Pelaku Berkisah: Ekonomi Indonesia 1950-an sampai 1990-an

Page 68

THEE KIAN WIE

pertimbangan ekonomi dalam pembuatan kebijakan ekonomi semakin diabaikan, sebagaimana bisa dilihat dari meningkatnya pengeluaran non-anggaran untuk mendanai proyek-proyek mahal, yang daya hidupnya dipertanyakan. Merosotnya pengaruh para ekonom itu juga tampak jelas dari semakin melambatnya gerak deregulasi sejak awal 1990-an (Nasution 1995: 5). Keadaan ini tetap berlangsung walaupun langkah-langkah deregulasi dengan jelas telah berhasil melepaskan ekonomi dari ketergantungan pada penghasilan minyak bumi dan memfasilitasi pertumbuhan ekonomi yang pesat sejak akhir 1980-an. Dalam batas-batas tertentu, turunnya pengaruh itu mungkin akibat mundurnya generasi pertama teknokrat ekonomi sejak akhir 1970-an, termasuk Widjojo, Ali Wardhana, Mohammad Sadli, Subroto, dan Emil Salim, yang sudah dikenal oleh Soeharto sejak awal 1960-an. Sesungguhnya para teknokrat ekonomi yang lebih muda, termasuk Adrianus Mooy, Arifin Siregar, Mar’ie Muhamad, dan Soedradjad Djiwandono, sangat mampu dan terus mendapat kepercayaan dari komunitas bantuan internasional. Namun mereka tidak memperoleh kepercayaan dan memiliki hubungan langsung dengan Presiden Soeharto, seperti yang dikembangkan oleh para teknokrat yang lebih tua, terutama Widjojo. Faktor penting lainnya, yang menyebabkan pudarnya pengaruh para ekonom, adalah naiknya pengaruh apa yang dinamakan ”para teknolog”, yang kebanyakan adalah insinyur, dalam pembuatan kebijakan ekonomi. Di bawah pimpinan B.J. Habibie, Menteri Negara Riset dan Teknologi yang kuat dan dinamis, ”para teknolog” mempertanyakan kearifan untuk menempuh strategi ekonomi para ekonom. Habibie menyatakan, di masa lalu diutamakan strategi pembangunan berdasarkan prinsip keunggulan komparatif. Namun kini sudah tiba lxvi


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.