BUDAYA KORUPSI DI INDONESIA
NAZWA N (X MIPA 3)
SMA Negeri 1 Warungkondang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia, dilihat dari keanekaragaman
kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, jika negara Indonesia ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya, tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya.
Korupsi di Indonesia sudah menjadi patologi (penyakit sosial) yang sangat
berbahaya yang mengancam kesejahteraan berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materil keuangan di Indonesia. Korupsi telah menjadi permasalahan yang kronis dan semakin parah. Korupsi telah tumbuh sejak manusia mulai mengenal kehidupan berkelompok dan terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Lingkungan telah mempengaruhi perkembangan kasus korupsi yang semakin meluas. Walaupun berbagai upaya telah dilakukan untuk memerangi korupsi, akan tetapi masih memerlukan upaya yang luar biasa untuk meminimalisir
kejahatan korupsi saat ini dan pada masa yang akan datang.
Dari sudut pandang hukum, suatu perbuatan jahat dapat dikatakan sebagai
tindak pidana korupsi bila memenuhi unsur-unsur tertentu, antara lain: berlawanan dengan hukum, penyalahgunaan kewenangan, serta penyalahgunaan kesempatan dan sarana publik demi memperkaya diri sendiri, orang lain dan korporasi tertetu.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang berbuat korupsi yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri
pribadi sedangkan faktor eksternal merupakan fakor yang berasal dari lingkungan atau dari luar. Faktor-faktor tersebut seperti yang dijelaskan dalam Christvidya (2022)
sebagai berikut:
Faktor internal
1. Sifat serakah/tamak/rakus manusia
Keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat seseorang selalu tidak
merasa cukup atas apa yang dimiliki, selalu ingin lebih. Dengan sifat tamak, seseorang menjadi berlebihan mencintai harta. Padahal bisa jadi hartanya sudah
banyak atau jabatannya sudah tinggi. Dominannya sifat tamak membuat seseorang tidak lagi memperhitungkan halal dan haram dalam mencari rezeki. Sifat ini menjadikan korupsi adalah kejahatan yang dilakukan para profesional, berjabatan tinggi, dan hidup berkecukupan. Setiap manusia memiliki sikap serakah, selalu merasa tidak berkecukupan, dan memiliki hasrat besar untuk memiliki segalanya.
Jika tidak dapat mengendalikan diri, maka korupsi akan terjadi dari diri sendiri.
2. Gaya hidup konsumtif
Sifat serakah ditambah gaya hidup yang konsumtif menjadi faktor pendorong internal korupsi. Gaya hidup konsumtif misalnya membeli barang-barang mewah dan mahal atau mengikuti tren kehidupan perkotaan yang serba glamor. Korupsi bisa terjadi jika seseorang melakukan gaya hidup konsumtif namun tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai. Demi diterima dalam lingkungan sosial, banyak orang memilih untuk melakukan gaya hidup yang konsumtif. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya korupsi secara disadari.
Faktor Eksternal
1. Aspek Politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang besar menjadi
faktor eksternal penyebab korupsi. Tujuan politik untuk memperkaya diri pada akhirnya menciptakan money politics. Tindakan ini dilakukan karena memiliki
jabatan atau kekuasaan yang tinggi di pemerintahan. Demi mempertahankan jabatan dan memenangkan urusan politik, maka banyak orang melakukan tindakan korupsi.
2. Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Di antaranya tingkat pendapatan atau gaji yang tak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Korupsi dalam jumlah besar justru dilakukan oleh orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi. Karena banyaknya kebutuhan untuk hidup dan merasa memiliki pendapatan yang kurang, sehingga ada sebagian orang yang nekat melakukan korupsi. Aspek ekonomi bisa menjadi dasar manusia merasa terdesak untuk mengambil jalan pintas, demi mencukupi kebutuhan dan keinginannya.
3. Aspek Organisasi
Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah organisasi tempat koruptor berada. Biasanya, organisasi ini memberi andil terjadinya korupsi, karena membuka peluang atau kesempatan. Misalnya tidak adanya teladan integritas sistem akuntabilitas, atau lemahnya sistem pengendalian manajemen. Biasanya hal ini akan didukung karena organisasi tersebut tidak memiliki aturan yang kuat. Organisasi juga tidak memiliki pemimpin yang dapat diteladani. Parahnya, organisasi tidak memiliki lembaga pengawasan dan sistem pengendalian manajemen yang lemah.
Korupsi tentu memiliki berbagai dampak baik langsung maupun tidak langsung, seperti dikutip dalam Utami (2021) sebagai berikut:
1. Menurunkan tingkat investasi
Menurut Mauro dalam buku Corruption and Growth: The Quarterly Journal of Economics 110 (1995), korupsi menurunkan tingkat investasi suatu negara. Hal ini dikarenakan investor akan merasa khawatir jika menaruh investasi di negara dengan kasus korupsi yang banyak. Investor akan menilai bahwa hasil keuntungan yang didapat tidak akan maksimal, karena banyak dana yang dikorupsi. Selain keuntungan
tidak maksimal, investasi yang ditanam akan turun dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
2. Menciptakan kemiskinan
Kesenjangan pendapatan antara para koruptor dan rakyat mengakibatkan kemiskinan relatif. Namun, secara keseluruhan perilaku korupsi akan meningkatkan
kemiskinan absolut. Di mana akan semakin banyak orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Meningkatnya kemiskinan akan melahirkan banyak dampak buruk dan masalah sosial seperti krisis kepercayaan masyarakat, meningkatnya tindak kejahatan juga kekerasan, serta meningkatnya kasus bunuh diri.
3. Terhadap pembangunan
Salah satu sektor yang paling banyak dikorupsi adalah pembangunan dan infrastruktur. Hal tersebut terjadi karena dana yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan fasilitas umum malah dikorupsi. Sehingga, korupsi dapat menghambat pembanginan fasilitas umum dalam jangka panjang dan berkelanjutan.
Sedangkan upaya yaang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi seperti yang dijelaskan dalam Isabela (2022) sebagai berikut:
1. Strategi Preventif
Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk meminimalisasir penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi.
2. Strategi Represif
Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah. Sehingga para pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Isabela
Korupsi adalah perbuatan busuk yang banyak merugikan negara. Korupsi di Indonesia sudah menjadi patologi (penyakit sosial) yang sangat berbahaya yang mengancam kesejahteraan berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materil keuangan diindonesia. Korupsi telah menjadi permasalahan yang
kronis dan semakin parah. Korupsi merupakan perbuatan busuk seperti penggelapan dan penerimaan uang sogok, membawa kerugian sangat besar bagi negara dan masyarakat dalam bentuk jutaan, ratusan bahkan miliaran rupiah, menghambat
banyak program pemerintah (pembangunan ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik, hukum dan lain-lain). Selain penegakan hukum, penanaman nilai dan pembentukan
kultur anti-korupsi juga perlu dibangun mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat secara baik dan benar.
REFERENSI
Christvidya, K. P (2022). Faktor Internal dan Eksternal Penyebab Terjadinya Korupsi di Indonesia. [Online]. https://www.fimela.com/lifestyle/read/4895746/7faktor-internal-dan-eksternal-penyebab-terjadinya-korupsi-di-indonesia (Diakses, Cianjur 14 Mei 2023).
Utami, S. M (2021). Dampak Korupsi dan Hukumannya. [Online]
https://www.kompas.com/skola/read/2021/11/22/090000269/dampak-korupsidan-hukumannya. (Diakses, 15 Mei 2023).
Isabela, M. A. C. (2022). Upaya Pencegahan Korupsi. [Online].
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/03/26/02000091/upayapencegahan-korupsi (Diakses, 15 Mei 2023).