2 minute read

PAHLAWAN BAGI PARA GARDA DEPAN

Kawan RENJANA pasti akrab dengan pandemi COVID-19 yang marak dan fenomenal di tahun 2020 Angka terpapar sangat tinggi dan banyak yang kehilangan nyawa akibat virus tersebut. Ketakutan masyarakat untuk keluar rumah ketika lockdown meningkat, bahkan untuk sekedar membeli kebutuhan bulanan di supermarket

Perasaan was-was setiap orang yang menjalani pandemi berbeda-beda, dari yang hanya memakai masker tebal hingga memakai pelindung wajah dan penutup kepala untuk terhindar dari COVID-19. Sama halnya dengan para tenaga medis yang menjadi garda depan pejuang kesehatan warga negara Indonesia

Advertisement

Para tenaga medis harus selalu sigap 24 jam dengan alat pelindung diri (APD), sehingga dapat melayani setiap pasien dengan aman. APD tentunya tidak dapat digunakan berkali-kali, sehingga membutuhkan stok yang banyak pada masa genting tersebut Kebutuhan akan APD pada saat itu begitu tinggi seiring dengan tingginya angka pasien di Indonesia hingga akhirnya kesulitan untuk dipenuhi. Di saat krisis tersebut, Anne Avantie hadir dengan ketulusan hati dan totalitasnya dalam menyumbangkan APD sebanyak 50-100 per rumah sakit, dan mengirimkannya kepada 10 sampai 20 rumah sakit per minggu. Beliau sampai menghentikan sementara produksi kebayanya, sehingga para penjahitnya dialihkan untuk membuat alat pelindung diri (APD) tenaga medis yang diakuinya sebagai panggilan dari Tuhan dalam unggahan

Instagram miliknya pada 25 Maret 2020

Sikap yang muncul menggambarkan Ajaran

Sosial Gereja Rerum Novarum Artikel 59 tentang cinta kasih yang menyatakan bahwa, "Mereka hendaknya berkarya sedapat mungkin demi kesejahteraan rakyat, khususnya melalui usaha-usaha yang tekun untuk menyuburkan dalam diri mereka dan mengilhamkan kepada sesama pelaksanaan cinta kasih, ratu dan yang perdana di antara semua kutamaan. Sebab memang terutama dari kelimpahan cinta kasihlah boleh diharapkan buah-hasil yang diinginkan.

Maksud kami adalah cinta kasih Kristiani, keutamaan yang merangkum seluruh hukum Injil. Cinta kasih itulah yang menjadikan manusia senantiasa dan sepenuhnya bersedia untuk mengorbankan diri demi kesejahteraan sesama." Beliau mengalihkan bisnis demi membantu negara dengan tulus, dan lahirlah jasa Anne dalam dunia kesehatan di Indonesia dengan didasari ajaran Kristus, yakni mencerminkan sikap cinta kasih kepada sesama dengan berperilaku adil.

Sikap Anne Avantie sebagai pahlawan para tenaga medis memiliki implementasi nilai SERVIAM berupa cinta dan belas kasih yang begitu kuat bagi orang lain dan negerinya sendiri. Usaha ini juga didasari totalitas yang dicerminkan oleh tindakan beliau yang memprioritaskan pembuatan APD bersama penjahit-penjahitnya yang tentu memerlukan waktu untuk memproduksi secara massal. Dalam dunia bisnis, waktu adalah penting, hingga dapat dikatakan bahwa jeda sebentar saja bisa kehilangan pelanggan, apalagi dalam waktu berhari-hari. Oleh sebab itu, totalitas dalam pengorbanan waktu Anne Avantie dalam bisnis busananya juga dapat dikategorikan sebagai semangat pelayanan atas panggilan beliau untuk menolong sesama. Hal tersebut menunjukkan bahwa Anne Avantie adalah pribadi yang mementingkan kemanusiaan dibandingkan kepentingan pribadinya.

Menjadi seorang yang 100% Katolik adalah tindakan dimana seseorang menyerahkan diri untuk mau percaya kepada Tuhan dan terbuka pada sesama, berani menunjukkan identitas kita sebagai orang yang beriman kepada Tuhan sepenuh hati, dan mau mewartakan sabda Allah melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan. Sebagai seorang Katolik, Anne Avantie percaya bahwa beliau dipanggil Tuhan untuk membawa kebaikan bagi orang lain. Di sisi lain, Anne Avantie juga sangat cinta dengan negeri tempat ia tinggal, yaitu Indonesia. Menjadi 100% Indonesia adalah menjadi seorang yang berjiwa nasionalisme. Anne Avantie menanggapi panggilan Tuhan sebagai orang Katolik dan orang Indonesia. Dengan mencurahkan kemurahan hati beliau untuk pembuatan APD di Indonesia, beliau sudah berpartisipasi dalam kegiatan kemanusiaan di airnya sendiri dengan ajaran Kristus sebagai landasan dan kobaran semangatnya. Pada akhirnya, agama dan negara bukan menjadi unsur yang kontras dalam diri Anne, namun menjadi satu kesatuan identitas yang melekat pada beliau.

This article is from: