WINNA | EKSPRESI
Seorang petugas proyek PLTU melintas di luar pagar seng (20/6).
Janin Mitos dalam Narasi Agama
B
ramantyo Prijo Susilo, seni man kont rov ers io nal yang terg ab ung dalam Bengkel Teater Rendra, kerap terlibat dalam banyak seni kejadian dan pamer an. Mulai dari pameran seni Keringat Rakyat, seni Banyu Wayu, seni keja dian Masturbasi Reformasi, dan seni Membanting Macan Kerah. Paling kontroversial, mantan wartawan BBC London ini menciptakan seni kejadian mengenai perkawinan beda alam. Seni kejadian yang berkisah tentang seorang manusia, Kodok Ibnu Sukodok, berke inginan menikahi peri, Peri Setyowati. Apa yang ingin Bramantyo sampaikan? Berikut penuturannya kepada reporter EKSPRESI, Andhika Widyawan dan Bayu Hendrawati, dalam wawancara di Sekaralas, Widodaren, Ngawi.
Apa tujuan utama seni kejadian perkawin an beda alam?
Cerita perkawinan beda alam antara Mbah Kodok dengan Peri Setyowati di buat dalam usaha membuat karya yang menjawab persoalan masyarakat. Seperti masalah lingkungan hidup, terutama di kawasan Sekaralas. Di sini, ada dua mata air yaitu Sendang Ngiyom dan Sendang Margo. Dulunya sendang ini merupakan mata air yang cukup besar tapi kemudian debitnya mengecil. Persoalan berikutnya, kala itu sedang ramai tentang perkawinan sesama jenis (LGBT). Cerita ini sebagai bentuk ko mentar terhadap wacana yang sedang terjadi. Kami cuma ingin nyeletuk, bahwa kita secara tradisi, jangankan perkawin an sesama jenis atau perkawinan beda agama, perkawinan beda alam saja ada.
58 EKSPRESI EDISI XXIX TH XXIV NOVEMBER 2016
Juga untuk melestarikan mitos di masya rakat? Sebenarnya bukan untuk melesta rikan mitos yang beredar, kami justru membuat mitos baru.
Mengapa harus Mbah Kodok dan Peri Setyawati?
Jadi dikisahkan, ada seorang pria bernama Kodok Ibnu Sukodok yang berusia di atas 60 tahun dan berstatus bujangan, ingin kawin dengan seorang perempuan gaib, yakni seorang peri bernama Setyowati. Dipilihnya tokoh Peri Setyowati karena ada kedekatan dengan masyarakat Ngawi. Dulu diki sahkan, bahwa pada zaman Majapahit, Brawijaya Pamungkas bersama Sabda Palon dan Naya Genggong melak u kan perjalanan dari Ketonggo menuju Gunung Lawu. Nah, kami melakukan penambahan cerita, yakni Setyowati ini merupakan salah satu penderek dari Brawijaya Pamungkas hingga akhirnya Peri Setyowati moksa di Sendang Margo.
Bagaimana respons masyarakat?
Jadi, kami melanjutkan upacara
ANDHIKA | EKSPRESI
wawancara khusus