Buku program Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Page 1

Isi Buku 2012.indd 1

8/2/12 3:48 PM


Isi Buku 2012.indd 2

8/2/12 3:48 PM


DAFTAR ISI

Tentang Achmad Bakrie Mengapa Penghargaan Achmad Bakrie Dari Dewan Juri Tentang Freedom Institute

5 9 12 16

Tjia May On untuk Sains M. Dawam Rahardjo untuk Pemikiran Sosial Seno Gumira Ajidarma untuk Kesusastraan Wiratman Wangsadinata untuk Teknologi Sultana MH Faradz untuk Kedokteran Yogi Ahmad Erlangga untuk Ilmuwan Muda Berprestasi

19 28 36 44 54 61

Sekelumit Catatan Pengalaman dan Pengamatan Riset di Luar dan Dalam Negeri Tjia May On Menuju Ilmu-Ilmu Sosial Nusantara M. Dawam Rahardjo

66

Paradigma Membangun yang Berkelanjutan Wiratman Wangsadinata Refleksi Menghadapi Kelambanan Intelektual dan Kerancuan Kelamin Sultana MH Faradz Matematika: Tikungan dan Harapan Yogi Ahmad Erlangga

111

Penerima Penghargaan Achmad Bakrie (2003-2011)

123

77 94

102

3

Isi Buku 2012.indd 3

8/2/12 3:48 PM


Dok. Keluarga

ACHMAD BAKRIE (1916-1988)

Isi Buku 2012.indd 4

8/2/12 3:48 PM


TENTANG HAJI ACHMAD BAKRIE (1916-1988)

M

INAT terhadap dunia usaha sudah ia tunjukkan sejak remaja. Pada usia 20 tahun, Achmad Bakrie memulainya dengan menjadi seorang pedagang perantara untuk karet, lada, dan kopi, di daerah kelahirannya Kalianda, Lampung. Ia lalu bekerja pada NV Van Gorkom, sebuah perusahaan dagang Belanda. Sebagai penjaja keliling, ia menjelajahi hampir seluruh pelosok Sumatera Selatan. “Di sini saya memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang (kebutuhan akan) barang-barang dan organisasi perusahaan,” kata Bakrie, suatu ketika. Merasa cukup dengan pengalaman sebagai pegawai, pada 1941 Bakrie meninggalkan Van Gorkom. Ia kembali menekuni perda­gangan karet, lada, dan kopi. Labanya ia tabung sedikit demi sedikit. Setahun kemudian, tepatnya pada 10 Februari 1942, ia mendirikan Bakrie & Brothers General Merchant and Commission Agent di Teluk Betung, Lampung. Semasa pendudukan Jepang, nama Bakrie & Brothers tidak boleh digunakan karena berbau Barat. Bakrie kemudian memin­ dahkan perusahaannya ke Jakarta pada 1943. Di sini ia melanjutkan usahanya dengan menggunakan nama Jasuma Shokai. Begitu Jepang takluk, nama awal perusahaan itu dimunculkan kembali. Pada 1952, Bakrie mulai beranjak dari pedagang antardaerah menjadi pedagang antarnegara. Ia merintisnya dengan mengekspor karet, lada, dan kopi ke Singapura. Hal ini membuatnya menjadi

5

Isi Buku 2012.indd 5

8/2/12 3:48 PM


salah satu eksportir pionir dari kalangan pengusaha pribumi. Dari usaha perdagangan, pria kelahiran Kalianda, Lampung, 1 Juni 1916 ini merambah dunia industri. Ia memulainya pada 1957 dengan membeli sebuah pabrik kawat dan kemudian memperluas bisnisnya dengan mendirikan pabrik pipa baja, pabrik cor logam, dan pabrik karet remah. Sampai dengan Bakrie tutup usia pada 15 Februari 1988 di Tokyo, ia telah berhasil mendirikan satu kerajaan bisnis terkemuka di Indonesia, PT Bakrie & Brothers Tbk. Kerajaan bisnis ini telah berkembang ke berbagai bidang usaha seperti telekomunikasi, properti, industri pipa, pertambangan, investasi, serta bisnis lain­ nya. Kelompok usaha yang kini telah menjadi perusahaan publik tersebut memiliki lebih dari 50.000 karyawan yang tersebar di lebih dari 100 perusahaan di Indonesia, yayasan dan perguruan tinggi. Achmad Bakrie menikah dengan Roosniah Bakrie (1926-2012), wanita bermarga Nasution. Pasangan tersebut dikaruniai empat orang anak, yakni Aburizal Bakrie, Roosmania Kusmulyono, Nirwan Dermawan Bakrie, dan Indra Usmansyah Bakrie. Setelah meninggalnya Bakrie senior, panji Bakrie di dunia usaha dipanggul oleh Aburizal Bakrie serta adik-adiknya. (Aburizal sendiri telah mengundurkan diri sebagai pimpinan perusahaan sejak pertengahan 2004, yakni sejak dia menjabat sebagai Menteri Koor­dinator dalam Kabinet Indonesia Bersatu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.) Sebagaimana yang diceritakan Aburizal, muara dari keberhasilan usaha dan keuntungan finansial, menurut Achmad Bakrie, ada­lah digunakannya hal-hal tersebut untuk kepentingan sosial. “Uang bukanlah tujuan hidup, melainkan sekadar alat untuk menye­ nangkan orang banyak,” ungkap Bakrie senior. Sebagai salah satu wujud komitmennya terhadap masyarakat,

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 6

8/2/12 3:48 PM


pada 1981 ia mendirikan Yayasan Achmad Bakrie. Bakrie beserta istri dan keempat anaknya tercatat sebagai pendiri yayasan yang bertujuan membantu biaya pendidikan anak-anak yang cukup pandai namun kurang mampu itu. Yayasan yang ketika berdiri hanya bermodalkan uang Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) tersebut, hingga kini telah membantu ribuan siswa sekolah menengah maupun mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia, terutama mahasiswa dari jurusan ekonomi dan bisnis. Bahkan, Beasiswa Achmad Bakrie juga telah mulai diberikan kepada pelajar-pelajar Indonesia yang berprestasi internasional. Inilah salah satu wujud kepedulian sosial dan kecintaan Bakrie terhadap ilmu pengetahuan. Ia selalu menekankan pentingnya menuntut ilmu pengetahuan. Perjalanan hidup Bakrie muda punya andil besar terhadap pembentukan sikapnya yang seperti itu. Achmad Bakrie, yang lahir dari keluarga petani kecil itu, hanya mengenyam pendidikan setingkat Sekolah Dasar. Namun tekad putra dari H. Oesman Batin Timbangan ini sangat besar untuk menimba ilmu. Di sela-sela kesibukannya sebagai pegawai di NV Van Gorkom, ia rela menyisihkan waktu luangnya untuk bersekolah dagang di Hendlesinstituut Schoevers (1937-1939). Sepanjang perjalanan hidupnya, Bakrie tak lepas dari kegiatan memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan. Dalam setiap kesempatan apakah di perjalanan, saat menunggu, atau di waktu seng­gang membaca adalah kegiatan utamanya. Buku-buku sejarah, sastra, ekonomi maupun berita terkini menjadi temannya seharihari. “Saya paling kesal kalau tidak bisa membaca,” kata Bakrie suatu ketika. Ia percaya, pengetahuan yang luas membuat orang mandiri dan percaya diri. Bagi Bakrie, berilmu adalah memerdekakan diri. Dan

7

Isi Buku 2012.indd 7

8/2/12 3:48 PM


seseorang yang lebih pintar harus dihormati. Bakrie yakin betul dengan kutipan yang disimpannya:

Freedom makes opportunities, Opportunities makes hope, Hope makes life and future.

Kepercayaan dan penghargaan Bakrie terhadap kekuatan ilmu pengetahuan dan orang yang berpengetahuan menyatu dengan caranya menyikapi keberhasilannya sebagai seorang pengusaha. Hal ini selaras dengan kata bijak yang ia sukai: one cannot help the poor by discouraging the rich. Komitmen Bakrie senior terhadap dunia pengetahuan kini diteruskan oleh Aburizal Bakrie. Pada Desember 2001, Aburizal mendirikan Yayasan Freedom Institute, yang salah satu kegiatannya adalah memberikan Penghargaan Achmad Bakrie untuk bidang kesusastraan dan pemikiran sosial, suatu penghargaan tahunan yang pertama kali dimulai pada 2003—dan kemudian berkembang untuk mencakup pula bidang kedokteran (sejak 2005), sains, dan teknologi (sejak 2007). Sejak 2010, telah diberikan juga Hadiah Khusus Achmad Bakrie untuk Ilmuwan Muda Berprestasi di Bawah 40 Tahun.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 8

8/2/12 3:48 PM


MENGAPA PENGHARGAAN ACHMAD BAKRIE?

F

REEDOM Institute mengusahakan lingkungan yang subur bagi lahirnya keperintisan, pencapaian, maupun pengabdian di bidang pemikiran sosial, kesusastraan, kedokteran, sains, dan teknologi. Usaha ini merupakan bagian dari tujuan kami yang lebih luas, yaitu memajukan kehidupan pemikiran, eksperimen, dan penciptaan di Indonesia. Kami percaya bahwa kehidupan intelektual yang bebas, sarat dengan perdebatan yang produktif, penuh antusiasme, dan dilandasi oleh integritas yang tinggi merupakan penyangga kuat kehidupan demokrasi. Tradisi penghargaan atas karya pemikiran, keilmuan, dan kesenian sudah menjadi praktik lazim dalam dunia intelektual. Penghargaan berskala internasional seperti Hadiah Nobel menjadi tolok ukur bagi pencapaian di bidang-bidang sastra, kimia, fisika, ilmu kedokteran, ekonomi, dan perdamaian. Tradisi serupa juga dikenal di Indonesia, meski belum mengakar dan mencapai reputasi yang kokoh. Sejumlah lembaga atau pribadi di negeri kita juga telah merintis pemberian penghargaan untuk berbagai bidang profesi sejak kesenian maupun keilmuan. Kami meneruskan tradisi pemberian penghargaan di bidang kreativitas akal budi ini dengan Penghargaan Achmad Bakrie sejak 2003. Sejak 2010, kami juga memulai tradisi menghargai ilmuwan muda berprestasi di bawah 40 tahun. Penghargaan intelektual ini diberikan setiap tahun menjelang Hari Kemerdekaan Republik

9

Isi Buku 2012.indd 9

8/2/12 3:48 PM


Indonesia 17 Agustus. Para pemenang Penghargaan Achmad Bakrie serta Hadiah Khusus adalah sebagai berikut: 2003: Ignas Kleden (bidang Pemikiran Sosial) dan Sapardi Djoko Damono (Kesusastraan); 2004: Nurcholish Madjid (Pemikiran Sosial) dan Goenawan Mohamad (Kesusastraan); 2005: Sartono Kartodirdjo (Pemikiran Sosial), Budi Darma (Kesusastraan), dan Sri Oemijati (Kedokteran); 2006: Arief Budiman (Pemikiran Sosial), Rendra (Kesusastraan), dan Iskandar Wahidiat (Kedokteran); 2007: Frans Magnis-Suseno (Pemikiran Sosial), Putu Wijaya (Kesusastraan), Sangkot Marzuki (Kedokteran), Jorga Ibrahim (Sains), dan Balai Besar Padi (Teknologi); 2008: Taufik Abdullah (Pemikiran So­sial), Sutardji Calzoum Bachri (Kesusastraan), Mulyanto (Kedokteran), Laksana Tri Handoko (Sains), dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (Teknologi); 2009: Sajogyo (Pemikiran Sosial), Danarto (Kesusastraan), Ag. Soemantri (Kedokteran), Pantur Silaban (Sains), dan Warsito P. Taruno (Teknologi); 2010: Daniel Murdiyarso (Sains), Daoed Joesoef (Pemikiran Sosial), Sjamsoe’oed Sadjad (Teknologi), Sitor Situmorang (Kesusastraan), dan S. Yati Soenarto (Kedokteran) + Hadiah Khusus Achmad Bakrie untuk Periset Muda Berprestasi (di bawah 40 tahun) Ratno Nuryadi; 2011: Adrian B Lapian (Pemikiran Sosial), NH Dini (Kesusastraan), Satyanegara (Kedokteran), Jatna Supriatna (Sains), dan FG Winarno (Teknologi) + Hadiah Khusus Achmad Bakrie untuk Ilmuwan Muda Berprestasi Hokky Situngkir.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 10

8/2/12 3:48 PM


2012: M. Dawam Rahardjo (Pemikiran Sosial), Seno Gumira Ajidarma (Kesusastraan), Sultana M.H. Faradz (Kedokteran), Tjia May On (Sains), Wiratman Wangsadinata (Teknologi), dan Yogi Ahmad Erlangga (Hadiah Khusus). (Foto dan keterangan singkat tentang prestasi penerima Peng足 hargaan Achmad Bakrie 2003-2011 terlampir di bagian lain buku ini).

11

Isi Buku 2012.indd 11

8/2/12 3:48 PM


DARI DEWAN JURI

T

ATKALA diawali pada 2003, Penghargaan Achmad Bakrie diberikan hanya untuk Kesusastraan dan Pemikiran Sosial. Kenapa dua bidang tersebut, dan bukan bidang-bidang lain? Jawabannya sangat gamblang: para penggagas Penghargaan Achmad Bakrie, yang juga eksponen Freedom Institute, menang­ gung keterbatasan. Yaitu bahwa mereka hanya menguasai peta bumi kedua bidang termaksud di tanah air. Boleh dikatakan bahwa mereka hanya mampu menimbang prestasi kaum pemikir sosial dan sastrawan, bukan kaum spesialis dari berbagai ranah disiplin lain. Seiring dengan misi Freedom Institute untuk memajukan kebe­ basan dan kebudayaan, para penggagas Penghargaan Achmad Bakrie mulai memikirkan bidang-bidang lain. Pada tahun 2005, Freedom Institute menambahkan bidang Kedokteran, dan kemudian, pada tahun 2006, bidang-bidang Sains dan Teknologi. Tentu saja, untuk ketiga bidang yang terakhir ini, Dewan Juri berkonsultasi dengan pelbagai pakar dan lembaga yang menguasai disiplin-disiplin yang bersangkutan, termasuk para penerima Penghargaan Achmad Bakrie sebelumnya. Pada akhirnya, adalah Dewan Juri yang mengambil putusan sendiri—dan menulis esaiuraian, dengan bantuan para konsultan termaksud, kenapa kami memberikan Penghargaan itu kepada tokoh-tokoh termaksud. Meskipun Dewan juri meminta bantuan pihak-pihak tertentu dalam menyusun esai-uraian itu, namun adalah Dewan Juri yang

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 12

8/2/12 3:48 PM


menetapkan dan menyetujui, termasuk menyunting jika perlu, naskah akhir esai-uraian itu. Pada tahun penghargaan yang kesepuluh ini kami, Dewan Juri, ingin menegaskan kembali pokok apa dan bagaimana kelima bidang yang dicakup oleh Penghargaan Achmad Bakrie. Perlu kami tekankan bahwa Penghargaan ini diberikan kepada mereka yang masih hidup. Kesusastraan adalah bidang yang mewadahi kiprah kaum sastrawan—penyair dan penulis fiksi dan, bagi kami, juga para penulis non-fiksi yang piawai dalam bahasa. (Seperti kita tahu, filosof Bertrand Russel dan negarawan Winston Churchill mem­ peroleh Hadiah Nobel bidang Sastra demi nilai sastra dari bukubuku mereka.) Kami memilih sastrawan yang karya-karyanya menyumbangkan bentuk-bentuk baru, mempengaruhi arus sastra pada masanya dan sesudahnya, memperkaya bahasa nasional kita, serta mengubah persepsi sidang pembaca. Pemikiran Sosial adalah bidang yang meliputi karya-karya pemikiran yang mempersoalkan sendi-sendi kehidupan masya­ rakat Indonesia. Bagi kami, Pemikiran Sosial bukan hanya wilayah kaum ilmuwan sosial, tetapi juga filosof, sejarahwan, ekonom, pakar hukum, pendidik, agamawan, dan siapa saja yang membayangkan perubahan sosial dengan mendasar. Yang pokok bagi kami adalah, mereka menghasilkan karya-karya tulisan. Dengan demikian, misalnya, seorang policy maker yang tidak menulis, tidak akan pernah masuk ke dalam pertimbangan kami. Untuk bidang Kedokteran, kami menekankan segi riset dan terobosan di bidang pengobatan. Jika mayoritas dokter di Indo­nesia adalah praktisi yang menggunakan metode standar, kami ingin menemukan para dokter yang memusatkan diri pada kegiatan keilmuan. Bagi kami, riset medis dengan segenap

13

Isi Buku 2012.indd 13

8/2/12 3:48 PM


temuan­nya akan berdampak besar pada pengobatan itu sendiri. Kita tahu bahwa sejumlah penyakit, tidak sedikit pula penyakit yang khas negeri-negeri tropis dan/atau sedang berkembang, masih harus ditemukan penyebabnya. Juga, terobosan di bidang pengobatan amatlah pentingnya, termasuk demi penyembuhan dan pemberantasan penyakit di kalangan kurang-mampu. Sains adalah ranah yang mencakupi ilmu-ilmu alam dan mate­ matika. (Adapun ilmu-ilmu sosial sudah termaktub ke bidang Pemikiran Sosial.) Para ilmuwan di bidang ini, bagi kami, adalah teladan untuk kerja sepi tanpa pamrih, namun mengubah pokok kemajuan dan modernitas. Prestasi mereka yang tak banyak jumlahnya itu, yang seringkali berkualitas dunia, terkubur oleh kelisanan dan budaya massa yang menjangkiti masyarakat kita. Dalam bidang ini kami juga mengutamakan karya-karya yang memberi sumbangan penting bagi khazanah ilmu yang bersangkutan. Untuk bidang Teknologi, kami menekankan terobosan yang memperkaya keterampilan kita mengolah lingkungan, memper­ panjang jangkauan indra dan tubuh manusia, dan membuka jalan bagi perubahan cara produksi yang memungkinkan pelonjakan produktivitas secara mendasar serta pemenuhan kebutuhan orang banyak. Kami juga mempertimbangkan sumbangan tero­ bosan itu untuk khazanah teknologi internasional. Riset para teknolog Indonesia seringkali mengejutkan, meski para periset itu harus mengatasi keterbatasan biaya, peralatan dan dukungan kelembagaan dengan cara-cara yang tak terbayangkan. Sejak 2010 Freedom Institute memulai Hadiah Khusus Achmad Bakrie untuk spesialis yang berusia di bawah 40 tahun. Kami sebut Hadiah Khusus, karena penghargaan ini tidak menetapkan kate­gori tertentu seperti Penghargaan Achmad Bakrie; artinya,

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 14

8/2/12 3:48 PM


ia bisa diberikan untuk ilmuwan, perekayasa, seniman, atau sastrawan. Pada tahun pertamanya Hadiah Khusus Achmad Bakrie diterimakan kepada peneliti nanoteknologi Ratno Nuryadi dan tahun 2011 kepada peneliti kebudayaan Hokky Situngkir. Pada halaman-halaman berikut ini Anda akan membaca esaiuraian Dewan Juri, tentang mengapa pada tahun ini Tjia May On (Sains), M. Dawam Rahardjo (Pemikiran Sosial), Wiratman Wangsadinata (Teknologi), Seno Gumira Ajidarma (Kesusastraan), dan Sultana M.H. Faradz (Kedokteran); juga tentang Yogi Ahmad Erlangga yang menda足patkan Hadiah Khusus Achmad Bakrie. Kalaupun ada tokoh-pemeroleh yang menolak Penghargaan tersebut pada waktunya, misalnya Franz Magnis Suseno (Pemikiran Sosial, 2007), Daoed Joesoef (Pemikiran Sosial, 2010) dan Sitor Situmorang (Kesusastraan, 2010), atau mengembalikannya secara purnawaktu, seperti Goenawan Mohamad (Kesusas足traan, 2004) di tahun 2010, maka esai-uraian Dewan Juri akan meng足garisbawahi kenyataan bahwa si tokoh pada tahun yang bersangkutan memang layak memperolehnya dan tidak bisa digantikan oleh siapapun juga. Termasuk Seno Gumira Ajidarma, yang pada tahun ini menyatakan tak dapat menerima Penghargaan Achmad Bakrie untuk Kesusastraan.

15

Isi Buku 2012.indd 15

8/2/12 3:48 PM


TENTANG FREEDOM INSTITUTE

F

REEDOM Institute didirikan di Jakarta pada Desember 2001 untuk menggalakkan dunia pemikiran dan kreativitas pada bidang sosial, politik, ekonomi dan budaya. Kami ingin meng­ usahakan kehidupan intelektual yang bebas dan sehat, yang sarat dengan perdebatan mencerahkan, yang penuh gairah serta integritas yang tinggi. Berbagai kegiatan yang dikerjakan untuk mewujudkan visi di atas adalah, antara lain, pengadaan buku-buku dan jurnal-jurnal penting melalui perpustakaan, penerjemahan dan penerbitan buku-buku, penyelenggaraan diskusi, seminar, penelitian, loka­ karya dan radio talkshows, pemberian beberapa jenis penghargaan untuk individu-individu yang berprestasi pada bidang-bidang mereka. Sejak Freedom berdiri hingga saat ini, perpustakaan yang kami jalankan mungkin adalah yang paling gampang dicapai oleh publik intelektual Indonesia. Koleksi Perpustakaan Freedom sudah mencapai sekitar 12.000 judul buku. Kami berlangganan sekitar 60 judul jurnal, baik yang terbit di luar maupun di dalam negeri. Fasilitas yang termasuk langka di tanah air ini kami buka setiap hari untuk pelayanan umum. Dengan sarana perpustakaan yang semakin modern serta komu­nitasnya yang semakin terbentuk, Freedom mengadakan secara rutin berbagai macam diskusi publik, membicarakan bera­ gam topik atau isu baik yang sedang aktual maupun yang “abadi” sifatnya, yang kami petik dari buku atau artikel jurnal terkini. Kami

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 16

8/2/12 3:48 PM


juga terus berusaha menghadirkan pula baik laporan, dokumentasi, maupun transkrip atas berbagai diskusi tersebut melalui situs www. freedom-institute.org dan situs media sosial seperti facebook dan twitter, jika apa yang didiskusikan memang kami anggap layak untuk disebarluaskan. Transkrip dari kegiatan-kegiatan lain yang dipandang berguna untuk catatan publik juga akan kami hadirkan secara virtual lewat website maupun youtube. Kami juga menerbitkan buku. Melalui kerja sama dengan mitra-mitra kami, Freedom Institute menerjemahkan sedikitnya lima buku setiap tahun untuk kami terbitkan. Pada 2004, misalnya, kami menerbitkan buku-buku klasik seperti Four Essays on Liberty karya Isaiah Berlin dan Arabic Thoughts in the Liberal Age karya Albert Hourani. Sampai 2012, hampir 70 judul buku sudah kami terbitkan. Yang terakhir kami terbitkan adalah buku karya M. Dawam Rahardjo Kritik Nalar Islamisme dan Kebangkitan Islam dan buku karya Vaclav Klaus Kebebasan dan Politik Perubahan Iklim. Untuk lebih menarik minat dan terutama memperkuat dampak penerbitan, kami—seringkali bekerja sama dengan mitra dari luar lembaga—juga menyelenggarakan seminar peluncuran buku setiap kali ada buku kami yang terbit. Pada peluncuran buku Vaclav Klaus misalnya, yakni di kantor kami pada 9 Juli lalu, selain diskusi, hadir pula pada kesempatan itu sang penulisnya sendiri, yang selain intelektual ternama juga adalah Presiden Republik Ceko. Kami menyelenggarakan kursus-kursus penyegaran bagi para jurnalis dengan topik-topik pilihan, baik yang sifatnya aktual sesuai dengan konteks situasi sosial-politik terkini maupun “abadi�. Sejauh ini, sudah 11 kali kami selenggarakan. Radio talkshows yang kami adakan sepanjang 2005-2008 adalah juga program advokasi. Ini adalah sebuah acara wawancara terekam bersama beberapa narasumber terpilih yang disiarkan

17

Isi Buku 2012.indd 17

8/2/12 3:48 PM


melalui radio yang terelai di lebih dari 50 stasiun setiap minggu. Sebagian transkrip wawancara ini telah diterbitkan dalam buku Membela Kebebasan: Percakapan tentang Demokrasi Liberal (2006), bekerjasama dengan Friedrich Naumann Foundation for Freedom (FNF). Dengan FNF kami, sejak awal 2010, juga telah mengembangkan program pelatihan untuk mahasiswa, antara lain Akademi Merdeka dan Forum Kebebasan. Akademi Merdeka adalah sebuah program pelatihan bagi mahasiswa untuk memahami secara intensif dasardasar liberalisme. Untuk program ini, kami bekerjasama juga dengan Atlas Economic Research Foundation, Amerika, dan Institute for Democracy and Economic Affairs, Malaysia. Forum Kebe­basan, yang biasanya diadakan setelah Akademi Merdeka, mengajak mahasiswa untuk membaca dan mendiskusikan teks klasik pemikiran kebebasan secara intensif dan lebih terbatas setiap minggu selama dua bulan. Sejak akhir 2010, untuk lebih menjangkau komunitas perpustakaan khususnya dan publik Jakarta pada umumnya lewat kegiatan yang lebih bernuansa kesenian, secara rutin kami mengadakan acara seperti seri Diskusi Sastra, seri Kine Klub, seri pertunjukan musik Jazz, dan diskusi Klub Sains. Program lain kami, yang banyak mendapat sambutan publik adalah pemberian Penghargaan Achmad Bakrie kepada anak-anak bangsa yang berprestasi tinggi. Penghargaan Achmad Bakrie, yang diselenggarakan sejak 2003 setiap menjelang Hari Kemerdekaan, diberikan untuk bidang-bidang kesusastraan dan pemikiran sosial—dan sejak 2005 juga untuk bidang-bidang kedokteran, sains, dan teknologi. Sampai 2012—termasuk tiga penerima Hadiah Khusus Achmad Bakrie—sudah tercatat 40 individu dan 2 lembaga yang menerima penghargaan ini.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 18

8/2/12 3:48 PM


TJIA MAY ON untuk Sains

T

JIA MAY ON adalah bagian dari generasi pertama Indonesia yang mendalami secara akademik fisika partikel elementer, yang di awal abad XX mengubah pandangan dunia secara revolusioner tentang interaksi antar-materi di alam semesta dan asal-usulnya. Di awal karirnya, Tjia sempat melakukan riset di International Center for Theoretical Physics (ICTP), Trieste, Italia, yang didirikan fisikawan peraih Nobel, Abdus Salam. Renungan Tjia atas kondisi obyektif Indonesia dengan berbagai problem besar dan praktis yang mengitarinya, membuatnya memutuskan untuk meninggalkan fisika partikel elementer yang memang besar tantangan teoretisnya namun masih cukup jauh manfaat praktisnya. Ia lalu menekuni fisika material fungsional dan berbagai aspeknya, yang dianggapnya lebih bisa menjawab kebu足 tuhan Indonesia. Riset-riset yang ia tekuni itu membuat nama足nya melambung di kancah antarbangsa. Riset Tjia di ranah material fungsional menggarap bidang conducting polymer dan conjugated-chain polymers; high tempe足 rature superconductors dan magnetic oxides; dan nonlinear optics dan photonic crystals. Riset Tjia juga merambah ranah laser induced plasma spectroscopy (LIPS). Jumlah publikasi ilmiah Tjia yang lahir dari rangkaian riset itu sangat menjulang jika dibandingkan

19

Isi Buku 2012.indd 19

8/2/12 3:48 PM


Foto: Fusca Yoka

Isi Buku 2012.indd 20

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

8/2/12 3:48 PM


dengan fisikawan Indonesia umumnya. Jumlah publikasi yang menonjol itu tak cuma menunjukkan konsistensi publikasi Tjia yang istimewa, dengan dampak publikasi yang menonjol. Jumlah publikasi itu juga menjadi salah satu unsur yang membantu Tjia mewujudkan obsesinya. Selain bekerja mem­perkaya khazanah fisika dunia di bidang riset yang dipilihnya, Tjia juga berusaha keras dan telah berhasil memberikan sumbangan besar kepada pembinaan budaya, iklim, sarana dan SDM riset, yang jelas sangat penting buat dunia ilmu pengetahuan Indonesia. Buku ajar yang ia untuk mendukung program pendidikan, adalah salah satu bentuk upaya Tjia untuk membangun budaya ilmiah yang kokoh. Sudah dua buku yang telah diter­bitkan hasil usaha beliau, yaitu Gelombang yang diterbitkan olch PT Dabara Bengawan (Solo, 1994) dan Mekanika Kuan­tum yangditerbitkan Penerbit lTB (Bandung, 1999). Tjia juga menerjemahkan bebe­ rapa buku teks antara lain yaitu Integrated Electronics karya J. Millman dan C.C. Halkias (diterjemahkan bersama M. Barmawi) dari penerbit McGraw-Hill, 1972 dan Semiconductor Circuit Approximations karya A.P. Malvino (McGraw-Hill, 1985). Selain menulis buku teks dan membuat terjemahan, Tjia juga membangun kelompok tim riset penerus, dan mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan internasional. Tak banyakmemang fisikawan Indonesia yang mampu bertahan untuk aktif melakukan riset dan mengembangkan budaya ilmiah di tanah air. Tjia ada­ lah bagian dari fisikawan yang langka ini. Selama empat dekade karir penelitiannya, Tjia telah berhasil menjadi pionir sekaligus mentor utama penelitian di bidang yang dipilihnya. Sudah tidak terhitung lagi mahasiswa di berbagai tingkatan yang menjadi anak didiknya. Sebagian diantaranya telah berkiprah menjadi dosen serta peneliti di berbagai universitas dan lembaga penelitian di

21

Isi Buku 2012.indd 21

8/2/12 3:48 PM


Indonesia maupun luar negeri. Kelompok tim riset penerus, dan jejaring kerja sama nasional dan internasional, dibangun Tjia antara lain lewat program Opto足 elektronika UI (Universitas Indonesia), dan terutama Laboratorium Fisika Material Organik Terkonjugasi dan Superkonduktor (Fismot) di Departemen Fisika ITB. Laboratorium Fismot ini bukan saja telah menelurkan banyak akademisi dan ilmuwan yang berkiprah di berbagai lembaga pendidikan maupun penelitian di Indonesia dan manca negara. Meski dengan dukungan infrastruktur yang sangat minim, laboratorium ini sudah menelurkan banyak sekali publikasi di jurnal-jurnal ilmiah internasional bergengsi. Hal ini tidak bisa terjadi tanpa kejelian, kreativitas dan luasnya wawasan pengetahuan yang dimiliki Tjia sebagai motor utamanya. Sampai saat ini laboratorium yang kini dikelola mantan bimbingannya itu telah terbiasa menerbitkan karya ilmiah di jurnal internasional seperti Physical Review, Nuclear Physics, Physica C, International Journal of Quantum Chemistry, Review of Laser Engineering dan Journal of Non-linear Optical Physics. Keluaran-keluaran akademis ini penting tidak hanya bagi yang bersangkutan, tetapi juga turut mengharumkan nama Indonesia di kancah ilmiah global. Kemampuan mumpuni yang dimiliki Tjia adalah hasil per足 pa足duan unik antara latar belakang fisika teori dan minat serta ketekunannya yang luar biasa untuk mempelajari dan kemudian mendalami kajian-kajian eksperimental. Dari beragam publikasi yang telah dihasilkannya, bisa dilihat luasnya spektrum penelitian di Laboratorium Fismot. Mulai dari kajian sifat-sifat nonlinier dari fenomena optik sampai dengan hasil-hasil eksperimen dari karakteristik material. Kedalaman serta kecanggihan analisa atas hasil eksperimen maupun perhitungan matematis analitik menun足jukkan kelas dari Tjia sebagai motor dan mentor utama

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 22

8/2/12 3:48 PM


penelitian-penelitian yang telah dipublikasikan. Keinginan yang kuat untuk mempelajari hal-hal dan ilmu-ilmu baru mendorong munculnya invensi-invensi langka dalam kegiatan penelitiannya. Di lain pihak ini semakin memperluas wawasan dan kepakarannya dalam ilmu fisika. Dalam pergaulan akademis global, Tjia May On juga sering diundang sebagai pembicara undangan di berbagai forum nasional maupun internasional, editor dan penilai jurnal-jurnal ilmiah terkait serta anggota dari beberapa himpunan profesi ilmiah nasional maupun internasional. Beliau juga pionir International Symposium on Modern Optics and Its Applications yang secara rutin diadakan setiap tahun sejak 2001 atas kerjasama dengan Universitas Twente, Belanda. Lebih jauh, Tjia dan grup penelitiannya yang mem足pelopori kerjasama riset antara ITB dan Twente, dan Belanda pada umumnya. Tjia May On sangat dihargai dan dihormati di kalangan fisikawan serta ilmuwan berbagai bidang di Indonesia, tidak hanya karena kepakarannya di bidang fisika,tetapi juga karena keteguhan dan konsistensi sikapnya dalam menghadapi aneka masalah bangsa sejak era Orde Baru. Tidaklah mengherankan bila sampai saat ini Tjia belum pernah mendapatkan anugerah penghargaan sains dari negara. Padahal sebagai satu dari sedikit ilmuwan senior Indonesia, Tjia diakui sebagai salah satu yang paling brilian, berprestasi dan meninggalkan jejak signifikan. Kemampuan komparatif bangsa sangat ditentukan oleh kemam足puan invensi dan produksi inovasi yang ber足manfaat bagi masyarakat. Tetapi inovasi sebagai hasil akhir dari suatu kegiatan penelitian terapan tidak akan muncul tanpa adanya insan-insan berkemampuan mumpuni untuk melakukan invensi di bidang terkait. Dalam konteks ini, keberadaan laboratoria di berbagai

23

Isi Buku 2012.indd 23

8/2/12 3:48 PM


lembaga penelitian dan pendidikan di Indonesia menjadi makin penting. Seperti telah dibuktikan oleh Tjia dengan laboratorium dan generasi penerus yang dibentuknya, sekumpulan manusia berdedikasi dan berkemampuan tinggi akan mampu memberikan timbal balik sangat signifikan, meski dengan kondisi dan dukungan lingkungan yang terbatas. Dengan dukungan pendanaan yang luar biasa saat ini, setelah pasca-penetapan 20% alokasi APBN untuk bidang pendidikan, sumbangan kelompok-kelompok penelitian yang dimotori insan-insan seperti Tjia bisa menjadi jauh lebih besar lagi. Ketimbang melambung sendiri di institusi prestisius di belahan dunia yang sudah melesat jauh ke depan, Tjia memilih untuk pulang dan membangun dunia idaman dengan budaya ilmiah yang kokoh dari serpihan-serpihan yang ada di tanah kelahirannya. Karena itulah Penghargaan Achmad Bakrie 2012 bidang Sains kami berikan kepada Tjia May On.

TJIA MAY ON lahir di Probolinggo, Jawa Timur, pada 25 Desember 1934. Mengikuti orang tuanya yang bertugas sebagai guru sekolah, masa masa kanak-kanak dan remajanya ia lalui dengan berpindah-pindah kota tempat tinggal. TK dilewatinya di Semarang, SD di Banyuwangi, dan SMP serta SMA di tempuhnya di kota Malang. Selanjutnya ia menempuh pendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana fisika pada 1962 dari Departemen Fisika, Institut Teknolog Bandung. Pada tahun 1963, Tjia berangkat ke USA untuk menempuh pendidikan pasca sarjana. Pada 1969 ia memperoleh gelar Ph.D dari Northwestern University dalam bidang fisika partikel.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 24

8/2/12 3:48 PM


Di bawah bimbingan Prof. C.H. Albright ia merampungkan thesis berjudul: “Saturation of A Chiral Charge–Current Commutator’’. Sekembalinya dari Amerika, Tjia menerima beberapa fellowship antara lain dari International Center forTheoretical Physics (ICTP), Trieste, Italia pada tahun 1974 untuk melakukan penelitian tentang fisika partikel, dan The Japan Society for the Promotion of Science (JSPS) pada 1980, untuk mengikuti penelitian di Osaka University, dalam bidang spektroskopi terapan. Jika kurun pendidikan formal Tjia dilalui dengan berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain, dari satu benua ke benua lain, maka kurun hidupnya sebagai ilmuwan tulen tampak mengakar pada satu tempat saja, Indonesia. Dari Bandung dan Jakarta, ia dengan tekun bekerja memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dunia sekaligus menumbuhkan budaya riset di perguruan tinggi. Tidak banyak jabatan birokrasi resmi yang ia pegang sela­ ma karirnya di ITB. Jabatan birokratis yang sempat ia pegang sekembalinya dari Amerika Serikat adalah Sekretaris Jurusan di Departemen Fisika–Institut Teknologi Bandung, yang ia manfaatkan untuk mengusulkan agar penulisan gelar di papan staf pengajar fisika dihapuskan. Sampai sekarang, nama-nama dosen di Departemen Fisika yang dipasang di ruangan tidak memakai gelar sama sekali. Tiadanya pencantuman gelar ini menunjukkan komitmen Tjia untuk tidak hanya melihat gelar sebagai hal utama dalam menimbang seseorang. Dalam lebih kurang 35 tahun masa pengabdiannya sebagai dosen dan guru besar di Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung , Tjia telah menerbitkan dua buku teks dan sekitar 200 risalah. Sebagian di antaranya dipublikasikan di jurnal

25

Isi Buku 2012.indd 25

8/2/12 3:48 PM


internasional bergengsi seperti Physical Review, Nuclear Physics, Physica C, International Journal of Quantum Chemistry, Review of Laser Engineering dan Journal of Non-linear Optical Physics. Selain itu Tjia juga aktif menjadi pembicara undangan di berbagai forum nasional maupun internasional, editor dan penilai jurnal-jurnal ilmiah terkait serta anggota dari beberapa himpunan profesi ilmiah. Sebagai guru besar serta fisikawan, Tjia sangat disegani, terutama karena kepakaran dan pemahamannya yang luas atas ilmu-ilmu fisika, baik yang bersifat eksperimental maupun teoritik. Hal ini buah kegigihannya dalam menekuni serta mengembangkan fisika dasar di tengah situasi penelitian yang kurang kondusif di negara berkembang seperti Indonesia sampai era di awal-awal reformasi. Ketekunannya terutama terlihat dari eksistensi Laboratorium Fisika Material Organik Terkonjugasi dan Superkonduktor (Fismot) di departemen Fisika ITB. Selama menjadi Ketua Program Fismotツュ窶的TB, Tjia merintis kerja sama riset dengan Belanda yang terus berkembang hingga saat ini. Ia juga mendirikan sekaligus jadi pengajar utama program Optoelektronika UI. Sudah tidak terhitung lagi jumlah akademisi Indonesia yang pernah mengenyam pendidikan di bawah Tjia dan saat ini berkiprah di berbagai lembaga di Indonesia maupun luar negeri. Tentu saja, banyak sekali publikasi internasional yang mengharumkan nama Indonesia dihasilkan dari ruangan di Laboratorium Fismot窶的TB. Pemahamannya yang luas atas ilmu fisika membuatnya mampu tidak hanya bertahan sebagai ilmuwan, tetapi bahkan melakukan aneka terobosan dan penelitian berkelas internasional, dengan kondisi serta lingkungan apa adanya.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 26

8/2/12 3:48 PM


Bahkan sampai saat ini, Tjia yang telah berusia mendekati 78 tahun masih aktif bekerja, melakukan penelitian dan membimbing mahasiswa di ITB meski tanpa fasilitas dan status yang selayaknya. Kecintaan dan dedikasinya pada ilmu pengetahuan dan Indonesia tidak berhenti meski secara formal Tjia sudah tidak memiliki status sebagai akademisi maupun peneliti di ITB. Kecintaan dan penghormatan atas dedikasi Tjia pada penelitian dan pendidikan terwujud pada acara �70 Tahun Prof. Tjia May On: Perjalanan panjang menumbuhkan budaya riset di Perguruan Tinggi� yang diadakan di ITB tanggal 5 Februari 2005. Dihadiri hampir seluruh alumni bimbingannya, acara ini seolah merangkum seluruh karya riil Tjia May On selama masa karirnya.

27

Isi Buku 2012.indd 27

8/2/12 3:48 PM


M. DAWAM RAHARDJO untuk Pemikiran Sosial

S

EPANJANG hidupnya, karir M. Dawam Rahardjo bergerak di antara dua dunia: sebagai sarjana-peneliti yang bersentuhan dengan dunia akademis pada satu sisi dan sebagai intelektualaktivis yang bergelut dengan dunia pergerakan pada sisi lain. Sebagai sarjana-peneliti, Dawam memimpin pusat-pusat penelitian seperti Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) dan Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF). Sebagai intelektual-aktivis, Dawam berkiprah di berbagai organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Dua dunia yang dijalani Dawam terefleksi dalam karya tulis yang ditinggalkannya, yang secara umum mencakup dua tema besar: isu-isu ekonomi dan pemikiran Islam. Sebagai ekonom, Dawam menulis sejumlah buku dan artikel yang menegaskan pemi足 hakannya terhadap pemberdayaan masyarakat. Sebagai intelektual Muslim, Dawam menerbitkan beberapa buku yang membuktikan dukungannya pada kebebasan berpikir dan pluralisme. Selama menjabat sebagai direktur LP3ES, dia menjalankan beberapa program yang mengarah pada pensejahteraan masya足 rakat. Dia melakukan sejumlah penelitian dan advokasi dengan terjun ke desa-desa dan bekerja sama dengan beberapa pesantren

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 28

8/2/12 3:48 PM


Foto: Fusca Yoka

Isi Buku 2012.indd 29

29

8/2/12 3:48 PM


untuk pemberdayaan santri dan masyarakat di sekitar pesantren. Pemihakan Dawam yang tegas pada pemberdayaan masyarakat terlihat jelas dalam beberapa karyanya, seperti Esei-Esei Ekonomi Politik (1983), Perekonomian Indonesia: Pertumbuhan dan Krisis (1987), dan Ekonomi Pancasila: Jalan Lurus Menuju Masyarakat Adil dan Makmur (2004). Ketika pemerintah Orde Baru gencar mengkampanyekan pembangunan dan mendirikan gedunggedung tinggi, Dawam tidak terlalu antusias dan skeptis dengan pendekatan Orde Baru yang terlalu mendikte arah pembangunan masyarakat. Bagi Dawam, pembangunan yang ideal bukanlah bersifat topdown yang didikte dari atas, tapi harus bersifat bottom-up yang tumbuh dari inisiatif masyarakat. Kritik Dawam terhadap Orde Baru adalah karena pemerintah terlalu jauh ikut campur dalam urusan masyarakat, termasuk menyangkut urusan ekonomi mereka. Sikap Dawam terhadap peran negara cukup unik. Pada satu sisi, dia mempercayai pemerintah untuk ikut campur dalam proyek pemberdayaan. Tapi, pada sisi lain, dia mengkritisi campur tangan pemerintah yang terlalu dalam. Dawam, misalnya, keberatan terhadap pemerintah yang terlalu ikut campur dalam urusan ekonomi. Keterlibatan pemerintah dalam bidang usaha dan bisnis menciptakan monopoli yang dapat menghambat kemajuan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan. Dawam mengkritik pemerintah Orde Baru yang membangun kartel dan monopoli lewat perusahaan-perusahaan yang dibangunnya. Dampak dari monopoli adalah ketidakadilan dan terciptanya kesenjangan dalam masyarakat. Hanya orang-orang atau ke足 lom足足pok-kelompok tertentu yang memiliki akses kepada peme足 gang monopoli (pemerintah) yang punya kesempatan untuk

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 30

8/2/12 3:48 PM


mengem­bangkan usaha, sementara orang-orang atau kelompokkelompok yang tak memiliki akses, tak bisa berbuat banyak. Bagi Dawam, rakyat harus diberikan kebebasan ekonomi. Dia kurang setuju dengan konsep “ekonomi kerakyatan” yang meski menggunakan kata “rakyat” namun seringkali memberi wewe­­nang yang sangat besar kepada negara. Dawam lebih suka menye­but ekonomi yang dikembangkannya sebagai “ekonomi sipil” (civil economy), yakni ekonomi yang bebas dari campurtangan pemerintah. Sama seperti konsep “masyarakat sipil” (civil society) yang men­ syaratkan masyarakat yang kuat dalam berhadapan dengan negara, ekonomi sipil dalam pandangan Dawam juga merupakan kekuatan masyarakat dalam menjalankan roda ekonomi. Masyarakat memiliki kebebasan yang penuh untuk berusaha dan menjalankan kegiatan ekonomi mereka. Dalam bidang pemikiran Islam, sumbangan Dawam ter­besar adalah membangun iklim pemikiran yang kritis dan menye­ barluaskan tradisi berpikir ilmiah di kalangan masyarakat Muslim. Lewat Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) yang dipimpin­ nya, Dawam mengajak para pemikir dan generasi muda Muslim untuk menghidupkan wacana pemikiran Islam dan keindonesiaan. Lewat jurnal Ulumul Quran yang dipimpinnya, Dawam meng­ arahkan tren pemikiran kontemporer yang tengah berkem­bang di dunia Islam. Pada masanya, Ulumul Quran menjadi corong dan sekaligus rujukan bagi wacana pembaruan pemikiran Islam di Indonesia. Sebagai pemimpin redaksi, Dawam menulis secara rutin dalam setiap nomor penerbitan jurnal ini. Sebagai orang yang lahir dari latar belakang santri, Dawam memiliki minat yang besar pada studi-studi keislaman. Kendati gelar kesarjanaannya di bidang ilmu ekonomi, Dawam mengkaji,

31

Isi Buku 2012.indd 31

8/2/12 3:48 PM


meneliti, dan menulis tema-tema keislaman. Dia menerbitkan beberapa buku tentang Islam, di antaranya Ensiklopedi al-Quran (1996), Paradigma al-Quran Metodologi Tafsir dan Kritik Sosial (2005), dan yang terbaru, Kritik Nalar Islamisme dan Kebangkitan Islam (2012). Dalam buku terbarunya itu, secara sistematis, Dawam menje­ laskan sebab-sebab kemunduran dunia Islam dan bagaimana cara mengatasinya. Sama seperti kebanyakan pembaru Muslim, Dawam meyakini bahwa absennya pemikiran rasional dan kritis sebagai sebab utama kemunduran kaum Muslim. Kebebasan berpikir ditabukan dan semangat ijtihad dihancurkan. Ketiadaan berpikir rasional itu, menurut Dawam, bukan hanya menyebabkan terciptanya kemunduran, tapi juga menyuburkan sikap-sikap intoleran di tengah masyarakat. Menjamurnya kelompok-kelompok radikal, termasuk yang kerap menggunakan keke­r asan, menurut Dawam, adalah akibat diharamkannya keragaman pandangan. Di tengah pencapaian sains dan teknologi oleh negara-negara maju, kaum Muslim masih terus disibukkan oleh apa yang Dawam sebut sebagai “keyakinan-keyakinan pra-industrialis.” Keya­­kinan-keyakinan yang diwariskan dari abad pertengahan ini telah membentuk suatu semangat “Islamisme” yang menghambat kema­juan dan menyumbang keterbelakangan. Semangat Islamisme itu terus tumbuh di dalam masyarakat Muslim dan dirawat oleh lembaga-lembaga Islam semacam Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di Indonesia, semangat Islamisme ter­cermin dalam pengharaman terhadap tiga prinsip yang men­ jadi pilar dunia modern, yakni Pluralisme, Liberalisme, dan Sekularisme. Dawam mengkritik MUI karena telah mengharamkan tiga

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 32

8/2/12 3:48 PM


fondasi penting dunia modern itu. Bagi Dawam, Pluralisme dapat mendorong kaum Muslim untuk lebih terbuka dalam menghadapi perubahan; Liberalisme dapat membebaskan kaum Muslim dari mitos dan dogmatisme dan menjadikan mereka rasional dan berpikiran obyektif; sedangkan Sekularisme dapat membawa mereka keluar dari absolutisme dan totalitarianisme yang selama ini mengungkung negara-negara Muslim. Sikap Dawam terhadap konsep-konsep dasar itu, khususnya Pluralisme, terlihat jelas dalam pembelaannya terhadap kelompokkelompok minoritas. Dawam adalah tokoh Muslim senior paling vokal dalam membela hak-hak Ahmadiyah dan kelompokkelompok minoritas lainnya. Baginya, Ahmadiyah memiliki hak yang setara dengan warga Indonesia lainnya, termasuk hak untuk beribadah dan menjalankan keyakinannya.

M. DAWAM RAHARDJO lahir di Solo pada 20 April 1942 dari sebuah keluarga terdidik. Ayahnya adalah seorang guru di sebuah sekolah Muhammadiyah di Solo. Ketika sekolah di SMA Manahan, Solo, Dawam aktif terlibat dalam organisasi Persatuan Pelajar Indonesia (PII). Dari organisasi ini, dia berkenalan dengan banyak orang dan mulai memiliki jaringan luas, yang kemudian mengantarkannya bergabung dalam program pertukaran pelajar American Field Service (AFS). Dawam bersekolah di Borach School di Idaho, Amerika Serikat selama satu tahun. Usai pulang dari AS dan menyelesaikan sekolahnya, Dawam melanjutkan studi perguruan tingginya di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dengan mengambil jurusan Ilmu

33

Isi Buku 2012.indd 33

8/2/12 3:48 PM


Ekonomi. Selama menjadi mahasiswa, Dawam aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Dia bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan aktif dalam berbagai kelompok diskusi. Bersama teman-teman dekatnya, dia mendirikan kelompok diskusi khusus yang disebut “Limited Group.â€? Kelompok diskusi ini sangat populer di Yogyakarta ketika itu, karena dibim­bing oleh Mukti Ali (mantan Menteri Agama) yang dikenal cukup liberal dalam pemikiran keislaman. Selain Dawam, beberapa anak muda lain yang kemudian menjadi tokoh terkenal aktif juga dalam kelompok diskusi ini, seperti Ahmad Wahib, penulis Catatan Harian yang kontroversial itu dan Djohan Effendi, tokoh pluralis yang pernah menjabat Menteri Sekretaris Negara pada era Gus Dur. Setelah lulus dari UGM pada 1969, Dawam diterima bekerja di Bank of America. Tapi ia hanya sanggup menekuni pekerjaannya selama dua tahun. Menurutnya, pekerjaannya sangat membosankan karena berurusan dengan angka-angka kredit yang harus dipelototi setiap hari. Akhirnya, Dawam keluar dari bank itu dan setelah diperkenalkan dengan Nono Anwar Makarim, Direktur LP3ES, Dawam akhirnya bergabung ke salah satu lembaga penelitian tertua di Indonesia itu. Lebih dari 10 tahun Dawam bekerja di LP3ES, termasuk menjadi direktur utama dan pemimpin redaksi jurnal Prisma. Di bawah kepemimpinannya, LP3ES memiliki banyak pene­ litian dan program pemberdayaan masyarakat, termasuk penelitian ke dunia pesantren. Interaksinya dengan dunia pesantren membawanya berkenalan dengan tokoh-tokoh pesantren. Salah satunya adalah Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang kemudian menjadi salah satu kontributor penting Prisma.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 34

8/2/12 3:48 PM


Setelah keluar dari LP3ES, Dawam menjalani fase kehidupan lain di dunia akademis. Tahun 1993, Dawam dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Ekonomi dari Uni足 versitas Muhammadiyah Malang. Ia juga sempat menjabat sebagai Direktur Pasca-Sarjana di universitas yang sama. Puncak karirnya di dunia kampus adalah ketika ia diangkat menjadi Rektor Universitas Islam 45 (Unisma), Bekasi. Selain menjalani karir akademisnya di kampus, Dawam juga aktif di beberapa organisasi. Ia pernah menjabat sebagai ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), ketua Muhammadiyah, dan ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN). Kini, tokoh Muslim yang telah menerbitkan lebih dari 15 judul buku itu kembali memimpin jurnal Ulumul Quran sambil tetap aktif mengayomi dan membimbing anak-anak muda menggeluti dunia pemikiran.

35

Isi Buku 2012.indd 35

8/2/12 3:48 PM


SENO GUMIRA AJIDARMA untuk Kesusastraan

S

ENO GUMIRA AJIDARMA adalah juru dongeng untuk sastra Indonesia modern. Ia mendedahkan “logika dongeng” ke dalam cerita-ceritanya untuk membicarakan pelbagai masalah Indonesia mutakhir. Itulah logika yang memungkinkan keajaiban dan kemustahilan hadir sebagai kewajaran yang menentukan pergerakan cerita dan nasib tokoh-tokohnya. Dalam dongeng, kita tahu, kemustahilan dan keajaiban hadir untuk menopang ketidakcukupan realisme dalam menghadirkan dunia imajiner yang meyakinkan pembaca, atau untuk mengobati kebosanan kita akan realisme yang datar dan dingin. Dengan menampilkan aneka keajaiban dan kemustahilan dalam kehidupan sehari-hari itu, maka tampak betapa kuatnya adukan tradisi dan modernitas dalam kisah-kisah Seno. Dongeng menjadi mutakhir karena ia juga menyerap pelbagai potongan peristiwa dari kehidupan kita hari ini. Kepingan-kepingan dongeng itu membuat dunia hari ini selalu tertarik ke masa silam, atau seba­liknya terlontar ke masa depan. Peralihan waktu yang cepat dan berlapis ini memperlihatkan pula kemampuan Seno dalam mera­mu pelbagai kepingan cerita dari waktu dan tempat berbeda menjadi sebuah adukan kisah yang membetot perhatian. Misalnya, cerpen “Sepotong Senja untuk Pacarku”: sepotong

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 36

8/2/12 3:48 PM


Foto: TEMPO/ Rosdianahangka

Isi Buku 2012.indd 37

37

8/2/12 3:48 PM


langit senja yang bisa digunting—lengkap dengan angin, debur ombak, matahari dan cahaya keemasan—dan dimasukkan ke dalam amplop. Atau, seperti tersurat dalam cerpen “Tukang Pos dalam Amplop”: seorang tukang pos yang tersedot dan bertualang sebagai manusia ikan di dalam senja yang tersimpan di dalam amplop itu selama 10 tahun. Tentu saja peristiwa-peristiwa itu mustahil terjadi dalam kehidupan keseharian kita. Tetapi Seno telah memberikan dongeng itu kepada kita, masyarakat modern yang mendambakan dongeng sebagai semacam penghiburan atau siasat dari kehidupan keseharian yang menjemukan. Cerita-cerita seperti itu bukan hanya surealis, tetapi juga jenaka, kritis, dan subversif. Merapikan pengaruh avantgardisme, Seno telah mencapai kelancaran bercerita dengan bahasa yang tertib dan transparan. Jika kaum avantgardis dalam prosa berbahasa Indonesia cenderung “mengilmiahkan” cerita dengan aneka catatan kaki dan bahasa Indonesia “yang baik dan benar”—seperti pada cerita-cerita Budi Darma—atau meledak ke segala ruang dan menyerupai seni rupa—pada cerpen-cerpen Danarto misalnya—maka Seno menghadirkan cerita-ceritanya dengan bahasa yang lebih kaya. Ia bukan hanya menyerap kebakuan, tetapi juga kelenturan dan kelancaran berbahasa lewat pelbagai bentuk. Ia membuktikan bahwa sastra jadi bernilai sastra dengan mengaduk kutipan dan bentuk dari berbagai subkultur, termasuk budaya massa. Ia bukan hanya mengutip puisi-puisi penyair terpenting di Indonesia, di samping hasil penelitian sejarah dan arkeologi, tetapi juga lirik lagu pop dan dangdut, bahasa slang preman, petikan iklan, ayat kitab suci, hingga cerita silat. Beragamnya ramuan itu menjadi masuk-akal begitu kita meyakini bahwa Seno melanjutkan tradisi perkawinan jurnalisme

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 38

8/2/12 3:48 PM


dan sastra, fakta dan fiksi. Cerpen-cerpennya adalah semacam pencanggihan dan perluasan dari berita-berita koran—kebetulan ia seorang wartawan—seraya meneguhkan genre cerita kriminal dan cerita detektif dalam sastra Indonesia mutakhir. Muatan ceritanya bergerak dari kaum kriminal, masyarakat kelas bawah, lelaki yang tergoda pada senja, cukong tak tahu lagi bagaimana cara menghabiskan uang, koruptor yang tak tersentuh hukum, hingga kaum cendekia dan sufi yang datang entah dari mana. Dengan perkawinan dua genre ini, sebuah cerita bukan hanya telah meluas tetapi juga mendekat karena sebagai pembaca kita bisa mengaitkannya dengan pelbagai peristiwa atau tokoh keseharian kita yang kebetulan mirip dengannya. Kita bisa menerimanya dengan leluasa karena sejatinya kita sadar bahwa ia hanyalah sebuah cerita. Dengan logika dongeng yang telah menjadi pe­ gangannya sejak awal, ia telah melenturkan fakta-fakta keras yang diambil dari kehidupan keseharian kita. Dalam posisi seperti ini, sadar atau tidak, Seno Gumira Aji­ darma telah menjalankan peran politiknya. Pada pembacaan pertama ia memang tampak sebagai seorang komentator sosial, tetapi pada pembacaan berikutnya tampak apa yang dilakukan Seno adalah penyempurnaan dari apa yang pernah ditempuh oleh para pengarang Kiri kita. Jika para pengarang Kiri kita terlanjur menjadikan sastra sebagai alat propaganda, dan cerita sebagai kuda beban si pengarang, maka berbagai cerita Seno berwarna politik justru dengan membubuhkan efek pengasingan kepada peris­tiwa yang sudah dikenali pembaca: penembakan misterius, pem­bantaian Santa Cruz, penggusuran kaum miskin kota, dan sebagainya. Itulah cara pengarang untuk menunda keharuan pembaca yang berlebihan atau persuasi yang tidak perlu demi menggerakkan sikap politik pembaca. Yang tampak kemudian

39

Isi Buku 2012.indd 39

8/2/12 3:48 PM


adalah komedi yang berbalut tragedi, surealisme yang mendepak realisme, sarkasme dan kritik terhadap pelbagai kekerasan politik yang terjadi di Tanah Air. Seno membuktikan ini semua dalam kumpulan cepen Saksi Mata (1994). Di sini dengan piawai Seno meramu peristiwa politik yang mengerikan menjadi dongeng mutakhir. Ia telah meninggikan fakta-fakta keras tentang kekejaman tentara Indonesia di Timor Timur (kini Timor Leste) menjadi peristiwa dengan kekerasan yang sama di sebuah negeri antah-berantah dengan nama-nama yang menyaran kepada nama-nama bangsa Portugis dan Spanyol. Begitulah cerita pun meluas bukan melulu negeri dongeng yang semula bernama Timor-Timur itu, tetapi melesat hingga menuju dua negeri asing itu. Memang masih sangat kentara kekejaman dan sarkasme di sana, tetapi dengan sendirinya ia telah menjadi berjarak karena logika dongeng tadi. Di situ segala yang bertolak belakang bisa hadir secara bersamaan demi menciptakan dunia imajiner yang lebih mengenakkan pembaca. Peristiwa politik tidak berlawanan dengan dunia hantu, kekejaman bukan sumber melankoli, sementara puisi adalah wujud lain untuk kekejian yang telah disembunyikan. Dengan cerpen-cerpennya Seno telah memperkuat watak cerpen koran, yang dalam tradisi penerbitan di Indonesia muncul di setiap hari Minggu. Yang ada bukan sekadar keringkasan bentuk, tetapi juga kecukupan dan kepadatan cerita. Ia tidak menuntut lebih dari bentuknya yang ringkas itu dan karenanya semuanya harus selesai dalam sekali baca. Bentuknya yang ringkas dan padat serta peluang terbitnya yang jauh lebih kerap ketimbang novel telah memungkinkan cerpen-cerpen Seno memainkan pelbagai motif dan pengayaan cerita. Kita menemukan, misalnya, karakter dengan nama yang tetap, tetapi muncul dalam aneka

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 40

8/2/12 3:48 PM


cerita berbeda. Sukab adalah nama generik untuk kaum miskin kota, intel Melayu, pencinta senja, penjual kosmetik keliling, hingga peternak kunang-kunang. Sementara Alina adalah nama generik untuk suara antagonis, pacar Sukab, dan anak-anak yang memancing aliran cerita berbingkai. Sementara dengan novel-novelnya Seno telah memperluas wahana cerita untuk menampung apa-apa yang tidak bisa terwa足 dahi oleh cerpen. Dengan bentuk bisa bermacam-macam ini, novel-novel Seno adalah penjelajahan hingga ke bentuk-bentuk yang mungkin. Dari cerita silat masa abad ke-9 masehi, dunia wayang, hingga kehidupan mutakhir kota Jakarta, lengkap dengan musik dan kriminalitasnya. Demikianlah, semua ini hanya mungkin terjadi jika seorang pengarang mempunyai sikap bermain-main yang cukup dan kete足rampilan kepengarangan yang lebih dari cukup. Selama tiga dasawarsa Seno telah membuktikan bahwa dengan keteram足 pilannya selama ini pembaca bukan sekadar mendapatkan cerita, yang sastrawi dan berwatak politis, tetapi juga cara pandang lain untuk melihat kenyataan dalam dunia kita hari ini. Itulah salah satu peran penting pengarang modern kita hari ini. Karena itulah Penghargaan Achmad Bakrie 2012 bidang Kesusastraan kami berikan kepada Seno Gumira Ajidarma. (Sebagaimana telah kami katakan di depan, Seno Gumira Ajidarma menyatakan diri tidak dapat menerima Penghargaan Achmad Bakrie 2012 untuk Kesusastraan.)

41

Isi Buku 2012.indd 41

8/2/12 3:48 PM


SENO GUMIRA AJIDARMA dilahirkan di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958, dan menghabiskan masa rema­janya di Yogyakarta. Semasa remaja ia pernah bergabung dengan Teater Alam yang dipimpin oleh Azwar A.N. Ia juga tertarik pada puisipuisi mbeling Remy Sylado di majalah Aktuil, Bandung, dan mengirimkan karya-karyanya ke majalah itu. Sementara puisipuisinya terbit di majalah sastra Horison dengan nama pena Mira Sato. Baru setelah itu ia menulis cerpen dan esai teater. Seno belajar sinematografi di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan lulus pada 1994. Ia meraih gelar Magister Ilmu Filsafat dari Universitas Indonesia (2000) dan Doktor Ilmu Sastra dengan disertasi berjudul “Panji Tengkorak: Kebudayaan dalam Perbincangan” dari universitas yang sama (2005). Sejak 1977 ia telah bekerja sebagai wartawan di sejumlah media di Jakarta, antara lain majalah Zaman dan Jakarta Jakarta. Jabatan terakhirnya di Jakarta Jakarta adalah Redaktur Pelaksana dan harus ia lepaskan akibat pemberitaan majalah itu tentang pembantaian di Santa Cruz, Dili, Timor Timur, 12 November 1991, yang dianggap mempermalukan rezim Orde Baru di mata dunia internasional. Liputan mendalam tentang pembantaian itu kemudian mendorong Seno untuk menulis sejumlah cerpen dan terbitlah Saksi Mata (1994). Buku cerpen ini bukan hanya mendapat sambutan luas, tetapi juga mendapat Penghargaan Penulisan Karya Sastra 1995 dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai Eyewitness (1995) buku ini juga menerima penghargaan Dinny O’Hearn Prize (1997). Sebelum Saksi Mata ia pernah menerbitkan kumpulan cerpen Manusia Kamar (1988)—terbit kembali dengan judul Matinya Seorang Penari Telanjang (2000)—dan Penembak Misterius (1993). Setelah itu, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995),

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 42

8/2/12 3:48 PM


Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (1996), Negeri Kabut (1996), Iblis Tidak Pernah Mati (1999), Atas Nama Malam (1999), Kematian Donny Osmond (2001), Dunia Sukab (2001), Sepotong Senja untuk Pacarku (2002), Aku Kesepian, Sayang, Datanglah Menjelang Kematian (2004), dan Linguae (2007). Adapun novel-novel Seno adalah Jazz, Parfum, dan Insiden (1997), Wisanggeni Sang Buronan (2000), Biola Tak Berdawai (2004), Kitab Omong Kosong (2005), Kalatida (2007), dan Nagabumi 1: Jurus Tanpa Bentuk (2009). Buku-buku puisinya: Mati Mati Mati (1975), Bayi Mati (1978), dan Catatancatatan Mira Sato (1978). Seno juga menulis lakon Mengapa Kauculik Anak Kami: Tiga Drama Kekerasan Politik (2001) yang dipentaskan untuk mengenang penculikan aktivis prodemokrasi menjelang kejatuhan Soeharto. Kolaborasinya dengan komikus Ansar Zacky menghasilkan komik Jakarta 2039 (2001) dan Sukab Intel Melayu: Misteri Harta Centini (2002), dan dengan Erwin Prima Arya dalam komik Taxi Blues (2001). Karangan-karangan non-fiksi Seno dikumpulkan dalam beberapa buku: Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (1997), Layar Kata (2000), Surat dari Palmerah (2002), Affair, Obrolan tentang Jakarta (2004), Sembilan Wali dan Siti Jenar (2007), Kisah Mata (2007), dan Kentut Metropolitan (2008). Yang terbaru adalah Panji Tengkorak: Kebudayaan dalam Perbincangan (2011). Seno Gumira Ajidarma menerima beberapa penghargaan sastra. Cerpennya “Pelajaran Mengarang� menjadi Cerpen Terbaik Kompas 1993. Ia juga menerima, SEA Write Award (1987) untuk buku cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi. Penghargaan sastra yang lain adalah Khatulistiwa Literary Award 2004 untuk novel Negeri Senja dan penghargaan yang sama pada 2005 untuk novel Kitab Omong Kosong.

43

Isi Buku 2012.indd 43

8/2/12 3:48 PM


WIRATMAN WANGSADINATA untuk Teknologi

G

UBERNUR legendaris Ali Sadikin menyebut Wiratman Wangsadinata sebagai “motor penggerak pembangunan Jakarta”. Kontribusi besar Wiratman tentu saja tak terbatas hanya di ibukota. Selain yang tegak menjulang, ia menggarap struk­ tur yang melata di permukaan dan yang terhujam ke bumi dan dasar laut, yang tersebar di berbagai penjuru negeri. Rekayasa yang dikembangkan, dengan inovasi rumus dan struktur, juga inovasi perencanaan dan pelaksanaan, mampu menjawab se­ jumlah problem yang bukan hanya milik Indonesia. Jasanya tak terhapuskan di ranah rekayasa beton, gempa, gedung tinggi, dan jembatan. Terobosannya yang jitu melampaui wilayah kereka­ yasaan, mendorong nilai tambah di berbagai sisi. Jakarta, bukan hanya kawasan Segitiga Emas Sudirman– Thamrin–Rasuna Said, menyimpan deretan hasil karya Wiratman yang menonjol. Karya itu muncul dalam wujud gedung pencakar langit pertama yang dimiliki republik ini, yakni Menara Nusantara, dan beragam gedung lain yang menjulang membentuk sebagian garis langit Ibukota. Di balik pesona gedung-gedung tinggi itu, Wiratman sering dihadapkan pada masalah bagaimana memenuhi hasrat sang arsitek, yang karena kesenimanannya terkadang menata bentuk bangunan yang sangat sulit untuk dihitung

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 44

8/2/12 3:48 PM


Foto: Fusca Yoka

Isi Buku 2012.indd 45

45

8/2/12 3:48 PM


kekuatan, kestabilan dan ketahanannya. Kesulitan-kesulitan ini justru membuat Wiratman tertantang dan menghasilkan solusi yang mencengangkan. Kendala alam juga tak jarang merangsang daya inovasi Wiratman. Sekali waktu, Wiratman dihadapkan dengan “kepu­ tusasaan” pemerintah dan rakyat di dataran Keuliling dan Krueng Aceh yang masing-masing memiliki DAS sekitar 1636 ha dan 809 ha, yang terancam tidak produktif karena kelangkaan air irigasi. Sebuah bendungan pernah direka, namun sang perencana dihadapkan pada tiga kendala, yaitu kegempaan yang tinggi, kualitas material bendungan yang kurang baik, dan tanah di bawah tubuh bendungan yang sangat poros sehingga mustahil menam­ pung air. Maka disain bendungan pun hanya menjadi dokumen mandul, dan harapan membangun bendungan untuk DAS tersebut tampaknya harus dikubur. Ditantang oleh Kementerian Pekerjaan Umum untuk meme­ nuhi harapan masyarakat dataran Keuliling dan Krueng Aceh, Wiratman mengajukan konsep disain baru dengan inovasi bentuk geometrik dan penggunaan material yang belum lazim saat itu. Disainnya mampu mengatasi kendala kegempaan, sementara tanah yang poros diatasi dengan material campuran semen, pasir dan bentonit. Material komposit ini digunakan sebagai inti tubuh bendungan sehingga kedap air. Solusi ini adalah untuk pertama kali diterapkan di Indonesia, sehingga proyek yang tadinya dianggap tidak layak, akhirnya berhasil dibangun dengan memuaskan. Atas prestasi ini, Wiratman mendapatkan tiga penghargaan, yaitu: (1) Penghargaan Karya Konstruksi tahun 2008 untuk Solusi Inovatif Pembangunan Waduk Keuliling, NAD, dari Menteri Pekerjaan Umum. (2) Penghargaan Juara I Lomba Karya Tulis Konstruksi Tahun 2008 dengan judul “Solusi Inovatif Pembangunan Waduk

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 46

8/2/12 3:48 PM


Keuliling”, dari Menteri Pekerjaan Umum (3) PII Award 2010 Adhi­kara Rekayasa, Kategori Individu—Emas dari Persatuan Insinyur Indonesia. Kecerdikan Wiratman tampak juga dalam pembangunan jalan bebas hambatan di pesisir Jakarta Utara. Jalan ini tidak melata di permukaan tanah, tapi membentang di atas struktur jem­batan. Segmen demi segmen jembatan didudukkan di atas balokbalok beton yang bertumpu pada tiang-tiang raksasa, sambung menyambung dari Timur ke Barat dengan rencana ketinggian permukaan jalan yang sudah ditentukan. Di Ancol, jalan ini harus menyeberangi empat lintasan kereta api. Ruas untuk jalan tidak membentuk sudut tegak lurus, sehingga jarak antar tiang jembatan membentang menjadi 55 meter. Para insinyur dihadapkan pada problem bagaimana melintasi bentang 55 meter tersebut. Peng­­ gunaan balok beton seperti ruas lainnya akan menuntut keting­ gian balok yang melanggar aturan. Sementara itu, karena tinggi permukaan jalan sudah tertentu, dan tak boleh dilampaui, maka balok beton yang akan dipasang untuk bentangan itu, akan men­ desak ke bawah dan menutup sebagian ruang bebas yang ter­sedia di bawahnya buat dilintasi kereta api. Dicoba dengan balok baja, yang bisa lebih ramping, ternyata juga tidak memadai. Wiratman memecahkan soal ini dengan inovatif. Ia gunakan balok baja juga. Namun sebelum mendapat beban dari atas, ter­ lebih dahulu balok itu diberi beban ke arah atas, dikenal dengan teknik baja pratekan. Jadi sebelum mendapat tekanan ke bawah, balok diberi tekanan dahulu ke atas. Sejauh ini, di Indonesia hanya dikenal beton pratekan. Baja pratekan baru pertama digunakan oleh Wiratman untuk “menolong” situasi yang sulit ini. Meski kisah ini nampaknya “biasa” saja, namun berbeda dengan “Telur Columbus”, beton pratekan Wiratman sarat inovasi yang dibarengi

47

Isi Buku 2012.indd 47

8/2/12 3:48 PM


aku足rasi perhitungan yang cermat. Di laut, kontribusi Wiratman dalam rekayasa juga signifikan. Pelabuhan Tuban setiap tahun dihadapkan pada masalah sedi足 mentasi yang mencapai 1,5 meter. Pengerukan periodik, memang dilakukan, namun selama pengerukan berlangsung kinerja PT Semen Gresik yang merupakan pengguna tunggal pelabuhan ter足sebut jadi terganggu. Muncul gagasan membuat tanggul laut (breakwater) di sekeliling pelabuhan. Konstruksinya diperkirakan mencuat setinggi 2 meter di atas permukaan laut dengan biaya 300 milyar rupiah. Tahun 2002 Wiratman mengajukan konsep yang tidak biasa, yakni tanggul bawah laut dari beton pracetak, yang belum pernah diterapkan di Indonesia. Alih-alih mencuat 2 meter di atas permukaan laut, tanggul yang dipasang Wiratman hanya berdiri setinggi 2 meter dari dasar laut. Di permukaan laut, tak tampak ada perubahan yang menganggu. Inovasi ini menelan biaya hanya 12 milyar rupiah. Setahun kemudian, sedimentasi berkurang sangat signifikan. Wiratman pun beroleh Penghargaan Karya Konstruksi 2003 dari Menteri Pekerjaan Umum. Ketika dunia konstruksi dilanda krisis ekonomi pada tahun 2000-an, Wiratman memanfaatkan waktunya untuk melakukan berbagai penelitian dan inovasi baru. Sebuah paten diperoleh Wiratman dari pengalaman mengerjakan Terowongan Dukuh Atas, yaitu precast concrete box yang didorong ke dalam badan tanah dengan menggunakan hydraulic jack, yang dikenal dengan metoda box jacking. Setelah dikembangkan lebih lanjut dan dipatenkan, metode itu kemudian disebut Metada Antareja. Pekerjaan di lapangan tak menghalangi Wiratman berbagi ilmu, yang sejak diwisuda sebagai Insinyur hingga sekarang tetap saja membagi waktunya untuk mengajar. Sadar bahwa ia akan lebih sering berada di luar kampus, pada tahun 1970 Wiratman

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 48

8/2/12 3:48 PM


menanggalkan status dosen tetapnya di ITB, memilih menjadi “dosen luar biasa”. Berkat ketekunan dan konsistensinya di dunia pendidikan, pada tahun 1992 Presiden RI mengangkat Wiratman menjadi Guru Besar. Ia merupakan Profesor ITB pertama dan mungkin satu-satunya yang berasal dari kalangan dosen luar biasa. Di dunia penelitian, kontribusi Wiratman memang tercatat panjang, sejak di Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, hingga di laboratoria universitas dan lembaga riset swasta. Ia berperan aktif membidani sejumlah peraturan terkait beton, bangunan tinggi, kegempaan dan sebagainya. Ia menyusun konsep Peraturan Perencanaan Bangunan Tahan Gempa yang digunakan sebagai rujukan utama SNI 031726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Prestasi ini mengantarkannya ke Istana Negara untuk menerima Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya dari Presiden, menyongsong HUT Kemerdekaan RI 2011. Karya-karya Wiratman yang inovatif dan cemerlang, baik itu karya konstruksi, ratusan tulisan ilmiah, dan standar serta peraturan nasional yang turut dibidaninya, menjadikan dirinya rujukan buat mereka yang bekerja mengubah garis langit Tanahair, membangkitkan cahaya untuk menawar kegelapan, menyatukan dua tepian dua daratan, membuat lingkungan alam tetap asri; pendek kata, untuk membangun Indonesia. Seluruh prestasi penting Wiratman telah diuraikan dalam dua buku. Pertama adalah“Momentum & Innovation 1960–2010: Wiratman,” ditulis oleh Imelda Akmal Architectural Writer, dan terbit 2010. Yang kedua adalah “35 Tahun Inovasi Anak Negeri” yang ditulis oleh Meiky Sofyansyah dan Pradidono Listiaji, dan terbit 2011. Yang tak diuraikan oleh kedua buku itu adalah Prestasi Wiratman yang lain, yakni proyek-proyek besar yang

49

Isi Buku 2012.indd 49

8/2/12 3:48 PM


ia tolak kerjakan karena bertentangan dengan asas-asas yang ia pegang teguh. Mengingat nilai penting dari apa yang sudah di足kerjakannya, dan yang ia tolak kerjakan, maka Penghargaan Achmad Bakrie (PAB) 2012 bidang Teknologi diberikan kepada Wiratman Wangsadinata.

WIRATMAN WANGSADINATA lahir di Jakarta, 25 Februari 1935. Ia bungsu dari pasangan Siti Aisyah dan R. Ating Wangsadinata. Ibunda Siti Aisyah, yang ditinggal wafat suaminya ketika Sang Bungsu berusia empat tahun, berusaha mendidik dan membesarkan sendiri anak-anaknya. Dengan gigih ia memohon Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda agar anak-anaknya beroleh pendidikan Belanda. Di kelas satu, Wiratman bersekolah di Europese Lagere School IB, Bandung. Ketika Jepang menyerbu lndonesia pada 1942, ia pindah ke kelas satu SR-28 (Sekolah Rakyat No. 28) di Bandung, tapi kemudian ia kembali ke sekolah Belanda di Algemene Lagere School III di Bandung pada 1948. Wiratman kemudian mendaftar ke sekolah menengah pertama berbahasa Belanda Gouvernements Middelbare School yang juga berada di Bandung. Sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Menengah Pertama V menjelang ia tamat pada 1951. Dari SMP V Wiratman melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Menengah Atas Kristen (SMAK) di Jalan Ir. H. Juanda, Bandung. Di sekolah itu Wiratman masih diajar oleh beberapa guru Belanda. Di SMP dan SMAK inilah Wiratman menjalin persahabatan sambil berkompetisi dengan B.J. Habibie, Presiden RI ketiga. Di

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 50

8/2/12 3:48 PM


bangku SMAK itu pula, Wiratman berkenalan dengan Rohani, adik teman sekelasnya sejak kelas satu SMA. Menikah di tahun 1959, pasangan ini kemudian dikaruniai dua anak. Dunia teknik dan pendidikan adalah dua dunia Wiratman yang berjalan bersamaan dan saling menunjang. Sejak awal karirnya, Wiratman telah menjalani dua profesi ini sekaligus: insinyur perencana dan dosen luar biasa di ITB. Setelah meraih gelar doktor di ITB tahun 1992, Wiratman diangkat menjadi Guru Besar ITB (1995-2004) dan sekarang merupakan Guru Besar Emeritus Universitas Tarumanagara. Pada tahun 1960, ketika Wiratman diangkat sebagai ahli teknik di Jawatan Jalan-Jalan dan Jembatan di Kementerian Pekerjaan Umum, ia juga diangkat sebagai asisten luar biasa dalam mata kuliah Konstruksi Beton dan Konstruksi Baja di Jurusan Teknik Sipil ITB. Saat itu Wiratman menjadi asisten Profesor Roosseno. Saat sejumlah dosen Teknik Sipil meneruskan pendidikan ke luar negeri pada akhir tahun 6o-an, Wiratman ditugaskan mengajar Konstruksi Beton di empat tingkat jurusan ini. la menulis sembilan jilid buku ajar tentang Konstruksi Beton di empat tingkat tersebut. la juga mengusulkan kepada Jurusan Teknik Sipil ITB agar membuka mata kuliah Teknik Gempa pada 1970. Usul itu ia sampaikan setelah Wiratman berhasil mempelajari semua ilmu gempa dari para ahli Jepang yang tengah membangun Wisma Nusantara. Usulan Wiratman disetujui. Ia diangkat rpenjadi dosen mata kuliah Teknik Gempa sejak 1970 hingga pensiun. Pengalamannya menulis buku mata ajar di bidang Kon足 struksi Beton dan Teknik Gempa tersebut amat mendukung pekerjaannya sebagai perencana, karena ia menjadi lebih menguasai setiap hal secara mendetail. Wiratman juga men足 jadi terbiasa menuliskan setiap temuan atau inovasi di bidang

51

Isi Buku 2012.indd 51

8/2/12 3:48 PM


struktur pada proyek-proyek yang ia kerjakan dalam Majalah Insinyur lndonesia maupun yang ia presentasikan pada seminar-seminar nasional maupun intemasionaJ. Hingga kini Wiratman telah menghasilkan lebih dari 200 paper ilmiah. Berbagai temuan dan inovasi penting Wiratman tersebut mengukuhkan posisinya ahli beton, ahli gempa, ahli gedung tinggi, dan ahli jembatan. Temuan itu, untuk menyebut beberapa, antara lain tentang teori pengimbangan gaya geser (shear balancing theory) sebagai pengembangan dari teori pengimbangan beban (load balancing theory) milik Bapak Beton Pratekan Amerika, T.Y. Lin. Teori ini diterapkan pada gedung Wisma Dharmala. Analisis lain adalah tentang perhitungan penampang beton bertulang dengan Cara n yang mengoreksi asumsi n bersifat tetap, yang banyak ditulis dalam buku-buku dari Belanda dan Jerman. Bagi Wiratman, n yang merupakan perbandinqan antara modulus elastisitas baja dan modulus elastisitas beton, itu justru tak boleh konstan. Ia pun membuat tabel non-dimensional yang akan memudahkan perencana struktur menghitung tulangan unsur-unsur struktur bangunan berdasarkan nilai n yang sesuai. Temuan berikut yang sekaligus didaftarkan sebagai karya paten Wiratman pada 2004 adalah Perencanaan dan Pembuatan Terowongan “Rangkaian Kotak Terowongan Beton Pracetak yang Dapat Menembus Tanah Secara Mandiri dan Metode Pendoronqannya�. Metoda ini dikenal juga sebagai “Metoda Antareja�. Berbagai temuan dan inovasi itu membuat Wiratman memperoleh berbagai anugerah penghargaan dari dalam maupun luar negeri. Mulai dari penghargaan Adhicipta Rekayasa 1994 untuk Teknik Sipil dari Persatuan Insinyur

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 52

8/2/12 3:48 PM


lndonesia (PII), ASEAN Achievement Award 1994 for Engineering dari ASEAN Business Forum, hingga penghargaan “Tokoh Konstruksi lndonesia” tahun 2005 dari Menteri Pekerjaan Umum, dan gelar Perekayasa Utama Kehormatan tahun 2011 dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Di sela-sela kesibukannya sebagai konsultan dan dosen, Wiratman juga aktif di bidang keprofesian. Sejak tamat dari ITB tahun 1960, ia menjadi anggota Persatuan Insinyur lndonesia (PII) dan sempat menjadi Ketua PII Cabang Jawa Barat (1965-1969). Wiratman merupakan salah seorang pendiri Himpunan Ahli Konstruksi lndonesia (HAKI) tahun 1971, dan sempat menjadi ketua untuk dua masa kepengurusan (1976-1980). Sejak tahun 1980 ia diangkat menjadi anggota kehormatan HAKI. Wiratman juga ikut membidani kelahiran Ikatan Nasional Konsultan lndonesia (INKINDO) tahun 1979, menjadi ketua umum untuk dua masa kepengurusan (1979-1988) dan sejak 1995 diangkat menjadi Ketua Dewan Kehormatan Nasional INKINDO. Ia pemah pula menjadi Ketua Ikatan Alumni ITB Cabang Jawa Barat (1979-1991) dan Ketua Ikatan Alumni Sipil ITB (ALSI) (1996-2001). Dengan menghasilkan lebih dari 4.000 karya konstruksi, Wiratman yang impian konstruksi terbesarnya adalah Jembatan Selat Sunda, itu telah memainkan peranan sentral dalam dunia konstruksi di lndonesia. Lewat karya-karyanya itu, kita akan menemukan kemampuan seorang insinyur sipil lndonesia yang, meminjam ucapan Soekamo, “sanggup menggoyangkan langit, menggempakan darat dan menggelorakan samudera”.

53

Isi Buku 2012.indd 53

8/2/12 3:48 PM


SULTANA MH FARADZ untuk Kedokteran

S

EJAK identifikasi jumlah kromosom manusia yang tepat oleh ilmuwan kelahiran Indonesia, Joe Hin Tjio, pada 1956, tiga tahun setelah ditemukannya struktur DNA, ilmu genetika berkembang kian pesat. Sultana MH Faradz menonjol sebagai salah seorang pakar Indonesia yang mendalami dan mengembangkan genetika untuk menghadapi sejumlah problem besar yang mempengaruhi mutu kesehatan, pendidikan, dan layanan masyarakat sebuah bangsa. Sumbangan ilmiahnya yang paling menonjol adalah pemahaman aspek seluler dan molekuler dari kelambanan intelektual dan kerancuan kelamin, beserta pewarisan genetis dan penanganannya. Sumbangannya tak terbatas pada kajian laboratorium tapi meluas sampai ke pembangunan institusi. Sultana MH Faradz mulai mengembangkan genetika medik di almamaternya, Universitas Diponegoro, Semarang, setelah mengikuti pelatihan pada tahun 1988 di Tottori University, Jepang dan di Prince of Wales Hospital, Sydney, Australia pada tahun 1992. Selanjutnya dalam periode 1994-1998, Sultana mengikuti pendidikan S3 di University of New South Wales, Sydney dengan fokus studi tentang dasar-dasar genetika molekuler retardasi mental. Pada saat melakukan penelitian untuk S3 nya, Sultana

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 54

8/2/12 3:48 PM


Foto: Fusca Yoka

Isi Buku 2012.indd 55

55

8/2/12 3:48 PM


berhasil mendeteksi dan melaporkan kasus kelambanan intelektual atau retardasi mental menurun sindrom Fragile X yang pertama di Indonesia. Informasi tentang penemuan pertama kasus retardasi mental menurun sindrom Fragile X di Indonesia, disajikan Sultana di acara workshop Retardasi Mental di Canada pada tahun 1998, dan diterbitkan oleh American Journal Medical Genetics, vol 83 No.4, April 1999. Publikasi ini telah mendapatkan award dari Scientific Article Writing Program URGE Project 1999/2000, dan dari Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Indonesia. Penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan studi populasi gen penyebab retardasi mental Fragile X dengan mengidentifikasi 3 marker lainnya pada populasi laki-laki normal 10 suku bangsa di Indonesia dari bagian barat, tengah dan timur. Hasil penelitian ini telah dipublikasi pada Annal of Human Genetics tahun 2000 dan 2001, dan telah menarik perhatian para ahli antropologi dunia. Studi ini merupakan studi yang berkesinambungan sampai sekarang, yang berkembang tidak hanya terbatas pada Sindrom Fragile X tetapi meluas pada penyebab genetika lainnya, seperti subtelomeric deletion (hilangnya bagian kecil dari ujung kromosom) pada retar足dasi mental, dan juga mengidentifikasi sindrom-sindrom penyebab retardasi mental lainnya dengan analisis mutasi gen. Selain mempertajam pengetahuan tentang aspek genetis dari kelam足banan intelektual dengan berbagai jenisnya, rangkaian penelitian ini juga menghapus mitos yang keliru dan menyesatkan yang masih bertahan kokoh dalam masyarakat berkaitan dengan kelambanan intelektual dan penurunannya. Untuk menunjang pengembangan penelitiannya di bidang genetika medik tersebut, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 56

8/2/12 3:48 PM


Diponegoro (FK Undip) pada tahun 2001 meresmikan Center for Biomedical Research (CEBIOR), yang merupakan Pengembangan dari Laboratorium Bioteknologi Kedokteran FK Undip. Fasilitas laboratorium sitogenetika/molekuler CEBIOR ini berkembang dengan pesat karena dukungan berkelanjutan dari FK Undip. Dukungan dari luar negeri juga sangat membantu karena adanya kolaborasi penelitian retardasi mental (dengan Radboud University Nijmegen Medical Center), dan gangguan perkembangan seks (dengan Erasmus University Medical Center, Rotterdam). Sejak tahun 2007, Sultana dipercaya untuk memimpin CEBIOR dan sejak itu sejumlah seminar/workshop reguler di bidang genetika dasar dan klinis telah di selenggarakan oleh CEBIOR dengan bekerjasama dengan sejumlah mitra dari luar negeri. Kegiatan ilmiah tersebut telah menambah pengetahuan dan kesadaran para dokter/klinisi akan pentingnya ilmu genetika medik baik untuk riset maupun pelayanan medik kepada pasien. Kerjasama internasional dimulai dengan joint research tentang retardasi mental dengan beberapa kolega dari Belanda dan Amerika Serikat. Kerjasama ini berkembang tidak hanya riset di bidang retardasi mental tetapi juga di bidang penyakit lain seperti penyakit pembuluh darah dan jaringan ikat Sindrom Marfan dengan VU University Medical Centre, Amsterdam. Sementara dengan Radboud University Nijmegen Medical Center, dibangun kerjasama riset penyakit kebutaan menurun Retinitis Pigmentosa dan penyakit gangguan perkembangan seks atau kelamin ganda (Disorders of Sex Development, DSD). Riset di bidang kerancuan kelamin (DSD) yang diiringi dengan pengembangan terapi medis itu telah membawa banyak akibat positif terhadap mereka yang menderitanya. Para penderita perlahan-lahan dapat hidup normal, sehat, dan produktif. Keluarga

57

Isi Buku 2012.indd 57

8/2/12 3:48 PM


dan lingkungan mereka pun yang tadinya memperlakukan mereka sebagai “abnormal�, akhirnya dapat berubah pikiran dan menerima para penderita apa adanya sambil mendukung mereka untuk berkembang dengan baik. Dari berbagai kerjasama penelitian tersebut di atas telah muncul sejumlah MSc dan PhD, baik dari staf FK Undip maupun dari perguruan tinggi lainnya. Dengan perkembangan sarana dan prasarana laboratorium sito-molekuler genetika CEBIOR, pelayanan medik antara lain deteksi gen-gen telah membantu para klinisi baik dari RSUP dr. Kariadi maupun RS lain di Indonesia untuk menentukan diagnosis klinis penyakit genetik. Kerjasama internasional di bidang pendidikan juga telah mendorong Sultana memprakarsai berdirinya program Magister of Genetic Counseling yang pertama di Asia Tenggara. Program ini telah menghasilkan para konselor genetik dari beberapa daerah di Indonesia. Sumbangan ilmiah Sultana MH Faradz telah memperluas ruang kebebasan mereka yang terkena kelambanan intelektual yang tadinya terpenjara oleh konstruksi sosial dan budaya yang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat mereka. Sumbangan itu juga memperluas ruang kebebasan orang-orang yang terkena kerancuan kelamin, memberi mereka dasar pilihan yang kokoh untuk hidup sesuai dengan aspirasinya sendiri. Lembaga-lembaga riset, yang sekaligus menawarkan bantuan terapi dan pengobatan,yang dibangunnya bersama dengan kolega-koleganya di dalam dan di luar negeri, ikut membantu memecahkan dan mengantisipasi sejumlah problem besar yang mempengaruhi masa kini dan masa depan sebuah bangsa. Karena itulah Penghargaan Achmad Bakrie 2012 bidang kedokteran kami berikan kepada Sultana MH Faradz.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 58

8/2/12 3:48 PM


SULTANA MH FARADZ Lahir di Purbalingga, Jawa Tengah, 2 Februari 1952. Pada tahun 1978, ia lulus dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK Undip) dan diangkat sebagai dosen di Departemen Histologi FK Undip. Pada tahun 1988 dan 1990 ia belajar Sitogenetika di Tottori University, Jepang selama 6 bulan dan selanjutnya mulai be­ kerja sebagai kordinator unit sitogenetika di RS Telogorejo. Pada tahun 1992, ia mengikuti pelatihan Sitogenetika kanker di Prince of Wales Hospital Sydney, Australia, dilanjutkan dengan pen­didikan S3 dibidang Genetika Kedokteran (1994-1998) di UNSW, Sydney, selama masa pendidikan S3 dia juga mengikuti pendidikan Genetika Klinis di Sydney Children Hospital (19941995), Epidemiologi klinis di School of Community Medicine UNSW Sydney (1995), sebagai research fellow dibidang Gene­ tika Molekuler di Laboratorium Riset DNA, Ongwanada Resource Centre, Queen’s University Kingston Kanada (1996 dan 1997). Pada tahun 1999, ia mulai bekerja sebagai Kepala Unit Molekuler dan Sitogenetika, Laboratorium Bioteknologi Fakultas Kedokteran dan sebagai dosen dalam genetika medik untuk mahasiswa pascasarjana Undip. Pada tahun 2000, ia mendapat penghargaan Penulisan Ilmiah Program dari Direktorat Pendidikan Tinggi, untuk penelitian skri­ ning Molekuler sindrom Fragile-X pada anak-anak de­ ngan keterbelakangan mental. Dia mempresentasikan dan mem­p ublikasikan penelitiannya dalam konferensi dan jurnal nasional dan internasional. Dia mengikuti post-doct research fellow di di Rumah Sakit AMC, Amsterdam (2000), Departemen Genetika Manusia, RUNMC Nijmegen (2000) dan MIND Institute di University of California, Davis (2002).

59

Isi Buku 2012.indd 59

8/2/12 3:48 PM


Keanggotaan yang diikutinya adalah American Society of Human Genetics dan Human Genetics Society Australia sejak 1994. Pada tahun 2003, ia dikukuhkan sebagai profesor ilmu kedokteran. Sejak 2005-2011 ia adalah anggota dari Dewan Riset Nasional Kemenristek. Pada tahun 2005, ia mendapat penghargaan sebagai dosen berprestasi di Fakultas Kedokteran Undip. Pada 2006, dia memprakarsai pendirian program Magister Konseling Genetik, yang merupakan “joint degree� dengan beberapa universitas diluar negeri, dan adalah program pertama di Indonesia dan juga di negara ASEAN. Sejak 2007 ia telah diangkat sebagai direktur Pusat Penelitian Biomedik atau Center for Biomedical Research (CEBIOR) di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Sejak 2008 ia menjadi anggota dari Proyek Genom Manusia (HUGO). Pada 2008 ia dianugerahi sebagai seorang ilmuwan terbaik pendiri laboratorium genetik di Jawa Tengah dari Walikota Kotamadya Semarang dan pada tahun 2009 menjadi Finalis Australian Alumni dalam bidang Penelitian dan Inovasi dari Kedutaan Besar Australia di Jakarta. Pada 2009 ia ditunjuk sebagai Kepala Departemen Histologi dan pada tahun 2010 dia mendapatkan beasiswa Dikti untuk program akademic recharging di Murdoch Childrens Research Institute, University of Melbourne selama 3 bulan. Sejak Januari 2011dia telah diangkat sebagai wakil Rektor Universitas Diponegoro untuk bidang pengembangan dan kerjasama. Pada tahun yang sama ia dilibatkan sebagai editor kehormatan untuk Asia-Pacific Journal of Molecular Medicine (AP-JMM) dan peer reviewer dari Journal of the ASEAN Federation of Endocrine Societies (JAFES), dan anggota komite dari Asosiasi Dokter untuk teknik jaringan dan terapi sel.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 60

8/2/12 3:48 PM


YOGI AHMAD ERLANGGA untuk Ilmuwan Muda Berprestasi

P

ERSAMAAN Helmholtz adalah persamaan krusial yang dulunya sulit diatasi bahkan oleh komputer. Padahal persamaan ini sangat penting dalam membantu manusia dalam memecahkan sejumlah soal antara lain dalam pencarian sumber-sumber minyak bumi. Perusahaan-perusahaan minyak dulu harus menghitung “Persamaan Helmholtz” berkali-kali, bahkan bisa ribuan kali, hanya untuk survei di satu daerah saja. Paper yang dikerjakan oleh Yogi Ahmad Erlangga dan ditulis bersama Profesor Oosterlee dan Vuikitu membuka jalan untuk meng­ubah persamaan Helmholtz ini menjadi persamaan linear aljabar biasa, yang kemudian bisa dipecahkan dengan metode tak-langsung atau iterasi. Metode kalkulasi ini memungkinkan komputer menyelesaikan Persamaan Helmholtz itu lebih efisien. Metode yang dikembangkan Yogi dapat dipakai untuk banyak bidang, termasuk membuat keping blu-ray bisa memuat data yang jauh lebih besar, dan mempermudah kerja radar di dunia penerbangan. Paper yang ditulis Yogi bersama kedua profesornya itu dimuat di SIAM Journal on Scientific Computing pada 2005. Penerbitan itu memancing perhatian yang terus meningkat terhadap metode iteratif untuk persamaan gelombang dalam domain Fourier.

61

Isi Buku 2012.indd 61

8/2/12 3:48 PM


Penghargaan Achmad Bakrie 2012 Dok. Pribadi

Isi Buku 2012.indd 62

8/2/12 3:48 PM


Thomson-Reuters (ISI) dan new research frontier, pada 2010, menya足takan paper tersebut sebagai paper dengan citation tertinggi dibidang applied mathematics. Sebagian analisis dari metode iteratif Yogi ini didokumentasikan dalam disertasi PhD yang dinobatkan sebagai the best PhD thesis di Belanda tahun 2005 oleh NMC, dan best PhD thesis nominee di Eropa oleh ECCOMAS. Yogi yang mendukung gerakan open source, membuat disertasi dan program komputer metode ini dapat diakses online secara bebas. Di samping kasus persamaan gelombang, penelitian Yogi juga terfokus pada metode iterasi baru yang dikembangkan bersama Profesor Nabben (Berlin), yang mereka sebut sebagai multilevel Krylov method. Metode ini dikembangkan antara tahun 20062008 dan menjadi topik utama dalam empat publikasi ilmiah dan berbagai presentasi. Kajian teori dan aplikasi matematika Yogi yang lain merambah ke wilayah the mathematics of search engine dan compressed compu足tation/simulation. Di luar ranah teori, aplikasi dan filosofi mate足matika, perhatian Yogi tertuju juga pada perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, pada kajian Islam, sejarah, sastra, dan astronomi. Perhatian Yogi yang luas pada berbagai bidang ilmu pengetahuan, dan terutama sekali sumbangannya yang jelas terhadap pengembangan teori dan aplikasi matematika yang dibe足rikannya dalam usia yang relatif masih muda, adalah hal yang patut dihargai. Karena itulah Penghargaan Achmad Bakrie 2012 untuk Ilmuwan Muda Berprestasi kami berikan kepada Yogi Ahmad Erlangga.

63

Isi Buku 2012.indd 63

8/2/12 3:48 PM


YOGI AHMAD ERLANGGA lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 8 Oktober 1974 dari pasangan Euis Aryati dan Mohamad Isis. Suami dari Vemira Miranti ini dikaruniai dua orang anak. Pendidikan dasar Yogi berawal di SD Singkole Soroako, Sulawesi Selatan, yang kemudian diteruskan ke SDN SGPLB Bandung dan SDN Pondok Gede III, Bekasi. Pendidikan menengahnya dijalani di SMPN 49 Jakarta, dan lulus dengan nilai tertinggi kedua di wilayah Jakarta Timur, lalu dilan­ jutkan di SMAN 3 Bandung, dan tamat sebagai salah satu lulusan terbaik. Pendidikan S-1 ia tempuh di Jurusan Teknik Penerbangan, ITB, sementara S-2 ia jalani di Teknik Pener­ bangan Technical University Delft. Keduanya ia rampungkan dengan predikat cum laude. Thesis S3 yang ia susun di Jurusan Matematika Technical University Delft, terpilih sebagai thesis terbaik di Belanda oleh NMC tahun 2005. Karier profesionalnya ia jalani dari posisi post-doctoral fellow di Technical University Berlin, lalu post-doctoral fellow di University of British Columbia, dan kini menduduki posisi sebagai Assistant Professor of Mathematics, di Alfaisal University, Saudi Arabia. Karya ilmiah Yogi muncul dalam bentuk lebih dari 30 makalah jurnal dan prosiding konferensi. Ia juga menjadi pembicara pada lebih dari 20 konferensi dan pertemuan. Selain membaca—aktivitas yang ia tekuni sejak kecil—Yogi juga mengaku sebagai pelaku dan penikmat seni. Tinggal delapan tahun di Eropa, terutama di Belanda yang dipenuhi dengan ratusan museum, menumbukan apresiasinya yang khas terhadap seni klasik. Selain bulutangkis dan tenis meja, Yogi menyukai outdoor sport seperti sepeda jarak jauh dan kano, yang mulai ia tekuni selama di Belanda. Dengan pengetahuan

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 64

8/2/12 3:48 PM


masak-memasak dari banyak negara berupa ratusan resep penggoyang lidah, masak-memasak telah menjadi bagian dari kegiatan rutin Yogi di akhir pekan, yang menganggap kulinari sebagai jalan paling efektif menghargai budaya berbagai bangsa. Selain ilmu penerbangan, yang sekarang lebih menjadi hobby, Yogi menaruh perhatian pada perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, pada kajian islam, sejarah, sastra, astronomi, dan filosofi matematika. Bagi Yogi Ahmad Erlangga, ilmu pengetahuan adalah hak setiap manusia. Hak ini hanya dapat dijamin jika ilmu pengetahuan dimiliki oleh publik dan bersifat copy-left (open source).

65

Isi Buku 2012.indd 65

8/2/12 3:48 PM


SEKELUMIT CATATAN PENGALAMAN DAN PENGAMATAN RISET DI LUAR DAN DALAM NEGERI Tjia May On

D

ARI biografi sejumlah seniman (pelukis, pemusik) terkenal yang pernah saya baca, saya hampir selalu terkesan bahwa potensi mereka terungkap di ujung atau selepas masa balita karena tersedianya peluang bersentuhan dengan atau terpapar kepada dunia kesenian yang bersangkut dalam usia sangat dini. Tak jarang di antara mereka bahkan berkesempatan menampilkan bakatnya semasa itu. Kita pun semasa duduk di bangku sekolah menengah juga sempat diperkenalkan kepada ilmuwan bernama besar. Sebut saja nama Isaac Newton yang dilahirkan pada 25 Desember 1642 (menyusul wafatnya Galileo Galilei pada 8 Januari tahun yang sama). Setiap siswa yang pernah mendapatkan pendidikan dasar yang layak pasti mengenal dongeng bahwa Newton menemukan hukum gaya universal gravitasi karena mendapatkan inspirasi (wahyu?) ketika kepalanya kejatuhan sebutir buah apel. Memang menarik sebagai dongeng yang tersirat unsur misteri, namun sama sekali tidak mendidik bahkan menyesatkan. Latar belakang proses kajian dan riset yang panjang tidak terbaca dan terungkap. Pengertian tentang riset mungkin dianggap terlampau prematur dan abstrak untuk diperkenalkan kepada siswa berusia dini, apalagi

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 66

8/2/12 3:48 PM


untuk dilibatkan dalam kegiatan yang “berbau” atau berunsur riset. Anak yang berpotensi menjadi periset paling-paling dikenal sebagai anak cerdas, rajin dan inovatif. Padahal unsur-unsur pokok dalam proses riset maupun pengalaman dasar riset bukan tak mungkin diperkenalkan kepada anak-anak. Dalam sistem pendidikan yang diterapkan di negeri kita sejauh ini, kegiatan di sekolah ditekankan pada proses belajar, belajar untuk memahami pengetahuan baku dari satu bidang ke bidang yang lain, dari pengetahuan dan metoda/teknik standar dari yang sederhana ke tingkat yang lebih sulit atau lebih canggih. Semua proses itu dilakoni oleh para siswa secara pasif menurut instruksi atau arahan yang diterima dari sang guru dalam proses dan kerangka yang ketat. Saya sendiri melewati proses belajar sampai jenjang pendidikan sarjana fisika hanya disibukkan dengan belajar dari guru dan buku. Memang dalam melaksanakan tugas akhir sempat mencicipi pengalaman belajar secara mandiri, tetapi tetap bersifat belajar dan memahami hasil orang lain yang sudah diterbitkan dalam buku atau artikel jurnal. Tak pernah saya rasakan proses riset sesungguhnya, bahkan suasana atau “aroma” kegiatan riset pun tak tercium oleh saya. Ringkasnya, saya baru mengenal arti dan makna riset sebenarnya maupun bersentuhan dengan suasana dan dunia riset yang “hidup” setelah diberi kesempatan melanjutkan sekolah pascasarjana di Amerika Serikat. Berikut ini adalah kisah sekilas tentang pengalaman riset yang berawal dari sekolah tersebut, dan kemudian sekembalinya ke tanah air berlanjut kepada upaya untuk bertahan “hidup” (survive), sampai akhirnya mendapatkan peluang untuk “lepas landas” dalam upaya mengembangkan kegiatan dan budaya riset dalam lingkungan terbatas di Institut Teknologi Bandung (ITB).

67

Isi Buku 2012.indd 67

8/2/12 3:48 PM


Imbasan Awal dari Suasana Pertemuan dan Penyambutan Hasil Riset Keterlibatan saya dalam kegiatan riset intensif baru terjadi tahun kedua setelah terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana di Northwestern University (NU) awal Oktober, 1963. Namun dalam tahun pertama saya sudah sempat merasakan dampak persentuhan dengan dua peristiwa atau pengalaman baru yang tak terlupakan. Pertama adalah suasana interaksi ilmiah dalam forum presentasi dan diskusi hasil riset yang berlangsung dalam American Physical Society Annual Meeting akhir tahun 1963 di University of Chicago (tetangga kota kecil Evanston). Tentu saja sebagai mahasiswa yang baru mengikuti kuliah quarter pertama (alias masih hijau) saya tak sanggup mengikuti atau memahami substansi presentasi dan diskusi dalam forum tersebut. Untungnya, se-“bloonâ€? itu pun saya masih sempat menangkap kesan ketajaman dan mendalamnya (bahkan sengitnya) diskusi yang terjadi dalam diskusi antara penyaji dan penanya, terutama antara sesama tokoh dalam bidang periset bersangkutan. Ini merupakan pengalaman pertama saya menyaksikan proses peer view, sekaligus menyadari besarnya tuntutan tanggungjawab pada seorang periset atas hasil risetnya. Tiada tempat bagi pemalsuan (falsification) data maupun plagiarisme! Pengalaman kedua adalah suasana menggairahkan dan mengasyikkan (exciting) yang timbul saat diberitakan penemuan partikel â„Ś dengan massa dan semua atribut dasar lainnya yang terukur sesuai dengan ramalan teori eight-fold way dari Murray Gel-Mann. Hasil tersebut merupakan langkah kemajuan dan sumbangan besar dalam memahami karakteristik dasar dari interaksi kuat antara inti-atom dan meletakkan dasar tata susunan partikel yang berperan utama dalam pembentukan inti atom

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 68

8/2/12 3:48 PM


dari unsur-unsur kimia. Lebih jauh teori yang berhasil didukung verifikasi eksperimen itu juga memperkuat legitimasi model konstituen quark dalam partikel-partikel golongan hadron, dan memuluskan perkembangannya di kemudian hari. Sebagai reaksi sesaat, lingkungan departemen fisika NU bergema dan bergolak dengan penyambutan gembira atas berita tersebut. Hari-hari berikutnya lingkungan departemen terus diramaikan oleh cerita dan dongeng latarbelakang riset dari penemuan tersebut, serta pujian dan komentar kontroversial tentang kontribusi Gell-Mann dan pelaku lain yang ikut berperan. (Sebagian besar merupakan bocoran komentar yang bersumber pada para guru besar). Selain itu, di lorong-lorong dan tempat beristirahat/bersantai (coffee lounge) terdengar berulang ucapan selamat dari para periset dari departemen yang bersebelahan. Seolah-olah semua orang fisika, termasuk mahasiswanya, juga ikut kecipratan “penghormatan” atas hasil cemerlang karya Prof. M. Gell-Mann dari Caltech. (Yang bersangkutan kemudian diberi penghargaan Hadiah Nobel atas sumbangannya).

Pengalaman Riset Sebagai Mahasiswa Sebelum diikutsertakan dalam proyek riset pertama, saya diberi tugas (independent study) selama libur musim panas untuk mempelajari fenomenologi fisika energi tinggi. Partisipasi saya dalam kegiatan riset tahap perdana ini banyak bersifat proses magang, kerja dengan didampingi Prof. C.H. Albright sebagai pembimbing yang menawarkan program risetnya kepada saya. Sebelum melaksanakan tugas riset, saya tidak dikuliahi tentang “metodologi riset”, dan begitu pula pengalaman teman-teman mahasiswa lainnya. Yang dikenal secara tersirat hanya proses “learning by doing” sebagaimana yang dialami para seniman

69

Isi Buku 2012.indd 69

8/2/12 3:48 PM


dalam pembinaannya. Tak pernah saya menemukan mata kuliah “metodologi riset� seperti yang lazim dijadikan mata kuliah wajib dalam program pascasarjana di sejumlah perguruan tinggi di negeri kita. Lucunya mata kuliah ini atau yang sejenis sering diberikan oleh dosen yang relatif miskin dalam rekam jejak risetnya. Proses magang yang saya alami itu terbukti efektif dalam menempa kemampuan terpadu yang mencakup kompetensi kawasan kognitif, psiko-motorik dan kawasan efektif, bahkan berimbas pada pembinaan emotional quotient (EQ) sang murid. Bagi saya, proses tersebut jelas berhasil menyadarkan pada saya pentingnya originalitas riset, kepercayaan diri, motivasi serta kemandirian dalam menangani soal, dan tentunya juga keberanian dan tekad untuk menerobos batas pengetahuan dan cara yang sudah baku. Selama proses itu, saya juga menjadi lebih paham mengenai pentingnya publikasi. Tanpa jurnal yang memuat hasil riset, seorang periset tidak dapat memanfaatkan hasil riset sebelumnya, dan tidak dapat pula menilai tingkat keterbaruan kontribusinya sendiri. Wadah publikasi, terutama yang berreferee, juga merupakan lahan bagi verifikasi/pengujian/konfirmasi kebenaran serta penilaian kadar originalitas/kontribusi suatu hasil riset. Jika ternyata benar, journal bersangkutan juga menjadi medium diseminasi hasil riset tersebut untuk dimanfaatkan orang lain. Berbekal pengalaman tersebut, saya dapat melangkah mantap ketika dilepas sepenuhnya waktu menempuh perjalanan panjang dalam riset berikutnya hanya berdasarkan saran/arahan awal yang bersifat sangat umum. (Sebetulnya pembimbing saya pada saat itu sudah pindah ke universitas lain yang menawarkan posisi dan kondisi kerja lebih menarik. Sejak itu saya hanya sempat bertemu dengan beliau untuk menyampaikan laporan kemajuan riset saya sekali dalam 3 bulan).

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 70

8/2/12 3:48 PM


Peran Riset dan Budaya Riset Selama melaksanakan program riset di NU, saya sempat menyaksikan berulang kali wawancara penjajakan untuk recruitment atau penawaran kerja yang dilakukan oleh utusan perusahaan besar atau laboratorium R&D-nya dengan para calon Ph.D. di kampus. Ternyata itu terjadi berkat mediasi para guru besar pembimbingnya atau berdasarkan publikasi hasil risetnya dalam jurnal atau prosiding konferensi. Waktu saya tanyakan secara naĂŻf kepada para calon pada waktu sela istirahat (di coffee lounge biasanya) tentang peran periset dalam industri bersangkutan, jawabnya adalah untuk menciptakan cutting edge technology dan produk baru yang mendukung leading position dari perusahaannya. Singkatnya, riset diperlukan untuk mendukung dan meningkatkan daya saing perusahaan bersangkutan. Berkat pencerahan itu, saya menjadi makin paham akan makna kehadiran divisi R&D dalam perusahaan-perusahaan industri, yang tidak hanya membiayai riset terapan, tetapi juga riset fundamental yang memungkinkan lahirnya terobosan-terobosan teknologi. Tidak heran bahwa sejumlah Hadiah Nobel berhasil diraih oleh pakar riset dari lembaga R&D industri. Pentingnya riset sebagai dasar evaluasi komitmen, dedikasi dan prestasi ilmiah dalam lingkungan universitas tak luput dari perhatian para mahasiswanya. “Publish or perishâ€? adalah semboyan yang mengungkapkan aturan main tak tertulis tapi dianut dan dipatuhi secara gigih dalam lingkungan akademisi. Perkembangan karier seorang akademisi sangat ditentukan oleh prestasi risetnya. Kemajuan akademik para calon Ph.D. pun tak lepas dari penilaian serupa dalam forum seminar. Tata nilai yang membentuk budaya riset ini tidak hanya ditegakkan dalam perguruan tinggi dan lembaga riset, tetapi diperkuat pula oleh kehadiran organisasi

71

Isi Buku 2012.indd 71

8/2/12 3:48 PM


ilmiah/profesi dalam komunitas terkait, seperti himpunan ilmu pengetahuan (scientific societies) dan asosiasi profesi yang menerapkan jenjang keanggotaan (member, senior member, dan fellow misalnya) berdasarkan penilaian prestasi/kontribusi hasil risetnya. Di samping itu, untuk prestasi dan kontribusi yang menonjol juga disediakan sejumlah besar penghargaan/anugerah yang beragam dari pemerintah dan yayasan maupun donator pribadi. Semuanya ini menunjukkan betapa luas dan mendalamnya apresiasi riset dan budaya riset itu mengakar dalam masyarakat.

Tantangan untuk Bertahan dan Mengembangkan Riset Seusai Sekolah Pengembangan riset dalam dasa warsa enampuluhan sampai delapan puluhan dari abad yang lalu praktis belum dikenal perannya. Dengan kata lain, riset belum punya tempat dalam REPELITA, bahkan tidak tersirat dalam konsep pembangunan nasional. Kondisi seperti itulah yang harus dihadapi oleh saya dan sejumlah rekan yang baru pulang seusai pendidikan doktoral di luar negeri. Namun berhenti riset tak bedanya dari menyianyiakan hasil pendidikan selama di luar negeri. Sudah menjadi keyakinan (conviction) saya akan peran besar riset dan pendidikan berbasis riset dalam memajukan negara dan bangsa seperti yang saya saksikan di Amerika Serikat. Memang pada awal dasa warsa tujuhpuluhan, saya masih sempat melanjutkan riset dalam bidang fisika partikel di International Centre for Theoretical Physics (ICTP, sekarang bernama The Abdus Salam ICTP) dengan fellowship riset dari Ford Foundation yang tidak dilanjutkan ke tahun berikutnya. Ini berarti bahwa kesempatan tersebut bersifat “einmalig� alias tidak berlanjut, dan mustahil dapat dilanjutkan di Indonesia dengan

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 72

8/2/12 3:48 PM


fasilitas perpustakaan yang tidak dilengkapi langganan jurnal secara teratur. Walaupun merasa kecewa, namun secara jujur saya juga mulai merasa bidang riset tersebut kurang cocok untuk dikembangkan di tanah air, karena kurang down to earth, sulit menarik minat mahasiswa. Ini jelas tidak sesuai dengan anganangan saya untuk dijadikan topik kajian mahasiswa, paling tidak pada waktu itu. Tak bisa lain, saya harus siap banting stir, berusaha merintis bidang riset lain, terutama riset eksperimental. Kendala besar yang harus dihadapi dalam upaya tersebut adalah miskinnya fasilitas yang tersedia dan yang dapat diharapkan dalam waktu dekat dari dukungan institusi atau pemerintah. Tapi harapan harus tetap dipelihara dan langkah persiapan harus tetap dilakukan, antara lain dengan penjajagan kerja sama de足 ngan universitas atau lembaga luar negeri. Untuk maksud itu, kajian beberapa bidang berragam terpaksa harus dimulai juga secara serempak untuk menyambut peluang yang muncul dari luar secara tak terduga. Proses ini berlangsung lama dan lambat bahkan berbelit. Tetapi kita tidak punya pilihan lain; prinsipnya adalah lebih baik merangkak dari pada diam di tempat dan menyianyiakan peluang emas yang lewat secara tiba-tiba. Akhirnya mulai dasa warsa sembilanpuluhan, terjadi perbaikan dalam kebijakan riset pemerintah yang menyediakan dana riset tertentu (sekalipun masih sangat terbatas) dan biaya untuk melakukan kontak dengan lembaga riset luar negeri. Berbekal kajian dan hasil riset pendahuluan yang dilakukan dengan fasilitas ala kadarnya, kami berhasil menempuh proses aplikasi panjang untuk menjalin kerjasama riset internasional dengan Van der Waals-Zeeman Institute, Universitas Amsterdam, dalam bidang superkonduktor bersuhu kritis tinggi mulai pertengahan dasa warsa sembilanpuluhan. Sekitar lima tahun kemudian kerjasama

73

Isi Buku 2012.indd 73

8/2/12 3:48 PM


serupa dilanjutkan dalam bidang optic nonlinear dengan institut MESA+, Universitas Twente, selama 5 tahun. Kedua-duanya didanai oleh KNAW (KoninklŃ—jke Nederlandse Akademie van Wetenschappen) dan Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. Sejak tahun 2005, telah terlaksana pula kerjasama dengan Institut Zernike, Universitas GrĂśningen dalam program pendidikan pascasarjana berorientasi pada riset. Selain itu saya juga telah menjalin kerjasama dengan kelompok Research Center dari Yayasan Maju Makmur Mandiri yang melibatkan Prof. K. Kagawa dari Universitas Fukui, Jepang, selama dua dasa warsa. Yang penting untuk ditambahkan di sini adalah kerjasama riset dalam sejumlah bidang berbeda sudah berhasil dilrintis oleh rekan-rekan muda lainnya dengan institusi riset luar negeri, di antaranya dengan Nishima Center RIKEN.

Penutup Dalam kesempatan ini saya merasa terpanggil untuk mengakhiri ulasan saya dengan menyampaikan secara ringkas pandangan mengenai kondisi riset di negeri kita berdasarkan pengalaman dan pengamatan sebagai pelaku dan pengamat kegiatan riset. Keterpurukan riset di negeri kita yang ditandai oleh miskinnya hasil publikasi riset berkualitas, dan lemahnya budaya riset sudah kerap diakui dan diutarakan secara terbuka oleh pejabat maupun para pengamat. Selain itu, tak adanya interaksi, apalagi proses penyuburan silang (cross fertilization) antara kegiatan riset dan perkembangan industri (lebih lazim diutarakan secara simplistik dan kabur sebagai kegagalan dalam pemanfaatan hasil riset oleh pihak industri) sudah kerap dikeluh-kesahkan tanpa adanya upaya mengatasinya. Pangkal permasalahannya memang rumit dan berakar dalam (deep rooted). Pembahasan dan komentar yang

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 74

8/2/12 3:48 PM


pernah disodorkan melalui media terkesan tidak komprehensif dan kurang menyentuh inti permasalahan, bahkan kerap kali lebih terkesan sebagai lip service atau sekedar wacana belaka karena tidak menghasilkan dampak efektif. Jelas bukan tempatnya untuk menyajikan uraian rinci mengenai masalah tersebut di sini. Yang dapat saya kemukakan dalam ruang terbatas ini hanyalah beberapa saran perbaikan yang esensial dan laik dilaksanakan oleh pemerintah dan lembaga pengelola riset. Saran tersebut saya tuangkan dalam butir-butir pernyataan ringkas sebagai langkah-langkah berikut. • Identifikasi secara tepat dan komprehensif, faktor atau aspek kelemahan dalam kebijakan riset yang berlaku selama ini. • Rumuskan pedoman mengenai mutu hasil riset berdasarkan ukuran yang credible serta mekanisme evaluasinya yang tepat (bukan sistem scoring yang berlaku sekarang). • Tinggalkan paradigma pemerataan alokasi dana, dan terapkan sistem prioritas kebutuhan beserta selektivitas alokasi dana total yang tersedia dengan mengacu, terutama, pada rekam jejak prestasi periset dan infrastruktur yang tersedia. • Tinggalkan konsep proyek riset sebagai sumber boncengan bagikompensasi (subsidi) gaji yang rendah. • Tumbuhkan unit/laboratorium R&D di lingkungan industri dengan pemberian insentif dari pemerintah (keringanan pajak misalnya). Sudah jelas tentunya bahwa butir-butir saran tersebut hanya bersifat sebagai pemicu langkah pemikiran serta penjabaran lebih rinci dan lengkap. Untuk itu diperlukan forum tersendiri sebagai tindak lanjutnya. Akhir kata, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada

75

Isi Buku 2012.indd 75

8/2/12 3:48 PM


Freedom Institute dan Yayasan Achmad Bakrie atas penghargaan yang diberikan kepada saya, dan kesempatan menyampaikan pandangan tersebut.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 76

8/2/12 3:48 PM


MENUJU ILMU-ILMU SOSIAL NUSANTARA M. Dawam Rahardjo

P

ADA hari ini aku tidak bisa berpura-pura untuk tidak menyatakan rasa kebahagiaanku menerima Penghargaan Achmad Bakrie di bidang pemikiran sosial. Aku teringat firman Allah dalam Qur’an yang kurang lebih menyatakan: “Dan nikmat Tuhanmu hendaklah kau ungkapkan” (Q.S. al-Dhuha: 11). Di lain ayat Allah juga mengatakan bahwa “Jika kamu bersyukur maka akan Aku tambahkan nikmatmu itu untukmu”. (Q.S. Ibrahim: 7). Sungguhpun demikian aku harus bisa bersikap jujur untuk menyadari kekurangan dan kelemahanku, dengan cara melakukan refleksi dan introspeksi dengan bercermin pada apa komentar orang-orang mengenai diriku. Pertama, Prof. Didik S. Damanhuri Guru Besar ilmu ekonomipolitik Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam kata pengantarnya terhadap bukuku Nalar Ekonomi Politik Indonesia (IPB Press, 2011) mengatakan bahwa ia sulit menemu-kenali aliran pemikiran atau epistemologi yang aku pakai secara konsisten sehingga ia menarik kesimpulan bahwa aku—sebagaimana pernah disimpulkan pada Soedjatmoko dengan nada merendahkannya—pada hakekattnya mengikuti metode eklektika, yaitu mengambil aspek-espek tertentu dari aliran pemikiran yang disetujui dan menggabungkannya

77

Isi Buku 2012.indd 77

8/2/12 3:48 PM


menjadi satu untuk membahas berbagai persoalan. Terus terang aku terkejut dan agak tersinggung, tapi aku harus bisa menjelaskan bahwa kesimpulan itu adalah suatu kesalah-pahaman, walaupun aku menyadari bahwa Prof. Didin adalah seorang cendekiawan yang mengenalku dari dekat dan bahkan cukup menghargai pemikiran-pemikiranku, bahkan merasa banyak belajar dariku. Komentar kedua yang terus terang menyinggung perasaanku datang dari Dr. Hidayat Nataatmaja yang suatu ketika menulis surat ke alamat redaksi Prisma yang saya pimpin bahwa aku adalah “perpustakaan berjalan�, bukan untuk mengagumi keluasan bacaanku, tetapi untuk mengejekku karena banyak mengutip pendapat orang dalam buku-buku. Aku menyadari bahwa ia ketika itu sedang tersinggung, karena dalam suatu seminar aku memberi penilaian bahwa tulisan-tulisannya memang lancar bahasanya, tapi sulit dipahami apa maksudnya. Aku sendiri berpendapat tulisan yang baik adalah tulisan yang jernih sehingga dapat dipahami karena mencerminkan pemikiran yang jernih tentang sesuatu gejala yang kompleks. Aku tahu bahwa ia adalah seorang sarjana pertanian lulusan IPB dan Universitas Hawaii, AS, tetapi menulis tentang teori-teori fisika yang dicampur dengan pandanganpandangan teologis-metafisis. Ia melakukan stigmatisasi terhadap diriku, karena ia membaca artikel-artikelku di Prisma yang penuh dengan catatan kaki yang menyebutkan buku-buku yang aku pakai sebagai referensi. Penilaian itu menyerupai tuduhan bahwa aku adalah seorang textbook thinker dan bukan seorang pemikir orisinal seperti dirinya yang aku akui kejelian, kedalaman dan daya kritisnya yang ia sendiri sebut sebagai “intulisi� yang mengatasi logika formal itu. Dan ketiga adalah tulisan Saiful Mujani ahli ilmu politik dari UIN yang kurang lebih menyimpulkan bahwa aku tidak konsisten

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 78

8/2/12 3:48 PM


dalam aliran pemikiranku. Di satu pihak, aku memakai pendekatan Marxis dan Neo-Marxis, Di lain pihak ketika berbicara mengenai pembangunan ekonomi dan perubahan sosial, aku kembali kepada teori modernisasi yang aku baca dikritik oleh Andre Gunder Frank yang neo-marxis itu dalam bukunya The Sociology of Underdevelopment (1969). Aku memang menyadari dan tidak membantah kesimpulannya itu, tetapi ada penjelasan yang ingin aku sampaikan untuk menghapuskan kesalahpahaman dalam penggunaan teori yang kupilih baik dalam pemahaman maupun pemecahan masalah yang memang aku bedakan dalam proses epistemologi. Sebenarnya masih banyak komentar-komentar yang tidak menyenangkanku dan memerlukan penjelasanku sebagai pertanggungjawaban ilmiah maupun intelektual-organik. Misalnya mengapa aku, yang secara profesi adalah ekonom, tapi ikut-ikut nimbrung dalam wacana keagamaan, sehingga aku terlibat dalam arus pembaharuan pemikiran Islam yang berhaluan liberal itu. Dengan nada ejekan, mereka menganjurkan aku “kembali ke khittah” di lapangan ekonomi, walaupun aku tidak pernah meninggalkan ekonomi hingga sekarang. Mengapa aku sebagai seorang yang bukan ahli agama, menulis tafsir al Qur’an, yang menimbulkan komentar sindiran dari K.H. Mustofa Bisri: “Berani-beraninya Dawam menafsirkan al Qur’an”, sebagaimana kutuliskan dalam buku Ensiklopedia al Qur’an (2002), padahal penafsir al Qur’an itu harus memenuhi syarat-syarat minimum untuk memiliki otoritas dalam penafsiran Kitab Suci yang berbahasa Arab itu. Komentar-komentar itu memang menemui kenyataannya, misalnya dalam peringatan hari ulang tahunku ke 70 bulan April, 2012 yang lalu, aku menerbitkan dua buku yang amat berbeda temanya, pertama adalah Kritik Nalar Islamisme

79

Isi Buku 2012.indd 79

8/2/12 3:48 PM


dan Kebangkitan Islam (2012) dan yang lain adalah Ekonomi Politik Pembangunan (2012). Tahun yang lalu aku menerbitkan buku Pemikiran Ekonomi Neo-Klasik dan Sosialisme Religius: Pemikiran Ekonomi Politik Sjafruddin Prawiranegara (2011) yang aku selesaikan dalam tiga minggu di bulan Ramadhan. Komentar-komentar itu mengarah kepada kesimpulan bahwa aku menulis tentang banyak bidang keilmuan, ekonomi, politik, sosial kebudayaan dan keagamaan bahkan kesusastraan, tapi bukan dalam arti yang membanggakan seperti halnya para pemikir ensiklopedis zaman Klasik dan Abad Pertengahan. Aku memang menulis tentang masalah-masalah dari berbagai bidang. Tapi aku punya pula fokus pemikiran yang nampak dalam benang merah wacanaku mengenai ekonomi politik sebagai epistemologi dan ekonomi kerakyatan sebagai bidang pemikiran, sebagaimana ditulis oleh Tarli Nugroho. Ia juga menyebut pendekatan yang aku pakai yaitu “historis strukturalâ€? yang pernah aku terapkan dalam memahami perekonomian Sumatra Utara sebagai cerminan perekonomian Indonesia. Prof. Sri Edi Swasono memasukkanku ke dalam kategori ekonom yang menganut aliran strukturalisme, seperti halnya dirinya sendiri dan Sritua Arief atau pemikirpemikir kaliber dunia semacam Paul Baran. Pada hari ini aku mendapat penghargaan di bidang ilmu-ilmu sosial. Ini artinya aku dipahami sebagai bergiat dan penggiat dalam kategori intelektualisme. Tapi sebenarnya aku juga ber­ jalan di labuh yang lain, yaitu gerakan sosial dalam kategori dinamisme melalui dan sebagai aktivis organisasi lembaga swa­ daya masyarakat. Tapi bidang ketiga yang kutekuni bahkan sejak mahasiswa sebagaimana ditulis dalam buku catatan harian Ahmad Wahib Pergolakan Pemikiran Islam (1981), adalah pendi­ dikan non-formal maupun formal. Dengan demikian maka misi

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 80

8/2/12 3:48 PM


pribadiku adalah pertama mengembangkan ilmu, khususnya ilmu-ilmu sosial, kedua mendorong perubahan dan perkembangan sosial dan ketiga adalah mencetak kader-kader muda intelektual. Kesemuanya membentuk segitiga praksis: yaitu teori, pendidikan, dan aksi sosial yang berdaur ulang dalam proses pemikiran. Keragaman bidang pemikiranku dilatarbelakangi oleh minat bacaanku di berbagai bidang, mulai dari kesusasteraan, keagamaan, filsafat, kebudayaan, ekonomi dan ilmu-ilmu sosial pada umumnya. Dari aspek akademis aku berkuliah di Faktultas Ekonomi UGM, tadinya jurusan ekonomi kenegaraan dan kemudian, karena perubahan struktur program studi, aku memilih jurusan uang dan bank atau ekonomi moneter. Sejak masa remaja aku mulai membaca karya-karya sastra Pujangga Baru, dan kemudian Angkatan ’45. Dalam tulis menulis aku memulai dengan menulis puisi-puisi remaja yang dimuat dalam Harian Nasional, Yogyakarta, dan di waktu mahasiswa menulis cerita pendek untuk mejalah Minggu Pagi. Aku juga menulis artikel-artikel kebudayaan dalam majalah popular kebanggaan Yogya waktu itu. Memasuki masa Orde Baru aku memimpin tabloid mahasiswa UGM Gelora Mahasiswa bersama-sama dengan A. Makmur Makka, Abdul Hadi WM, dan Kuntowidjojo. Ketika itu aku juga mengisi kolom mingguan tetap analisis politik pada Koran Mencu Suar. Aku juga menulis artikel-artikel untuk tabloid Mahasiswa Indonesia, Mimbar Demokrasi, terbitan Bandung dan Harian KAMI, Jakarta. Ketika itulah namaku mulai dikenal secara nasional. Aku tertarik kepada teori-teori Marxis sejak mahasiswa, ketika membeli buku-buku Marx, Lenin dan Mao Tse Tung dan terbitanterbitan “Pembaharuan�. Aku tertarik pada Marxisme karena dipancing oleh keterlibatanku dalam gerakan kemahasiswaan melawan PKI. Dari bacaanku itu aku mengenali metode

81

Isi Buku 2012.indd 81

8/2/12 3:48 PM


historis-materialisme atau materialisme-dialektika. Padahal di UGM aku belajar teori-teori ekonomi pasar-kapitalis, walaupun aku juga tertarik oleh kuliah-kuliah dosenku Suwarno Markus dan Susilo yang mengajarkan teori-teori ekonomi Marxis dan kuliah-kuliah ekonomi kenegaraan yang berkecenderungan sosialis dan paham Negara Kesejahteraan yang dikuliahkan oleh Prof. Kertonegoro dan Soetrisno PH. Tapi pada dasarnya aku mempelajari teori-teori Keynes, Hansen, dan Paul P. Samuelson dengan textbook-nya yang terkenal Economics. Dalam pembelajaranku memang terjadi tarik menarik antara teori ekonomi liberal dan marxis. Karena itu timbul pendirianku yang bebas dan kritis terhadap aliranaliran pemikiran yang bertentangan, sehingga aku merasa tanpa beban dalam melontarkan kritik, karena kritikku berlandaskan pengetahuan dan tidak didorong oleh prasangka. Berdasarkan pembacaanku mengenai berbagai bidang ilmu dan pengalaman menulis, sebagai redaktur majalah dan jurnalis, aku terbawa kecenderungan untuk berfikir melampaui ilmu ekonomi yang menjadi minat formal akademisku. Dari kecenderungan itu aku memiliki kesadaran bahwa, pertama, aku tidak berpandangan sempit, dan kedua, aku tidak menyederhanakan masalah, sehingga aku harus membahas sesuatu dari segala segi. Dari sinilah aku secara tak kusadari cenderung pada pendekatan ekonomi yang kemudian kukenal sebagai “ekonomi kelembagaan� (institutional economics) yang dikatakan oleh penggagasnya Thorstein Veblen (1857-1929), memandang gejala ekonomi sebagai masalah yang kompleks dan selalu berubah dan karena itu harus dipandang dari segala seginya dan melalui pendekatan historis. Pada pendapatku, pendekatan inilah yang sejalan dengan pendekatan ekonomipolitik (political economy), nama dari ilmu ekonomi pada masa Adam Smith, David Ricardo, Malthus, John Stuart Mills, dan

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 82

8/2/12 3:48 PM


Karl Marx, para pemikir mazhab Ekonomi Klasik itu. Atas dasar penjelasanku itu maka aku menolak kesimpulan Prof. Didin, bahwa apa yang dilihatnya sebagai eklektisisme itu, dalam kesadaranku adalah pendekatan ekonomi-politik yang institusional atau historis struktural. Konsistensiku dalam epistemologi itu nampak dari perhatianku yang konsisten terhadap gejala ekonomi kerakyatan yang dari satu segi terkesan marxis tapi di lain pihak juga nampak liberal dalam arti lebih memandang peran masyarakat atau pasar daripada negara. Sebenarnya Marx sendiri, ketika membahas leburnya negara (withering away of the state), adalah seorang yang bervisi liberal. Dalam teori modernisasi aku tertarik kepada teori-teori sosiologi ekonomi, terutama Max Weber. Aku juga menyetujui teori Werner Sombart yang melihat kapitalisme dalam pandangan netral-ideologis yaitu sebagai gejala sejarah yang objektif. Di sinilah aku merasa berbeda pandangann dengan Sri Edi Swasono dan Mubyarto, guruku sendiri di UGM, yang memandang Kapitalisme sebagai kategori ideologi. Bagiku, Kapitalisme bukan suatu ideo­ logi, melainkan suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada suatu teori mengenai perilaku ekonomi manusia yang bebas dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu, maka Kapitalisme perlu dilihat ciri-cirinya dalam konteks teori ekonomi. Sehingga jika aku berpendapat bahwa Ekonomi Islam atau Ekonomi Syari’ah yang diklaim pendukungnya sebagai bertentangan dengan Kepitalisme itu dalam realitasnya pada hakekatnya adalah sistem ekonomi atau sub-sistem Ekonomi Kapitalis, maka aku tidak bermaksud mencelanya, tetapi karena aku melihat ciri-cirinya dalam realitas adalah sistem ekonomi atau sub-sistem ekonomi kapitalis. Dari bacaanku terhadap teori Marxis, aku tertarik pada

83

Isi Buku 2012.indd 83

8/2/12 3:48 PM


pende­katan materialis. Ketertarikanku itu memang bisa menim­ bulkan salah paham. Materialime sebagai metode berfikir tidak sama dengan materalisme sebagai etika atau gaya hidup. Tapi akupun memahami pandangan Sutan Takdir Alisyahbana ketika menganjur­kan materialisme sebagai suatu nilai yang perlu dihargai dan dikembangkan dalam rangka menuju masyarakat Indonesia modern. Lontaran pendapat Takdir dalam tulisannya “Menuju Masyarakat Indonesia Baru” (1936) itupun ketika itu disalah pahami oleh para pemikir dan budayawan Indonesia modern seolah-olah Takdir menganjurkan pandangan hidup materialistis yang hanya menghargai benda-benda. Dalam menangkis krtitik terhadapnya, Takdir menjelaskan bahwa penghargaan kepada materi akan mendorong masyarakat untuk maju dengan mem­ bangun peradaban material. Jika di Barat materialisme telah menimbulkan masalah, maka hal itu adalah ekses dari sesuatu yang berlebihan, sementara persoalan masyarakat Indonesia adalah kurang penghargaan terhadap materi, sehingga tidak memiliki kehendak untuk mengubah kondisi masyarakatnya yang terbelakang dalam peradaban material itu. Sejalan dengan itu, Takdir juga menganjurkan intelektualisme dan individualisme. Dua pandangan itu juga disalahpahami dan dikritik. Intelektualisme dianjurkan oleh Takdir bukan karena ia memuja-muja akal. Masalahnya adalah bahwa masyarakat Indonesia itu kurang berfikir rasional atau “mempergunakan akal” atau lebih tepatnya nalar rasional. Karena itu ilmu pengetahuan dan teknologi kurang berkembang. Sehingga jika ilmu pengetahuan dan teknologi hendak berkembang dalam masyarakat Indonesia baru, maka intelektualisme harus dikembangkan. Demikian juga jika manusia Indonesia hendak ditingkatkan martabatnya, penghargaan pada individu harus ditingkatkan. Individualisme

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 84

8/2/12 3:48 PM


tidak sama dengan egoisme yang artinya mementingkan diri sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Sebaliknya dalam individualisme, penghargaan kepada individu bukan hanya tertuju pada diri sendiri tetapi juga pada orang lain sehingga terjadi saling penghargaan dan rasa tanggung jawab untuk mengendalikan diri. Namun yang menarik perhatianku adalah, bahwa para cende足 kiawan Indonesia tidak menerima begitu saja nilai-nilai budaya dan pemikiran Barat. Bahkan menurut pengamatan Sutan Sjahrir sebagaimana ditulis dalam surat-suratnya dari penjara dan pembuangannya dalam buku Renungan dan Perjuangan (1945), ia pernah menemui seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di negeri Belanda dan berhasil meraih gelar Meester in de Rechten (sarjana hukum), tapi ia justru menyatakan penolakannya pada nilai-nilai Barat Eropa, bahkan membencinya. Hal itu terjadi karena mahasiswa Indonesia itu punya kesadaran tentang kepribadian dalam kebudayaan bangsa sendiri yang berbeda dari budaya Eropa yang dianggap unggul sebagai bangsa penjajah. Itu artinya bahwa cendekiawan Indonesia tidak merasa rendah diri (inferiority compleks) sebagai inlander (pribumi) yang rendah martabatnya yang dalam struktur Negara Kolonial Hindia Belanda merupakan warga kelas tiga sesudah komunitas Eropa dan Timur Asing. Meskipun begitu pemuda Indonesia tetap saja belajar ilmu pengetahuan dari Eropa dan menganggap ilmu pengetahuan sebagai kunci kemajuan tanpa merasa rendah diri tetapi bersikap kritis dan punya kesadaran pribadi sebagai orang Indonesia. Sebelum berkenalan dengan sosialisme-Marxis, para cendekiawan Indonesia mengalami kesadaran nasional atas dasar kebudayaan yang diekspresikan dalam pendirian Boedi Oetomo, 1908 dan bukannya kesadaran kelas, dalam masyarakat yang berkelas. Di

85

Isi Buku 2012.indd 85

8/2/12 3:48 PM


balik kesadaran ini, para cendekiawan Indonesia yang belajar di sekolah-sekolah Eropa-Belanda, mengekspresikan kesadaran yang melampaui sejarah dan mengatasi kesadaran kelasnya. Namun kasadaran tentang harga diri menimbulkan sikap, kritis. Sjahrir sendiri tetap berpendirian bahwa orang Indonesia harus mempelajari ilmu pengetahuan dari Eropa. Tapi ia sendiri tetap bersikap kritis dalam perspektif keindonesiaannya sebagaimana tercermin dalam pandangannya mengenai sosialisme yang ia pelajari dan ikuti sebagai suatu pemikiran Eropa. Karena itu sebagai seorang sosialis, ia justru melakukan kritik terhadap sosialisme dan mengubah sosialisme menjadi humanisme. Dari situlah ia mengeluarkan pandangannya mengenai Sosialisme Kerakyatan sebagai Sosialisme Indonesia. Bahkan pandangan humanismenya berkembang menjadi pandangan demokrasi-liberal. Sikap kritis dari cendekiawan Indonesia yang berpendidikan Barat-modern itu nampak dalam perdebatan publik yang direkam oleh sastrawan budayawan Achdiyat Karta Mihardja dalam buku Polemik Kebudayaan (1948). Pandangan para cendekiawan mengenai masyarakat Indonesia baru itu memperlihatkan ketegangan atau tarik-menarik di antara pandangan idealis yang melihat kekuatan ide dan spirit dalam pembetukan, paling tidak mempengaruhi jalannya sejarah atau kondisi dunia material. Mengikuti pandangan para pemikir Indonesia itu, aku tertarik pada teori Weber tentang The Protestant Ethics and the Spirit of Capitalism (1905). Dalam buku itu, Weber yang mengikuti filsafat idealis Hegel berargumen berdasarkan pengamatan sejarah, bahwa lahirnya etika Protestantisme sebagai spirit bertanggungjawab terhadap kebangkitan Kapitalisme di Eropa. Tapi buku yang baru aku baca kemudian itu sebenarnya bertentangan dengan teori materialis Marx bahwa “bukan kesadaran yang menentukan

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 86

8/2/12 3:48 PM


keadaan, tetapi keadaanlah yang menentukan kesadaran manusiaâ€?. Aku tertarik pada kedua pandangan yang bertentangan itu, karena keduanya memakai pendekatan historis-sosiologis terhadap gejala-gejala ekonomi, walaupun menghasilkan pendapat yang berten­tangan secara diametral. Dari sini timbul pemikiran kritisku terhadap pandangan materialis sejarah yang aku minati itu, mengapa dalam kondisi kesejarahan yang sama, bisa timbul kesadaran yang berbeda dan bahkan bertentangan? Karena itu maka gagasan yang anomali adalah sangat mungkin timbulnya. Dari pengamatan itu, aku teringat pada teori Marx mengenai kaum intelektual yang mengalami transendensi dalam kesadaran dan pemikirannya. Di situ ia berbica mengenai kelas intelektual yang lahir dari lingkungan borjuasi, namun mampu berfikir melampaui kesadaran kelasnya, sehingga mampu melahirkan gagasan revolusioner. Sebenarnya teori Marx mengenai transendensi itu bertentangan dengan teori historis-materialisme yang disimpulkan oleh Fredrich Engels itu. Di satu pihak ia berpendapat bahwa kesadaran itu ditentukan oleh kondisi kesejarahan yang bersifat struktural, tetapi di lain pihak ia juga percaya kepada kekuatan ide. Dengan demikian maka suatu ide bisa bersifat memberontak dan melawan kondisi atau lingkungan strukturalnya. Karena itu ia mengatakan dua hal yang berkaitan, pertama, tentang tujuan teori Marxis yang bukan hanya sekadar untuk memahami keadaan atau menemukan kebenaran ilmiah, tetapi juga yang lebih penting, bagaimana mengubah dunia. Yang kedua adalah pandangannya bahwa diperlukan suatu teori yang revolusioner untuk bisa mengubah dunia. Dari sini, Marx sebenarnya nampak tidak konsisten. Karena sebagaimana dikatakan oleh Karl Popper bahwa pendekatan historis-materialisme itu membentuk sikap yang historis-deterministis. Sikap yang dilandasi oleh kesadaran

87

Isi Buku 2012.indd 87

8/2/12 3:48 PM


materialistis itu justru memberi gambaran mengenai ketidakberdayaan manusia. Tapi di lain pihak Marx justru percaya kepada kekuatan ide yang revolusioner yang mampu mengubah kondisi dan jalannya sejarah. Dari pengamatan itu aku menjadi paham dengan teori Gramci, seorang Marxis, pendiri Partai Komunis Itali yang berkembang menjadi Partai Komunis Eropa di luar Uni Soviet dan Eropa Timur, bahwa manusia, dalam hal ini kaum cendekiawan, memiliki peranan penting dalam perubahan soaial melawan hegemoni, karena kekuatan idenya. Pemikiran ini kurasakan sejalan dengan pemikiran Marx sendiri, tentang peranan kaum cendekiawan yang mengalami transendensi atau mampu mentransendensikan pemikirannya, sehingga bisa memiliki pandangan dan sikap yang melampaui kesadaran kelasnya. Aku menemukan pengertian itu dalam istilah “ulil albab” yang tercantum dalam al Qur’an, surat Ali Imran: 191 yang pengertian filologisnya adalah “manusia yang memiliki otak yang berlapis-lapis” tapi pengertian metaforisnya adalah manusia yang memiliki pemikiran yang transenden. Dalam pengertian itulah aku memahami teori pencerahan Emmanuel Kant. Dalam kaitan itu, manusia yang mengalami pencerahan adalah mereka yang mampu membebaskan diri dari dominasi dari luar dirinya dan ketergantungan, sehingga ia bisa berfikir secara bebas. Pemikiran bebas itulah yang memungkinkan kaum intelektual untuk mengalami transendensi, yaitu mencari nilai-nilai yang lebih luhur, mengatasi kepentingan kelasnya. Dalam pengertian Kuntowidjojo berdasarkan penafsirannya terhadap ayat al Qur’an surat al-Baqarah: 110, pencerahan adalah pemikiran yang mengarah kepada proses humanisasi (amar ma’ruf), liberasi atau pembebasan (nahi munkar) dan kemudian mencapai transendensi yang berpuncak kepada nilai tauhid

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 88

8/2/12 3:48 PM


(tu’minuna billah). Aku memahami makna kebebasan dan teori liberalisme dalam pengertian seperti itu. Karena itu aku berani menyatakan diriku bahwa aku adalah seorang pemikir liberal bukan dalam arti pejoratif sebagai “paham bebas sebebas-bebasnya tanpa batas” atau paham yang tidak didasarkan pada nilai-nilai moral dan etika atau ajaran agama itu. Bebas (freedom) dalam hal ini sesuai dengan pengertian Amartya Sen, yaitu kebebasan sebagai kemampuan (capability) untuk memilih jalan kebaikan, dari jalan humanisasi, liberasi menuju kepada transendensi. Kebebasan itu menurut hematku hanya bisa dimiliki oleh mereka yang memiliki rasa percaya diri yang percaya kepada kemampuan manusia dan idenya untuk menciptakan dunia yang lebih baik. yang dalam istilah Bung Karno, “berkepribadian dalam kebudayaan”. Dalam trilogi Trisakti Bung Karno, berkepribadian dalam kebudayaan adalah landasan spiritual untuk bisa mencapai kedaulatan dalam politik dan berdikari dalam bidang ekonomi. Bung Karno, sebagaimana juga Bung Hatta, adalah seorang pemikir matarialis dalam pengertian Madilog-nya Tan Malaka. Hal itu dapat dibaca dalam pamflet Bung Hatta “Menuju Indonesia Merdeka” (1928) dan Pamflet Bung Karno “Mencapai Indonesia Merdeka” (1936). Tapi pemikiran materialis itu juga aku jumpai dalam Tafsir Azas Partai Masyumi. Dari Tafsir Azas itu aku melihat perbedaan antara ideologi Masyumi dengan ideologi gerakan politik Ikhwanul Muslimin Mesir. Pembedaan itu terletak dari pendekatan pemikiran, di mana Ikhwanul Muslimin mengikuti pandangan idealis, sedangkan Masyumi mengikuti pendekatan materialis, menurut pengertian Tan Malaka. Tan Malaka sendiri yang menulis pamflet “Mencapai Republik Indonesia Merdeka” (1924) yang menjadi aktifis gerakan Komunis

89

Isi Buku 2012.indd 89

8/2/12 3:48 PM


Internasional (Komintern) yang berkiblat ke Uni Soviet itu, adalah seorang Marxis yang berani menyimpang dari pandangan umum Komunisme. Ini nampak pada pembelotannya terhadap Pemberontakan PKI 1928 yang memang telah menghancurkan PKI sendiri sebagai gerakan nasional menantang penjajahan itu. Tan Malaka juga dianggap menyimpang dari doktrin Komunisme karena pandangannya yang positif terhadap Islam. Ia berpandangan bahwa Islam itu juga mengandung suatu pandangan materialis, karena tidak berfikir mistis sebagaimana Hindu dan budaya Jawa, dan spiritualis sebagaimana Kristen. Barangkali kesimpulannya itu timbul ketika melihat teologi sosial Muhammadiyah dan gerakan Sjarikat Islam yang ia pernah menjadi anggotanya. Kedua organisasi sosial-keagamaan itu memang peduli terhadap perubahan sosial. Keduanya memang juga bertujuan untuk mencapai kepuasan rohani, tetapi kepuasan rohani itu dicapai melalui amal saleh dalam mengubah keadaan dan kondisi material. Memang teori sosial yang diprakarsai oleh K.H. Ahmad Dahlan itu tidak berkembang. Tapi kemudian, pemikiran pendiri Muhammadiyah itu lahir kembali dalam gagasan “Islam Transformatif’ yang digerakkan oleh Muslim Abdurrahman. Gagasan Islam transformatif itu memang merupakan pandangan materialis dalam ajaran Islam yang peduli terhadap kemiskinan. Kombinasi antara pendekatan materialis Marxis dan pende­ katan idealis Hegelian-Weberian itu aku pakai dalam kegiatanku di lapangan pemikiran dan aksi sosial. Pendekatan material aku pakai untuk memahami suatu ide, kepercayaan, hukum, teori atau politik, sebagai wujud pemahaman dan analisis kontekstual guna menemukan gagasan-gagaran yang kreatif, inovatif dalam bahasa kapitalis-liberal atau revolusioner dalam bahasa marxis. Pendekatan inilah yang merupakan benang merah dalam kajianku

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 90

8/2/12 3:48 PM


mengenai sejarah pemikiran yang menjadi fokus perhatianku juga. Sebaliknya pendekatan idealis aku pakai sebagai kekuatan untuk melakukan perubahan-perubahan sosial yang mengandalkan perubahan-perubahan dari dalam masyarakat atau aspirasi individu yang sering disebut sebagai motivasi itu. Mungkin Prof. Didin S. Damanhuri menarik kesimpulan tentang gejala eklektisisme dari kecenderunganku mempergunakan dua atau lebih metode yang berbeda atau bertentangan. Argumenku itu juga merupakan jawabanku terhadap penilaian Dr. Saiful Mujani mengenai pendekatan gandaku yang mengambil teori Marxis sebagai alat kritik, dan modernisasi sebagai solusi terhadap masalah-masalah pengembangan masyarakat. Akhir-akhir ini aku tertarik pada gejala Musim Semi Arab atau Arab Spring, khususnya mengenai proses demokratisasi di negara-negara Muslim. Mempelajari gerakan Musim Semi Arab aku lakukan untuk mencari jawaban mengenai hubungan antara Islamisme dan Salafisme dengan gagasan demokrasi liberal dan kebangsaan. Perhatian itu rasanya perlu pula dilakukan oleh gerakan Islam Indonesia, terutama yang memiliki aspirasi Islamisme dan Salafisme di Indonesia. Tapi sebaliknya aku berpendapat bahwa Dunia Islam dan gerakan Islam Indonesia perlu pula belajar dari sejarah pemikiran Indonesia, khususnya hubungan Islam dan demokrasi-liberal dan paham kebangsaan. Aku sebenarnya berharap bahwa dari daerah pinggiran Dunia Islam terbit suatu “matahari Islam� dari Indonesia yang bisa menerangi Dunia Islam yang sedang mengalami krisis peradaban itu dengan suatu pencerahan yang bersumber dari suatu pemikiran bebas. Dari perhatian itu, aku menemukan suatu ide untuk mempelajari “nalar Nusantara� dengan mengkaji gagasangagasan yang dilahirkan oleh para pemikir Indonesia modern

91

Isi Buku 2012.indd 91

8/2/12 3:48 PM


sejak Kartini, yang memuncak pada pemikiran tokoh-tokoh di sekitar masa Proklamasi Kemerdekaan 1945, yaitu pemikiran Tan Malaka, Sukarno, Hatta, Soepomo dan Sjahrir. Namun pandangan mereka tidak bisa dilepaskan dari wacana sebelumnya dalam periode Polemik Kebudayaan, khususnya pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana, Natsir, Soetomo dan Ki Hajar Dewantoro. Pemikiran itu, mengikuti Romo Muji Sutrisno, merupakan substansi dari apa yang disebutnya “Filsafat Nusantara”. Ciri dari filsafat Nusantara adalah ketegangan yang timbul dari dialog kebudayaan antara berbagai peradaban yang disebut dalam buku The Clash of Civilization. Di situ aku melihat jejak pemikiran Indonesia dalam menanggapi benturan peradaban. Apabila jejak pemikiran itu bisa dihimpun dan dianalisis, maka aku memiliki perkiraan akan bisa lahirnya suatu teori atau ilmuilmu sosial Nusantara yang berbeda dengan ilmu-ilmu sosial Eropa. Imu-ilmu sosial itu kuperkirakan akan bermanfaat untuk dipelajari di lingkungan dunia yang sedang berkembang, sehingga ilmu-ilmu sosial Nusantara itu bisa menjadi benih atau embrio bagi perkembangan ilmu-ilmu sosial Dunia Ketiga termasuk Dunia Islam. Dari kajianku mengenai sejarah pemikiran Indonesia, aku melihat pergumulan yang disebut oleh Sutan Takdir Alisjahbana sebagai “Perjuangan Kebudayaan”, atau “ijtihad” dalam nalar Islam. Dari pergumulan, perjuangan atau ijtihad itu, aku melihat bahwa gagasan-gagasan Barat telah mengalami metamorfose yang melahirkan suatu gagasan baru yang mungkin disebut sintesis atau eklektika dari berbagai gagasan yang berbeda atau bertentangan menjadi suatu gagasan baru yang solutif yang historis-spesifik. Kesempatan di bulan puasa ini aku rencanakan sebagai peluang melakukan meditasi-rasional dalam mempelajari Filsafat

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 92

8/2/12 3:48 PM


Nusantara. Aku berharap aku bisa melaksanakan kewajiban “zakat pemikiran� kepada generasi muda “yang nilainya lebih baik dari seribu bulan� yang lahir dari malam-malam lailatul qadar, sebagaimana dijanjikan oleh Tuhan bagi mereka yang menjalankan puasa berdasarkan iman dan perhitungan. Dalam karierku sendiri, aku tidak hanya menempatkan diriku sebagai pemikir dalam ruang lingkup intelektualisme semata, tetapi aku juga peduli terhadap persoalan-persoalan masyarakat. Karena itu aku memiliki pendekatan historis-struktural untuk menemukan ide-ide yang mampu mempengaruhi perubahan sosial. Karena itulah aku juga aktif dalam dinamisme dengan melibatkan diri dalam aksi-aksi sosial. Sebagai orang yang mendapat pelajaran dari Marxisme, aku peduli terhadap masalah-masalah eksploitasi dan penindasan.

Jakarta, 31 Juli 2012

93

Isi Buku 2012.indd 93

8/2/12 3:48 PM


PARADIGMA MEMBANGUN YANG BERKELANJUTAN Wiratman Wangsadinata

T

ANTANGAN besar yang sedang kita hadapi bersama di seluruh dunia saat ini dan segera harus ditangani umat manusia adalah: perubahan iklim, penurunan sumber daya, pencemaran lingkungan dan peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak. Keempat proses ini sedang mengalami percepatan yang semakin besar dan semuanya berhubungan erat dengan industri konstruksi. Kebutuhan bahan bakar minyak di dunia terus meningkat tajam, sedangkan produksinya secara global menurun, sehingga bahan bakar minyak menjadi komoditas yang semakin langka dengan harga yang semakin tinggi. Industri konstruksi sangat bergantung pada bahan bakar minyak, sejak dari produksi bahan-bahan bangunannya, pengangkutannya, sampai pada pengoperasian mesin dan alat pembangunannya dan pembongkaran kembali bangunan-bangunan yang sudah lewat masa gunanya. Di seluruh dunia kebutuhan minyak untuk bidang konstruksi saat ini pada umumnya dipenuhi dengan bahan bakar fosil, yang menimbulkan emisi karbon lebih dari 50% dari emisi karbon total penyebab perubahan iklim. Selanjutnya, lingkungan terbangun menghasilkan pencemaran udara, air dan tanah secara signifikan dan ribuan ton sampah dan limbah padat menumpuk

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 94

8/2/12 3:48 PM


di tempat pembuangan akhir. Ini merupakan keadaan yang jelas harus diubah! Dengan menurunnya produksi bahan bakar fosil dan perubahan iklim yang mengancam kehidupan kita, pengurangan konsumsi energi merupakan strategi yang sangat penting untuk mempertahankan kelanjutan kehidupan kita di Planet Bumi ini. Memilih membangun secara hijau atau secara berkelanjutan (sustainable) merupakan suatu keharusan, karena menghemat energi. Untuk itu kita harus mulai memilih material dan komponen bangunan yang pembuatannya hanya memerlukan energi yang rendah tanpa banyak mengeluarkan emisi karbon (material ramah lingkungan). Cara desain bangunan yang ramah lingkungan akan mengurangi lebih lanjut pemakaian energi dengan meminimalkan masukan energi untuk penerangan dan pengkondisian udara serta dengan pemakaian perlengkapan bangunan yang hemat energi. Metoda membangun proyek secara umum yang ramah lingkungan juga akan mengurangi pemakaian energi dan mengurangi emisi karbon. Selanjutnya, mendayagunakan sebanyak-banyaknya sumber daya lokal, yaitu material lokal, teknologi yang tersedia lokal dan tenaga kerja lokal, akan menghemat pemakaian bahan bakar untuk transportasi dan operasi, sekaligus mengurangi emisi karbon. Membangun secara hijau atau ramah lingkungan ini pada dasarnya bertujuan mencapai hal-hal sebagai berikut : • efisiensi energi; • efisiensi air; • minimalisasi limbah (baik saat konstruksi maupun saat pengoperasian); • penggunaan sumber daya lokal dan material yang ramah lingkungan; • kualitas yang tinggi dari lingkungan kerja (keamanan,

95

Isi Buku 2012.indd 95

8/2/12 3:48 PM


kenyamanan, kesehatan); • keberlanjutan dalam pembangunan dan pengoperasian. Mengikuti perkembangan di luar negeri, terutama di negaranegara yang lebih maju, Indonesia sudah mulai memperhatikan dan mengutamakan cara-cara membangun berkelanjutan. Payung hukumnya sudah ada, yaitu UU No.6 tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi PBB Mengenai Perubahan Iklim dan UU No.17 tahun 2004 tentang Pengesahan Protokol Kyoto atas Konvensi PBB Mengenai Perubahan Iklim. Pada tahun 2008 telah terbentuk Green Building Council Indonesia yang saat ini menjadi Emerging Member dari World Green Building Council. Institusi ini yang kegiatannya bersifat sukarela (voluntary) ini merupakan lembaga independen yang aktif mempromosikan pembangunan secara berkelanjutan, khususnya di sektor bangunan gedung, dengan memberi sertifikat green untuk bangunan yang dinilainya. Di DKI Jakarta sudah terbit Peraturan Gubernur No.38 tahun 2012 tentang Bangunan Gedung Hijau. Peraturan Gubernur ini menjadi mandatori mulai April 2013. Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO) saat ini sangat aktif menyebarluaskan paradigma membangun secara hijau melalui Komite Green Building. Walaupun payung hukumnya sudah ada dan usaha-usaha mengedepankan cara-cara membangun secara berkelanjutan sudah banyak dilakukan, namun hasil karya nyata yang memenuhi kriteria dibangun secara berkelanjutan di Indonesia masih sangat sedikit. Kebanyakan proyek masih dalam status rencana atau persiapan untuk dibangun secara hijau atau belum secara resmi dinyatakan sebagai bangunan hijau. Wiratman & Associates yang saya pimpin sudah sejak lama selalu berusaha menghasilkan rancangan-rancangan yang bersifat hijau, jauh sebelum isyu perubahan iklim dan pemanasan global

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 96

8/2/12 3:48 PM


mencuat di masyarakat luas. Beberapa contoh saya sampaikan berikut ini. Contoh pertama adalah Niaga Tower I di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, gedung 28 tingkat dengan 4 lapis besmen, yang selesai dibangun tahun 1992. Gedung ini dirancang arsitekturnya oleh Kohn Pedersen Fox dari New York City bersama Wiratman & Associates, sedangkan perencanaan strukturnya ditangani oleh Wiratman & Associates. Penampilan gedung secara keseluruhan bernuansa tropis yang mendapat pujian dalam berbagai ulasan dalam majalah-majalah arsitektur di dalam dan di luar negeri. Kulit bangunan bersirip-sirip, sehingga panas matahari tidak secara langsung masuk ke dalam ruang dalam yang menyebabkan pemakaian energi untuk pengkondisian udara yang minimal. Setelah seluruh perangkat mekanikal dan elektrikal belum lama ini di-retrofit, maka gedung ini benar-benar menjadi gedung hemat energi dan pada bulan Mei 2011 telah dinyatakan sebagai Green Building oleh Building and Construction Authority (BCA) Singapore dan meraih Green Mark Certificate dengan kategori Gold. Contoh kedua adalah Wisma Dharmala (Intiland) di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, gedung 20 tingkat dengan 1 lapis besmen yang selesai dibangun tahun 1989. Arsitekturnya dirancang oleh Paul Rudolph dari New York City dengan strukturnya direncanakan oleh Wiratman & Associates. Bentuk gedung ini sungguh unik dengan dinding-dinding tepi (parapet) miring sekeliling gedung yang di setiap tingkat menyisakan bidang luar antar-tingkat yang sempit yang membatasi panas matahari memasuki ruang dalam. Hal ini membuat gedung ini menjadi hemat energi untuk pengkondisian udara. Yang menonjol dan dominan dari gedung ini adalah strukturnya. Dinding-dinding

97

Isi Buku 2012.indd 97

8/2/12 3:48 PM


tepi (parapet) miring sekeliling gedung di setiap tingkat yang merupakan unsur arsitektural tidak disia-siakan dan dimanfaatkan menjadi struktur pengikat melingkari gedung yang meningkatkan ketahanan gedung terhadap gempa. Kolom-kolom kembar berhasil direncanakan dengan tepat berkat ditemukannya teori baru oleh penulis yang ia sebut theory of shear balancing sewaktu dalam proses perhitungannya. Seluruh struktur gedung ini yang sangat efektif dan efisien terbuat dari beton, yang bahan dasarnya sepenuhnya diproduksi lokal, sehingga energi yang diperlukan untuk mendatangkan dan mewujudkannya, serta emisi karbon yang menyertainya menjadi minimal. Pemakaian material yang ramah lingkungan dalam jumlah yang sangat efektif dan efisien, serta dengan kebutuhan energi untuk pengoperasiannya yang rendah, menjadikan gedung ini dapat digolongkan dalam kategori Green Building. Bentuk arsitekturnya yang sangat dinamis dengan solusi strukturnya yang inovatif, telah menjadi topik pembahasan dalam berbagai forum dan media profesional di dalam maupun di luar negeri. Contoh ketiga adalah Bendungan Keuliling di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang selesai dibangun tahun 2008. Sebagai perencana, Wiratman & Associates menghadapi 3 masalah yang harus dipecahkan, yaitu : kegempaan yang sangat tinggi di lokasi proyek, tanah bawah yang lolos air dan material setempat untuk pembuatan tubuh bendungan yang kurang baik. Ketiga masalah ini dipecahkan secara inovatif yang belum pernah diterapkan sebelumnya di Indonesia. Masalah kelolosan air dari tanah bawah diatasi dengan membuat dinding kedap air (cut-off wall) setebal 80 cm dari campuran semen, pasir dan bentonite (lempung) sepanjang 800 m as bendungan dan sedalam 20 m. Solusi ini jauh lebih murah dari pada mengganti tanah bawah

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 98

8/2/12 3:48 PM


dengan tanah yang lebih baik, karena untuk itu ratusan ribu kubik tanah harus digali dan dibuang, lalu diganti dengan tanah yang baik dengan jumlah yang sama yang harus didatangkan dari tempat yang jauh. Masalah kegempaan yang tinggi dan material bendungan yang kurang baik (kuat geser yang rendah) sekaligus dipecahkan dengan membuat geometri bendungan yang tidak seperti biasanya, yaitu dengan memberi kemiringan lereng tepi yang sangat landai. Solusi ini jauh lebih murah dari pada membuat bendungan dengan geometri yang standar dengan material bendungan yang baik yang harus didatangkan dari tempat yang jauh. Sekarang waduknya sudah menampung 17 juta kubik air dengan luas genangan 228 Ha dan mengairi sawah sekitar 5000 Ha di daerah irigasi Keuliling Hulu, Keuliling Hilir dan Keuliling Krueng. Proyek ini dinilai sebagai proyek yang berkelanjutan (sustainable project), karena tujuannya adalah mengkonservasi sumber daya air yang disertai dengan penghijauan, merubah lahan yang tidak produktif menjadi produktif, tidak memerlukan pemindahan penduduk dan yang terpenting pembangunannya menggunakan material lokal, sehingga jarak angkut material bendungan adalah pendek dan karenanya telah menghemat energi yang signifikan disertai dengan emisi karbon yang rendah. Proyek ini telah meraih sekaligus 3 penghargaan, yaitu: Penghargaan Karya Konstruksi Indonesia 2008 dari Menteri Pekerjaan Umum, PII Engineering Award 2010 Adhikara Rekayasa dari Persatuan Insinyur Indonesia, dan ASEAN Outstanding Engineering Achievement Award 2012 dari ASEAN Federation of Engineering Organizations. Rasanya tidak lengkap kalau dalam kesempatan ini saya tidak menyinggung mengenai Proyek Jembatan Selat Sunda. Pada tahun 2009 Wiratman & Associates telah menyelesaikan pra-desain (preliminary design) dari Jembatan Selat Sunda yang membentang

99

Isi Buku 2012.indd 99

8/2/12 3:48 PM


sepanjang 29 km dari Anyer sampai ke Bakauheuni dengan menyinggung Pulau Sangiang. Dengan pra-desain ini untuk pertama kali dibuktikan, bahwa membuat jembatan menyeberangi Selat Sunda secara teknis adalah mungkin. Sebelumnya banyak pendapat yang meragukan hal itu, karena adanya palung-palung yang dalam dan lebar serta kekhawatiran akan dampak yang buruk bila Gunung Anak Krakatau meletus lagi seperti pada tahun 1883. Dalam pra-desain tersebut Wiratman & Associates telah mengkaji semua pengaruh alam yang dapat menimpa jembatan, seperti gempa bumi, angin kencang, letusan gunung berapi dan arus gelombang deras (tsunami), dan itu semua ditunjukkan secara teknis dapat diatasi dengan baik. Dalam memilih sistem jembatan, Wiratman & Associates berpegang pada azas membangun berkelanjutan. Dari seluruh 5 seksi jembatan, 3 seksi berada di perairan dangkal dan untuk itu dengan sengaja dipilih sistem jembatan beton. Alasannya jelas, yaitu agar material untuk mewujudkannya tersedia lokal, dan karena teknologi yang diperlukan tidak terlalu tinggi akan langsung menyerap tenaga kerja (buruh dan tenaga ahli) lokal dalam jumlah yang sangat besar. Dengan demikian, dampak ekonomi dari pembangunan jembatan sudah dirasakan sejak awal pembangunan. Untuk 2 buah seksi lainnya tidak bisa tidak harus dipilih sistem jembatan gantung ultra panjang dari baja, karena berada di perairan dalam dan harus melangkahi palung yang lebar dan dalam. Hanya pada ke dua seksi inilah akan diperlukan tenaga ahli asing yang sudah berpengalaman dalam pembangunan jembatan sejenis sebelumnya. Tahapan proyek selanjutnya adalah membuat Studi Kelayakan dan Basic Design (Rancangan Dasar) yang pada saat tulisan ini dibuat, belum dimulai. Studi Kelayakan dan Basic Design adalah untuk menghasilkan dokumen tender investasi, untuk menentukan

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 100

8/2/12 3:48 PM


siapa yang akan menjadi Badan Usaha Kawasan Strategis Infrastruktur Selat Sunda (BUKSISS). Membangun Jembatan Selat Sunda merupakan mimpi dan visi besar bangsa Indonesia, khususnya dari saya pribadi yang telah menekuni dan mendalami masalah penyeberangan Selat Sunda dengan jembatan selama lebih dari 20 tahun. Karena itu, Studi Kelayakan dan Basic Design harus dijaga jangan sampai jatuh ke tangan Konsultan Asing yang ditunjuk oleh Investor Asing, sebab kekuatan modal asing akan berpengaruh terhadap arah dari Studi Kelayakan dan Basic Design tersebut, sesuai dengan hukum dagang universal. Studi Kelayakan dan basic design harus berada di bawah pengorganisasian, pengendalian dan pengelolaan tenaga-tenaga ahli nasional. Kalau pun ada konsultan dan tenaga ahli asing yang harus dilibatkan, mereka harus berada dalam kendali dari tenaga ahli nasional. Hanya dengan begitu Jembatan Selat Sunda akan mewujudkan diri sebagai Karya Anak Bangsa yang menjadi kebanggaan dari seluruh Bangsa Indonesia. Jakarta, 30 Juli 2012

101

Isi Buku 2012.indd 101

8/2/12 3:48 PM


REFLEKSI MENGHADAPI KELAMBANAN INTELEKTUAL DAN KERANCUAN KELAMIN Sultana MH Faradz

S

EJAK beberapa dasawarsa terakhir, pengetahuan ilmiah kita mengenai “Retardasi Mental� telah mengalami perkembangan yang sangat bagus. Bahkan istilah retardasi mental yang dulu sering digunakan, sekarang telah digantikan dengan istilah yang lebih sopan dan tidak melecehkan yaitu intellectual disability atau anak-anak dengan kebutuhan khusus. Penelitian saya di bidang genetika penyebab retardasi mental dimulai di Semarang pada 1994 dengan skrining secara seluler (kromosom) dan molekuler (DNA) pada anak-anak tuna grahita atau anak-anak dengan kebutuhan khusus di SLB Semarang dan sekitarnya. Pada skrining secara seluler didapatkan beberapa kelainan kromosomal pada anak tuna grahita. Kelainan yang paling banyak adalah sindrom Down (dahulu namanya Mongoloid). Secara garis besar gejala klinis penderita ini dengan mudah bisa dilihat yaitu wajah yang khas dengan mata sipit yang membujur keatas, jarak kedua mata yang berjauhan dengan jembatan hidung yang rata, hidung yang kecil, mulut kecil dengan lidah yang besar sehingga cenderung dijulurkan dan telinga letak rendah. Tangan

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 102

8/2/12 3:48 PM


dengan telapak yang pendek dan biasanya mempunyai rajah telapak tangan yang melintang lurus (horisontal/ tidak membentuk huruf M), jari pendek-pendek, biasanya jari ke-5 sangat pendek hanya mempunyai 2 ruas dan cenderung melengkung. Tubuh pendek dan cenderung gemuk. Gejala yang biasanya merupakan keluhan utama dari orang tua adalah retardasi mental, biasanya IQ antara 50-70 walaupun kadang-kadang IQ bisa sampai 80 terutama pada kasus-kasus yang diberi latihan. Penyakit ini biasanya bukan karena pewarisan dari orang tua, tetapi karena gangguan pembelahan sel telur. Penderita sindrom Down mempunyai jumlah kromosom 47 (jumlah normal kromosom adalah 46) dengan penambahan 1 kromosom pada kromosom 21 sehingga kromosom 21 jumlahnya menjadi 3 yang dikenal dengan nama trisomi. Kromosom anak berasal dari bapak dan ibunya masing-masing separuh dari jumlah kromosom seluruhnya. Pada penderita ini diduga mendapat jumlah kromosom 23 dari bapak dan 24 dari ibu hal ini disebabkan karena adanya pembelahan sel telur ibu yang tidak sempurna. Sindroma Down banyak dilahirkan oleh ibu umur tua, ibu-ibu di atas umur 35 tahun harus waspada akan kemungkinan ini karena sel telur wanita telah dibuat pada saat wanita tersebut masih dalam kandungan yang akan dimatangkan satu-persatu setiap bulan pada saat wanita tersebut akil balik. Pada saat wanita menjadi tua kondisi sel telur tersebut kadang-kadang menjadi kurang baik dan mengalami gangguan dalam pembelahan sel. Penyebab timbulnya kelebihan kromosom 21 bisa juga karena pewarisan dari ibu atau bapak yang mempunyai dua kromosom 21 tetapi terletak tidak pada tempat yang sebenarnya, misalnya salah satu kromosom 21 ter足sebut menempel pada kromosom lain sehingga pada waktu pembelahan sel kromosom 21 tersebut tidak membelah atau

103

Isi Buku 2012.indd 103

8/2/12 3:48 PM


tetap bergandengan dengan kromosom lain. Bapak atau ibu yang mempunyai kromosom seperti ini secara klinis akan selalu normal tetapi 50% dari puteranya atau bahkan 100% akan memderita sindroma Down tergantung bentuk kelainan penempelan (translokasi) dari kromosom tersebut. Jumlah penderita sindroma Down bentuk ini hanya 4% dari semua kasus sindroma Down dan biasanya tidak berhubungan dengan usia ibu. Selanjutnya penelitian ini berkembang lebih luas menjadi skrining nasional pada gen FMR-1 penyebab sindrom Fragile X yang juga merupakan skrining pertama kali pada penyakit ini di Asia Tenggara. Umumnya sindrom Fragile X diderita oleh laki-laki karena diwariskan oleh ibu, namun demikian perempuan dapat juga menjadi penderita walaupun dengan gejala klinis yang lebih ringan. Gejala klinis penderita laki-laki selain retardasi mental juga menunjukkan wajah yang khas panjang dengan jidat dan dagu yang memanjang, telinga besar bergantung, testis membesar pada saat pubertas dan gejala neurologik gerakan stereotipik (diulangulang) seperti pada autisme. Pada wanita yang karier/pembawa gen mutasi walaupun mempunyai IQ yang normal sering mengalami gang­guan psikologik dan menopause dini. Informasi tentang penemuan pertama kasus retardasi mental menurun sindrom Fragile X di Indonesia, telah saya sampaikan di acara workshop Retardasi Mental di Canada pada tahun 1998, dan diterbitkan oleh American Journal Medical Genetics, vol 83 No. 4, April 1999, dengan judul “Molecular screening for fragile-X syndrome among Indonesian children with developmental disability.â€? Publikasi ini telah mendapatkan award dari Scientific Article Writing Program URGE Project 1999/2000, Direktorat Jendral Pendi­dikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Indonesia.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 104

8/2/12 3:48 PM


Penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan studi populasi gen penyebab retardasi mental Fragile X dengan mengidentifikasi 3 marker lainnya pada populasi laki-laki normal 10 suku bangsa di Indonesia dari bagian barat, tengah dan timur. Hasil penelitian ini telah dipublikasi pada Annal of Human Genetics tahun 2000 dan 2001, dan telah menarik perhatian para ahli antropologi dunia. Saya pun diundang untuk menyampaikan presentasi hasil penelitian tersebut pada Annual Meetings of American Association of Physical Anthropologist, di Kansas City, USA, March 28-31, 2001 dalam Symposium “Understanding the Populational History of South Asia and Oceania. How informative are genetic studies on the contemporary indigenous populations?” Presentasi itu berjudul “Genetic diversity at the FMR1 locus in 10 ethnic groups of Indonesia”. Studi ini merupakan studi yang berkesinambungan sampai sekarang, yang berkembang tidak hanya terbatas pada Sindrom Fragile X tetapi meluas pada penyebab genetika lainnya, seperti subtelomeric deletion (hilangnya bagian kecil dari ujung kromosom) pada retardasi mental, dan juga mengidentifikasi sindrom-sindrom penyebab retardasi mental lainnya dengan analisis mutasi gen. Perkembangan yang nyata dari sejak awal dilakukan penelitian dalam bidang retardasi mental dan Sindrom fragile X ini yaitu pelaksanaan training untuk para peneliti dan menjadi pusat diagnosis penyebab retardasi mental menurun di Indonesia. Aki­batnya, laboratorium Sitogenetika kami sudah berhasil ter­ akreditasi international sejak 2007 melalui Australasian Society of Cytogenetics, Human Genetics Society of Australasia dan menjadi laboratorium rujukan pemeriksaan kromosom. Laboratorium Molekuler di CEBIOR juga secara bertahap ber­kembang menjadi pusat riset bio-molekuler di Jawa Tengah, sehingga saya dan

105

Isi Buku 2012.indd 105

8/2/12 3:48 PM


kawan-kawan mendapat penghargaan Walikota pada 2008 dan Australian Alumni Award dalam research and innovation dari Australian Embassy pada 2009. Sekarang ini perkembangan riset Sindroma Fragile X sudah sangat luas dan melibatkan anggota keluarga yang karier/pembawa sifat mutasi gen, karena besarnya risiko munculnya gangguan syaraf fragile X tremor ataxia syndrome (FXTAS) dan gangguangangguan sistim syaraf lainnya. Penelitian ini juga telah membantu menyelesaikan keresahan masyarakat di kecamatan Semin Gunung Kidul yang banyak men足 derita retardasi mental. Ternyata banyaknya penderita retardasi mental yang secara mitos diduga merupakan kutukan Tuhan, disebabkan oleh penyakit genetik menurun sindrom Fragile X. Penemuan ini telah dipublikasi International Mental Retardation Workshop di Itali pada tahun 2001, dan International Fragile X Conference di Chicago pada tahun 2002, dan juga dibeberapa media masa nasional. Penelitian ini jelas merupakan jawaban/ klarifikasi dari rumor yang muncul sebelumnya. Publikasi dari penelitian ini dan kerjasama dengan MIND Institute University of California, Davis (Prof. Randi Hagerman) telah memfasilitasi menjadi Faculty member untuk diundang berbicara mewakili Indonesia pada setiap acara International Fragile X Mental Retardation Conference (setiap 2 tahun sekali) di Amerika. Atas ijin dan dukungan Direktur RSUP dr. Kariadi pada 2002 telah didirikan Klinik Genetika di RS tersebut dengan kerja sama dengan Radboud University Nijmegen Medical Centre Belanda. Bidang Autisme sebagai perluasan dari penelitian retardasi mental telah dimulai sejak tahun 2008, pada mulanya oleh karena Sindrom fragile X merupakan penyebab utama mutasi gen tunggal autisme. Dari studi penyebab genetika autisme penelitian ini

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 106

8/2/12 3:48 PM


kemudian berkembang ke masalah klinis. Dengan bertambahnya animo masyarakat, maka sejak tahun 2010 didirikan pusat riset autisme di Fakultas Kedokteran Undip dibawah CEBIOR dengan nama Center for Developmental Disorders and Autism (CEDIA).

Klinik genetika terpadu untuk Kerancuan Kelamin Penelitian kerancuan alat kelamin (biasa disebut secara awam sebagai kelamin ganda) telah dimulai sejak tahun 1991 dengan adanya Kelompok Studi/Tim Penyesuain Kelamin yang merupakan kerja sama antara RSUP dr. Kariadi dan Fakultas Kedokteran Undip. Tim komprehensif multidisiplin ini menjadi pusat rujukan dari seluruh Indonesia. Semua penderita DSD akan ditangani mulai dari pemeriksaan laboratorium untuk penegakan diagnosis klinis, maupun terapi pembedahan dan farmakologis. Tim ini terdiri dari ahli-ahli dari berbagai disiplin ilmu yaitu dokter anak, dokter ahli hormon (endokrin) anak dan dewasa (spesialis penyakit dalam), dokter bedah urologi, dokter bedah plastik, dokter spesialis kandungan (obsgin), psikiater, psikolog dll yang sejak tahun 2004 bekerja sama dengan ahli-ahli dari Erasmus Medical Center. Dengan keberadaan team ini maka bidang riset DSD menjadi unggulan selain riset retardasi mental. Riset ini berkembang sangat pesat karena kelainan genetika dalam DSD bisa membantu dalam menentukan diagnosis dan pemberian pengobatan yang biasanya diberikan seumur hidup. Jumlah penderita DSD yang memeriksakan kromosom dan berkonsultasi di klinik genetika RSUP dr. Kariadi meningkat sangat tajam, belakangan ini paling tidak 1 kasus perminggu, selama dekade terakhir ini sudah tercatat lebih kurang 600 kasus yang membutuhkan pengobatan secara terus menerus sepanjang hidupnya. Mayoritas pasien datang dari keluarga tidak mampu

107

Isi Buku 2012.indd 107

8/2/12 3:48 PM


sehingga tidak sedikit yang dilayani secara gratis, walaupun terdapat jamkesmas (asuransi bagi keluarga kurang mampu) namun pemeriksaan spesifik hormonal dan genetik tidak dapat dibiayai asuransi ini. Beberapa penyakit genetik menurun DSD telah dapat diagnosis secara molekuler dan merupakan hasil riset pertama di Indonesia yang telah dipublikasi pada beberapa jurnal internasional. Sebagai kordinator team ini maka untuk penanganan pasien dan pendanaan telah diusahakan mencari terobosan dengan melalui kerja sama dengan luar negeri terutama untuk beberapa pemeriksaan gratis yang tidak tersedia di Indonesia dan juga mencari dana riset agar pasien bisa terbantu pembiayaannya. Salah satu kasus yang cukup banyak ditemui adalah hiperplasia adrenal kongenital (Congenital Adrenal Hyperplasia/CAH) yang merupakan penyakit bawaan autosomal resesif yang dibawa oleh kedua orangtuanya, berarti 2 salinan gen abnormal harus ada pada kedua orangtua pasien agar bisa menimbulkan penyakit pada anaknya. Perempuan pada penyakit ini akan tampak maskulin karena kelenjar anak ginjal (adrenal) memproduksi hormon androgen berlebihan selama pertumbuhan janin dalam kandungan yang menyebabkan pembesaran kelentit (klitoris) menjadi seperti penis. Bila anak perempuan ini tidak diberi pengobatan maka peri足lakunya menjadi seperti lelaki, berteman dan menyukai mainan laki-laki dan klitoris akan makin besar dan dalam keadaan dewasa tidak akan tampak tanda perempuan bahkan tidak dapat haid dan muncul kumis. Analisis kromosom untuk menentukan jenis kelaminnya secara genetik, sedang analisis hormonal untuk mem足bantu menegakkan diagnosis, namun bila diperlukan maka juga dilakukan analisis mutasi gen. CAH terjadi pada 1/ 1500 kela足hiran sedang pembawa sifat (carrier) 1-10% dari populasi normal, walaupun tidak dapat disembuhkan tapi dapat diobati

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 108

8/2/12 3:48 PM


untuk mengganti hormon yang tidak diproduksi. Glukokortikoid (hidrokortison, deksametason dan prednison) saat ini digunakan sebagai obat untuk mengobati CAH karena efektif menurunkan androgen dan cukup murah serta harus diminum sepanjang masa karena tidak hanya untuk bertahan hidup tetapi juga untuk menjalani hidup normal. Sayangnya, hidrokortison yang paling sering digunakan untuk bayi dan anak-anak tidak tersedia di Indonesia meskipun terdaftar di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai obat yang dianjurkan untuk Indonesia.

Harapan untuk para penderita penyakit genetik Dengan kemajuan teknik molekuler dan pengertian tentang gen-gen penyebab penyakit menjadi petunjuk pengobatan target. Pada leukemia identifikasi Philadelphia chromosome atau gen BCR-ABL yang memacu pertumbuhan berlebihan sel darah putih, seiring dengan ditemukan obat baru imatinib telah membantu para dokter di klinik untuk memberikan pengobatan dengan menghentikan aktivitas gen ini. Diagnosis dengan pemeriksaan sel dan DNA ini menjadi penting dan bisa tersedia di beberapa rumah sakit. Kepada salah satu perusahaan obat, saya pernah mengusulkan pembuatan obat Asam Folat (turunan vitamin B) sebagai obat yang dapat dipakai untuk pencegahan cacat janin genetik pada tabung saraf pada ibu hamil. Pada tahun 2001 usulan diterima, dan sekarang obat ini diberikan pada ibu hamil. Harapan足nya, penggunaan obat yang murah ini bisa pada semua wanita hamil, sehingga menurunkan kejadian cacat tabung syaraf pada janin. Mengingat banyaknya kasus CAH, sudah saatnya pemerintah menyediakan atau membuat obat yang diperlukan seperti

109

Isi Buku 2012.indd 109

8/2/12 3:48 PM


Hydrocortson untuk pengobatan jangka panjang pada anak-anak penderita CAH. Penderita sangat membutuhkan obat ini untuk mengatasi gejala fisik, klinis dan psikologik yang merupakan problem yang amat kompleks, namun sementara obat didapat dari bantuan luar negeri. Program skrining CAH pada bayi baru lahir harus dijadikan bagian dari tujuan jangka panjang dari manajemen kesehatan anak dan masyarakat di Indonesia Pada penderita retardasi mental, penelitian tetap berjalan untuk mencari penyebabnya dan pencegahannya. Saat ini ada tawaran dari perusahaan besar di Swiss untuk mencobakan obat baru mGluR5 antagonist untuk mengubah gejala dan perilaku pada pasien penderita retardasi mental sindrom Fragile-X . Tampaknya obat baru ini sangat menjanjikan dan sudah ditunggu oleh para orang tua penderita. Minocycline, salah satu antibiotik yang paling sering diresepkan untuk mengobati jerawat remaja, ternyata dapat meningkatkan rentang perhatian dan komunikasi; dan penurunan kecemasan pada pasien dengan sindrom fragile X. Dalam penelitian kami ternyata anak-anak yang telah mengkonsumsi obat ini selama 3 bulan menunjukkan perbaikan dalam penggunaan bahasa, tingkat perhatian dan perilaku dengan efek samping yang ringan. Bila obat ini tersedia di Indonesia secara luas maka banyak anak-anak yang bisa diperbaiki gejala psikologik dan kognitifnya. Sebagaimana Asam Folat, saya berharap obat-obat tersebut di atas, yang murah dan terjangkau, suatu saat dapat diperoleh dengan mudah oleh mereka yang membutuhkan. Ketersediaan obat-obat itu akan ikut membantu para penderita meringankan bahkan mungkin mengikis beban genetis yang disandangnya, dan dapat hidup lebih produktif seperti warga negara lain yang lebih beruntung.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 110

8/2/12 3:48 PM


MATEMATIKA: TIKUNGAN DAN HARAPAN Yogi Ahmad Erlangga

B

ERGELUT dengan matematika secara rutin tidak pernah terbesit dalam benak saya hingga sepuluh tahun lalu. Sejak tahun 1983, saya bercita-cita untuk menjadi seorang insinyur penerbangan, merancang bangun pesawat terbang. Tahun itu, CN 235 tinggal landas pertama kali dari Bandung, sebuah prestasi yang luar biasa untuk sebuah bangsa yang belum 40 tahun merasakan kemerdekaan. Saya masih ingat foto Bapak Habibie yang masih muda saat itu, yang menghiasi surat kabar dan majalah. Membaca kisah sukses CN 235, dengan kerja keras insinyur muda Indonesia di baliknya, sangatlah inspiratif tentunya. Sejak usia lima tahun, saya sudah bisa membaca dan menulis, dan mulai terbiasa membaca surat kabar, yang diterima terlambat di Sorowako, pedalaman Sulawesi Selatan. Dua puluh tahun kemudian, saya melanjutkan pendidikan tinggi di Teknik Penerbangan, ITB, dan menyelesaikannya tahun 1998 dengan predikat cum laude. Tahun 1999, saya mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan magister di TU Delft, Negeri Belanda, melalui beasiswa Christiaan Huijgens dari Kementrian Pendidikan Belanda, dan VNO-NCW (Kadin Belanda), yang saya selesaikan dua tahun kemudian dengan predikat cum laude.

111

Isi Buku 2012.indd 111

8/2/12 3:48 PM


Adalah Profesor Hester Bijl—pembimbing riset S2—yang menyarankan saya untuk melanjutkan pendidikan S3 di Departemen Matematika, TU Delft. Tahun 2005, saya memper­ tahankan disertasi S3 dalam bidang matematika numerik, dengan promotor Profesor Piet Wesseling. Saya kadang berpikir bahwa akhirnya cita-cita saya tidak pernah tercapai: alih-alih lulus sebagai insinyur, saya lulus sebagai sarjana teknik (ST), dan sejak memasuki dunia profesi, saya menjadi dosen matematika. BERHITUNG, salah satu cabang dasar matematika, sebenarnya dikenal dan dipakai dalam kehidupan sehari-hari masyarakat umum: dalam berdagang, misalnya. Konsep dan cara berhitung pun sering diajarkan secara dini, saat anak sudah bisa berkomunikasi. Dengan bertambahnya usia, kemampuan yang hampir “inherent” ini sayangnya sering tidak selalu berkembang dengan baik, terutama saat mulai diperkenalkan secara formal dalam jenjang pendidikan sebagai “matematika”. Siswa sekolah dasar mulai sering mengatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit. Semakin tinggi jenjang sekolahnya, semakin sulit rasanya matematika bagi kebanyakan orang. Matematika acap hanya terlihat mudah bagi mereka yang menyukainya. Sebagai seorang pelajar, saya pun pernah merasakan masa-masa sulit belajar matematika. Kenyataan ini sebenarnya lumrah karena matematika, sebagai ilmu memang termasuk tidak mudah untuk dipelajari, sebagai­ mana halnya ilmu-ilmu lain. Selain itu tidak semua orang memiliki bakat dan ketertarikan dalam matematika, sebagaimana tidak semua orang menyukai seni. Saat menekuni pendidikan S3, dan terlibat membantu mengajar

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 112

8/2/12 3:48 PM


beberapa kuliah matematika di TU Delft, saya menemukan beberapa hal yang tidak semestinya terjadi dalam pendidikan dasar matematika di Indonesia. Salah satunya adalah pengajaran matematika yang lebih menekankan pada hafalan. Meski tetap memiliki komponen menghafal, matematika lebih membutuhkan kemampuan dalam proses berpikir: melalui deductive reasoning atau pengenalan pola/pattern, misalnya. Kemampuan kognitif inilah yang seharusnya dikembangkan1. LEBIH luas dari sekadar berhitung (aritmatika), sejak awal perkembangannya, matematika selalu berkaitan dengan interaksi manusia dengan alam sekitar. Sebuah pengamatan sering pada akhirnya dijelaskan dengan matematika karena universalitas bahasa matematika. Hukum Newton, misalnya, akan terlihat lebih kompak dan singkat dalam bahasa matematika dibandingan dalam bahasa Inggris atau Sunda. Miraculously, matematika sering juga menjadi penyatu fenomena yang secara kasat mata terlihat berbeda (mathematically equivalent). Fenomena transport of materials dan pasar yang melibat derivat (misalnya dalam kasus European option) secara matematis dapat dinyatakan dalam ekspresi yang serupa. Kemampuan untuk mengeneralisasi banyak kasus khusus menjadi satu kasus umum telah menjadi kekuatan matematika. Ekspresi matematika untuk kasus umum, dikenal sebagai 1 Menurut Plato, “in the world of knowledge the idea of good appears last of all, and is seen only with an effort; and, when seen, is also inferred to be the universal author of all things beautiful and right”. Lebih lanjut, ”those who have a natural talent for calculation are generally quick at every other kind of knowledge; and even the dull, if they have had an arithmetical training, although they may derive no other advantage from it, always become much quicker than they would otherwise have been” and “any one who has studied geometry is infinitely quicker of apprehension than one who has not.” (Plato, The Republic)

113

Isi Buku 2012.indd 113

8/2/12 3:48 PM


persamaan umum, banyak yang telah dirumuskan dua atau tiga abad yang lalu. Tetapi penyelesaiannya secara analitik, misal­ nya menggunakan teori-teori dalam matematika yang ada saat ini, belum dimungkinkan. Sering sebagian secara pesimistis mengatakan bahwa sebagian persamaan umum tersebut tidak akan pernah bisa dipecahkan. Salah satunya adalah persamaan Navier-Stokes, yang merepresentasikan aliran fluida (persamaan ini termasuk dalam tujuh millenium prize problem. Dari tujuh masalah klasik ini, baru satu yang terselesaikan: Poincare conjecture tentang 3D sphere). Seiring dengan berkembangnya komputer digital, sebagian matematikawan serta merta menemukan arena berkarya yang baru dalam berhitung. Arena ini kemudian dikenal dengan matematika komputasi atau numerik. Meski terlihat menggunakan tools yang sederhana, yang tidak serumit matematika analitik, beberapa masalah klasik yang sulit mulai bisa diselesaikan secara numerik. Misalnya, penyelesaian persamaan Navier-Stokes saat ini merupakan “aktivitas sehari-hariâ€? di industria dirgantara dan otomotif. Penelitian S2 saya pun berkutat dengan persamaan Navier-Stokes untuk kasus fluida disekitar pesawat Airbus A-300, yang saat itu diselesaikan dengan bantuan NEC SX-5 Supercomputer di Nationaal Lucht- en Ruimtevaartlaboratorium (NLR), Amsterdam tahun 2000. MESKIPUN matematika numerik seakan menjadi konsekuensi logis perkembangan (super) komputer, teknik ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. Bilangan Ď€ sudah mulai dihitung pendekatannya sejak masa Yunani kuno, dan merupakan salah satu masalah klasik dalam matematika numerik, numerical quadrature. Matematikawan besar seperti Leonhard Euler dan Carl Friedrich

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 114

8/2/12 3:48 PM


Gauss pun menggunakan dan mengembangkan matematika numerik, termasuk dalam penentuan orbit benda langit. Sedikit lebih moderen, Lewis Richardson menggunakan teknik berhitung ini untuk melakukan prakiraan cuaca di tahun 1922. Selama Perang Dunia II, prakiraan cuaca sudah secara rutin dilakukan dengan matematika dengan perhitungan manual dan massal. Kelemahan utama proses perhitungan seperti ini dimasa lalu tentunya adalah waktu perhitungan. Saat kebutuhan untuk mendapatkan hasil dengan cepat menjadi begitu penting, waktu perhitungan akan berpengaruh terhadap ketelitian perhitungan (karena misalnya harus menggunakan sedikit bilangan desimal). Dalam prakteknya, proses perhitungannya sendiri tidaklah seder­­hana. Proses ini melibatkan skema dan prosedur yang kemu­dian dikenal sebagai algoritma. Karenanya, di samping dua kele­mahan tersebut, kenyataan bahwa tidak ada manusia yang sempurna memungkian terjadinya kesalahan dalam satu langkah perhitungan, yang bisa membuat hasilnya salah sama sekali2. Dengan proses yang meniru otak manusia tapi lebih terprogram dan terkontrol, dapatlah dikatakan bahwa sebuah komputer akan melakukan perhitungan dasar tanpa kesalahan. Sering orang bertanya tentang matematika yang membuat orang akhirnya menjadi matematikawan. Apakah masih ada masalah (open problem) dalam matematika? Bukankah matematika itu sudah jelas? Penjumlahan, perkalian, dan yang serupa dengannya? Sebagai ilmu, persepsi orang awam memang sering terbatas pada aritmatika (berhitung) sederhana yang memang sudah terlalu 2 Carl Friedrich Gauss mengatakan, setelah menemukan sebuah metode per­hitungan iteratif (indirect) yang hasilnya tidak akan tergantung human error: “anda bisa menggunakannya saat anda setengah tertidur atau sedang memikirkan hal lain”.

115

Isi Buku 2012.indd 115

8/2/12 3:48 PM


established. Banyak cabang matematika yang memang diluar bayangan mereka yang tidak menggeluti matematika (contoh teringkas barangkali tujuh millennium prize problem). Tetapi lebih mudahnya, sebagai alat, tanpa disadari, banyak hasil karya matematikawan telah menjadi bagian keseharian masyarakat tanpa perlu mengetahui kerumitan di dalamnya: kompresi data/imej (JPEG) pada kamera digital, proses pengiriman/penerimaan sinyal telepon seluler, mesin pencari data (search engine seperti Google dan Bing), rancang bangun pesawat terbang, desain jembatan dan konstruksi bangunan pencakar langit, USG, CT Scan, perkiraan potensi dan dampak tsunami, mitigasi bencana alam, animasi menggunakan komputer, teknologi grafis dalam piranti lunak dan games, optimisasi proses dan produk, dan sebagainya. Dalam beberapa dekade terakhir ini, matematika telah menjadi salah satu aspek kunci pengembangan produk inovasi yang kompetitif. MESKI konsepnya telah dikenal cukup lama (sebagai parameter identification), akhir dekade 90-an adalah masa saat ilmuwan dan insinyur seismology melirik metode baru dalam pengolahan data eksplorasi sumber daya minyak bumi. Metode ini dapat diilus足trasikan dengan kelelawar yang mengidentifikasi benda tidak dikenal di sekitarnya (durian, pohon, atap, tiang listrik, dsb) dengan mengirim gelombang ultrasonik dan mengolah data pantulannya dengan cepat (dalam orde mili-detik) sehingga bisa diperoleh sebuah interpretasi. Dalam pengolahan data seismologi, yang menjadi masalah utama adalah menemukan matematika yang tepat dan terpecahkan dengan mudah, meskipun tidak akan secepat kelelawar. Metode baru, yang dikenal sebagai full waveform inversion (FWI), melibatkan dua komponen: model matematik gelombang

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 116

8/2/12 3:48 PM


dan optimisasi. Keduanya harus dipecahkan untuk mendapatkan parameter geologi bumi yang merepresentasikan data pantulan yang diperoleh melalui survey seismik. Optimisasi menjadi perlu karena data hasil survey tidak match dengan jumlah parameter yang harus diidentifikasi. Dalam hal ini, proses matching dilakukan dengan skenario optimisasi, yang diharapkan akan menghasilkan the best matching di antara keduanya, menurut satu ukuran (measure) matematika. Meskipun dapat dilakukan dalam domain waktu, eksekusi algoritma FWI dalam domain frekwensi (Fourier domain) sepertinya akan menjadi trend ke depannya, menggantikan metode klasik seperti migration. FWI dalam frekwensi domain mena足warkan kelebihan dalam frequency sampling, di mana parameter identification (dikenal juga sebagai imaging) dapat dilakukan menggunakan subset of frequencies (dalam kondisi ideal, tanpa frequency sampling, sebagai konsekuensi dari teori Nyquist-Shannon, proses ini bisa melibatkan ratusan hingga ribuan frekwensi). Implikasinya adalah pada proses komputasi yang menjadi lebih sedikit. Masalah utamanya adalah persamaan gelombang dalam domain Fourier lebih, bahkan sangat, sulit untuk dipecahkan secara efisien. Dalam aljabar linear numerik, efisiensi biasanya dapat diperoleh dari proses penyelesaian secara iteratif karena melibatkan aritmatika yang lebih sederhana. Proses iteratif, dalam bahasa sederhana, dimulai dari tebakan sembarang, solusi diperoleh dengan melakukan systematic updates. Jika hanya diperlukan sedikit proses update, metode iteratif bisa dikategorikan efisien. Untuk kasus persamaan gelombang, sayangnya, sebelum tahun 2001, proses iteratif tidak pernah konvergen (artinya setiap update, solusinya semakin menjauhi kebenaran).

117

Isi Buku 2012.indd 117

8/2/12 3:48 PM


Sejak terbitnya paper di SIAM Journal on Scientific Computing (2005), (ditulis bersama Profesor Kees Oosterlee dan Kees Vuik), interest terhadap metode iteratif untuk persamaan gelombang dalam domain Fourier memperlihatkan peningkatan. Tahun 2010, paper tersebut dinyatakan sebagai paper dengan citation tertinggi dibidang applied mathematics oleh Thompson-Reuter (ISI) dan new research frontier. Paper ini tidak hanya menunjukkan bahwa sebuah metode iterasi yang konvergen dapat didesain, tetapi juga bahwa (1) konvergensi ini secara teori dapat dijamin, dan (2) konvergensi ini dapat dicapai dengan cepat. Fleksibilitas dalam implementasi telah memungkinkan berbagai variasi dari metode ini, yang kemudian menjadi fokus penelitian banyak peneliti lain. Sebagian analisis dari metode iteratif ini didokumentasikan dalam disertasi PhD saya (yang dinobatkan sebagai the best PhD thesis di Belanda tahun 2005 oleh NMC, dan best PhD thesis nominee di Eropa oleh ECCOMAS). Sebagai bagian dari komu足 nitas open source, disertasi dan program komputer metode ini dapat diakses online secara bebas. Sejauh ini, selain akademisi, beberapa pihak dari industri telah mengambil manfaat dari program komputer tersebut. DI SAMPING kasus persamaan gelombang, penelitian saya juga terfokus pada metode iterasi baru yang dikembangkan bersama Profesor Reinhard Nabben (Berlin), yang kami sebut sebagai Multilevel Krylov method. Metode ini dikembangkan antara tahun 2006-2008 dan menjadi topik utama dalam empat publikasi ilmiah dan berbagai presentasi. Dasar dari metode ini adalah ekstraksi solusi pada sebuah ruang abstrak yang dikenal dengan Krylov subspace, yang dibangun secara iteratif. Dalam multilevel Krylov

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 118

8/2/12 3:48 PM


method, konstruksi ruang ini melibatkan sequence dari ruang berdimensi lebih kecil yang juga dibangun secara iteratif. Ruang berdimensi lebih kecil dibangun sedemikian rupa sehingga ruang berdimensi lebih besar diatasnya dapat disempurnakan dengan cepat. Metode ini telah diujicobakan pada banyak kasus dan me足 nun足jukkan hasil yang memuaskan yang menjadi impian peneliti metode iterasi: konvergensi yang tidak tergantung pada mathematical problem atau parameter yang dihadapi, misalnya pada persamaan konveksi-difusi, dengan konvergensi (jumlah update) yang tidak tergantung bilangan Peclet. Yang menarik adalah, sebagaimana yang kami laporkan dalam sebuah paper yang diterbitkan Electronic Transaction of Numerical Analysis, ditulis bersama Nabben (2008), perpaduan Multilevel Krylov dan metode iterasi sebelumnya menghasilkan metode baru (MK-MG) untuk persamaan gelombang, dengan konvergensi yang tidak tergantung frekuensi gelombang. Ini adalah untuk pertama kalinya sebuah metode iteratif menunjukkan perilaku konvergensi seperti ini. Dalam konteks multilevel Krylov, saya melakukan studi metode ini dalam large-scale optimization dengan partial differential equations (PDE) sebagai constraints. Fokus penelitian ini adalah metode iterasi yang menyelesaikan PDEs, adjoint PDEs, dan para足足meter equation(s) secara simultan, sebuah sebuah sistem PDEs raksasa. Kasus ini diklasifikasikan juga sebagai saddle-point problems, tetapi melibatkan parameter dalam orde jutaan atau milyaran. Karenanya keberhasilan pengembangan metode ini akan memberikan kemudahan atau jalan penyelesaian saddle-point problem lainnya, seperti incompressible Navier-Stokes, Stokes, atau dalam optimal control. Kedua topik penelitian ini mendapatkan dukungan finansial

119

Isi Buku 2012.indd 119

8/2/12 3:48 PM


dari King Abdul-Aziz City of Science and Technology (KACST) di Saudi Arabia, dan dikategorikan sebagai highly recommended strategic research dengan total pendanaan untuk tiga tahun senilai hampir USD 750,000. Di samping kedua topik besar diatas penelitian minor yang juga sempat ditekuni di antaranya the mathematics of search engine dan compressed computation/simulation. DI tengah kesibukan sebagai dosen matematika di Alfaisal University, sebagai salah satu pakar dalam metode iterasi, saya aktif mengulas publikasi ilmiah peneliti lainnya dari berbagai belahan dunia. Dalam lima tahun terakhir, saya menjadi salah satu dari 50 pembicara yang diundang untuk menghadiri Householder Meeting, pertemuan pakar aljabar linear numerik yang diadakan sekali dalam tiga tahun. Hingga saat ini, saya telah mempublikasikan puluhan tulisan ilmiah dalam jurnal dengan impact factor tinggi dan conference proceedings, dan menjadi pembicara tamu dalam berbagai konferensi dan seminar ilmiah. Saya juga anggota aktif Society of Industrial and Applied Mathematics, American Mathematical Society, dan Mathematical Association of America. Di tengah keterlibatan saya di dunia internasional, sayangnya, satu hal yang belum tersempatkan adalah menghadiri pertemuan ilmiah di Indonesia. SEBAGAI peneliti, saya merasakan pentingnya dukungan finansial dari luar, karena tidak mungkin penelitian dilakukan dengan mengandalkan pendanaan sendiri. Berkaitan dengan ini, saya mengucapkan terima kasih kepada beberapa institusi yang selama 10 tahun terakhir ini memberikan dukungan finansial pada riset yang saya tekuni: Ministerie van Onderwijs, Cultuur en Wetenschap

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 120

8/2/12 3:48 PM


(Huijgens fellow) dan Ministerie van Economische Zaken (BTS Program), Negeri Belanda, Deutsche Forschungsgemeinschaft (DFG), Jerman, NSERC, Kanada, dan KACST, Saudi Arabia. Sebagai bagian dari komunitas ilmuwan peneliti Indonesia yang merasakan manfaat dukungan finansial dari pemerintah di luar negeri, saya berharap pemerintah Indonesia juga bisa memberikan kesempatan yang sama kepada rekan-rekan peneliti, dalam bentuk kebijakan, pendanaan, dan penciptaan iklim penelitian yang kondusif. Dengan strategi dan tujuan nasional yang terencana, saya meyakini bahwa aktifitas penelitian Indonesia dapat memberikan kontribusi positif dalam kemajuan sosio-ekonomi Indonesia, dan menambah kemampuan berkompetisi bangsa Indonesia dalam berbagai bidang. Di luar kesibukan profesi sebagai dosen dan peneliti, sejak tahun 2010 saya juga menjabat sebagai chairman of computer science program dan anggota komisi akreditasi dan quality assurance di Alfaisal University. Sering sebagian rekan-rekan bertanya, dengan latar belakang yang kuat, mengapa saya memutuskan untuk tidak bekerja di universitas negara Barat. Bagi saya, hidup 10 tahun di negeri Barat sudah cukup untuk belajar dan mengenal budaya mereka secara langsung. Banyak hal positif yang saya ambil dan menjadi bagian dari etos saya. Barangkali saat ini adalah waktu足 nya untuk mengenal dunia lain dan belajar dari masyarakat dan budayanya. Alfaisal University sendiri adalah universitas baru dengan ambisi besar, sebagaimana visi Raja Faisal dulu dalam membanguan Saudi Arabia melalui pendidikan. Bekerja di tengah-tengah profesional dan akademisi berpengalaman dari Barat membuka wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman berharga dalam membangun dan mengelola universitas modern.

121

Isi Buku 2012.indd 121

8/2/12 3:48 PM


Sebagai orang Indonesia, saya senantiasa berharap dapat kembali ke Indonesia untuk ikut berkontribusi langsung kepada kemajuannya melalui jalur pendidikan dan penelitian. Mudahmudahan pengalaman panjang ini bisa menjadi sesuatu yang berharga kelak. Mimpi saya, perguruan tinggi utama Indonesia, seperti UI, ITB, dan UGM dapat tampil sejajarbersama PT utama dunia dalam pengembangan sains dan teknologi. Sejujurnya, kemampuan dan potensi SDM di institusi seperti ketiganya sudah ada dan teruji; yang diperlukan hanyalah dukungan finansial yang besar dari pemerintah, sehingga PTN tidak mencari uang sendiri,selain tentu saja manajemen perguruan tinggi yang baik.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 122

8/2/12 3:48 PM


PENERIMA

Tempo

Tempo

PENGHARGAAN ACHMAD BAKRIE (2003-2011)

SAPARDI DJOKO DAMONO (Kesusastraan, 2003) Ia melahirkan kembali puisi lirik, setelah bahasa dan sastra sekadar jadi bagian dari lautan jargon pada paruh pertama 1960-an. Ia membuat lukisan yang sempurna dengan sesedikit mungkin kata, melawan kemubaziran yang menjadi ciri umum dalam bahasa kaum sastrawan maupun bahasa orang ramai.

IGNAS KLEDEN (Pemikiran Sosial, 2003) Ia melancarkan kritik terhadap ilmu-ilmu sosial dengan menggunakan epistemologi, dan kritik terhadap kebudayaan dengan menggunakan ilmu-ilmu sosial. Menurutnya, ilmu-ilmu sosial yang terlalu menekankan relevansi sosial, justru bisa merugikan kehidupan sosial itu sendiri.

123

Isi Buku 2012.indd 123

8/2/12 3:48 PM


Tempo

Tempo

NURCHOLISH MADJID (1939–2005) (Pemikiran Sosial, 2004) Ia adalah pemikir Islam pertama di Indonesia yang gigih memisahkan Islam sebagai lembaga dan Islam sebagai agama. Baginya, umat Islam tidak perlu melihat agamanya sebagai sumber tata kelola negara dan legitimasi politik. Dengan menekankan pentingnya rasa hayat kesejarahan dan penghargaan akan tradisi intelektual Islam, ia memperkenalkan keberislaman yang terbuka.

GOENAWAN MOHAMAD (Kesusastraan, 2004) Ia telah membuat bahasa Indonesia mampu mencapai kemungkinan terjauhnya dalam mengucapkan pikiran dan kepekaan modern. Dengan puisi dan esainya, ia membuktikan bahwa bahasa bukanlah sekedar sarana untuk menyatakan kebebasan, melainkan sumber dari kebebasan itu sendiri. (Tahun 2010 Goenawan Mohamad mengembalikan Penghargaan Achmad Bakrie)

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 124

8/2/12 3:48 PM


Erik Prasetya

Erik Prasetya

BUDI DARMA (Kesusastraan, 2005) Di tangannya, bahasa Indonesia piawai menangkap absurditaspengalaman yang pernah dianggap hanya bisa lahir dari khazanah Eropa. Pun dengan realisme yang tak lagi menggurui, ia membeberkan pengalaman otentik yang luput dari apa yang telanjur kita sebut realitas.

SARTONO KARTODIRDJO (1921–2007) (Pemikiran Sosial, 2005) Ia memelopori penggunaan ilmuilmu sosial dalam studi sejarah di Indonesia. Sejak kiprahnya, historiografi kita tidak lagi hanya diisi oleh kaum elite, tapi juga orang kecil. Ia menegakkan Indonesiasentrisme yang tak lagi bersifat romantik dan ultranasionalistik.

125

Isi Buku 2012.indd 125

8/2/12 3:48 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

SRI OEMIJATI (1925–2010) (Kedokteran, 2005) Dengan riset parasitologi yang tekun di pelbagai pelosok tanah air, ia telah menyumbang banyak untuk penanganan penyakittropis seperti malaria, schistosomiasis, dan penyakit kaki gajah (filariasis). Temuannya yang terpenting adalah cacing penyebab filariasis, Brugia timori.

ISKANDAR WAHIDIYAT (Kedokteran, 2006) Di Indonesia, ia adalah dokter yang berada di garis depan dalam penelitian thalassemia, penyakit genetis kelanian sel darah merah. Ia melakukan berbagai langkah kelembagaan untuk mencegah perluasan penyakit yang kurang populer namun banyak merenggut hidup anak-anak.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 126

8/2/12 3:48 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

ARIEF BUDIMAN (Pemikiran Sosial, 2006) Dengan teori struktural, ia menerobos kemapanan ilmu-ilmu sosial di Indonesia yang didominasi teori modernisasi. Sebagai sosiolog, ia menghidupkan sikap kritis terhadap teoriteori pembangunan serta penerapannya. Sebagai intelektual, ia terlibat aktif dalam proses perubahan dan demokratisasi di tanah air.

RENDRA (1935–2009) (Kesusastraan, 2006) Puisi naratifnya adalah jalan lain perpuisian Indonesia yang dikuasai Lirisisme. Dengan mendaur-ulang bahasa orang ramai, ia menunjukkan bahwa modernisme artistik bisa memeluk mesra lingkungan budaya asal. Puisinya membuka kecerdasaan kolektif seraya memelihara kewajaran dan kebaruan bahasa indonesia.

127

Isi Buku 2012.indd 127

8/2/12 3:48 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

BALAI BESAR PENELITIAN PADI SUKAMANDI (Teknologi, 2007) Lembaga penelitian dan penerapan teknologi yang terdepan dan menjadi tulang punggung pencapaian swasembada pangan pada dekade 1980-an. Lembaga yang bernaung di bawah Departemen Pertanian ini menemukan dan mengembangkan berbagai varietas padi unggul yang tahan hama, responsif terhadap aplikasi pupuk modern, dengan bulir yang lebih banyak dan lebih gemuk, serta dengan rasa yang enak.

JORGA IBRAHIM (Sains, 2007) Jorga Ibrahim adalah astronom sekaligus matematikawan Indonesia yang berhasil menerapkan karya-karya orisinalnya dalam geometri diferensial yang dipublikasikan, khususnya mengenai tensor holomorf, ruang Kahler dan deformasi aljabar, untuk menelusuri struktur-struktur alam semesta. Ia telah membuka jalan bagi studi astronomi teoretis di negeri ini, setelah dua puluhan tahun sebelumnya terjebak hanya dalam astronomi pengamatan.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 128

8/2/12 3:48 PM


Ahmad Fuad

Tempo

FRANZ MAGNIS SUSENO (Pemikiran Sosial, 2007) (Franz Magnis Suseno menolak Penghargaan Achmad Bakrie 2007). Ia merupakan ilmuwan Indonesia yang paling gigih membahas masalah-masalah bangsa dari sudut etika selama empat darsawarsa terakhir. Etika, di mata Magnis Suseno, bukanlah moral,melainkan telaah kritis dan sistematis tentang ajaran moral, yang membuat warga negara sanggup mengembangkan sendiri moralitas baru maupun memperbarui moralitas lama.

PUTU WIJAYA (Kesusastraan, 2007) Putu Wijaya adalah pendongeng pascamodern. Dengan segenapnovel, cerita pendek dan naskah dramanya, ia bisa berdiri di titik avant garde, seraya gemar menyerap budaya massa. Bahasa sastra baginya bukan sekadar bahasa tinggi, namun merangkum seluruh ragam bahasa yang mungkin ada.

129

Isi Buku 2012.indd 129

8/2/12 3:48 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

SANGKOT MARZUKI (Kedokteran, 2007) Sangkot Marzuki termasuk ilmuan pertama yang membuktikan bahwa akumulasi mutasi dalam DNA mitokondria berperan penting dalam proses penuaan manusia. Di bawah kepemimpinannya, Lembaga Eijkman, sebuah institusi /penelitian di bidang biologi molekuler, melakukan sejumlah riset penting seperti keanekaragaman genome manusia dan /penyakit genetika sel darah.

LAKSANA TRI HANDOKO (Sains, 2008) Satu dari sejumlah fisikawan di dunia ini yang merintis usaha memburu apartikel Higgs yang berperan menjawab pertanyaan fundamental fisika “dari mana datangnya massa benda�. Ia juga pelopor reproduksi yang utuh akan Model Standar partikel elementer dengan menggunakan aljabar SU (6). Telaahnya yang berbasis eksperimen maupun kajian teoritis menjadi rujukan penting bagi kancah fisika dunia mutakhir.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 130

8/2/12 3:48 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT (Teknologi, 2008) Dengan meneliti, menghimpun dan menemukan berbagai pengetahuan dan teknologi kelapas sawit, lembaga ini termasuk paling maju di dunia dalam bidangnya. Banyak negara mengandalkan rencana pengembangan perekonomian kelapa sawit kepadanya. Dengan sumbangannya pula, sejak 2007 Indonesia menjadi negara penghasil minyak sawit mentah terbesar di dunia.

TAUFIK ABDULLAH (Pemikiran Sosial, 2008) Sejarahwan yang menggunakan berbagai disiplin ilmu sosial seperti antologi, sosiologi, politik dan ekonomi dalam historiografi Indonesia. Karya-karyanya adalah kritik terhadap historiografi yang menghadirkan masa silam sebagai pembenar untuk apa yang terjadi di masa kini. Ia selalu mengingatkan bahwa sejarah gampang tergelincir menjadi alat propaganda dan mitos yang menyesatkan.

131

Isi Buku 2012.indd 131

8/2/12 3:48 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

SUTARDJI CALZOUM BACHRI (Kesusastraan, 2008) Penyair yang tiada henti merebut kembali hidup kata yang terlanjur dibaku-bakukan dalam kamus dan konvensi. Dalam puisinya, bahasa seakan dikembalikan kepada kondisinya sebelum tunduk kepada hukum tata bahasa. Menemukan kembali mantra, Sutardji meradilkan puisi bebas sekaligus memulihkan tenaga bahasa yang terlanjur dimelaratkan oleh komunikasi massa.

MULYANTO (Kedokteran, 2008) Pembaharu imunokromato足 grafi untuk mendeteksi malaria, hepatitis B, hepatitis C, dan HIV. Metode dan perangkat temuannya mampu memotong rantai proses di laboratorium uji klinis yang panjang dan mahal. Inovasinya menyumbang banyak bagi diagnosis penyakit-penyakit tersebut di kalangan masyarakat kurang mampu.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 132

8/2/12 3:48 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

PANTUR SILABAN (Sains, 2009) Ia adalah orang Indonesia pertama yang mendalami teori relativitas umum. Silaban berhasil membangun persamaan gerak relativistik untuk partikel titik. Di kancah internasional, karya yang kemudian dikembangkannya bersama Joshua Goldberg ini digunakan oleh para fisikawan yang datang kemudian untuk mempelajari gerak partikel disekitar lubang hitam dan bintang neutron.

DANARTO (Kesusastraan, 2009) Ia memperluas pengertian relisme dalam sastra Indonesia. Berbagai cerita pendeknya menunjukkan warisan masa lalu yang selalu mengganggu hukum sosial itu. Ia memanfaatkan berbagai khazanah dominan seperti Jawa dan Islam, namun senantiasa mengambil sisi tersembunyi yang berwatak subversif daripadanya.

133

Isi Buku 2012.indd 133

8/2/12 3:48 PM


Ahmad Fuad

Ahmad Fuad

SAJOGYO (1921-2012) (Pemikiran Sosial, 2009) Ia memberikan sumbangan besar dalam menjelaskan garis kemiskinan, kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, indeks ukur kemiskinan, elastisitas kemiskinan, dan berbagai ukuran distribusi. Menurutnya, garis kemiskinan yang relevan untuk negara berkembang seperti Indonesia adalah yang langsung merefleksikan kebutuhan hidup terpenting, yaitu kecukupan pangan, yang terwakili oleh beras.

AG. SOEMANTRI (Kedokteran, 2009) Di Indonesia, Agustinus Soemantri Hardjojuwono merintis cangkok sumsum tulang untuk para penderita talasemia dan leukimia. Dengan meneliti anak-anak berusia enam tahun ke atas, dokter anak cum hematolog ini juga menemukan bahwa kekurangan asupan zat besi bisa menghambat pertumbuhan fisik dan mental anak.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 134

8/2/12 3:48 PM


Rianto

Ahmad Fuad

WARSITO P. TARUNO (Teknologi, 2009) Ia menemukan dan terus mengembangkan electrical capacitance volume tomography (ECVT), yakni suatu teknologi tomografi volumetrik berdimensi empat. Dengan trobosan besar ini, ruang dalam mesin dan manusia serta berbagai dinamik yang bekerja di dalamnya bisa tergelar jelas dengan citraan tiga dimensi dan seketika. Temuannya diperkirakan akan mempengaruhi nanoteknologi dan kedokteran.

SJAMSOE’OED SADJAD (Teknologi, 2010) Sjamsoe’oed Sadjad merintis pengembangan ilmu dan teknologi benih di Indonesia. Ia membangun laboratorium produksi, penyimpanan dan analisa benih tanaman pangan yang disesuaikan dengan kondisi alam dan kebutuhan Indonesia. Sembari mengupayakan tumbuhnya industri benih modern Indonesia, ia menghendaki agar ada strategi pembangunan pertanian yang mampu menopang kedaulatan pangan tanah air.

135

Isi Buku 2012.indd 135

8/2/12 3:48 PM


Hendra Suhara / Tempo

Rianto

DAOED JOESOEF (Pemikiran Sosial, 2010) (Daoed Joesoef menolak Penghargaan Achmad Bakrie 2010) Daoed Joesoef tak pernah lelah menunjukkan bahwa semangat ilmiah adalah basis peradaban modern. Ia senantiasa memperjuangkan rasionalisme ke dalam sistem pendidikan formal yang harus berfungsi sebagai komunitas ilmu, sembari menghidupkan secara kreatif kekayaan khazanah kultural Indonesia. Dengan tulisan-tulisannya yang merambah berbagai disiplin, ia menerjemahkan rasionalisme dan pencerahan ke dalam konteks kebangsaan Indonesia.

SITOR SITUMORANG (Kesusastraan, 2010) (Sitor Situmorang menolak Penghargaan Achmad Bakrie 2010) Sitor Situmorang telah membuktikan bahwa puisi bisa menjadi sangat modern dengan kembali kepada bentuk-bentuk tradisional seperti syair, pantun dan sonet. Dan ini adalah jawaban telak terhadap puisi bebas, yang pada masa Chairil Anwar dan setelahnya kerap menghasilkan kebaruan semu. Puisi Sitor menampilkan sosok aku yang terombang-ambing antara kampung halaman dan dunia, memasuki berbagai lingkungan budaya secara berani dan berisiko, untuk menolak penjara kebangsaan.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 136

8/2/12 3:48 PM


Rianto

Rianto

DANIEL MURDIYARSO (Sains, 2010) Daniel Murdiyarso adalah anggota IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) yang bersama Al Gore beroleh Hadiah Nobel Perdamaian 2007. Kerja ilmiah Murdiyarso berkisar pada penggunaan lahan, kehutanan, dan perubahan iklim. Selain ikut membuat IPCC beroleh Nobel, riset itu menerangi sekaligus mengubah persepsi para pengambil keputusan mengenai kaitan antara penggunaan lahan, pengelolaan hutan, dan perubahan iklim dunia akibat ulah manusia.

S. YATI SOENARTO (Kedokteran, 2010) S. Yati sudah bekerja selama empat dekade untuk menangkal diare yang dulu menjadi pembunuh anak-anak nomor satu di dunia. Ia dan timnya menemukan bahwa penyebab terbesar diare adalah rotavirus, bukan bakteri atau parasit. Penemuan ini mengubah metode pengobatan diare yang terlalu banyak mengandalkan antibiotika dan antiparasit. Bekerja sama dengan Ruth Bishop, penemu rotavirus pertama di dunia, ia juga mengembangkan vaksin rotavirus yang harganya lebih murah.

137

Isi Buku 2012.indd 137

8/2/12 3:48 PM


Rianto

Rianto

RATNO NURYADI (Hadiah Khusus, 2010) Ratno Nuryadi berhasil membuat Mikroskop Gaya Atom (Atomic Force Microscope, AFM) untuk pengukuran material berskala nanometer (sepermilyar meter) dengan harga yang lebih murah dari AFM yang beredar di pasar internasional. AFM buatan dalam negeri ini dianggap membuka sekaligus mempermudah jalan bagi para ilmuwan, perekayasa dan peneliti memasuki wilayah renik, yang pengelolaannya bisa memecahkan banyak masalah dan membuka berbagai peluang yang tak terbanyangkan sebelumnya.

JATNA SUPRIATNA (Sains, 2011) Ia adalah ilmuwan biologi dan pejuang konservasi yang terkemuka. Ia memperteguh pentingnya Wallace Area dengan menjadikan Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya sebagai laboratorium alam untuk mendeduksi proses evolusi. Ia menemukan intergradasi sekunder dan hibridisasi di kawasan tersebut. Primata hibrid yang ditemukannya menarik perhatian dunia, sebab hibridisasi memungkinkan terjadinya perubahan genetik dan perilaku serta sifat-sifat biologi lainnya.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 138

8/2/12 3:48 PM


Fusca Yoka

TEMPO / A. Sadek Hasan

ADRIAN B. LAPIAN (1929-2011) (Pemikiran Sosial, 2011) Ia sejarawan maritim yang membuka lembaran baru penulisan sejarah kawasan Indonesia dan Asia Tenggara. Tanpa henti ia mengingatkan bahwa Indonesia adalah ‘negara laut utama’ yang ditaburi dengan pulau-pulau, bukan negara pulau-pulau yang dikelilingi laut. Bukunya yang penting Orang Laut-Bajak Laut-Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX, memberi sudut pandang baru pada penulisan sejarah dan mengoreksi citra kemerosotan pelayaran.

NH. DINI (Kesusastraan, 2011) Dini telah memperkuat realisme, merintis ideologi anti-patriarki, dan mendalami novel autobiografis, dalam sastra berbahasa Indonesia. Pencapaiannya menonjol dalam menggali dunia dalam perempuan, termasuk seksualitas tersembunyi, khususnya perempuan Jawa. Novel-novelnya menjadi induk dari novel-novel populer yang ditulis penulisperempuan, juga menjadi pendahulu bagi novel-novel dari sejumlah penulis-perempuan yang sejak akhir 1990-an mendorong lebih jauh lagi feminisme ke arah pengungkapan seks dan seksualitas.

139

Isi Buku 2012.indd 139

8/2/12 3:48 PM


Rianto

Fusca Yoka

F.G. WINARNO (Teknologi, 2011) Selain meletakkan dasar sekaligus mengembangkan ilmu pangan di Indonesia, ia juga memberi karakter pada pertumbuhan teknologi pangan di tanahair. Ia adalah ilmuwan Asia pertama yang dipilih menjadi presiden Codex Alimentarius Commission, yang didirikan oleh FAO dan WHO di Roma untuk membangun Foods Standards Programme. Selain berhasil membuat standar pangan dunia untuk beberapa makanan masyarakat Indonesia, ia juga menghasilkan sekitar seratus kajian ilmiah, dan buku. Ia memang “Bapak Ilmu dan Teknologi Pangan Indonesia�.

SATYANEGARA (Kedokteran, 2011) Sejak 1967, ia melakukan kajian imunologi tumor otak. Bersama Professor Kimtomo Takakura, ia menemukan protein dan antibodi spesifik tumor otak yang dapat menghambat pertumbuhan dan memusnahkan sel-sel tumor tersebut. Ia merupakan pelopor yang menentukan standar rumah sakit di Indonesia berdasarkan riset-riset kedokteran terbaru di dunia. Ia juga penulis dari satusatunya buku teks ilmu bedah saraf dalam bahasa Indonesia. Ia layak disebut sebagai peletak fondasi sekaligus wali ilmu bedah saraf di Indonesia.

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 140

8/2/12 3:48 PM


Rianto

HOKKY SITUNGKIR (Ilmuwan Muda Berprestasi, 2011) Hokky Situngkir telah melakukan banyak penelitian menarik. Bahan-bahan penelitiannya bukan saja penting, pendekatan penelitiannya juga tidak tradisional. Bersama Rolan Dahlan, ia menerbitkan buku Fisika Batik, yang menyorot unsur fraktal dalam motifmotif batik Nusantara. Ia juga mendirikan Indonesia Archipelago Cultural Initiatives (IACI) yang bekerja sama dengan Yayasan Tikar mewujudkan Ensiklopedi Budaya Nusantara.

141

Isi Buku 2012.indd 141

8/2/12 3:48 PM


PANITIA PENGHARGAAN ACHMAD BAKRIE 2012 Pelindung Aburizal Bakrie, Penasehat Anindya N. Bakrie, Ketua Umum A. Ardiansyah Bakrie, Ketua Rizal Mallarangeng, Hisyam Sulaiman, Sulaeman Sakib, Dudi Hendrakusuma, Karaniya Dharmasaputra, Bobby Gafur Umar Ketua Program Sulaeman Sakib, Panitia Penjurian Nirwan Arsuka. PANITIA OFF AIR Ketua Pelaksana-Koordinator Zoraya Perucha, Anggota Hidayaturohman, Totok Suryanto, Siddharta Moersjid Sekretaris Tendry Z. M, Wakil Nadya An Nahdy, Cendera Rizky A. B Bendahara/Budget Diarno, Mahzil Febri Koordinator Undangan Zoraya Perucha, Anggota Nadya An Nahdy, Siti Hennari, Cony Alphons, Catherine E. Kusumarini, Dian Armadhini, Murdini, Apriano, Adi Murtiadi, Lia Sugihartini , Fransisca Olivia, Dora, Bayu Nimpuno, Siti Hennari, Joel F. Rasti Protokoler & Penerima Tamu, Koordinator Amanullah Hasan, Anggota Agatha Diah Sedah Asih, Fusca Yoka, Tendry Z. M., Cony Alphons, Siti Hennari, Catherine E. Kusumarini, Dian Armadhini, Suharto, Apriano, Adi Murtiadi, Amanullah Hasan, M . Teguh, Bayu Nimpuno, Siti Hennari, Bambang Priatmono, Joel F. Rasti , Setiadi Ihsan, Chaerul Azis, Muzakir Konsumsi Tiara A. Tarina Perlengkapan & Dekorasi (Perladek) Machfud Maulana Perizinan Machfud Maulana Koordinator Pers Raldy Doy, Anggota Yasmin Sanad, Suwarjono Promo Off Air Didik Budiarto, Monica Desideria, Adrian Ariez Koordinator Merchandise Dian lndarti, Anggota Sheila Ranti, Edwin N., Yincentius Rachmat, Adrian Ariez Koordinator Dokumentasi Medi Susanto, Anggota Ryanto, Bagus Panuntun, Deta Ardian, Muzakir Buku Acara Eru Gunawan, Didik Budiarto PANITIA ON AIR Penanggung Jawab Produksi Indiarto Priadi Penanggung Jawab Kreatif Ade S. Pepe Penanggung Jawab Penunjang Produksi (Teknik) Iman Santosa Penanggung Jawab Penunjang Produksi (Supporting) Arief Budianto Technical Director M. Mirza Executive Produser Januar Sulianto, Ariyadi Tejo Producer Irnanda Rendra, Agung Styanto, Deden M Ramdan, Jafar Shodiq, Bambang Mulyono, Wawan Sumarmo Co. Producer Tantan Rustandar, Andry Irwanto, Gunawan Budi Susilo, Ambara Muji Asisten Produksi Krisnadi Bremi, Filipus Yonaso, Vicky Savoy Penanggung Jawab Siaran tvOne Iman Santosa Penanggung Jawab IT Wisnu Ulandaru Penanggung Jawab Perladek/ Set & Property Yana S. Permana Penanggung Jawab TX & ME Guntur Prihandono Penanggung Jawab Stylist Marwati (Wawa)Penanggung Jawab CB Off Air Didik Budiarto, Deny Amarwanto Promo On Air Dian Indarti, Jade lrfianta, Adrian Ariez

Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 142

8/2/12 3:48 PM


Penyelenggara juga mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang membantu terselenggaranya acara Penghargaan Achmad Bakrie 2012 ini: Sangkot Marzuki (Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), Hendro Wahyono (Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro) Amin Soebandrio (Staf Ahli Menristek Bidang Kesehatan dan Obat ), LT Handoko (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), Warsito P. Taruno (Staf Khusus Menristek Bidang Riset dan Teknologi), R. Bambang Priatmono (Persatuan Insinyur Indonesia), Yulianto (Ikatan Nasional Konsultan Indonesia/INKINDO), R. William Liddle (The Ohio State University) Zen Hae (Sastrawan), Hasif Amini (Editor Sastra), dan banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu di sini.

143

Isi Buku 2012.indd 143

8/2/12 3:48 PM


Penghargaan Achmad Bakrie 2012

Isi Buku 2012.indd 144

8/2/12 3:48 PM


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.