilang
kepada Tingting bahwa Wowo akan datang untuk mengajaknya bermain, tiba tiba ada suara ketukan dari pintu rumah.
Saat dibuka oleh Tingting ternyata itu merupakan Wowo. Tingting pun bergegas
membereskan piringnya, lalu menuju Wowo. Namun nenek memanggil Tingting, nenek mengemaskan bekal untuknya
dimakan bersama saat perjalanan. Lalu scene berakhir dengan Tingting
melambaikan tangan kepada nenek yang berada ditengah pintu.
"Perjalanan Tingting dan Wowo pun dimulai. Akhirnya sampailah
mereka pada sebuah tumpukan batu yang dipasang spanduk daun bertuliskan pertunjukan capung tari. Tingting dan Wowo masuk
kedalam melihat pertunjukan tersebut bersama. Namun hal yang tidak menyenangkan terjadi, Tingting ditarik penari untuk terbang/menari bersama."
Tingting dan Wowo berjalan. Melewati bebatuan, hutan, sungai dan rumput
tinggi, mereka sampai ke tempat ramai, banyak spesies lain berkumpul. Ternyata
sedang diadakan pertunjukan tari
capung. Wowo sudah memesankan
Tingting tiket masuk, Tingting
merasakan perasaan yang tidak enak.
Namun Wowo merayunya dengan
beralasan bahwa ia tidak punya teman
lagi untuk diajak.
Tingting pun dengan enggan mengikuti sahabatnya itu dan menonton
pertunjukan tari capung bersama. Capung
capung tersebut menari dengan elegan dan mengibaskan sayap mengkilatnya
dengan menawan. Saat pertunjukan akan berakhir, hal tidak terduga terjadi.
Tingting ditarik oleh penari untuk terbang bersamanya.
Namun saat sudah di depan panggung
Tingting hanya terdiam, Tingting
memang tidak bisa terbang karena dia masih seekor nimfa capung tua. Sambil mengepal tangannya dan menahan malu
Tingting menjelaskan bahwa ia belum bisa terbang, lalu Tingting kabur dari
panggung tersebut dan lari sejauhjauhnya. Pengalaman tersebut sangat memalukan baginya.
"Tingting bertemu dengan Anci, tetangga kecil yang nakal. Anci yang
penasaran mengikuti Tingting hingga ke tengah sungai hanya untuk
mengejeknya. Namun tiba-tiba mereka terguncang, penglihatan mereka
ikut bergetar. Bebatuan yang mereka pijaki ternyata merupakan
buaya, menyadari hal tersebut mereka ingin pergi dari sana tapi tak
Tingting berlari dengan kencang sambil
menangis tanpa melihat arah, melewati Anci
tetangganya yang sedang mengumpulkan
rumput kering di sekitar. Anci pun
penasaran kemana Tingting pergi dan mengikutinya, ia melihat Tingting sedang
meringkuk di bebatuan tengah sungai. Anci
dengan tidak sadar akan situasinya mengejek
Tingting yang ia lakukan seperti biasa.
Setelah mendengar cemoohan Anci yang
lucu, Tingting mendengus tertawa, menertawakan muka Anci yang penuh debu dan kucel. Anci merasa malu dan memerah, mengira ia telah ditipu oleh
Tingting. Tawa Tingting bergema di sekitar sungai, karena malu Anci ingin segera balik dan pulang ke rumah. Namun tiba-tiba tubuh mereka bergetar, seluruh penglihatan juga bergetar.
Tingting berbisik kecil apakah ini merupakan gempa, namun Anci langsung membantahnya. Ternyata mereka berada di atas kaki buaya. Anci segera menjelaskan bahwa mereka harus segera pergi dari sini, namun tak sempat untuk kabur, buaya melibaskan ekornya dan mereka terpental sangat jauh dari kampung halamannya.
sempat dan terpental bersama jauh dari kampung halamannya."
mencari jalan untuk pulang namun m sedang berburu dan berencana mena
dijadikan ump
Tingting membuka dedaunan lebat, tampak kampung halaman yang sangat asing. Tempat yang belum pernah
mereka jelajahi sebelumnya sangat dingin dan redup. Satu-satunya jalan adalah
bertanya kepada makhluk sekitar namun
karena mereka terlalu kecil, tak ada
yang melihatnya. Tak membuahkan hasil, mereka pun berencana untuk
beristirahat sebentar di pinggir sungai.
Tak lama kemudian ada sebuah katak
lapar yang melihat mereka. Mereka pun lari secepat mungkin dan setelah terpojok di sebuah pohon, berpelukan bersama.
Datanglah seekor ular ungu yang langsung
menangkap katak tersebut dengan lahap
lalu ia menelannya. Memanfaatkan hal
tersebut Ular ungu tersebut memikirkan
cara licik untuk menahan dan menjadikan
salah satu dari mereka umpan katak.
Anci dengan polos, menjelaskan semua hal yang terjadi kepada mereka.
Anci menjelaskan semua hal yang terjadi
kepada mereka. Saat Anci tidak disana, Ular Ungu berbisik kepada Tingting
menjanjikan salah satu dari mereka untuk kembali pulang dengan selamat, namun harus ada satu yang menetap bersamanya. Tingting mengerti, itu bukan merupakan sebuah tawaran yang adil. Dengan memikirkan segala risiko. Saat malam tiba Anci tertidur, Tingting pergi ke tempat Ular Ungu.
"Dalam perjalanannya di hutan terse
"Tingting memilih untuk menetap dan menjadi umpan katak.
Ditinggalkan sendirian Anci kesal lalu mencoba untuk mencari mereka.
Lalu Anci bertemu dengan seekor elang yang sedang merintih kesakitan akibat duri kecil yang menusuknya. Berhasil membantu elang, Anci pun diantarkannya untuk mencari ular ungu tersebut."
Saat bangun, Anci sudah ditinggalkan oleh
keduanya, Anci memanggil nama mereka tapi
tidak ada yang menjawabnya, kesal karena
ditinggalkan Anci mendumal, ia mengira
bahwa mereka pergi meninggalkannya untuk
bermain. Merasa tak adil Anci pun jalan tak
tahu arah sambil marah-marah. Dalam
perjalanannya, Anci bertemu dengan elang
yang sedang merintih kesakitan.
Rupanya ia tertancap duri kecil sekali. Anci segera membantu mencari lokasi duri tersebut, dan akhirnya berhasil tercabut.
Elang berterima kasih kepadanya, tapi
Anci memintanya untuk membalas budi, mendengar hal tersebut Elang pura-pura
tidak dengar, sampai akhirnya ia mendengar Anci menjelaskanbahwa ia
ingin mencari seekor ular ungu yang
membawa temannya. Elang langsung bersemangat dan membantu Anci untuk
mencarinya. Kebetulan sekali elang
sedang lapar, duri yang tertancap tersebut sangat menghalanginya untuk mencengkeram mangsa dengan benar.
Elang dan Anci pun pergi mencari dari atas, karena warna ular tersebut ungu dan berkat mata elang yang tajam mereka pun bisa mencarinya dengan cepat. Anci memegang eraterat bulu elang dan meluncur bersama setelah elang menargetkannya.
Tingting dan ular ungu tidak sadar bahwa
sesuatu yang besar akan menerjangnya, elang tersebut mencengkeram ular ungu dengan paruhnya yang kuat. Elang
membiarkan Anci turun, Anci lalu
mendengus kepada Tingting, bisa-bisanya ia
bermain bersama ular ungu dan
meninggalkannya sendirian. Tingting tidak
bisa berkata-kata, melihat Anci turun dari
punggung seekor elang.
Anci lalu bertanya kepada elang apakah ia tahu dimanakah arah Sungai Mohe. Hanya beberapa detik sebelumnya, Ular Ungu sudah menghilang dari cengkramannya. Elang dalam kondisi yang baik, ia mau mengantarkan mereka langsung. Di udara mereka melihat semuanya dari kejauhan sangat kecil dan indah. Akhirnya mereka sampai di kampung halamannya dan berterima kasih kepada elang.
ASaat sudah mendekati rumahnya, Tingting terdiam lalu ia bertanya kepada Anci. Apakah ia akan terbang, layaknya capung pada umumnya. “Hanya karena itu belum terjadi, bukan berarti tidak akan pernah terjadi” Ucap Anci. Sambil menarik tangan Tingting ia menuju ke rumahnya.
"Elang menangkap ular ungu lalu membantu Tingting dan Anci untuk kembali pulang kerumah."
Pengetahuan karakteristik beberapa hewa
Secara tidak langsung mengajarkan ranta
Mengajarkan toleransi dan peduli satu sama lain.
Mengajarkan untuk tidak mendengarkan persepsi buruk dari orang lain.
Belajar untuk keluar dari zona nyaman, banyak hal baru yang ada di luar sana.
Motto : Hanya karena itu belum terjadi, bukan berarti tidak akan pernah (Just because it hasn't happened yet, doesn't mean that it never will).
Comic Strip
Games
Webtoon
Animation Series/Movie
Merchandising
Action Figure
Nama lengkap saya Annisa Najwa
Rizka Julia, biasa dipanggil Annisa/Nisa.
Saat mengerjakan projek ini saya
sedang kuliah Desain Komunikasi Visual
dengan peminatan Ilustrasi di Institut
Kesenian Jakarta. Animasi atau kerap
dikenal sebagai Anime merupakan awal
mula motivasi saya untuk menggambar
hingga sekarang. Selain itu saya sangat
suka donghua atau film 3D China.
"Little Tingting" merupakan projek animasi yang saya develop dari karakter
pada matkul Desain Karakter semester
3 dan juga matkul Concept Art, lebih
tepatnya saya memaksimalkan satu karakter ini untuk di sempurnakan dari
segi IP karakter dan backstory. Adanya projek ini membangkitkan saya untuk
mencoba membuat animasi.
Alkisah suatu hari hiduplah seekor nimfa capung bernama Tingting yang tidak kunjung terbang. Tingting mempunyai sahabat setia yang merupakan
seekor kumbang bernama Wowo, ia selalu datang membawa cerita kehidupan diluar rawa yang tidak pernah Tingting rasakan.
Umur Tingting yang sudah matang tapi tidak kunjung terbang itu menjadi bahan olokan dan banyak yang mencemoohnya termasuk tetangga nakalnya Anci yang super duper cerewet. Tingting paling tidak menyukainya karena berisik.
Suatu hari keadaan mengharuskan mereka terjebak bersama di hutan, bagaimana interaksi mereka saat berpetualang, akankah mereka akur? dan kembali ke desa bersama-sama?