Si Hitam dari Kota Biru
K
uliner merupakan salah satu bagian yang sering kali menjadi daya tarik suatu daerah selain pesona alamnya. Tidak ubahnya Sumatera Barat (Sumbar), selain terkenal dengan keindahan alamnya Sumbar juga terkenal dengan kulinernya yang khas. Setiap daerah di Sumbar memiliki kuliner khas masing-masing, salah satunya adalah Kota Payakumbuh. Kota Payakumbuh atau yang disebut juga dengan kota biru memiliki beberapa makanan khas kota tersebut, salah satu yang paling terkenal adalah galamai. Galamai merupakan makanan ringan dengan bahan dasar tepung beras ketan, gula aren dan santan. Selain di Payakumbuh, galamai juga terdapat di daerah-daerah lainnya di Sumbar, seperti di Bukittinggi, Padang Panjang, Padang, Batusangkar dan daerahdaerah lainnya. Hanya saja, sejak dahulunya makanan tersebut sudah melekat sebagai makanan khas Payakumbuh. Dibeberapa daerah, galamai memiliki nama yang berbeda-beda, kalamai atau bisa juga gelamai. Galamai adalah sejenis makanan ringan yang hampir mirip dengan dodol. Kesamaan galamai dengan dodol terletak pada bentuknya, yaitu berwarna cokelat tua dan mengkilat. Bedanya, galamai lebih lengket dari dodol dan juga tidak memiliki varian rasa yang banyak seperti dodol. Dodol memiliki banyak varian rasa seperti rasa strawberry, durian, cokelat dan lainlain. Kebanyakan orang biasanya hanya mengenal galamai dalam satu varian, yaitu galamai hitam. Namun, galamai memiliki dua varian yaitu galamai hitam dan galamai putih. Hanya saja galamai hitamlah yang paling terkenal dikalangan masyarakat. Rasanya yang manis, kenyal dan legit sangat cocok untuk mengganjal perut lapar, terlebih lagi gula aren yang digunakan .....sambungan dari halaman 7 pohon kina yang banyak tumbuh di ladang dan tepi bibir sawah. Disepanjang perjalanan terlihat beberapa masyarakat yang tengah semangat menggarap tanaman budidayanya. Ada yang berkelompok dan ada yang lebih memilih untuk bekerja sendiri. Mungkin saja ada alasan untuk itu, namun terlihat begitu menarik. Apalagi mereka terlihat begitu kontras dengan keberadan mereka ditengah garapannya. Cahaya jingga sore mulai membias di atas bentangan Rimbo Kina, saya terus melangkah menyusuri beberapa bagian daerah ini. Saat sore biasanya masyarakat sekitar Rimbo Kina sangat senang berbincang ria, meski mereka tau matahari sudah mulai menghilang di atas kepalanya. Sangat bertolak belakang dengan kebiasaan masyarakat perkotaan yang enggan untuk saling berbicara jika tidak terpaut dengan kepentingannya. Padahal saling bertegur sapa atau sekedar berbicara bisa meningkatkan silahturahmi. Sejauh yang saya ketahui, masyarakat di sini sering membicarakan pengalamannya dan berbicara seputar anaknya yang jauh-jauh menimba ilmu di negeri orang. Tak jarang cerita itu menjadi sarana pendorong bagi lawan bicara masyarakat yang menceritakannya. Hal itu yang saya tangkap sepanjang jalan menelusuri Rimbo Kina. Seakan-akan Rimbo Kina memanggil pulang para perantaunya untuk melihat kembali keadaanya. Setelah lelah berjalan saya berhenti disebuah dangau yang dikelilingi sawah. Di sana saya bertemu dengan sekelompok ibuibu yang baru saja selesai menyiangi sawahnya. Saya sempat bercerita dengan mereka tentang betapa indahnya alam yang
menambah rasa manis galamai hitam tersebut. Perbedaan dari kedua galamai ini adalah dari segi rasa dan tekstur. Selain makanan khas yang sering dijadikan oleh-oleh, galamai juga sering menjadi hidangan wajib saat hari lebaran atau baralek. Untuk acara-acara tersebut, proses pembuatan galamai membutuhkan waktu yang lama, karena dibuat dalam
dan setengah lagi santan encer dengan menambahkan garam dan gula aren hingga mendidih. Setelah mendidih, masukkan tepung ketan. Tepung ketan diaduk bersama dengan santan dan gula merah yang sudah mendidih tadi menggunakan bambu yang panjangnya kira-kira satu meter. Bambu yang digunakan untuk mengaduk galamai adalah bambu kecil yang masih muda.
Sumber : Kliktulisan.com Hitam: Galamai merupakan salah satu kuliner khas dari kota Payakumbuh jumlah besar. Bahan utama dalam pembuatan galamai ini adalah beras ketan, gula aren dan santan (santan kental dan santan encer). Beras ketan terlebih dahulu direndam lebih kurang semalam. Selanjutnya beras ketan tersebut ditumbuk hingga menjadi tepung. Tepung ketan inilah yang selanjutnya akan diolah menjadi galamai. Selanjutnya, rebus santan kental
Bambu kecil tersebut dimasukkan kedalam batang bambu dengan panjang yang sama. Penggunaan bambu dalam proses pembuatan galamai ditujukan agar galamai beraroma segar dan tidak cepat basi. Selanjutnya galamai diaduk hingga berwarna cokelat kehitaman dan berminyak. Proses pengadukan ini dinamakan maunja . Biasanya maunja dilakuakn pada malam hari. Hal ini
sedang dihuni oleh ibu-ibu tersebut. Lama bercerita, tak terasa cerita sudah terlalu panjang dan warna jinggapun mulai menghilang. Menandakan sebentar lagi waktu adzan magrib akan segera tiba. Hari itu saya memilih untuk bermalam di dangau sekitar sana, karena kata orang saat malam di sini kita akan mendengar suara jangkrik dengan jelas. Sama memang dengan tempat lain, hanya saja karena di sini lebih dominan lingkungan yang asri, tentu jangkrik lebih banyak sahutsahutan menyumbangkan suara merdunya untuk alam yang sunyi ini. Hal tersebut benar-benar serasa menggelitik hati untuk tak jauh-jauh dari sana. Selesai menghamba diri pada yang kuasa, saya berinisiatif berjalan di bibir sawah sambil mencari belut sebagai santapan malam. Gelap malam yang hanya ditemani cahaya senter membuat saya dan temanteman tetap semangat karena dari kecil sudah terbiasa melaksanakan hal yang demikian. Ditambah lagi cahaya rembulan cukup menambah warna pada malah hari yang gelap gulita tersebut. Belut di sekitar daerah sana cukup mudah ditemui. Cukup mencari celah kecil di tepi pematang sawah, sudah bisa ditebak itu sarang dari si belut. Namun tidak bisa dipastikan bahwa semua lobang merupakan sarang belut. Bisa-bisa itu adalah sarang jangkrik atau sarang binatang lainnya. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 22.00 WIB serta dingin yang mulai menusuk tulang memberi isyarat sudah saatnya menghakhiri pencarian belut malam itu. Kemudian bersama-sama dengan teman-teman saya mengolah belut hasil tangkapan tersebut menjadi kudapan malam hari itu. Setelah belut tersebut diolah
dan dimakan ramai ramai, saya pun mengakhiri aktivitas malam itu dan kemudian tertidur di kasur santai seadanya yang terdapat di dangau tersebut. Tidak kenyang, tapi cukup pengganjal lambung yang siap demo dimalam hari. Cahaya fajar berjalan melewati sela-sela dangau yang saya tempati dan menggelitik kelopak mata untuk bangun. Badan terasa cukup lelah apalagi tidur di atas dangau yang beralaskan kasur seadanya dan tidak berselimut tebal. Pagi itu saya memberanikan diri membantu salah seorang petani menggunakan traktor dan masuk ke dalam adonan lumpur yang berbau sangat segar. Seiring perkembangan zaman masyarakat Rimbo Kina tidak lagi menggunakan kerbau sebagai alat penggarapan sawah. Mungkin dengan beberapa alasan seperti menggunakan kerbau tidak lagi dianggap efisien dan proses penggarapan terkesan lama. Selama pengaarapan tersebut saya merasakan setiap sensasi lumpur yang menempel dikaki dan binatang-binatang kecil yang sesekali membuat saya geli. Terkadang jika dibayangkan berapa banyak mikroorganisme yang hidup dilumpur tersebut malah membuat saya merinding. Namun beruntungnya mata tak bisa melihat mikroorganisme yang sangat kecil tersebut. Penggarapan sawah dilakukan secara dua tahap. Pertama penghancuran tanah sehingga menjadi bongkah, kedua penghalusan dari bongkahan tanah sehingga menjadi hancur dan mudah diolah, setelah tanah hancur sawah baru siap ditanami benih padi. Begitupun dengan ladang, biasanya tanah terlebih dahulu dicangkul kemudian dilakukan tahap penggemburan dan tak lupa diberi pupuk organik, baru kemudian ditanami cabai atau
dikarenakan untuk membuat galamai tersebut matang harus menggunakan api yang sangat besar dan menggunakan tungku. Waktu malam dipilih karena pada malam hari suhu udara dingin jika dibandingkan dengan siang hari. Jika adonan galamai sudah mendidih dan muncul gelembung-gelembung kecil, selanjutnya galamai didinginkan beberapa saat. Setelah dingin, letakkan di atas loyang untuk selanjutnya dipotong-potong. Dalam pembuatan galamai sangat dibutuhkan pengalaman dan keterampilan. Selain itu, orang-orang yang membuatnya haruslah memiliki daya tahan dan fisik yang kuat serta ulet. Karena proses pembuatan makanan ini terbilang cukup lama yang memakan waktu hingga 5 jam. Biasanya untuk acara baralek atau saat lebaran, pembuatan galamai dilakukan dengan bergotong-royong oleh warga kampung, karena galamai yang dibuat dalam porsi yang besar. Selama proses pembuatan galamai banyak hal yang harus diperhatikan, diantaranya adonan harus diaduk diatas kuali dan tidak boleh berhenti. Api yang digunakan harus pas, tidak boleh terlalu besar atau terlalu kecil. Jika terlalu besar galamai akan mudah gosong, sedangkan jika terlalu kecil galamai akan berbau asap dan proses masaknya akan menjadi lama. Semakin lihai orang yang membuat galamai tersebut semakin sempurna hasil yang di dapatkan. Oleh sebab itu, kunci utama cita rasa galamai yang enak adalah proses pembuatnya. Namun yang terpenting adalah pembuatnya harus tekun, ulet, sabar dan mampu memberikan cita rasa yang nikmat pada Suci galamai buatannya. Suci
tembakau. Matahari yang bersinar terang ditambah angin sepoi-sepoi yang menggoda membuat saya enggan meninggalkan Rimbo Kina ini. Sensasi alam yang masih asri tanpa dicampuri asap kendaraan bermotor menambah istimewa Rimbo Kina, apalagi orang-orang yang sangat jarang menghirup udara segar, tentu betah berlama-lama disan. Pesona bukit Rimbo Kina, ladang-ladang yang berbaris, ditambah hamparan sawah sebagai pernakpernik rimbo membuat saya betah berlamalama dan ingin kembali kesini. Dengan berat hati saya meninggalkan Rimbo Kina yang tak begitu istimewa. Namun bagi para pembaca yang ingin menikmati suasana desa yang segar dan pemandangan yang asri, mungkin saja Rimbo Kina bisa menjadi salah satu tujuan anda. Meskipun rimbo kina bukan salah satu objek wisata, namun cukup cocok sebagai tempat untuk berkumpul bersama keluarga. Sembari mengingat perjalanan di Rimbo Kina saya mendapat pemikiran bahwa setiap perjalan kita harus terus berusaha karena akan selalu ada rezki. Apapun masalah yang kita hadapi akan banyak jalan keluar yang kita temui, serta cobalah nikmati setiap proses dalam hidup.
*P enulis Merupak an Mahasiswa *Penulis Merupakan Jurusan P eternak an Peternak eternakan Fak ultas P eternak an akultas Peternak eternakan Universitas Andalas