E-Magazine OASE: Volume 5

Page 1


Halaman 3

KISAH SANTO VALENTINE

DAN MAKNA KRISTIANI DI

BALIK HARI KASIH SAYANG

Halaman 6

BERBAGI KASIH DALAM BAKTI

SOSIAL ALA KOMISARIAT

ELIM ‘45 UNIBOS

Halaman 10

STORGE, KASIH DALAM KELUARGA

Halaman 12

PHILIA, KASIH DALAM TENUN

PERSAHABATAN

Halaman 15

AGAPE, KASIH TANPA

SYARAT, TANPA PAMRIH!

Halaman 18

EROS, ALIRAN RENJANA YANG

MENYEMAI BERKAT

Halaman 21

PACARAN DALAM SUDUT

PANDANG KRISTEN

Halaman 21

PARA PENYUSUN

Daftar Isi

OASE adalah program majalah digital yang digagas oleh Bidang Penelitian dan Pengembangan GMKI Cabang Makassar Masa Bakti 2023-2025.

KISAH SANTO VALENTINE DAN MAKNA

KRISTIANI DI BALIK HARI KASIH SAYANG

Hari Valentine yang kita kenal sebagai hari kasih sayang sebenarnya memiliki akar sejarah yang penuh pengorbanan. Perayaan yang jatuh setiap tanggal 14 Februari ini tidak sekadar menjadi momen untuk bertukar hadiah dan mengungkapkan cinta, tetapi juga memiliki makna mendalam yang berakar dari kisah seorang santo bernama Valentinus.

Siapa Santo Valentine?

Sejarah Hari Valentine diyakini berasal dari kisah Santo Valentinus, seorang imam yang hidup pada abad ke-3 di Kekaisaran Romawi di bawah pemerintahan Kaisar Claudius II. Pada masa itu, Claudius II melarang para prajurit muda untuk menikah karena ia percaya bahwa pria lajang akan menjadi prajurit yang lebih baik dibanding mereka yang telah berkeluarga. Namun, Valentinus menentang kebijakan tersebut dan diam-diam menikahkan pasangan muda secara Kristen.

Santo Valentine dan Pengorbanan Demi Kasih

Kisah Santo Valentine berakar pada abad ke-3 di Kekaisaran Romawi, ketika Kaisar Claudius II melarang pernikahan bagi prajurit muda. Ia percaya bahwa pria lajang lebih kuat dalam peperangan karena tidak memiliki keluarga yang harus mereka tinggalkan. Namun, Valentinus, seorang imam Kristen, menentang kebijakan ini dan tetap menikahkan pasangan secara diam-diam di bawah sakramen pernikahan yang kudus.

Bagi Valentinus, pernikahan bukan hanya sekadar ikatan duniawi, tetapi juga perjanjian sakral di hadapan Tuhan. Sebagai seorang pemuka agama, ia memahami bahwa kasih dalam pernikahan mencerminkan hubungan antara Kristus dan Gereja, seperti yang tertulis dalam Efesus 5:25, "Hai suami, kasihilah isterimu, sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya."

Keberanian Valentinus untuk mempertahankan nilai-nilai Kristiani membuatnya ditangkap dan dipenjarakan. Selama di dalam sel, ia tetap menunjukkan kasih kepada sesama, termasuk kepada putri sipir yang buta. Dalam salah satu kisah, dengan doa dan imannya, ia berhasil mengembalikan penglihatan gadis tersebut. Sebelum dieksekusi pada tanggal 14 Februari 269 M, ia meninggalkan surat perpisahan yang ditandatangani dengan kata-kata "From Your Valentine", yang kemudian menjadi tradisi dalam perayaan Valentine hingga saat ini.

Dari Pengorbanan Menuju Perayaan Kasih

Setelah kematiannya, Valentinus dihormati sebagai santo oleh Gereja Katolik. Pada abad ke-5, Paus Gelasius I menetapkan tanggal 14 Februari sebagai hari untuk memperingati Santo Valentine, yang kemudian berkembang menjadi hari kasih sayang Awalnya, perayaan ini lebih bersifat religius, sebagai penghormatan terhadap cinta yang suci dan pengorbanan yang mencerminkan kasih Kristus

Seiring berjalannya waktu, makna Hari Valentine bergeser menjadi perayaan yang lebih universal, di mana orang-orang saling bertukar hadiah seperti cokelat, bunga, dan kartu ucapan Namun, sebagai umat Kristiani, kita diingatkan bahwa kasih sejati lebih dari sekadar simbol romantis Kasih yang diajarkan oleh Kristus adalah kasih yang penuh pengorbanan, sebagaimana tertulis dalam 1 Yohanes 4:7, "Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah "

Makna Kristiani di Balik Valentine

Hari Valentine bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk merenungkan kembali makna kasih dalam kehidupan sehari-hari. Santo Valentine mengajarkan bahwa kasih bukan hanya tentang perasaan, tetapi juga tindakan nyata yang mencerminkan kasih Allah. Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk mengasihi bukan hanya orang yang kita cintai, tetapi juga mereka yang membutuhkan, sebagaimana perintah Yesus dalam Matius 22:39, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri "

Kasih sejati tidak selalu mudah, tetapi dalam kasih ada pengorbanan, seperti yang telah dilakukan Santo Valentine Oleh karena itu, di Hari Valentine ini, mari kita tidak hanya fokus pada hal-hal romantis, tetapi juga menyebarkan kasih kepada sesama melalui kebaikan, pengampunan, dan perhatian kepada orang-orang di sekitar kita. Karena pada akhirnya, kasih yang sejati adalah kasih yang berasal dari Tuhan, kasih yang tidak terbatas oleh waktu atau kepentingan pribadi.

BERBAGI KASIH DALAM BAKTI

SOSIAL ALA KOMISARIAT ELIM ‘45 UNIBOS

Pada 19 Januari 2025, sekelompok mahasiswa GMKI Cabang Makassar Komisariat Elim 45 Unibos memulai perjalanan bakti sosial ke Desa Balla Tumuka, Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa, yang terletak di ketinggian sekitar 1.300 mdpl. Desa ini dipilih karena keunikan dan nilai tradisionalnya. Namun, keberangkatan mereka tidak berjalan sesuai rencana. Hujan deras, kemacetan Kota Makassar, dan keterlambatan bus membuat mereka baru bisa berangkat pukul 21.00 Wita, tiga jam dari jadwal. Meski dalam kondisi penuh sesak, perjalanan selama sembilan jam itu akhirnya membawa mereka ke Mamasa saat fajar menyingsing.

Setibanya di Mamasa, mereka beristirahat sejenak di Desa Balla Satanetean, 10 km dari lokasi kegiatan, untuk mengisi energi sebelum melanjutkan perjalanan. Panorama alam yang indah dan suasana tradisional desa menyambut rombongan di Balla Tumuka. Warga, bersama Pendeta Albert dan jemaat Gereja Bethel Indonesia, menyambut dengan keramahan yang jarang ditemukan di perkotaan Acara pembukaan dimulai dengan ibadah sederhana di sebuah gereja tanpa dinding Kehadiran para tokoh agama dan masyarakat dari berbagai denominasi menunjukkan harmoni dan moderasi beragama yang hidup di desa ini

Hari pertama bakti sosial diisi dengan penimbunan material untuk pengecoran lantai gereja Mahasiswa, warga desa, termasuk bapak-bapak, ibu-ibu, dan anak-anak, bergotong royong dengan semangat tinggi Tak ada perbedaan peran; baik laki-laki maupun perempuan saling membantu Gotong royong, menurut Koentjaraningrat, adalah aktivitas tanpa bayaran yang bermanfaat bagi khalayak luas, dan hal ini terlihat nyata di Balla Tumuka Meskipun hujan mengguyur, semangat kerja tetap menyala, bahkan pemerintah daerah memberikan dukungan berupa mobil operasional untuk memperlancar kegiatan

Selain bekerja, interaksi dengan masyarakat setempat menjadi momen yang berkesan Kehangatan warga membuat hubungan emosional terjalin erat Mereka menyuguhkan makanan lokal seperti ubi kayu dan jagung rebus, membangun suasana yang akrab Di tengah keterbatasan, kebersamaan yang tercipta menjadi bukti nyata dari nilai kekeluargaan yang kuat Aktivitas malam hari diisi dengan diskusi ringan, bercengkrama, dan menyusun agenda untuk hari berikutnya

Hari kedua melanjutkan pengangkutan material bangunan menggunakan gerobak dan ember Tantangan medan dan cuaca tidak mengurangi semangat para peserta dan warga. Malam harinya, mereka diundang menghadiri acara festival rakyat yang diadakan oleh Kepala Desa. Kehadiran para mahasiswa tidak hanya membawa manfaat fisik berupa pembangunan gereja, tetapi juga mempererat hubungan sosial antara mahasiswa dan masyarakat setempat.

Bakti sosial ini mencerminkan perwujudan nyata dari Tri Medan Layan, yaitu dedikasi terhadap gereja, perguruan tinggi, dan masyarakat. Harmoni kehidupan di Balla Tumuka menjadi pelajaran penting tentang moderasi beragama, gotong royong, dan semangat melayani. Pengalaman ini meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta yang merasakan langsung kehangatan dan kebersamaan masyarakat di tempat tersebut.

Kegiatan pagi dimulai seperti biasa dengan saat teduh, diikuti dengan senam. Senam kali ini dilanjutkan dengan mengangkat material bahan bangunan dari jalan menuju Gedung Gereja, yang tidak memakan banyak waktu karena kami harus bergegas menuju lokasi Festival Rakyat. Kami beruntung diundang ke acara yang diadakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Mamasa ini Dalam sambutannya, Sekretaris Dinas Pemuda dan Olahraga menjelaskan bahwa festival ini bertujuan menghidupkan kembali permainan tradisional seperti gasing, logo, bakiak, tenta, benteng, domino, lompat tali, dan lainnya yang kini mulai tergeser oleh teknologi. Kehadiran kami disambut hangat, bahkan kami diberi kehormatan memimpin doa pembukaan yang dipimpin oleh Bung Ricardo Buttu Bendo

Selain itu, beberapa teman juga ikut berpartisipasi dalam permainan: Datu Le’to pada permainan logo; Tari, Nesa, dan Gita pada bakiak; serta Berkam dan Gray dalam domino. Setelah beberapa saat, kami harus kembali ke Gedung Gereja karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, terutama pengecoran lantai Setibanya di sana, kami langsung bergabung membantu para tukang dan jemaat yang sudah mulai bekerja. Sementara itu, beberapa teman seperti Tiara, Jenni, Jesika, Bidadari, Yohalika, Serli, dan Rani pergi ke kebun warga untuk mengambil ubi kayu dan sayuran. Proses pengecoran berjalan hingga sore hari dan hampir mencapai 50% sebelum terhenti akibat hujan deras Di malam hari, aktivitas pengecoran kembali tertunda karena cuaca Kami mengalihkan kegiatan dengan bercengkerama bersama masyarakat dan pemuda desa. Kami dijamu minuman khas, ballo, sambil mengobrol hingga larut malam. Meski hujan belum reda, malam diakhiri dengan breafing persiapan esok hari dan ibadah singkat sebelum beristirahat

Pagi hari dimulai dengan saat teduh seperti biasa. Setelah sarapan, kami bersiap menuju SD 002 Ballapeu’ untuk sosialisasi penggunaan gadget dan edukasi kebersihan lingkungan. Kedatangan kami disambut antusias oleh para siswa yang berkerumun dan langsung merasa dekat dengan kami Setelah sesi sosialisasi di kelas, kami diajak berfoto bersama oleh para guru Momen perpisahan menjadi emosional ketika beberapa siswa menangis saat kami berpamitan, bahkan ada yang merangkul dan mengangkat beberapa teman. Karena waktu terbatas, sosialisasi di SMP yang semula direncanakan hari itu ditunda ke esok hari Kami kembali ke Gedung Gereja untuk melanjutkan pengecoran lantai bersama tukang dan jemaat hingga akhirnya selesai meski harus berpacu dengan cuaca yang sering hujan Di tempat lain, beberapa teman mempersiapkan kegiatan sosialisasi pertanian di Kantor Desa Balla Tumuka. Pemateri kegiatan ini adalah Kakanda Mursalin Mustamin, seorang penggerak pemuda pelopor pangan di Sulawesi Barat yang telah melakukan studi dan riset di 14 negara

Meski awalnya khawatir jumlah peserta akan sedikit karena hujan, ternyata lebih dari 50 warga hadir. Pemateri yang komunikatif membuat masyarakat antusias mendengarkan materi terkait peran pertanian di Mamasa untuk menyangga kebutuhan pangan Sulawesi Barat Ia juga menekankan pentingnya persiapan menghadapi peran Sulawesi Barat sebagai penyangga pangan utama menjelang Ibu Kota Negara (IKN) Setelah diskusi, kami sepakat untuk melakukan praktik pertanian keesokan paginya. Kegiatan diakhiri dengan kembali ke Gedung Gereja bersama pemateri. Di sana, kami makan malam, berdiskusi, dan melanjutkan breafing persiapan hari berikutnya sebelum istirahat Hujan dan kabut tebal kembali menyelimuti malam

Hari-hari akhir dimulai dengan rutinitas pagi seperti biasa: saat teduh, diikuti persiapan untuk berbagai kegiatan. Tim dibagi sesuai tugas sosialisasi kebersihan dan penggunaan gadget di SMP, praktik pertanian bersama warga, belanja kebutuhan Natal di pasar, hingga memasak. Kelompok yang berangkat ke SMP memulai sosialisasi tepat pukul 08.00 WITA. Sementara itu, warga bersama pemateri memulai praktik pertanian, belajar cara mengolah lahan, menanam, merawat, hingga panen. Di sela kegiatan, sebagian memancing di kolam ikan milik Pendeta Albert.

Setelah praktik, suasana santai mulai terasa. Tim sosialisasi ke SMP melanjutkan perjalanan ke air terjun Allo Dio, sementara yang di lokasi berbincang santai dengan warga. Sore harinya, beberapa dari kami mengunjungi objek wisata Buntu Tille dan Buntu Mussa. Malam tiba disertai hujan dan kabut tebal. Pemuda desa datang berkunjung, mempererat keakraban lewat diskusi dan berbagi cerita. Setelah briefing untuk persiapan Natal keesokan harinya, kegiatan ditutup dengan ibadah singkat sebelum istirahat. Keesokan harinya, kegiatan terfokus pada persiapan perayaan Natal. Dari bersih-bersih hingga dekorasi, semuanya dikerjakan bersama warga. Ibu-ibu di dapur mempersiapkan konsumsi. Walau cuaca cukup bersahabat, waktu terasa cepat berlalu. Menjelang sore, persiapan rampung, dan pukul 16.00 WITA kami mulai bersiap.

Saat malam tiba, perayaan Natal berlangsung khidmat. Lebih dari 100 warga berkumpul dalam sukacita, meskipun hujan turun Ibadah diikuti dengan upacara organisasi dan sambutan, termasuk ucapan terima kasih dari ketua komisariat dan kepala desa Setelah itu, momen kebersamaan diabadikan melalui foto bersama Malam itu juga menjadi malam terakhir kami di Balla Tumuka Canda, tawa, dan kenangan terasa begitu berharga

Pagi terakhir dimulai dengan saat teduh dan persiapan pulang Kami turut menghadiri ibadah Minggu bersama jemaat, di mana ketua komisariat menyampaikan terima kasih Setelah makan siang, kami bersiap meninggalkan lokasi Sebelum kembali ke Makassar, kami singgah di Villa Edelweis, sebuah agrowisata di Tondok Bakaru yang dikelola pemateri, Mursalin Mustamin Di sana, kami disuguhi panorama indah di kaki Gunung Mambulillin Sekitar pukul 20 00 WITA, perjalanan pulang dimulai Dengan bus dan sepeda motor, kami menempuh waktu sembilan jam hingga tiba di Makassar keesokan paginya

Mencermati perjalanan selama kegiatan ada satu hal yang menjadi perhatian kenapa di beri judul “Gaun Rumembon”. Sebab selama kegiatan tak satu haripun kami lewati selama kegiatan tanpa awan ia selalu turun baik di sore hari, malam hari bahkan subuh menjelang pagi. Konon cerita di tempat ini apabila ada orang baru yang berkunjung dan selalu di sambut dengan awan maka itu adalah pertanda baik, serta berkah dari leluhur.

STORGE, KASIH DALAM KELUARGA

Keluarga dalam Kekristenan disebut sebagai “Familia Dei” yang berarti “Keluarga Allah”. Penyebutan Familia Dei memiliki dasar yang kuat, sebab di dalam keluarga Allah, dasar dari segala sesuatu adalah Allah itu sendiri (Kristiyanto 2021) Dinamika perjumpaan dan penghayatan tentang keluarga Allah mesti mengejawantahkan kasih sebagai instrumen kehidupan, baik di komunitas maupun di dalam keluarga. 1 Korintus 13:13 menyatakan: “[…] yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.”

Sederhananya, kasih itu bersifat vertikal dan horizontal, artinya mengasihi Tuhan dan juga mengasihi sesama. Allah mengasihi manusia supaya manusia mengasihi Allah, dan Allah mengasihi manusia tanpa syarat dan imbalan. Kasih menjadi hal yang sangat penting dalam hidup seorang percaya. Kasih yang digambarkan tentang Tuhan dan manusia adalah kasih agape, misalnya kasih atas pengorbanan Yesus yang rela berkorban untuk manusia berdosa Itulah kasih agape Kekeliruan seseorang dalam memaknai kasih berakar dari sempitnya cara pandang tentang kasih atau pengertian tentang kasih yang statis, tunggal, dan berlaku universal. Di sisi lain, kasih memiliki beberapa definisi secara umum. Ada yang mengenal kasih agape, philia, eros, dan storge Proses memberi perhatian pada kasih storge menjadi sorotan dalam bagian ini Cara memaknai kasih storge melalui pernyataan ini menjadi peta konsep untuk melihat topik tentang kasih “storge.”

Kasih Storge?

Kasih storge adalah kasih dalam keluarga, kasih orang tua kepada anaknya, dan kasih anak kepada orang tuanya (Drescher 2008) Kasih storge bukan hanya kasih antara orang tua kepada anak-anaknya, melainkan juga kepada cucu-cucunya. Jenis kasih seperti ini pun tersirat di dalam Alkitab (Efesus 6:4), di mana orang tua harus mengasihi anaknya dan cucu-cucunya. Baik seorang ayah maupun seorang ibu bertanggung jawab untuk mengasihi anak-anaknya Kasih menunjukkan hubungan kasih mesra yang ada dalam keluarga atau rumah tangga (Malcom 2006)

Bagi orang Yahudi, keluarga merupakan bagian paling penting dalam kehidupan seseorang. Keluarga disebut penting karena di dalam “keluarga” merupakan tempat pertama segala aturan, hukum, dan norma kehidupan orang Yahudi diajarkan kepada anak-anak Di sisi lain, keluarga juga menjadi tempat pertama “Taurat Tuhan” dibacakan bagi anak-anak. Orang Yahudi memiliki corak ke-Yahudi-an yang kuat karena sejak masa pertumbuhan seorang anak, pendidikan keluarga sudah menjadi bagian paling penting.

Alasan inilah yang menjadi daya dorong bahwa kasih storge berfokus pada keluarga sebagai pihak pertama yang terlibat dalam pertumbuhan seseorang yang memiliki ikatan emosional Kasih storge merupakan daya dorong untuk memaknai Familia Dei, bahwa keluarga adalah anugerah yang diberikan untuk menjadi penolong dan penopang dalam kehidupan, serta bertumbuh bersama dalam terang iman.

PHILIA, KASIH DALAM TENUN PERSAHABATAN

Dalam kehidupan manusia, kasih memiliki banyak dimensi dan bentuk. Alkitab dan tradisi Kristiani mengajarkan bahwa kasih bukan hanya sebatas perasaan romantis, tetapi juga bentuk kasih yang lebih dalam dan bermakna. Salah satu jenis kasih yang memiliki peran penting dalam hubungan antarmanusia adalah kasih Philia, yang sering diartikan sebagai kasih persaudaraan atau persahabatan sejati. Kasih ini bukan sekadar rasa suka, tetapi juga bentuk kasih yang berdasarkan kesetiaan, kepercayaan, dan persatuan dalam kebenaran.

Etimologi dan Pengertian Kasih Philia

Kata Philia berasal dari bahasa Yunani (φιλία) yang berarti persahabatan, kasih persaudaraan, atau cinta yang penuh hormat. Dalam filsafat Yunani klasik, Aristoteles mendefinisikan philia sebagai bentuk kasih yang lebih tinggi daripada sekadar kesenangan atau ketertarikan fisik, karena melibatkan keterikatan emosional yang tulus antara individu yang memiliki kesamaan nilai dan tujuan.

Dalam konteks Kekristenan, kasih Philia adalah kasih yang tumbuh dalam persahabatan yang didasarkan pada nilai-nilai Kristiani, seperti kesetiaan, pengorbanan, dukungan, dan kejujuran. Kasih ini lebih dari sekadar kedekatan sosial, tetapi juga merupakan bentuk kasih yang mempersatukan orang dalam iman dan kebenaran Tuhan.

Kasih Philia dalam Perspektif Teologi Kristiani Dalam teologi Kristiani, kasih memiliki beberapa dimensi utama yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama. Dalam Yohanes 15:13, Yesus berkata: "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatsahabatnya." Ayat ini menegaskan bahwa kasih Philia adalah kasih yang melibatkan pengorbanan. Yesus sendiri menunjukkan kasih Philia yang sempurna kepada murid-murid-Nya dengan memberikan nyawa-Nya untuk menebus dosa manusia. Oleh karena itu, kasih Philia bukan hanya tentang persahabatan biasa, tetapi juga bentuk kasih yang rela berkorban demi kebaikan sesama.

Selain itu, kasih Philia juga terlihat dalam hubungan antara Yesus dan murid-murid-Nya. Dalam Yohanes 13:34-35, Yesus memberi perintah baru kepada para pengikut-Nya:"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."

Kasih Philia bukan hanya sekadar hubungan sosial, tetapi juga bukti nyata dari kehidupan yang dipenuhi oleh kasih Kristus. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk membangun komunitas yang penuh kasih, mendukung satu sama lain, dan hidup dalam persaudaraan yang saling membangun.

Kasih Philia dalam Alkitab

Banyak tokoh dalam Alkitab yang menunjukkan kasih Philia yang mendalam Beberapa contoh di antaranya adalah:

1

Daud dan Yonatan – Persahabatan antara Daud dan Yonatan (1 Samuel 18:1-3) menunjukkan kasih Philia yang penuh kesetiaan. Meskipun Yonatan adalah putra Raja Saul, yang seharusnya menjadi saingan Daud, ia tetap memilih untuk mendukung dan melindungi Daud karena kasih persaudaraannya.

2

Ruth dan Naomi – Ruth menunjukkan kasih Philia kepada mertuanya, Naomi, dengan tetap setia meskipun Naomi kehilangan suami dan anak-anaknya (Ruth 1:16-17). Kasihnya yang setia menjadi contoh bagaimana kasih Philia juga dapat ditemukan dalam hubungan keluarga

3.

Yesus dan Para Murid-Nya – Yesus menyebut murid-murid-Nya sebagai sahabat (Yohanes 15:15) dan mengajarkan bahwa kasih Philia harus menjadi dasar dalam hubungan mereka satu sama lain.

AGAPE, KASIH TANPA SYARAT & TANPA PAMRIH!

Kasih Agape menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kasih yang artinya kasih sayang dan perasaan yang sangat berlebihan kepada seseorang. Agape adalah perjamuan persaudaraan yang dilangsungkan sesudah ibadat ekaristi dengan mengundang umat yang kurang mampu. Kasih Agape adalah kasih kesetiaan komitmen, kasih tanpa pamrih, dan tindakan niat baik yang dilakukan kepada setiap orang. Kasih Agape dalam bahasa Yunani kuno secara harfiah artinya “cinta tanpa syarat”. Konsep ini adalah salah satu pengajaran agama Kristen yang terus-menerus diajarkan kepada jemaatnya. Konsep ini seharusnya tidak terbatas pada pengajaran agama Kristen, melainkan menjadi penuntun bagi siapa pun yang mengasihi orang lain, sebagai kehidupan yang penuh makna

Pemahaman umum kasih Agape ialah kasih yang tidak membedakan golongan, suku/budaya, ras, dan agama Kasih Agape adalah kasih yang merangkul semua orang, baik kawan maupun lawan, bahkan merangkul orang-orang yang terpinggirkan dan orang-orang yang mengalami disabilitas. Kasih inilah yang dilakukan oleh Yesus pada masa pelayanan-Nya di golongan bangsa Yahudi, yang terdiri atas berbagai golongan, etnis, dan status sosial yang berbeda-beda Bahkan, Yesus juga merangkul orang Samaria, yang pada masa itu bermusuhan dengan orang Yahudi (Yoh. 4:40). Yesus menyembuhkan orang sakit yang berada di kolam Betesda, yang saat itu diabaikan oleh orang lain (Yohanes 5:1–9). Jonathan Wantoro mengatakan bahwa Allah menunjukkan sikap-Nya kepada umat manusia seperti kasih Agape yang berarti kasih abadi dan kasih tak terbatas kepada semua ciptaan-Nya Menurut Robert, salah satu mahasiswa STFT Intim di Makassar, dalam wawancaranya ia mengatakan bahwa kasih Agape adalah kasih yang tidak terbatas, tanpa syarat, rela berkorban, dan kasih yang dilakukan tanpa emosi, tanpa keterpaksaan, tetapi tindakan nyata secara ikhlas dan tulus untuk mengasihi umat manusia

Setiap orang yang melakukan kasih Agape adalah orang yang tidak memperhitungkan apa yang ia lakukan kepada orang lain Ia melakukan kebaikan dengan rendah hati, tanpa keterpaksaan, dan tanpa meminta imbalan dari apa yang ia telah lakukan. Secara universal, ia melakukan kebaikan kepada orang lain dengan keadilan, kerelaan, dan mengorbankan dirinya demi kebaikan orang lain. Contohnya seorang ibu yang merawat dan membesarkan anaknya dengan penuh tanggung jawab tanpa meminta belas kasih dari anaknya sendiri, seperti seorang pemuda mencintai temannya dengan memberikan bantuan seperti uang untuk membayar tunggakan registrasi kuliah dengan rela hati tanpa keterpaksaan dan tanpa meminta kembali uang tersebut Secara keagamaan, yang lebih merujuk kepada agama Kristen, adalah Yesus Kristus yang rela mati di atas kayu salib demi menebus dosa-dosa umat manusia Allah mengasihi umat-Nya tanpa syarat apa pun.

Di dunia ini yang penuh dengan banyak persoalan dan tantangan seperti persoalan pada diri sendiri, keluarga, sahabat, dan orang-orang di sekitarnya, hal ini membuat kita sulit menerapkan kasih Agape. Kasih Agape mengajarkan kita untuk saling mengasihi, bukan saling membenci. Kasih Agape mengajarkan kita untuk saling memaafkan, bukan bermusuhan Kasih Agape mengajarkan kita untuk selalu hidup dalam perdamaian, bukan pertengkaran.

Kehidupan kita sangat dipenuhi dengan egoisme dan persaingan Egoisme, konsep ini sangat melekat pada setiap orang Egoisme membuat kita tidak saling tolong-menolong Egoisme membuat kita mementingkan diri sendiri. Egoisme membuat kita tidak mempunyai moral yang baik. Egoisme membuat kita keras kepala dan tidak rendah hati. Konsep persaingan sangat familier terlihat pada lingkungan sosial Persaingan membuat kita menjadi orang yang iri dengki pada orang lain yang memiliki kehidupan yang dibilang sukses. Hal-hal seperti ini membuat kasih Agape sulit diterapkan dalam kehidupan kita. Karena kasih Agape mengajarkan kita untuk saling tolong-menolong tanpa pamrih Dan setiap kita yang melakukan kasih Agape kepada sesama ciptaan Allah, maka kita telah melakukan salah satu perintah Allah, karena Allah mengajarkan kita untuk saling mengasihi satu sama lain (Matius 22:39: kasihilah sesama manusia seperti diri sendiri)

Kasih Agape menunjukkan bahwa Aku adalah pribadiku yang lain. “Konsep Aku adalah Pribadiku yang Lain” dikatakan oleh seorang tokoh terkenal yang bernama Levinas. Maksud dari kata ini, Levinas menegaskan bahwa pentingnya kita hidup saling berelasi satu sama lain Konsep ini tidak merujuk sebatas kepada kakak, adik, mama, bapak, dan keluarga, melainkan kepada semua kita yang hidup di bumi. Berelasi dengan sesama kita merupakan kebahagiaan, yang mestinya dalam berelasi kita menerapkan kasih Agape, “Aku mengasihi orang lain sama seperti aku mengasihi diriku. Aku membahagiakan orang lain sama seperti aku membahagiakan diriku.”

Di bulan kedua tahun baru 2025, marilah kita menerapkan kasih Agape dalam kehidupan Marilah kita menjadikan kasih Agape menjadi sikap utama dalam kehidupan kita bagi sesama ciptaan Allah. Bulan Februari yang dikenal sebagai bulan kasih sayang, marilah kita saling menyayangi satu sama lain tanpa melibatkan emosi, perasaan, dan menuntut kebaikan dari orang lain atas apa yang sudah kita berikan kepadanya

EROS, ALIRAN RENJANA YANG MENYEMAI BERKAT

Dalam kehidupan manusia, kasih hadir dalam berbagai bentuk dan dimensi. Salah satu bentuk kasih yang sering diperbincangkan dalam filsafat dan teologi adalah kasih Eros, yang berkaitan dengan gairah, daya tarik, dan ketertarikan mendalam antara dua insan. Dalam budaya modern, kasih Eros sering diidentikkan dengan nafsu atau birahi, tetapi dalam pemahaman yang lebih luas, kasih ini memiliki makna yang lebih mendalam.

Untuk memahami bagaimana kasih Eros dapat menjadi berkat dalam terang iman Kristiani, kita perlu menggali lebih jauh makna di balik kata tersebut, serta bagaimana unsur renjana—sebuah diksi yang membalut makna nafsu dan birahi dengan estetika bahasa—membawa makna spiritual yang lebih tinggi.

Pengertian Kasih Eros

Secara etimologis, kata Eros berasal dari bahasa Yunani (ἔρως), yang berarti cinta yang penuh gairah atau cinta romantis. Dalam mitologi Yunani, Eros adalah dewa cinta yang melambangkan kekuatan tarik-menarik yang ada di dalam diri manusia. Aristoteles dan Plato membahas Eros sebagai kekuatan yang dapat membawa manusia kepada kebahagiaan, tetapi juga dapat menjerumuskan jika tidak dikendalikan dengan kebijaksanaan.

Dalam konteks kasih yang lebih luas, Eros bukan sekadar nafsu atau birahi, tetapi lebih pada kerinduan mendalam akan keintiman dan kesatuan dengan yang dikasihi. Dalam filsafat Platonis, Eros bahkan dapat dimaknai sebagai dorongan untuk mencari keindahan sejati, baik dalam hubungan antarmanusia maupun dalam pencarian akan Tuhan.

KASIH EROS DALAM UNSUR KEKRISTENAN

Beberapa unsur penting dalam kasih Eros yang diajarkan dalam

kekristenan adalah:

1 Eros sebagai Pemberian Tuhan dalam Pernikahan

Dalam Kejadian 2:24, Tuhan menetapkan bahwa laki-laki dan perempuan akan bersatu dalam pernikahan: "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging "

Ayat ini menunjukkan bahwa kasih Eros bukan sesuatu yang buruk atau dosa, tetapi bagian dari rancangan Allah yang indah. Pernikahan menjadi wadah yang sah bagi kasih Eros untuk berkembang dalam kesatuan jiwa, hati, dan tubuh.

2 Mengendalikan Eros dengan Kasih Agape

Dalam iman Kristiani, kasih Agape kasih yang tanpa pamrih dan penuh pengorbanan harus menjadi dasar dari kasih Eros Kasih Eros

tanpa kendali dapat menjadi egois dan berpusat pada pemuasan diri sendiri, tetapi jika dibalut dengan kasih Agape, maka kasih ini akan menjadi kasih yang mengutamakan kebahagiaan pasangan dan kehendak Tuhan.

Paulus menuliskan dalam 1 Korintus 7:3-5: "Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya; demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya "

Ayat ini menegaskan bahwa kasih Eros dalam pernikahan bukan sekadar soal hasrat, tetapi juga tentang kesalingan, pengorbanan, dan penghormatan satu sama lain

3 Eros yang Menyemai Berkat, Bukan Nafsu yang Menjadi Kutuk Ketika kasih Eros dipelihara dalam batasan yang Tuhan tetapkan, maka kasih ini akan menyemai berkat bagi pasangan suami-istri. Eros yang benar akan membawa:

Keintiman yang mendalam antara pasangan.

Kesatuan yang kuat dalam pernikahan.

Keluarga yang harmonis, yang didasarkan pada cinta sejati, bukan sekadar hawa nafsu.

Sebaliknya, ketika kasih Eros dipenuhi oleh egoisme, perselingkuhan, atau hubungan di luar pernikahan, maka ia berubah menjadi kutuk yang menghancurkan. Dalam 1 Korintus 6:18, Paulus memperingatkan: "Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya, tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri." Kasih Eros yang tidak ditempatkan dalam bingkai yang benar dapat membawa kehancuran baik dalam hubungan, moralitas, maupun kehidupan rohani seseorang Kasih Eros adalah anugerah Tuhan yang suci, yang diberikan kepada manusia untuk menikmati keintiman dalam pernikahan. Dalam bahasa yang lebih puitis, renjana adalah aliran gairah yang menghidupkan, tetapi harus diarahkan dengan kebijaksanaan agar tidak menjadi badai yang menghancurkan. Ketika kasih Eros dipadukan dengan kasih Agape, maka ia akan menjadi kasih yang menyemai berkat, membawa kebahagiaan dalam pernikahan, dan mencerminkan kasih Kristus bagi Gereja-Nya. Oleh karena itu, marilah kita menjaga kasih Eros dalam kesucian dan kehormatan, agar renjana yang kita miliki bukan sekadar nyala api yang membakar habis, tetapi cahaya yang menerangi dan menghangatkan kehidupan yang diberkati Tuhan

PACARAN DALAM SUDUT PANDANG KRISTEN

Dalam lanskap moralitas dan perkembangan generasi muda, fenomena pacaran remaja menjadi sorotan utama. Alih-alih menjadi wahana eksplorasi dan persiapan relasi yang sehat, pacaran kerap kali kehilangan arah, berujung pada ketidakbahagiaan atau bahkan mengancam masa depan generasi muda. Pacaran, sebagai manifestasi perasaan cinta, menjelma menjadi jalinan komunikasi yang lebih intim. Aktivitas sosial ini membuka ruang bagi interaksi antara dua individu dari jenis kelamin yang berbeda, di mana mereka dapat menjalin hubungan yang melampaui batas kekerabatan. Bagi umat beriman, pacaran memiliki dimensi yang lebih dalam daripada sekadar interaksi sosial Tujuannya adalah untuk membangun hubungan yang kokoh dan langgeng, yang berujung pada ikatan pernikahan Tetapi, dalam masyarakat modern, relasi seringkali dibangun di atas fondasi yang rapuh, yaitu ketertarikan pada penampilan yang fana. Penampilan luar yang memikat menjadi tolak ukur utama, mengaburkan nilai-nilai yang lebih abadi dan mendalam.

Di tengah riuhnya pesona asmara, kaum muda seringkali terbuai oleh keindahan yang tampak di permukaan, tanpa menyadari bahwa kebebasan yang mereka nikmati dapat menjadi jalan menuju pernikahan yang penuh nestapa. Bayangan pernikahan dini hadir sebagai mimpi buruk, bukan hanya karena kemiskinan dan penyakit yang menyertainya, tetapi juga karena luka yang ditorehkannya pada jiwa-jiwa muda dan potensi kekerasan yang mengintai anak-anak yang tak bersalah.

Alvary Exan Rerung mengatakan bahwa berpacaran memiliki legalitas atau dapat dikatakan sah-sah saja apabila hubungan berpacaran sesuai pada poros yang benar Oleh karena itu, sentuhan teologis yang penuh kasih sangat diperlukan untuk membimbing para pemuda dalam menjalani masa-masa penuh gejolak ini dengan tanggung jawab yang mendalam. Dalam nasehatnya yang bijaksana, 1 Timotius 5:22 dengan tegas menyerukan pentingnya menjaga kesucian diri, sebuah panggilan yang berlaku tidak hanya bagi kaum muda, tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Ayat ini menggarisbawahi perlunya menahan diri dari segala bentuk godaan yang dapat merusak kemurnian jiwa, serta upaya untuk mempertahankan moralitas yang tinggi, selaras dengan ajaran ilahi.

Senada dengan itu, 1 Petrus 1:16 menekankan pentingnya hidup dalam kekudusan, sebuah cerminan dari panggilan kita untuk senantiasa berjalan di jalan yang lurus, sesuai dengan standar moral yang telah ditetapkan oleh Allah. Dalam jalinan asmara, kemampuan untuk mengendalikan diri menjadi fondasi utama yang tak tergantikan Sebab, tak dapat dipungkiri, hasrat dan nafsu seringkali menjadi ujian dalam berpacaran. Oleh karena itu, komitmen untuk saling menjaga diri dalam hubungan menjadi esensi penting dalam melawan gejolak keinginan yang mungkin timbul. Dengan demikian, hubungan berpacaran jika dilihat dalam lensa kekristenan merupakan salah satu cara Tuhan membantu untuk saling mengingatkan dan membantu dalam berbagai aspek kehidupan. Apabila, hubungan yang di bangun semakin mendekatkan diri masing-masing kepada pengenalan akan Kristus

PARA PENULIS OASE V

RioRocky

Hermanus

Penulis

Ketua Bidang Penelitian dan

Pengembangan GMKI Cabang

Makassar Masa Bakti 20232025

BerkamSangganiSeno

Penulis

Ketua Bidang Organisasi dan Komunikasi GMKI Komisariat Elim ‘45 UNIBOS Masa Bakti 2024-2025

ErlitaSilvia

Penulis

Anggota GMKI Cabang

Makassar Komisariat STFT INTIM

DwiAgungNugroho Prayitno

Penulis

Anggota Bidang Penelitian

dan Pengembangan GMKI

Cabang Makassar Masa Bakti 2023-2025

TondiEdward SamuelDamanik

Penulis & Editor OASE Magazine

Anggota Bidang Penelitian

dan Pengembangan GMKI Cabang Makassar Masa Bakti 2023-2025

AbrahamAtalo

Penulis

Anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan GMKI Cabang Makassar Masa Bakti 2023-2025

DatuLe’to

Penulis

Ketua GMKI Cabang Makassar Komisariat Elim ‘45 UNIBOS Masa Bakti 2024-2025

GeraldM

Penulis

Ketua Panitia Bakti Sosial & Natal GMKI Komisariat Elim ‘45 UNIBOS

TiaraLande

Penulis

Sekretaris Panitia Bakti Sosiak & Natal GMKI Komisariat Elim ‘45 UNIBOS

DIES NATALIS GMKI & VALENTINE

"Kasih yang menggerakkan pelayanan, persaudaraan yang menguatkan perjuangan"

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kasih dan penyertaan-Nya, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) telah mencapai usia 75 tahun dalam perjalanan pelayanan, perjuangan, dan pengabdian bagi gereja, perguruan tinggi, dan masyarakat.

Momentum Dies Natalis GMKI ke-75 yang berdekatan dengan Hari Kasih Sayang (Valentine’s Day) mengingatkan kita bahwa kasih bukan sekadar perasaan, tetapi tindakan nyata dalam pelayanan dan perjuangan. Sebagaimana kasih Kristus yang tanpa batas, kita diajak untuk terus berkarya dengan cinta terhadap sesama, integritas dalam perjuangan, dan dedikasi bagi perubahan yang lebih baik.

Sebagai kader GMKI, kita memiliki tugas mulia untuk menyebarkan kasih dalam persatuan, memperjuangkan keadilan, dan terus bertransformasi menjadi garam dan terang bagi dunia. Dalam semangat kebersamaan dan kasih, marilah kita melanjutkan perjuangan ini dengan setia, berlandaskan solidaritas, inklusivitas, dan keberanian untuk membawa perubahan yang nyata bagi bangsa dan gereja.

Selamat Dies Natalis GMKI ke-75!

Tetap teguh dalam Iman, Ilmu, dan Pelayanan. Atas Nama Badan Pengurus Cabang GMKI Makassar Masa Bakti 2023-2025 Ut Omnes Unum Sint!

M.VICKYR.F

KETUABPCGMKICABANG MAKASSARMASABAKTI 2023-2025

SEKRETARISBPCGMKI CABANGMAKASSARMASA BAKTI2023-2025

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.