BULETIN EDISI 01

Page 1


STRUKTUR KEPENGURUSAN

EDITORIAL

Pelindung : Prof. Dr. Yuliandri, SH.,MH

Menanti Keputusan Rektor Mengenai Mekanisme Semester Ganjil 2020

Penasihat : Ir. Insannul Kamil, Ph.D, IPM, ASEAN, Eng

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia menimbulkan dampak bagi segala aspek kehidupan, tidak terkecuali dunia pendidikan. Terhitung sejak akhir Maret 2020, Universitas Andalas (Unand) telah melaksanakan perkuliahan secara daring hingga akhir semester genap tahun 2020. Untuk selanjutnya, belum ada keputusan resmi dari Rektor Unand terkait mekanisme pembelajaran semester ganjil, meskipun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan sistem perkuliahan akan dilaksanakan secara daring. Beragam tanggapan disampaikan mahasiswa, ada yang pro terhadap kebijakan daring, namun tidak sedikit yang menginginkan kuliah tatap muka. Mereka yang sudah menjalani pembelajaran daring selama kurang lebih tiga bulan merasa keberatan jika harus melaksanakan semester berikutnya dengan metode daring, karena merasa perkuliahan daring tidaklah efektif. Bagaimana sistem perkuliahan semester ganjil tidak hanya menjadi pertanyaan bagi mahasiswa lama saja, namun juga bagi mahasiswa baru angkatan 2020. Bagi mereka hal ini tentu sesuatu yang baru, dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Terlebih mereka belum mengenal kampus dan lingkungannya. Meskipun demikian jika perkuliahan daring tetap dilaksanakan, maka perlu adanya peningkatan kinerja baik dari dosen maupun sistem IT yang mendukung. Dibutuhkan SOP yang jelas dan terstruktur dalam pelaksanaan daring. Selayaknya perkuliahan tatap muka, maka sudah seharusnya perkuliahan daring juga dilaksanakan sesuai dengan yang ada pada KRS. Bukan meletakkan jadwal perkuliahan berdasarkan keinginan dosen yang bersangkutan. Selain itu juga perlu diperhatikan bagaimana pemahaman mahasiswa dalam penguasaan materi. Beberapa hal tersebut hendaknya menjadi perhatian bagi pihak universitas.

Pembina : Dr. Rembrandt, S.H,. M.Pd. Dewan Redaksi : Annisa Radhiani, Endrik Ahmad Iqbal, Fajar Suci, Gefi Zulmiatilannur, Mis Fransiska Dewi, Nisa Ulfikriah, Nurul Fatimah, Qudwatun Nisaa, Rani Aprianti, Rizqi Aatikah Rambe, Suci Addina Islamy, Vivi Oktaviani, Yashirli Mulyadi, Yudellia Wira Permata, Zurriati Fadilla. Pemimpin Umum : Rahmat Fiqri Sekretaris Umum : Nadya Satya Dilova Bendahara Umum : Indah Ariesta Gusra Pemimpin Redaksi : Linda Susanti Pemimpin Perusahaan : Tiwi Veronika Pemimpin Produksi : Gifra Sentia Pemimpin Litbang : Anggi Putri Rizkya Redaktur Pelaksana : Suhada Tri Marneli Redaktur : Efi Fadhillah Rahmadina Firdaus Marketing dan Promosi : Icha Putri Sirkulasi : Dian Fitri Yova Layouter : Hafiz Al-Ma’Arij Ilustrator : Geliz Luh Titisari Videografer : Fildzatil Arifa PSDM : Nurul ‘Ain Event Organizer : Nurul Anisa Azwir Anggota : Ade, Agung, Aldo, Anjas, Danil, Ilham R.F, Indah, Iqbal, Ivo, Laila, Melati, Nindi, Pitnia, Pratiwi, Renal, Sukma.

SALAM REDAKSI

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur senantiasa terucap kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya kami segenap kru Genta Andalas bisa menghadirkan informasi kepada pembaca dalam buletin Genta Andalas edisi Juni 2020. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW sebagai suri teladan dan penerang jalan seluruh umatnya. Lega, syukur, dan bangga kami rasakan setelah mampu menyelesaikan buletin perdana di tahun 2020. Di tengah pandemi Covid-19 yang melanda, serta pelaksanaan Ujian Akhir Semester genap, segenap kru tetap mencurahkan tenaga, waktu, dan pikiran untuk menyelesaikan buletin ini sehingga bisa sampai ke tangan pembaca. Tanpa kenal lelah kami terus berburu informasi terkini dan menyajikan berita yang aktual dan faktual. Dalam edisi ini kami menghadirkan laporan utama mengenai sistem perkuliahan semester ganjil 2020 Universitas Andalas di tengah pandemi Covid-19. Pada sorotan kampus, kami menyajikan tentang permohonan keringanan Uang Kuliah Tunggal yang beberapa waktu terakhir ini selalu digencarkan mahasiswa karena dampak Covid-19 yang membuat perekonomian melemah. Tidak hanya itu, aneka ragam, aspirasi, dan konsultasi telah kami kemas dengan sajian menarik dan informatif. Semoga buletin ini dapat memenuhi kebutuhan informasi seputar kampus bagi pembaca, sehingga mampu mewujudkan eksistensi kami sebagai pers kampus. Kritik dan saran solutif kami harapkan dari pembaca agar karya kami dapat semakin baik dan menarik ke depannya. Akhir kata, selamat membaca. Hidup mahasiswa!

DAFTAR ISI

Laporan Utama........................................................................................................................................3 Sorotan Kampus......................................................................................................................................6 Komik.............................................................................................................................................................8 Konsultasi....................................................................................................................................................9 Infografis.....................................................................................................................................................10 Opini..............................................................................................................................................................11 Rehat.............................................................................................................................................................12

Visit us : www.gentaandalas.com

Genta Andalas Unand

@genta_andalas

UKPM Genta Andalas

@wif8458p


LAPORAN UTAMA WAJAH PERKULIAHAN DI TENGAH PANDEMI COVID-19

P

andemi Covid-19 yang melanda Indonesia belum menunjukkan tanda akan mereda. Penambahan kasus baru terus meningkat setiap harinya. Tertanggal 19 Juni 2020 kasus positif sudah mencapai 43.803 kasus, dengan total kematian 2.373, dan 17.349 orang dinyatakan sembuh. Virus yang menyerang saluran pernapasan ini membawa dampak yang sangat signifikan terhadap tatanan kehidupan masyarakat. Tidak hanya kesehatan, sosial-ekonomi, keagamaan, dan dunia pendidikan juga terkena imbasnya. Hal yang sangat bisa diamati saat ini adalah keharusan setiap orang untuk membatasi konektivitas dengan lingkungan sekitar dengan melakukan physical dan social distancing. Upaya demi upaya terus dilakukan agar virus corona dapat diputus rantai penyebarannya. Dalam bidang pendidikan, salah satu kebijakan yang diambil pemerintah adalah dengan meniadakan kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun perguruan tinggi, namun mengalihkannya pada pembelajaran dalam jaringan (daring). Terhitung sejak akhir Maret 2020, Universitas Andalas (Unand) telah menerapkan perkuliahan dari rumah. Hingga saat ini belum ada

keputusan yang resmi dari rektor tentang mekanisme perkuliahan semester ganjil. Pihak Unand menilai untuk sistem perkuliahan semester ganjil berdasarkan pada situasi dan kondisi yang ada saat ini. “Untuk semester depan kita lihat dulu bagaimana situasinya, kalau bisa menerapkan new normal kita terapkan, jikalau tidak pakai sistem daring,” kata Wakil Rektor (WR) I Unand Mansyurdin kepada Genta Andalas melalui sambungan telepon, Kamis (4/6/2020). Sebelumnya, kata Mansyurdin, Unand telah mencanangkan tentang penerapan new normal dengan membentuk sebuah tim yang bertugas menjelaskan tentang pedoman perkuliahan pada saat pandemi. Meskipun demikian, jika pandemi Covid-19 masih belum berakhir hingga masa perkuliahan tiba, maka sistem daring akan berlanjut sampai pandemi berakhir. “Kalau pandemi tidak berakhir juga, ya terpaksa kita harus melanjutkan sistem daring walaupun tidak efektif," jelasnya. Sementara itu, WR II Unand Wirsma Arif Harahap mengatakan bahwa sistem perkuliahan semester berikutnya mengikuti kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). “Apakah akan EDISI 01 JUNI 2020

GENTA ANDALAS

3

tetap daring atau sudah tatap muka, ataupun jika dibikin setengah-setengah juga bisa jika acuan dari Kemendikbud sudah ada,” kata Wirsma saat dihubungi Genta Andalas via telepon, Jumat (5/6/2020). Lebih lanjut Wirsma memaparkan, jika keputusan dari Kemendikbud sudah dikeluarkan, maka selanjutnya akan diserahkan kepada masing-masing fakultas. Dikarenakan ada beberapa fakultas yang tidak bisa melakukan pembelajaran hanya melalui jaringan. Kemendikbud Tetapkan Perkuliahan Daring untuk Semester Ganjil 2020 Pada tanggal 15 Juni 2020 Kemendikbud mengeluarkan kebijakan mengenai pelaksanaan perkuliahan untuk semester ganjil, yang mewajibkan seluruh perguruan tinggi menerapkan kuliah dengan metode daring sekali pun berada pada zona hijau. Demikian juga halnya dengan kegiatan praktik. Sedangkan untuk mata kuliah yang tidak bisa dilaksanakan secara daring maka pelaksanaannya diletakkan pada akhir semester. Namun ada pengecualian yang menyangkut kelulusan seperti penelitian di laboratorium, seminar proposal, seminar hasil,


LAPORAN UTAMA dan ujian akhir. "Ada keterangan dari menteri seperti praktikum itu diperbolehkan, yang tidak diperbolehkan yaitu kuliah berbondong-bondong yang pengendaliannya susah," jelas Mansyurdin. Metode pembelajaran menggunakan iLearn akan tetap dijalankan, namun jika dibutuhkan akan diupayakan metode perkuliahan selain iLearn. Mansyurdin menjelaskan bahwa diperlukam kesiapan IT LPTIK dan dosen dalam pelaksanaan kuliah daring nantinya. Menurutnya, tidak mudah untuk mengubah sistem IT dalam waktu singkat. "Tentu kita meningkatkan dengan sebaik mungkin, tapi dalam waktu pendek saya menyadari tidak mudah mengubah sistem IT," jelas mantan Dekan FMIPA tersebut. Sebenarnya, lanjut Mansyurdin, pembelajaran daring tidaklah efektif, kualitasnya juga jauh. Hal ini disebabkan mahasiswa belum sepenuhnya memiliki kesadaran untuk belajar

Foto. ‘Ain

mandiri, mereka tidak ada motivasi untuk itu. Bagi mahasiswa dengan semangat kuliah yang tinggi tentu tidak menjadi masalah, namun bagi mahasiswa yang semangatnya setengah-setengah, butuh motivasi di kelas, atau manajemen di kelas itu tidak bisa dikendalikan. "Yang namanya interaksi, komunikasi langsung itu beda. Masalah kualitas tidak maksimal itu tidak dapat dipungkiri," tuturnya. Mahasiswa Jurusan Hukum angkatan 2017 Afdhal Fikry menilai pelaksanaan perkuliahan daring cukup efektif di tengah pandemi saat ini, karena pada masa pandemi ini perkumpulan banyak orang memang harus dihindari. Namun masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu dibenahi. “Seperti kurangnya informasi jadwal sistem perkuliahan, tugas yang sangat banyak dengan materi yang minim, beberapa dosen tidak melaksanakan kuliah daring, koneksi jaringan internet yang tidak stabil, serta tidak adanya bantuan yang merata dari kampus untuk memberikan kuota untuk seluruh mahasiswa,” jelas Afdhal melalui WhatsApp, Sabtu (20/6/2020). Hal yang tidak jauh berbeda juga disampaikan oleh Suci Pratama Putri, Mahasiswa Jurusan Peternakan 2018 itu mengatakan proses pembelajaran yang dilakukan kurang maksimal. Hal ini dikarenakan ada beberapa mata kuliah yang untuk kegiatan praktikum ditiadakan yang menyebabkan kurangnya pengetahuan dan pengalaman praktik bagi mahasiswa pada mata kuliah yang bersangkutan. Selain itu, masalah koneksi internet yang tidak memadai juga berimbas pada pelaksanaan ujian akhir semester. “Ada juga beberapa dari mahasiswa yang jaringan di daerahnya kurang baik sehingga terlambat mengirimkan jawaban ujian. Hal ini menye-

“Ada keterangan dari menteri seperti praktikum itu diperbolehkan, yang tidak diperbolehkan yaitu kuliah berbondong-bondong yang pengendaliannya susah,”

Mansyurdin - Wakil Rektor I Universitas Andalas -

EDISI 01 JUNI 2020

GENTA ANDALAS

4

babkan jawaban ujian tidak terekam dan harus mengulang ujian kembali,” kata Suci. Menurut Suci, pelaksanaan daring untuk sistem kuliah semester ganjil akan menimbulkan pro dan kontra. Hal terpenting yang menjadi masalah dari perkuliahan daring yaitu jaringan di beberapa daerah yang kurang bagus serta biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli kuota internet. Seandainya kuliah daring di semester depan tetap dilanjutkan, maka interaksi antara mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran juga kurang maksimal karena dilaksanakan secara online. Belum lagi dengan beberapa jurusan yang mengadakan praktikum, otomatis juga akan ditiadakan jika perkuliahan masih tetap dilaksanakan secara daring. “Akan lebih baik perkuliahan di semester depan dilaksanakan secara tatap muka, agar perkuliahan dapat berjalan lebih maksimal,” ungkap Suci. Penyambutan Mahasiswa Baru 2020 di Tengah Pandemi Penerimaan mahasiswa dengan jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) telah selesai dilaksanakan pada Mei lalu. Kemudian pelaksanaan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) akan diselenggarakan pada tanggal 5-12 Juli mendatang. “Pada ujian SBMPTN kali ini masih sama dengan tahun kemarin dengan sistem UTBK, karena itu sudah keputusan dari nasional,” jelas Mansyurdin. Sedangkan untuk jalur Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi (SMMPTN) merupakan sebuah program dari wilayah barat. Kampus Unand secara garis besar belum memutuskan bagaimana prosedur masuk SMMPTN. Mansyurdin juga menjelaskan bahwa sistem SMMPTN di Unand mengalami sedikit perubahan, jika biasanya hanya disebut dengan ujian SMMPTN saja, pada saat sekarang terbagi dalam beberapa jenis ujian. “Pertama ada ujian mandiri akademik seperti biasa, kemudian ada ujian mandiri prestasi non-akademik,” katanya. Walaupun dilakukan seleksi di tengah pandemi, kata Mansyurdin, jumlah mahasiswa yang akan diterima di kampus hijau Unand masih sama


LAPORAN UTAMA seperti tahun sebelumnya, yaitu rasionya dikembalikan kepada Program Studi (Prodi) dan jurusan masing-masing. Penerimaan mahasiswa baru (maba) tidak terlepas dari pelaksanaan Bimbingan Aktifitas Kampus dalam Tradisi Ilmiah (BAKTI). Ketua BAKTI Unand 2020 Rahmad Risko mengatakan pelaksanaan BAKTI tahun ini menunggu keputusan pelaksanaan perkuliahan dari pihak rektorat. Jika memungkinkan maka pelaksanaan BAKTI akan dilaksanakan seperti tahun-tahun sebelumnya tetapi tetap dengan memperhatikan protokol kesehatan. “Untuk konsepan BAKTI dengan memperhatikan protokol kesehatan kami sedang membahasnya,” ungkap Risko. Namun, kata Risko, jika kemungkinan perkuliahan daring akan tetap berlangsung pada semester depan. Maka pelaksanaan BAKTI akan diundur atau bahkan ditiadakan. Untuk sekarang, panitia Bakti sedang mempersiapkan kegiatan seandainya kegiatan BAKTI akan dilakukan secara tatap muka dengan memperhatikan protokol kesehatan. Kabarnya, keputusan SOP dari pimpinan akan diumumkan pada akhir Juni, namun tidak ada tanggal yang pasti. Lebih lanjut Risko menjelaskan, untuk pelaksanaan rangkaian kegiatan BAKTI belum dapat ditentukan karena sedang proses pembahasan. Salah satu contoh cara yang berbeda dari tahun sebelumnya adalah tentang perkumpulan. Kalau dulu waktunya serentak untuk seluruh maba, tapi untuk saat sekarang mungkin akan dibuat per shift. Solusi sementara jika kuliah tetap diadakan daring, maka kemungkinan sebagian rangkaian kegiatan Bakti akan ditiadakan. “Kalau pun daring, (pelaksanaan BAKTI) mungkin hanya sekadar pengenalan-pengenalan saja, seperti pengenalan Unit Kegiatan

Kampus, fakultas, dosen, dan lain-lain. Pelantikan mahasiswa baru pun mungkin akan ditiadakan juga, kecuali jika pimpinan menetapkan lain,” jelas Risko. Tanggapan Mahasiswa Baru Ketentuan perkuliahan semester depan tidak hanya menjadi perhatian bagi mahasiswa lama, namun juga bagi maba angkatan 2020. Bagaimana pun juga perkuliahan akan tetap berjalan meskipun harus dilakukan secara daring. Hal ini tentunya menimbulkan beragam persepsi di kalangan mahasiswa, terlebih bagi mahasiswa yang baru diterima di Unand. Menanggapi hal tersebut, seorang Maba Fakultas Kedokteran Unand, Fairizia Adisha mengaku tidak siap untuk melaksanakan kuliah daring pada semester pertamanya tersebut. “Saya belum siap, karena belum kenal sama dosen dan teman-teman juga. Terlebih lagi nanti jadi tidak fokus dengan pembelajaran online,” tutur Adisha saat diwawancarai Genta Andalas via WhatsApp, Rabu (17/6/2020). Senada dengan Adisha, Maba Fakultas Teknik Pertanian Novriandi Ramadhan berkomentar jika seandainya kuliah semester pertamanya dilakukan secara daring, dia merasa keberatan. Karena pada saat ini Novri belum punya perangkat untuk perkuliahan. Baginya akan sulit kalau hanya mengandalkan hand phone saja. Belum lagi pengeluaran untuk pembelian paket data yang harus diusahakan. “Komunikasi sama dosen ataupun temanteman nanti juga agak susah. Apalagi suasana saat kuliahnya itu rasanya kurang dapat,” kata Novri. Pendapat serupa juga datang dari maba rumpun sosial, Nonia Putri Rizlen. Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Ikom) ini memaparkan, jika seandainya kuliah nanti diterapkan secara daring, dia merasa kurang bisa menyampaikan pendapat saat pembelajaran

sebagai mahasiswa. “Dengan sistem menyimak, materinya kurang tersampaikan, atau fokus akan terpecah, membuat kuliah daring tidak efektif. Apalagi untuk maba tahun ini, awal kuliah langsung kuliah daring. Jadi enggak bisa ngerasain kuliah nyata itu seperti apa,” jelas Noni. Maba Ikom ini juga berkomentar tentang masalah jaringan, menurutnya tidak semua jaringan bisa selalu bagus. Terkadang di beberapa daerah jaringan internetnya tidak stabil. Selain itu, bagi pengguna yang tidak memiliki wifi, akan memerlukan kuota yang banyak. “Jika kuliah diadakan dengan penerapan protokol kesehatan, saya tidak keberatan sama sekali. Walau tidak senyaman kuliah normal, itu lebih baik dari pada kuliah daring,” ungkapnya. Lain halnya dengan Iffazul Muhamad, Maba Fakultas Ekonomi itu mengaku siap untuk menjalani kuliah daring pada semester pertamanya di perguruan tinggi. “Kalau saya tidak masalah kuliah daring, karena memang kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan kuliah tatap muka,” katanya. Tahun ajaran baru harus tetap dilaksanakan sebagaimana mestinya, meskipun pandemi Covid-19 belum berakhir. Berbagai skenario telah disusun dengan sebaik mungkin, entah dengan melakukan perkuliahan tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan, atau dengan melanjutkan perkuliahan daring hingga kondisi benar-benar aman. Apa pun bentuk sistem perkuliahan yang diterapkan Unand nantinya, seharusnya itu tidak mengurangi mutu dan kualitas yang ada. Reporter : Linda, ‘Ain, Icha, Ariesta, Hafiz, Acha, Yova, Tiwi

“Apakah akan tetap daring atau sudah tatap muka, ataupun dibikin setengah-setengah juga bisa jika acuan dari kemendikbud sudah ada,”

Wirsma Arif Harahap - Wakil Rektor II Universitas Andalas -

EDISI 01 JUNI 2020

GENTA ANDALAS

5


sorotan kampus KEBIJAKAN PEMBAYARAN UKT SEMESTER GANJIL 2020

P

enerapan kuliah dalam jaringan (daring) sebagai alternatif utama upaya antisipasi pandemi Covid-19 di lingkungan kampus telah diterapkan Universitas Andalas (Unand) selama tiga bulan terakhir. Upaya ini dinilai memberi solusi untuk kelanjutan proses belajar mengajar setelah Ujian Tengah Semester. Metode perkuliahan yang terbilang baru ini membuat mahasiswa hidup dalam tahap penyesuaian, sehingga perkuliahan menjadi tidak efektif. Tak hanya itu, bagi mahasiswa yang kondisi atau keadaan rumahnya yang kurang kondusif semakin menunjang ketidakefektifan perkuliahan. Mengingat semakin meningkatnya kasus pandemi Covid-19 di Indonesia, sangat tidak memungkinkan bagi perguruan tinggi untuk mewujudkan perkuliahan secara langsung. Tetap menjalankan perkuliahan daring adalah solusi satu-satunya dalam perkuliahan saat ini, apalagi kampus Unand juga berada pada zona merah kasus Covid-19. Banyak mahasiswa yang tidak setuju akan pelaksanaan perkuliahan secara daring, walaupun rektor belum mengeluarkan Surat Edaran secara resmi. Namun, tetap saja mahasiswa berharap akan perkuliahan tatap muka. Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian Angkatan 2017, Nurhayati Fitri mengatakan lebih menyetujui jika proses perkuliahan tatap muka dilaku-

kan kembali, walaupun pasti ada ketakutan tersendiri bagi setiap orang akan penularan Covid-19. “Jika perkuliahan berlanjut, ada aturan-aturan baru yang harus diterapkan dan harus dipatuhi sehingga dapat melakukan perkuliahan secara tatap muka kembali dalam keadaan kenormalan baru,” kata mahasiswa yang biasa disapa Ipit itu. Pelaksanaan kuliah daring juga tidak lepas dari polemik pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang harus dibayarkan mahasiswa di semester selanjutnya. Jika daring memang dilanjutkan hingga akhir semester ganjil 2020, seharusnya UKT dipotong setengahnya mengingat mahasiswa tidak menggunakan fasilitas kampus. Mahasiswa mengharapkan kampus mau memberikan potongan terhadap UKT yang dibayarkan. Sebagai mahasiswa Bidikmisi, Ipit mengatakan tidak terlalu memikirkan mengenai pembayaran UKT, namun ia berharap agar UKT semester depan bisa dikurangi jika ternyata masih menerapkan perkuliahan secara daring. “Alangkah baiknya jika UKT dikurangi agar mahasiswa sedikit diringankan, karena saat perkuliahan secara daring fasilitas biasa yang digunakan saat perkuliahan tidak digunakan sehingga dapat menghemat pengeluaran kampus,” katanya. Senada dengan hal itu, Fahdea Medina Maharani juga berharap kampus memberikan bantuan berupa EDISI 01 JUNI 2020

GENTA ANDALAS

6

pengurangan UKT bagi mahasiswa terdampak, serta adanya pemerataan terhadap bantuan tersebut. “Jangan seperti sekarang ini, bahkan ada mahasiswa yang tidak mendapatkan bantuan kuota. Hal ini demi menunjang perkuliahan daring,” kata Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik angkatan 2017 itu. Pada tanggal 19 Juni 2020, Kemendikbud mengeluarkan kebijakan mekanisme penyesuaian UKT melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 25 tahun 2020 tentang Standar Satuan Biaya Operasional Pendidikan Tinggi pada Perguruan Tinggi Negeri di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam surat itu dijelaskan mengenai ketentuan penyesuaian UKT, dana bantuan UKT, BOS afirmasi dan BOS kinerja selama masa pandemi Covid-19. Hal ini bertujuan untuk mendukung mahasiswa selama masa pandemi Covid-19. Menurut Wakil Rektor (WR) III Unand Insannul Kamil, hal ini telah direspon oleh Rektor Unand dengan memintanya untuk mengidentifikasi dan melakukan pendataan kepada mahasiswa yang terkendala dalam pembayaran UKT. Pihak kampus menawarkan tiga pertimbangan untuk meringankan beban UKT mahasiswa. Pertama dengan penurunan level UKT sesuai dengan data kondisi yang diberikan oleh mahasiswa. Kedua


sorotan kampus dengan penundaan pembayaran UKT untuk semester berikutnya. Hal ini berlaku bagi mahasiswa yang terdampak keuangan orang tuanya akibat pandemi, seperti usaha yang menurun atau orang tua yang di PHK. Ketiga adalah menyicil UKT, berlaku bagi mahasiswa yang keluarganya masih bisa usaha atau bekerja seperti PNS, tetapi kebutuhan meningkat pada saat pandemi maka dipertimbangkan pihak kampus. Ketiga hal tersebut berlaku bagi seluruh mahasiswa Unand yang melaporkan pada pihak kampus melalui portal yang telah disediakan. “Pendataan ini belum kita batasi waktunya dan akan dibuka terus karena belum tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Jadi kita memutuskan untuk membuka pendataan bagi mahasiswa sampai waktu yang belum ditentukan,” ujar Insannul saat dihubungi Genta Andalas, Kamis (11/6/2020). Selain itu, Unand juga akan memberikan bantuan kepada mahasiswa yang terdampak pandemi Covid-19, baik dalam bentuk kuota internet maupun bahan pangan. Insannul memaparkan bahwa bantuan yang diberikan adalah wujud kepedulian kampus terhadap mahasiswa dan menjadi bagian dari solusi permasalahan yang dihadapi secara bersama. “Kita memberikan bantuan kepada mahasiswa baik itu bantuan pangan maupun kuota agar mahasiswa tetap dapat kuliah dan belajar juga tidak terganggu oleh dampak pandemi yang sedang kita hadapi bersama ini,” jelasnya. Sementara itu, WR II Unand Wirsma Arif Harahap mengatakan kebijakan UKT dari Kemendikbud akan disesuaikan dengan kondisi mahasiswa Unand. Apakah nantinya akan dibebaskan, dikurangi UKT-nya, menunda pembayaran, atau dicicil. Namun untuk menentukan semua itu pihak kampus memerlukan bukti dari mahasiswa. “Kemungkinan antara dicicil dan dibebaskan jika ada salah satu tulang punggung seperti ayah atau ibunya terkena Covid-19,” kata Wirsma kepada Genta Andalas di ruangannya, Senin (22/6/2020). Selain membuat kebijakan penurunan UKT berupa diskon pembayaran, Unand juga berencana melakukan penurunan grade. Penurunan grade akan berbeda den-

gan penurunan UKT. Penurunan UKT hanya berlaku untuk satu semester, yaitu semester ganjil 2020. Sedangkan, penurunan grade akan berlaku hingga mahasiswa tamat. “Kami juga mempertimbangkan pengeluaran universitas, seperti listrik, air, gaji satpam dan dosen yang tetap harus dibayar karena 60 persennya merupakan pemasukan dari UKT,” tambah Wirsma. Kemudian, lanjut Wirsma, UKT mahasiswa Bidikmisi yang telah melampaui 8 semester, pada semester ke-9 akan mengikuti aturan Kemendikbud. Mahasiswa tetap membayar UKT setengah dari jumlah UKT yang telah ditetapkan sebelumnya. “Kita tidak dapat membebaskan, sesuai aturan dari kementerian. Namun bisa diringankan dengan dicicil,” kata mantan Dekan Fakuktas Kedokteran itu. Menanggapi kebijakan UKT yang dilakukan pihak kampus, Mahasiswa Jurusan Sosiologi Abdis Sallam Fajri saat diwawancarai Genta Andalas via WhatsApp menyatakan jika kebijakan yang diberikan kampus seperti demikian untuk keringanan UKT, maka tidak ada bedanya dengan kebijakan yang lama. Tak hanya itu, mekanisme bantuan ini juga ribet. Menurutnya, semua mahasiswa haruslah mendapatkan penurunan UKT dikarenakan operasional kampus tidak sepenuhnya didapatkan mahasiswa di tengah pandemi. “Jika kampus malah memberlakukan tetap dan tidak ada regulasi yang jelas dalam menurunkan UKT, tentu akan mengundang reaksi besar terhadap mahasiswa,” jelasnya. Abdis juga menambahkan bahwa perlunya transparansi kampus mengenai UKT semasa pandemi. Mahasiswa tidak meminta untuk mengratiskan UKT, melainkan hanya meminta pemotongan UKT sebesar 50 persen. Hal ini tentu saja tidak akan membuat keuangan Unand krisis, dikarenakan yang dituntut adalah hak yang tidak didapatkan mahasiswa selama masa pandemi. “Pihak kam-

pus harusnya merealisasikan tuntutan mahasiswa dengan penurunan UKT seluruh mahasiswa Unand pada semester ganjil 2020/2021. Serta bantuan selama kuliah daring harus diberikan nantinya oleh pihak kampus tidak hanya untuk mahasiswa Bidikmisi, UKT level 1 dan 2, tapi seluruh mahasiswa yang membutuhkan,” tutur Abdis. Hal yang sama juga disampaikan oleh Mahasiswa Jurusan Kimia, Khairannisa Vidany menyatakan kebijakan yang disebutkan Kemendikbud masih belum bisa dipahami dan belum terlalu efektif meringankan beban perekonomian keluarga. “Saya berada pada UKT level 4, misalnya saya tidak mendapatkan keringanan apa pun, maka saya akan tetap membayar sebagaimana mestinya, dan menurut saya itu masih terlalu berat,” kata Nisa. Nisa berharap, diberikannya tarif UKT baru menyesuaikan dengan kondisi keluarga di tengah pandemi saat ini. “Kita tidak akan pergi ke kampus sehingga ada beberapa fasilitas yang tidak bisa kita nikmati selayaknya perkuliahan biasa. Jika UKT dibayar seperti biasanya bisa saja berdampak pada ekonomi keluarga mahasiswa. Besar harapan saya agar hal ini didengar dan dipertimbangakan oleh petinggi Unand, semoga mereka mengerti keadaan kita,” tambah Nisa. Lumpuhnya perekonomian di tengah pandemi saat ini, pembayaran UKT untuk semester ganjil depan masih harus tetap dibayar tanpa pemotongan dari pihak kampus. Walaupun kampus telah memberikan keringanan terhadap UKT, pada kenyataannya mahasiswa masih merasa keberatan dengan hal tersebut. Hal ini dikarenakan mahasiswa tidak sepenuhnya mendapatkan haknya dalam menggunakan fasilitas kampus. Sehingga pemotongan UKT secara merata bagi seluruh mahasiswa masih perlu dipertimbangkan oleh kampus. Reporter : Suhada, Rifa, Gifra, Geliz, Aat, Efi

“Kita tidak dapat membebaskan, sesuai aturan dari kementerian. Namun bisa diringankan dengan dicicil.”

Wirsma Arif Harahap - Wakil Rektor II Universitas Andalas EDISI 01 JUNI 2020

GENTA ANDALAS

7


KOMIK

OLEH : GIFRA SENTIA

DEFINISI KKN MANDIRI

Apa tanggapan mahasiswa mengenai KKN Mandiri ? Rayhan Ocdita Putra Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan “Kalau KKN mandiri koo ado plus ado minusnyo. Kalau plusnyo, ndak gadang bana kalua pitih balanjo. Kalau minusnyo, ndak bisa minta anak cewek mancucian baju, mamasak, tu ndak bisa maliek bidadari kayangan mandi mandi di sungai.”

Alfin Alkindi Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian "KKN Mandiri ko menurut awak yo agak kurang mantap se rasonyo, ndak bisa kami nan 17 ko mancaliak kembang desa kami do kan aa, atau cewek-cewek dari fakultas sabalah nan kami pantau sajak duduak di barak." Alfie syahrin Jurusan Administrasi publik Fakutas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik “KKN sekarang tidak bisa cari jodoh dari fakultas lain. Namun, uniknya KKN sekarang, kita bisa mengabdi di tempat tinggal kita sendiri dengan menyumbangkan baik itu tenaga fisik maupun dalam bentuk keilmuan sehingga dapat memajukan tempat tinggal kita masing-masing.” Sri Dinda Andrifa Jurusan Ilmu Keperawatan Fakutas Keperawatan “KKN tematik ni kan diadakan sesuai keadaan pandemi. Nah, semoga dengan KKN tematik ini kita mahasiswa bisa bantu masyarakat buat menghadapi dan melawan corona dengan cara yang bener.”

EDISI 01 JUNI 2020

Fathul Hady Al Karim Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik “Sukanya mungkin bisa dikatakan KKN cukup menghemat biaya dan tenaga. Namun dukanya kami tidak bisa terjun langsung ke lokasi KKN sehingga rasanya kami hanya sebagai relawan bukan peserta KKN pada umumnya.” Muhammad Hafidz Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik “KKN 2020 ini KKN Limited Edition yang konsepnya beda. Sesama mahasiswa saling bahu membahu mengentaskan virus korona. Tapi gapapa, meskipun di tengah pandemi kita diajarkan sebagai insan intelektual untuk mudah beradaptasi.”

GENTA ANDALAS

8


KONSULTASI NEW NORMAL

Dok. Pribadi Vivi Triana, SKM., MPH Ahli Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas

S

elama masa pandemi, banyak tatanan kehidupan yang mulai berubah. Semua hal harus dilakukan dari rumah dan meminimalisir keluar rumah jika bukan untuk hal yang penting. Selama masa pandemi ini pula, berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal yang sama juga terjadi pada Sumatra Barat (Sumbar), mulai dari kebijakan PSBB hingga sekarang pemerintah mengeluarkan kebijakan new normal. Lalu apa sebenarnya new normal itu? Bagaimana kesiapan pemerintah dan masyarakat terhadap kebijakan baru ini? Apa yang perlu dipersiapkan jika ada hal penting untuk beraktivitas di luar saat fase new normal? (Suhada Tri Marneli) Jawab : Konsep sebenarnya, new normal adalah suatu skenario untuk penanganan Covid-19. New normal yaitu bagaimana cara kita menata ulang kehidupan baru setelah kejadian atau situasi pandemi Covid-19. Pemahaman tentang ini masih belum dipahami oleh orang pada umumnya. Sedangkan kesan yang dapat diambil dengan perilaku masyarakat saat ini yaitu new normal adalah kehidupan baru seperti sebelum Covid-19, semaunya seolah lepas dari rantai atau sangkar.

BUKAN KEHIDUPAN BARU TANPA COVID-19 Seharusnya sudah jelas, bahwa WHO telah membuat suatu indikator tertentu untuk menerapkan konsep new normal itu sendiri dalam suatu negara. Secara garis besar ada tiga indikator negara bisa menerapkan new normal yaitu yang pertama, adanya angka epidemi yang terkendali, maksudnya ada penurunan kasus yang terkendali di mana 50% dari periode sebelumnya dan itu konsisten selama tiga minggu. Maknanya kita telah melewati gelombang pertama. Kemudian, R0 (jumlah reproduksi virus dari orang ke orang) jika telah kurang dari 1. Sedangakan Indonesia belum kurang dari satu. Kedua, pemerintahnya mampu mencukupi kapasitas kesehatan, yaitu 60% dari totalnya. Indikator selanjutnya yaitu bagaimana menguji seseorang atau sekelompok orang dalam tertular dengan tes swab untuk dilakukan skrining. Perlu dilakukan pada 1218 ribu orang, sedangkan saat ini Indonesia masih kurang dari seribu orang yang telah mengikuti tes tersebut. Pelaksanaan new normal antara pusat dan daerah masih belum jelas. Sedangkan kesiapan masyarakat terhadap new normal jika dilihat dari kasat mata, masyarakat masih belum paham bagaimana sebenarnya konsep new normal. Masyarakat beranggapan kita kembali normal, peraturan dilonggarkan dan social distancing hanya dilakukan pada beberapa sektor. Sebenarnya ada kebingungan dalam menetapkan kriteria atau rambu-rambu dalam beberapa sektor seperti tempat ibadah, wisata, dan lainlain. Hal ini dapat dilihat bahwa tidak sinerginya antara pusat dan daerah. Contohnya telah dibuat aturan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid, kemudian ada juga keluar dari Kemendagri dan terakhir oleh Bappenas. Sehingga terjadi distorsi informasi antara pusat dan daerah, mana yang harus dipegang. Seharusnya penentuan kelonggaran atau kriteria cukup satu. Walaupun sebelumnya telah diminta ke masing-masing daerah untuk berkreasi tergantung kebutuhan daerah masing-masing. Hal yang perlu dilakukan sela-

EDISI 01 JUNI 2020

GENTA ANDALAS

9

ma masa pandemi jika terpaksa keluar yaitu dengan selalu menerapkan kebiasaan hidup sehat sesuai dengan protokol Covid-19, seperti penggunaan masker. Jadi walaupun keluar di masa new normal, masyarakat harus menerapkan protokol Covid-19. New normal bukan berarti bahwa virus corona telah hilang, melainkan corona masih ada. Sehingga masih diperlukan pencegahan, dikarenakan penyebaran virus masih akan terjadi melalui droplet penderita. Akan terjadi peningkatan kasus pada fase lebaran, seperti perkiraan sebelumnya. Puncak dari pandemi Covid-19 masih belum diketahui tetapi ada kemungkinan beberapa puncak pandemi akan terjadi lagi untuk wilayah Sumbar. Saat ini kurva kasus Sumbar berbentuk sporadis. Sumbar mengalami masa PSBB yang gagal, begitu juga new normal, para ahli memperkirakan bukanlah keputusan yang tepat untuk menerapkannya saat ini. Disaat wabah, hal yang penting adalah bagaimana melakukan intervensi sosial yang mana ini berpengaruh besar terhadap penularan. Selama menangani wabah ada dua cara mengatasinya yaitu vaksinasi dan herd immunity. Hanya intervensi sosial yang bisa dilakukan untuk memutus mata rantai pandemi. Dengan adanya new normal, perilaku hidup masyarakat dapat menjadi lebih sehat. Maka dari itu, kita dan pemerintah harus mempersiapkan diri dengan cara hidup sehat dan penyediaan layanan kesehatan yang mencukupi. Sedangkan kita sebagai mahasiswa harus memperbanyak literasi yang kemudian dapat berbagi informasi kepada masyarakat. Sehingga masyarakat akan terbiasa dengan hidup sehat.


INFOGRAFIS PROTOKOL ‘4 SEHAT 5 SEMPURNA’ UNTUK ADAPTASI KEBIASAAN BARU

P

ada 15 Mei 2020 lalu, Presiden RI Joko Widodo meminta masyarakat Indonesia untuk hati-hati melakukan adaptasi kebiasaan baru (New normal). New normal mengharuskan masyarakat hidup berdampingan dengan Covid-19 sekaligus melakukan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19, seperti yang dilansir dari website covid19.go.id. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Terawan Agus Putranto pun mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no-

mor HK.01.07/MENKES/382/2020. Berisikan tentang Protokol Kesehatan Bagi Kesehatan Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 pada Jumat, 19 Juni 2020. Surat Keputusan tersebut memuat imbauan kepada masyarakat Indonesia untuk melakukan protokol kesehatan, yaitu dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat keluar rumah atau hendak berinteraksi dengan orang lain, rajin mencuci tangan dengan air dan sabun atau meng-

EDISI 01 JUNI 2020

GENTA ANDALAS

10

gunakan cairan antiseptik (handsanitizer), menjaga jarak dengan orang lain minimal satu meter, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Di samping itu, agar protokol kesehatan mudah diingat dan dijalankan, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menciptakan slogan '4 Sehat 5 Sempurna' yang diadopsi dari slogan Prof. Poorwo Soedarmo tahun 1950-an silam. Sumber : Litbang Genta Andalas Ilustrasi : Produksi Genta Andalas


OPINI PERTAMA KASTA, ATAU KASTA PERTAMA?

A

walnya saya tidak tertarik dengan berita mengenai ringannya hukuman yang diminta JPU pelaku penyiraman air keras terhadap Penyidik KPK, Novel Baswedan. Karena memang beberapa kali saya menyaksikan ketidakbenaran dalam penerapan hukum di Indonesia oleh beberapa oknum terkait. Seperti kasus salah tangkap, terhadap pengamen Cipulir pada 2013 lalu dan permintaan ganti rugi oleh korban ‘pengamen Cipulir’ ditolak oleh hakim. Kemudian, kasus pemberian hukuman kepada beberapa masyarakat yang buta hukum karena kesalahan kecil, seperti mengambil sedikit kayu dari hutan, memetik coklat dan lain-lain. Miris, hanya kata itu yang terbesit dibenak saya terkait semakin runyamnya hukum di negeri ini. Hukum yang seharusnya menjadi pelindung bagi rakyat, penyelaras gap antara rakyat kecil agar tidak ditindas oleh penguasa, menjunjung wibawa bangsa agar dihargai dunia. Nyatanya ketika segelintir orang berusaha membangun pondasi hukum yang kokoh, lebih dari setengah lainnya malah meruntuhkan bahkan saat pondasi masih basah. Bagai musuh dalam selimut, hukum mengincar dan menikam siapa saja yang tidak dikehendaki dengan kehangatan. Saya ingin sedikit mengulik perkataan jaksa saat memberikan tuntutan terhadap terdakwa penyiraman air keras pada Novel Baswedan, dikutip dari detik.com jaksa mengatakan “Bahwa dalam fakta persidangan, terdakwa tidak pernah menginginkan melakukan penganiayaan berat. Terdakwa hanya akan memberikan pelajaran kepada saksi Novel Baswedan dengan melakukan penyiraman cairan air keras ke Novel Baswedan ke badan. Namun, mengenai kepala korban. Akibat perbuatan terdakwa, saksi Novel Baswedan mengakibatkan

tidak berfungsi mata sebelah kiri hingga cacat permanen.” Disini saya meninggalkan fakta mengenai profesi pelaku, motif atas dasar tindakan pelaku. Anggap saja memang pelaku adalah rakyat biasa, yang sedang khilaf sehingga melakukan kegiatan yang tidak benar. Namun, logika saya sangat meronta. Ketika seorang kakek yang buta hukum, siapa yang salah? Bagaimana aturan hukum bisa tidak diketahui oleh masyarakat, bagaimana sosialisasi hukum sebenarnya? Sehingga seorang kakek yang tidak tahu ada larangan mengambil sedikit kayu di hutan mangrove dapat dihukum 2 tahun penjara, sedangkan kegiatan mencelakai manusia hidup dengan sengaja hingga cacat permanen hanya dihukum 1 tahun, dengan alasan pelaku mengakui kesalahannya (Bisnis.com). Setahu saya, berdasarkan alasan kakek yang mengambil kayu, juga mengakui kesalahannya malah semenjak itu beliau mengaku takut dengan hukum (pengakuan kakek ditayangan “Mata Najwa”). Saya termasuk orang yang apatis dan bahkan angat tidak mau tahu dengan perkembangan keadaan politik dan hukum di Indonesia, sebagai masyarakat biasa yang tidak memiliki kepentingan sama dengan para elite, saya takut jika tiba-tiba saya dijemput oleh pihak kepolisian dihukum tanpa alasan yang jelas atau hanya karena sekedar mengkritik pemerintahan dan hukum. Saya tidak yakin, jika hal tersebut hanya dirasakan oleh saya setelah melihat kenyataan bahwa dakwaan bisa datang dari ‘simsalabim’. Atau ketika saya melaporkan tindak kejahatan, namun diabaikan. Lalu, bagaimana kelanjutan aturan di negeri ini? Apakah ada satu kalangan yang menginginkan kalangan lainnya untuk diam saja, sebagai mainan. Entah siapa yang bisa disalahkan dalam hal ini, karena manusia yang

menolong korban sekarat saja juga bisa jadi salah. Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai rakyat biasa? Proses mendewasakan diri, tidak serakah dan bersaing secara sehat sangat diperlukan dibanding hanya kepandaian, untuk menjadi pemimpin bangsa dimasa depan. Maka dari itu, sebagai mahasiswa yang saat ini mampu menyuarakan suara rakyat yang dilihat tertindas, alangkah baiknya jika mindset mengenai fungsi jabatan diubah. Tidak hanya berharap pada output berupa kekayaan, juga memikirkan hal mendasar adanya pemerintah disuatu negara yaitu untuk menciptakan keadilan. Tidak hanya menggebu pada emosi kala melihat krisisnya keadilan di negeri ini pada saat ini. Mengambil tindakan, merangkul masyarakat terutama yang berada di pelosok. Mensosialisasikan hukum pada masyarakat yang buta akan hukum itu sendiri. Dengan begitu setidaknya sebagian masyarakat mempunyai peluang lebih besar dari ranjau yang ditumpuk elok di bawah tumpukan daun kering di hutan.

Efi Fadhillah Mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Andalas

EDISI 01 JUNI 2020

GENTA ANDALAS

Dok. Pribadi

11


REHAT RUMAH PEREMPUAN, TEMPAT ASA DAN INSPIRASI TUMBUH MEMOTIVASI

Dok. Pribadi Sesi foto bersama Rumah Perempuan dalam kegiatan Berkiprah.

P

erempuan adalah tonggak penerus masa depan bangsa dan agama. Sudah sepatutnya ia dicintai dan disayangi agar bisa berjalan dengan kakinya sendiri. Namun, saat ini kita sering melihat keadaan perempuan begitu buruk, menjadi korban kekerasan dan asusila, berpendidikan rendah, dan sebagainya. Inilah yang melatarbelakangi berdirinya Rumah Perempuan, sebuah komunitas sosial kesehatan yang berfokus pada pemberdayaan perempuan. Didirikan oleh lima sekawan berlatar pendidikan kebidanan di sebuah kampus di Padang. Mereka adalah Mona Melisa, Annisa Amalia, Annisa Septriani, Vika Efendi, dan Suci Wulandari. Mereka ingin memberikan wadah yang layak bagi perempuan Indonesia untuk dapat tumbuh dan berproses menjadi produktif. Mereka yakin, dengan memotivasi dan membantu mengembangkan potensi perempuan akan menjadikan perempuan Indonesia sebagai pelopor inspiratif bagi lingkungan sekitarnya. Berawal dari tugas lapangan pada tahun 2019, mereka sering menemukan berbagai macam kasus yang dialami oleh perempuan. Seperti salah satu kisah sang founder, Amalia. Ia sering menemui pasien usia muda yang sudah memiliki dua orang anak. “Saya mikir, bagaimana remaja putri seperti itu sudah punya peran yang banyak,” tuturnya. Bermula dari hal sederhana itu, mereka akhirnya membuat komunitas

Rumah Perempuan pada tanggal 24 Februari. “Kami memliki beberapa pengalaman yang sama. Kenapa tidak kita buat saja satu wadah. Kebetulan kita juga bidan yang kerjaannya mengurus perempuan,” tambah Mona. Selain berfokus pada masalah kesehatan perempuan, Rumah Perempuan juga turut melebarkan sayap melalui kegiatan sosial lainnya. Septriani mengatakan bahwa kesehatan tidak bisa lepas dari masalah sosial, karena masalah kesehatan itu sendiri berakar dari masalah sosial. Saat ini Rumah Perempuan telah mengembangkan beberapa kegiatan, yakni Berkiprah ‘Berkisah Bersama Rumah Perempuan’, Sekolah Perempuan, Kuap ‘Kuliah via WhatsApp’ dan Power Puan. Mereka meyakini bahwa setiap kisah yang dialami setiap orang, khususnya perempuan berbeda dan unik. Kisah-kisah mereka ini akan mampu mengispirasi dengan caranya sendiri. Melalui Berkiprah, Rumah Perempuan berusaha menyebarkan inspirasi itu. Rumah Perempuan turut menghadirkan wadah untuk remaja dalam kegiatannya di Sekolah Perempuan. Para remaja akan diajarkan berbagai macam keterampilan, berbagi informasi mengenai kesehatan dan sosial, serta motivasi dari pemateri terpilih yang berkompeten dibidangnya masing-masing. “Pematerinya dari kalangan enterpreneur dari tim Google dan memang aktif di kegiatan wirausaha untuk perempuan. Pemateri

EDISI 01 JUNI 2020

GENTA ANDALAS

12

lainnya yakni psikolog dari dosen UPI,” jelas Amalia. Beberapa waktu yang lalu, Rumah Perempuan menyelenggarakan kunjungan sosial ke sebuah panti sosial di Solok dengan kegiatan Power Puan. Panti tersebut dihuni oleh wanita mantan PSK, broken home, dan lainnya. “Kami ke sana dengan membawa pemateri dan bersama degan kurang lebih 30 relawan. Mereka berasal dari beberapa kampus di Padang,” kata Amalia. Rumah Perempuan memberikan kesempatan selebar-lebarnya bagi perempuan untuk berkonsultasi pada mereka. Mereka mengatakan bahwa perempuan bisa menceritakan apa saja yang mereka inginkan untuk dicarikan solusinya. Bahkan, pada suatu kesempatan mereka mendapati seorang perempuan yang berkonsultasi mengenai rumah tangganya. Menurut lima sekawan ini, perempuan adalah makhluk berharga, penyambung peradaban. Bagaimana generasi selanjutnya itu tergantung bagaimana perempuan menjalin hidup. Menjadi perempuan berdaya tidak harus jadi pemimpin, tapi bisa mengambil peluang dan keputusan sendiri, sadar akan potensi, sadar akan diri sendiri, dan sadar akan potensi diri. Beranilah mengambil keputusan apa pun itu, kita berhak mengambil arah. Artinya, kita bisa mengenali diri sendiri dan jangan malu berbicara. Penulis : Rahmadina Firdaus




Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.