190
SENGKETA TIADA PUTUS
sekarang adalah rumah gadang tradisional—dan sisi sebaliknya dari selembar mata uang simbolik Indonesia, moderen. Adalah perlu menganalisis sejarah gagasan-gagasan tentang rumah dan keluarga karena rumah bukan sekadar suatu cermin bagi pemikiran politik sezaman tetapi juga suatu ruang ideologis yang berada di ujung tanduk dan aktif dipertentangkan.
Balatentara Nafsu Haji Abdul Karim Amrullah, disebut Haji Rasul, ayah Hamka dan pengarang Kitab Cermin Terus, merumuskan pada awal 1930-an garis resmi reformis Muhammadiyah ten tang tasawuf.∗ Raymond LeRoy Archer, seorang seminarian Amerika yang ketika itu mengadakan riset di Sumatra Barat, melaporkan bahwa selain teks Haji Rasul, “Di antara sedikit buku teks yang ada tentang tasawuf sebagaimana diajarkan oleh Partai Muhammadiyah di Sumatra, apa yang ditulis oleh Mr. Siswawijata A. Moersjidoelwadjid dalam bahasa Melayu dengan judul ‘Tasawwuf Islam’, adalah, sejauh bisa ditemukan oleh penulis itu, yang paling lengkap dan komprehensif”. Buku itu secara langsung membahas tempat berahi dan hawa nafsu dalam Islam reformis: Cara kerja nafsu dalam manusia bisa diumpamakan seperti seorang raja yang punya dua balatentara, satu untuk mengatur perkara di dalam dan satu lagi untuk dipakai membereskan masalah luar negeri. Begitulah ada dua kekuatan bekerja dalam kaitan dengan nafsu. Balatentara luar disebut hissiyah, hal-hal yang kasat mata. Balatentara kedua disebut ma‘nawiyah, halhal yang tidak kasat mata, yakni, nafsu dan berahi. _______________
∗
H. A. K. Amrullah, “Tasauwoef Islam”, Almanak Moehammadijah 9, Djokjakarta: Pengoeroes Besar Moehammadijah, tahun hijriah 1351 (M. 1932-1933), h. 206-221—J. Hadler.
ISI Sengketa new.indd 190
22/09/2010 23:03:45