Buletin EXPEDISI Edisi pra-PKKMB UNY Agustus 2019

Page 1

EXPEDISI EDISI PRA PKKMB UNY | AGUSTUS 2019

MEMBANGUN

B U D AYA

KRITIS

SENTRA

Repro. Ririn | Expedisi

Waspada Militer Masuk Kampus

Pembicara pada acara PMB akan diisi dari kalangan militer dengan membawakan materi "Optimalisasi Peran Mahasiswa dalam Menangkal Radikalisme."

U

NY (Universitas Negeri Yogyakarta) mengundang gubernur akademi militer Dudung Abdurachman sebagai pembicara pada PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) pada 19 Agustus 2019. Pemilihan gubernur akademi militer ini dibawah koordinasi wakil rektor satu, Margana dalam rapat pimpinan. Salah satu alasan terpilihya gubernur akademi militer menjadi pembicara adalah menvariasikan perspektif, karena tahun lalu pembicara berasal dari kepolisian maka tahun ini berasal dari militer. Disamping itu Sutrisna Wibawa selaku rektor UNY juga membenarkan bahwa yang akan menjadi pembicara ialah gubernur akademi militer, yang akan membawakan materi "Optimalisasi Peran Mahasiswa dalam Menangkal Radikalisme." Menurut beliau, militer punya pengalaman lebih tentang hal

tersebut. Hal itu dapat disampaikan kepada mahasiswa dalam bentuk stadium general dalam waktu kurang lebih 90 menit. Tujuan Memilih Pembicara Dari Akmil Tujuan menghadirkan gubernur akademi militer pada PMB ini diantaranya, ingin menangkis adanya pernyataan dari penelitian Setara institute yang menyebutkan bahwa UNY adalah salah satu perguruan tinggi di Jogja yang terpapar radikalisme. Seperti yang diungkapkan oleh Margana “UNY termasuk tiga perguruan tinggi negeri yang disinyalir ada radikalisme, bahwa UNY diklaim terdapat mahasiswa radikalisme, kita ingin meyakinkan bahwa uny itu tidak ada radikalisme.� Margana menekankan tiga literasi data, teknologi, dan manusia dalam rangka memberi edukasi pada mahasiswa. Literasi teknologi akan disampaikan

oleh menteri kominfo, supaya mahasiswa baru untuk membekali mahasiswa baru tentang tiga literasi yang harus dikuasai adalah communication, collaboration, critical thinking, problem solving, creativity, innovation, dan untuk memproteksi mahasiswa baru dari pengaruh pahampaham dari luar, maka dihadirkan menteri kominfo untuk jadi pembicara. Seperti yang Margana katakan,�Untuk membekali tentang tiga literasi itu, manusia harus paham adanya hablum minallah, hablum minalam, dan hablum manannas. Nah, bagaimana relasi manusia dengan manusia, manusia dengan alam, keseimbangan alam agar tidak rusak dan dengan Tuhan. Ada lagi relasi manusia agar tidak terjadi plagiasi.� ungkapnya. Kontra Militer Masuk Kampus Sedangkan pendapat lain muncul


SENTRA

EDISI PRA PKKMB UNY AGUSTUS 2019

“UNY termasuk tiga perguruan tinggi negeri yang disinyalir ada radikalisme, bahwa UNY diklaim terdapat mahasiswa radikalisme, kita ingin meyakinkan bahwa uny itu tidak ada radikalisme.” - Margana

EDITORIAL

Rio juga kurang setuju dengan adanya pemusatan radikal pada satu pemikiran, karena negara kita adalah negara demokratis. Menurutnya, rektorat selalu mengkaitkan radikal dengan sesuatu yang negative. Sampai ada salah satu temen FIP dia cerita, dia dilarang pake cadar, harus pake masker. Padahal cadar itu kan hak dia. Sepertinya

awalnya dari situ, rektorat lagi kelagapan isu-isu dari luar." Perlu Diwaspadai Militer Masuk Kampus “Tapi sekarang itu radikalisme itu ras nasional, maksud saya gini kita bisa punya dalil untuk membenarkan apakah sesosok pimpinan gubernur itu layak atau tidaknya berdasarkan apa yang mereka bicarakan.” Menurut Pandhu Yuanjaya, militer berhak menjadi pembicara karena pembicara itu bukan dilihat dari background tetapi dilihat dari apa yang akan dibicarakan, ketika militer masuk kampus untuk mengekang kebebasan berpikir itu sesuatu hal yang salah namun ketika membicarakan ke hati-hatian terhadap radikalisme mereka lebih tau akan hal itu. Jadi untuk mengidentifikasi militer masuk kampus tergantung apa yang akan di bawakan pada saat PMB mendatang. Lembaga yang paling pancasilais yang seharusnya mempertahankan konstitusi yakni institusi militer. Namun ketika kita berbicara militer sebagai pelindung konstitusi tergantung topik yang dicitrakan, misalnya tentang radikalisme. Radikalisme itu dalam konteks negara sekarang ditangani oleh Polri paling utama, karena radikalisme bukan tentang pertahanan negara tetapi tentang keamanan negara. Jadi, klarifikasi militer masuk kampus atau tidaknya itu berdasarkan apa yang akan dibicarakan gubernur akademi militer pada saat PMB mendatang.

2

n Dr. Margana, M.Hum. ketika diwawancarai di ruangannya, Jumat (16/08).

Ketika mereka membicarakan tentang kewaspadaan bahwa kita sekarang berada pada masa kritis di era radikalisme maka itu bukan suatu masalah. Namun, ketika yang dibicarakan tentang pengekangan kebebasan berpikir, pengekangan kebebasan berpendapat, pengekangan kebebasan berorganisasi maka kita harus waspada akan adanya militerisme masuk kampus. Vidi Mila Sukmawati Fatonah, Ayu, Ajeng, Raiya

SUARA MABA

Militer Bukan Solusi Radikalisme PKKMB merupakan kegiatan menyambut mahasiswa baru, dalam rangka memperkenalkan lingkungan kampus kepada mahasiswa baru. Namun ada yang berbeda di UNY tahun ini, biasanya upacara PMB digabung dengan kegiatan PKKMB, sekarang PMB menjadi rangkaian acara sendiri. Tujuan memisahkan kedua rangkaian acara tersebut untuk meningkatkan literasi dan edukasi mahasiswa baru. Sebagai wujudnya, “Optimalisasi Peran Mahasiswa Menangkal Radikalisme” menjadi salah satu tema pembicara dalam upacara PMB yang disampaikan langsung oleh gubernur akmil, Dudung Abdurchman. Tema tersebut diangkat untuk menangkal penelitian SETARA institut yang menyebutkan UNY menjadi salah satu

Ayu | Expedisi

dari ketua PKKMB, menurut Satria Yudistira selaku ketua PKKMB kurang cocok ketika militer membicarakan radikalisme. Dia tidak setuju dengan asumsi yang beredar yakni nasionalisme lawan dari radikalisme. Nasionalisme erat kaitannya dengan TNI karena untuk memunculkan rasa kebanggaan atas negara perlu adanya lambang negara. Maka asumsinya TNI atau militer terus dikuatkan. Namun sekarang kita sudah memasuki era distrupsi 4.0, sudah banyak perubahan akan hal itu. Era distrupsi juga termasuk radikal, dalam ekonomi juga radikal, bahkan perubahan ilmu itu radikal. Oleh karena itu, radikal yang seperti apa yang akan di tangkis.

universitas terpapar radikalisme. Padahal, radikalisme memiliki makna mempelajari sesuatu secara mengakar, ketika seorang mahasiswa mempelajari bidang keilmuan sampai ke akarnya, maka ia bisa disebut radikal. Apakah pantas seorang militer menjadi pembicara PMB tersebut? Padahal, tujuan reformasi adalah mengembalikan militer ke barak. Namun militer hari ini malah diberi mimbar untuk menguliahi para mahasiswa tentang apa itu kebangsaan dan radikalisme. Padahal belakangan ini militer telah menjadi mesin penyita buku. Bahkan militer menjadi momok yang represif dan otoriter terhadap pendidikan. Seharusnya, pihak akademisi menjadi yang lebih mumpuni menyampaikan tema tersebut kepada mahasiswa. Redaksi

PKKMB ini sangat membantu maba untuk mengenal universitas dan fakultas. Perasaan saya ikut PKKMB ini senang sekali, bisa mendapat banyak teman baru dan mengikuti kegiatan dengan bahagia. Sidiq Jatra Mahendra Manajemen

Menurut kami yang bukan islam jalur masuk hafiz quran sangat bagus juga prestasinya. Felicia Natasha Pendidikan Seni Rupa

Saya pernah baca di Twitter, menurut saya miris. Karena sudah jadi mahasiswa, seharusnya tidak terpengaruh untuk ikut suatu aliran. Menurut saya radikalisme masih konteks negatif. Puji Lestari Psikologi


Jalur Masuk PTN Khusus Hafiz Quran

I

stilah hafiz quran akhir-akhir ini sering kita dengar, apalagi ketika bulan suci ramadan. Beberapa stasiun televisi bahkan ada yang sampai menyiarkan ajang perlombaan hafiz quran yang dikuti para penghafal kitab suci alquran. Banyak sekali orang yang tertarik untuk menghafalkan alquran. Bahkan beberapa sekolahpun membuat program menghafal al quran, baik sekolah negeri maupun swasta. Tidak hanya pada jenjang sekolah saja. Ketertarikan masyarakat terhadap program menghafal alquran, juga menjalar hingga tingkat perguruan tinggi. Mulai dari beasiswa hingga jalur masuk perguruan tinggi. Tidak hanya melalui tes formal seperti jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri), serta ujian mandiri yang diadakan kampuskampus terkait saja, namun kini sudah banyak sekali perguruan tinggi yang membuka jalur pendaftaran melalui seleksi hafalan alquran, baik itu secara cuma-cuma yang hanya sekedar dites hafalannya saja, ataupun yang mendapat poin tambahan untuk nilai tes tulisnya , tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku sesuai kampus terkait. Beberapa contohnya yaitu seperti Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) dan Universitas Diponegoro (Undip) dan banyak lagi yang lain. Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sendiri juga sudah menerapkan jalur hafalan al-quran. Jalur masuk melalui hafalan al quran ini dikelompokan dalam jalur Seleksi Mandiri (SM) prestasi. Dilihat dari kacamata orang islam, kebijakan mengenai jalur masuk melalui hafalan alquran memang sesuatu yang baik dan memang pantas untuk disebut sebagai prestasi. Bahkan beberapa orang muslim beranggapan bahwa adanya jalur masuk melalui hafalan alquran, merupakan salah satu bagian

dari mukjizat alquran, dimana setiap hal yg berhubungan dengan alquran akan dimuliakan. Seperti contoh malam diturunkannnya alquran menjadi malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan ramadan adalah bulan yang suci dan dimulia, karena bulan dimana alquran diturunkan, jibril sebagai malaikat yang menyampaikan wahyu menjadi malaikat yang paling mulia diantara malaikatmalaikat yang lain, Nabi Muhammad sebagai nabi yang mendapat alquran menjadi nabi yang paling mulia dan menjadi kekasih yang paling dicintai Allah, bahkan umatnya pun menjadi umat terbaik.

Raiya | Expedisi

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, apakah adil ketika kebijakan ini berlaku? Bagaimana dengan agama lain yang tidak dapat merasakan manfaat dari kebijakan tersebut? bukankah itu adalah sebuah bentuk diskriminasi dimana pihak universitas hanya mengistimewakan golongan tertentu saja. Mungkin memang terlihat sedikit tidak adil. Namun saya rasa terlalu berlebihan jika kebijakan tersebut dianggap sebagai sebuah bentuk diskriminasi. Adanya kebijakan tersebut bukan berarti mengistimewakan agama islam saja, namun lebih melihat pada adanya sesuatu yang diistimewakan dalam islam, kemudian dari pihak perguruan tinggi ikut meghargai hal itu. Saya rasa pihak perguruan tinggi juga akan melakukan hal yang sama kepada agama lain ketika memang ada hal serupa dengan hafalan alquran yang ada di dalam agama islam.

Dalam agama katholik ada yang dinamakan perlombaan lektor, yaitu perlombaan membaca al kitab dengan nada dan intonasi yang tepat. Namun hal tersebut memang sangat jelas tidak dapat disamakan dengan hafalan alquran. Karena notabenenya menghafal alquran bukanlah sebuah perlombaan, tetapi sesuatu yang diistimewakan dalam agama islam. Karena memang islam sendiri memberikan penghargaan terhadap orang yang menghafal alquran. Apabila ingin disamakan, maka lomba lektor lebih cocok disamakan dengan lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ dalam islam). Karena keduanya sama-sama dapat dikatakan sebagai sebuah perlombaan. Sertifikat dari kedua lomba tersebut juga dapat dimasukkan kedalam bidang prestasi untuk mendaftar perguruan tinggi negeri. Sehingga dapat dikatakan sebuah diskriminasi, ketika salah satu dari dua lomba tersebut dianggap tidak dikategorikan kedalam sebuah prestasi untuk mendaftar keperguruan tinggi negeri. Pada akhirnya, terlepas kebijakan itu bersifat diskriminatif atau tidak. Kita juga perlu mempertanyakan kembali apa keterkaitan antara kebijakan tersebut dengan PTN kita? Karena Jalur tersebut saya rasa seharusnya lebih sesuai apabila diterapkan di peguruan tinggi yang memiliki visi misi ketaqwaan kerohanian islam. Karena akan relevan dengan upaya perguruan tinggi islam tersebut dalam mengembangkan iman dan taqwa mahasiswanya. Sedangkan penerapan jalur hafiz quran di perguruan tinggi negeri selain kurang relevanya dengan kajian ilmu bidang studi yang dipilih, juga tidak ada korelasi antara visi misi perguruan tinggi negeri dan tri dharma perguruan tinggi. Terlebih lagi menghafal quran tidak bisa dijadikan sebagai jaminan bahwa nantinya dalam proses perkuliahan akan berjalan dengan baik sesuai dengan bidang ilmu yang dipilih. Daud Ibrahim

Pimpinan Proyek Tri Rahayu | Redaktur Pelaksana Fatonah Istikomah, Fadli Nasrudin Alkof (Non-aktif) | Redaktur Vidi Mila Sukmawati, Daud Ibrahim | Reporter Fatonah Istikomah, Nastiti Ajeng Priswari, Raiyani Hidayah Ruida, Tri Rahayu | Redaktur Foto Steven Adi | Artistik Raiyani Hidayah Ruida, Yusrina Fitria | Produksi Rizal Alfiano, Yahya Abdullah | Iklan Vidi Mila Sukmawati, Nastiti Ajeng Priswari | Sirkulasi M.Fatahillah Akbar, Arummayang | Alamat Gedung Student Center Lt 2 Karangmalang, Yogyakarta 55281 | Email lpm_ekspresi@yahoo.com | Web ekspresionline.com | Redaksi menerima artikel, opini dan surat pembaca. Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah isi.

3

PERSEPSI

EDISI PRA PKKMB UNY AGUSTUS 2019


GALERI

EDISI PRA PKKMB UNY AGUSTUS 2019

n Pengenalan UKM Panahan saat wisata kampus FIK pada Rabu (14/8). Foto oleh Ririn.

IKLAN

n Display UKMF Sangkala di acara TM 2 Fakultas Bahasa dan Seni, Jumat (16/8). Foto oleh Ayu.

4

n Kegiatan ibadah mahasiswa FIS di Taman Pancasila pada Kamis (15/8). Foto oleh Ajeng.

n Rabu (14/8) simulasi mitigasi bencana untuk mahasiswa baru FIK. Foto oleh Ririn.


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.