

Fisher(wo)menexist.
Idealnya, laki-laki dan perempuan merupakan aktor penting dalam sektor perikanan. Namun, profesi nelayan masih lekat kaitannya dengan laki-laki karena adanya bias gender di masyarakat.
Bias gender masih secara signifikan mempengaruhi interaksi manusia dengan lautan. Hal ini dikarenakan adanya keyakinan budaya yang mengaitkan laki-laki dengan lanskap perairan.


Perempuan,di sisi lain, sering diasosiasikan dengan kehidupan daratan karena peran tradisional mereka dalam mengurus

rumah tangga, keluarga, dan pertanian, dan hal ini ditemukan di banyak sektor perikanan di seluruh dunia. Kondisi ini menyebabkan peran perempuan dalam sektor perikanan masih

terabaikan dalam proses manajemen dan kebijakan.

Di tahun 2018, sebanyak 42%pekerjadisektorperikanan merupakanperempuan. Namun, terdapat hambatan-hambatan yang mencegah partisipasi perempuan dalam sektor ini, mengakses peluang ekonomi, dan mendapat dukungan pemerintah karena kurangnya pengakuan terhadap peran penting yang dimainkan oleh perempuan.
Dari 150 ayat lebih yang terdapat dalam
Undang-Undang No.7/2016 tentang
Perlindungan dan Pemberdayaan
Nelayan hanya terdapat satu kata
perempuan yang disebutkan. Meskipun undang-undang ini menyebutkan bahwa istilah "nelayan" mencakup setiap orang yang mencari nafkah dari kegiatan melaut, namun dalam praktieknya istilah tersebut seringkali diartikan hanya mencakup laki-laki yang secara langsung

menangkap ikan menggunakan jaring. Dampak dari definisi yang sempit ini adalah perempuan yang terlibat dalam pengolahan hasil laut atau kegiatan terkaitperikanandankelautantidakdiakuiolehnegarasebagainelayan.

Perempuan nelayan sering terabaikan dalam undang-undang dan kebijakan perikanan, meskipun mereka berperan penting dalam perekonomian pesisir. Bias gender dari budaya patriarki menyebabkan kurangnya pengakuan terhadap peran mereka, dan sering kali dianggap bergantung pada suami secara finansial. Akibatnya, perlindungan dan pemberdayaan khusus untuk perempuan nelayan tidak tersedia, menyebabkan ketidakadilan gender dan berpotensi meningkatkan tingkat kemiskinan di kalangan mereka (Daniah & Apriani, 2022).

Mengapa Peran Perempuan Penting dalam

Sektor Perikanan
1.KontributorPenghasilanKeluarga
Data dari KIARA menunjukkan bahwa
perempuan nelayan berperan
setidaknya 48% dari mata pencaharian
mereka. Mereka bekerja sangat panjang hingga17jamsehari.
2.MengurangiKemiskinandan





MenjagaKetahananPangan
Perempuan berpartisipasi dalam
aktivitas perikanan skala kecil di semua
wilayah dunia, dengan sekitar 2,1 juta
nelayan (± 86.000), Mereka menangkap
sekitar 2,9 juta ton (± 835.000 ton) ikan
laut dan invertebrata setiap tahunnya
dengan estimasi nilai hasil tangkapan
oleh perempuan mencapai USD 5,6 miliar (± 1,5 miliar).

Keterlibatan Perempuan dalam Perubahan Iklim?

Pekerjaan laki-laki adalah pekerjaan produktif yang dapat dikatakan sebagai pekerjaan mencari nafkah. Akan tetapi, tidak sedikit perempuan turut mengambil peran dalam pekerjaan yang dapat memberi nafkah.




Perubahan iklim yang terjadi mengakibatkan kenaikan suhu permukaan laut, intensitas cuaca ekstrim, perubahan pola curah hujan dan gelombang besar sehingga berpengaruh terhadap kelanjutan bagi kehidupan nelayan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Ini memaksa para perempuan untuk turut berperan dalam memenuhi pendapatan keluarga (Subhan et al., 2022). Perempuan nelayan menghadapi tantangan lebih berat dalam memastikan keberlanjutan pangan dan kesejahteraan keluarganya. Faktor ini terkait dengan persepsi sosial tentang peran gender yang masih melekat pada perempuan (Ridhayanti, 2023)
Dengan demikian, ketegasan dan komitmen dari pemerintah untuk memastikan bahwa hak-hak perempuan dipenuhi dan dilindungi melalui kebijakan iklim perkotaan yang memperhatikan kesetaraangender.
Arif Musyaffat
Fatchur Rohman

Maulia Inka Vira Fadilla


Sheina Hassya Ayyanda





