2 minute read

MALAIKAT TANPA SAYAP UNTUK MASA DEPAN BANGSA

Atelinga kawan RENJANA. Sosok fashion designer atau perancang busana terkenal ini berasal dari Semarang. Namanya dikenal tidak hanya di Indonesia namun juga di mancanegara. Karya-karyanya yang banyak menggunakan batik membawa daya tarik dan ciri khasnya sendiri. Namun siapa sangka seorang perancang busana tersohor sepertinya ‘hanyalah’ lulusan SMP.

Anne Avantie mampu menerjang kerasnya dunia. Memulai dari bawah dan mempelajari ilmu busana secara otodidak, Anne Avantie berhasil menemukan panggungnya. Tempat di mana beliau bisa bersinar tidak hanya bagi dirinya namun juga bagi orang lain. Anne Avantie berhasil menjadi garam dunia bagi sekitarnya sebagiamana diumpamakan dalam Matius 5:13-16 yang menceritakan tentang bagaimana seseorang harus menjadi garam yang baik. Perumpamaan tersebut dapat diartikan sebagai menjadi pengaruh yang baik bagi sesama dan lingkungan.

Advertisement

Sebagai seseorang yang merasakan roda bawah kehidupan, beliau memberi kesempatan bagi orangorang disekitarnya yang belum berkesempatan dan berkecukupan. Beliau menginginkan dunia fashion sebagai zona kosong dimana semua orang memiliki kesempatan yang sama. Fashion bukanlah ajang privilege atau kapitalisme dimana orang-orang dengan kekuasaan, ekonomi, maupun pendidikan yang lebih baik atau tinggi menang. Beliau berusaha mewujudkan dunia fashion yang adil. "Semua kesempatan itu selalu emas. Anda bisa punya kesempatan lebih daripada saya, karena pendidikan lebih tinggi, bisa internet. Kenapa saya bisa? Tentu ada detik-detik yang saya maknai untuk berubah jauh lebih baik daripada yang lain," ungkapnya pada Detik (5/2/2022). Hal ini menunjukkan pribadi Anne Avantie yang mengusung nilai keadilan di mana beliau percaya bahwa setiap orang mampu jika memiliki kesempatan yang sama.

Kepercayaan Anne akan kesempatan yang sama beliau wujudkan dengan mendirikan toko bernama Pendopo yang menjual produk seni hasil karya seni UKM dalam negeri untuk dapat dipasarkan ke khalayak banyak Aksi ini mencerminkan Anne Avantie sebagai sosok yang menjunjung kebenaran Sejalan dengan Ajaran Sosial Gereja Quadragesimo Anno Artikel 57 tentang prinsip pembagian yang adil menyatakan bahwa, “sehingga kesejahteraan umum seluruh masyarakat tetap terjamin seutuhnya. Berdasarkan hukum keadilan sosial itu golongan yang satu dilarang merintangi golongan lain untuk ikut menikmati keuntungan-keuntungan. Dari sebab itu golongan kaum kaya melanggar hukum itu, bilaseolah-olah karena kekayaannya tidak usah mempedulikan apa pun-menganggap memang sudah sewajarnya mendapat segalanya, sedangkan buruh tidak mendapat apa-apa ” Berdirinya toko ini menunjukkan bahwa kesejahteraan ingin beliau wujudkan dengan landasan ajaran Tuhan bukan hanya keuntungan pribadi seperti naluri manusia untuk bertambah kaya Beliau ingin memberi mereka yang belum berkesempatan untuk bisa maju dan memberi kesejahteraan "Aku harus berdiri untuk menolong orang-orang, walaupun nggak bisa Karena secara teknis Anne Avantie itu nol, Bahasa Inggris nggak pinter, bahasa lain nggak bisa, ke luar negeri takut naik motor mabur (pesawat), sekolah nggak pinter," ujar beliau kepada detik (5/2/2022) Tidak hanya bercita-cita dan mengandai-andai, Anne Avantie mewujudkan semuanya perlahan demi perlahan Anne Avantie bukan hanya seorang tokoh wanita Katolik Indonesia pada zaman modern ini Beliau adalah seorang terang dalam gelap bagi mereka yang berkekurangan Sebagai seorang yang sosial, beliau memberi uluran tangan Tuhan kesempatan bagi mereka yang berkekurangan Belliau mencerminkan nilai-nilai universal yang dijunjung tinggi dalam katolik di kehidupan sehari-harinya tanpa ragu seperti

This article is from: