E-Bulletin ISSaCT ed 8/I

Page 1

Edisi 8/Tahun I -- 9 Juni 2014

TRANSFORMASI Diterbitkan Oleh: The ISSaCT*

Local Reform di Kota Surakarta pada Era Joko Widodo (2005-2012) Oleh: Dr. Wahidah R. Bulan Sebagai pemegang otoritas tertinggi, kepala daerah merupakan aktor penting dalam proses reformasi. Hal itu karena dengan sejumlah kewenangan yang dimiliki (UU No. 32/2004 pasal 21), kepala daerah dapat mengeluarkan aneka kebijakan guna mengupayakan

terjadinya

peru-

bahan. Akan tetapi dengan memperhatikan bahwa tidak semua kepala daerah berhasil mengupayakan reformasi, faktor kewenangan (official power) semata, ternyata belumlah memadai untuk mendorong perubahan. Merujuk praktek sukses di beberapa daerah, inisiatif reformasi (gagasan inovatif) dan keberanian kepala daerah, beberapa faktor yang turut menstimuli terjadinya perubahan. Melalui inisiatif reform kepala daerah dapat menetapkan kebijakan guna menyelesaikan

permasalahan

dan

keluar dari mainstream (regulasi, kerumitan prosedur, dan lain-lain) yang meng-constrain tindakannya. Karena memiliki kekuatan otoritatif, inisiatif

relatif

lebih

mungkin

berkembang

ke

arah

perubahan

gerak roda pemerintahan, merupa-

dibanding jika dimotori oleh staf

kan hal lain yang tak kalah penting.

(birokrasi). Sedangkan faktor keber-

Meski secara formal birokrasi berada

anian, penting mengingat gagasan

di bawah kontrol kepala daerah,

perubahan terkadang harus berhada-

mendapatkan kepatuhan adalah hal

pan dengan sejumlah kendala untuk

yang berbeda karena konsep otoritas

dapat diimplementasikan. Hal itu

mengacu pada hubungan antar orang

sejalan dengan penelusuran redaksi

per orang dan bukan dengan jabatan

Majalah Tempo terhadap sejumlah

perseorangan (Blau dan Meyer).

kepala daerah, yang menemukan adanya sejumlah karakter “khas�

Selain dengan state actors (DPRD dan

kepala daerah yang mampu men-

birokrasi), kepala daerah juga perlu

dorong reformasi, yaitu: egaliter,

membangun hubungan dengan non-

berani, dan mau menyelesaikan masa-

state actors (ormas, NGO, tokoh

lah dengan cara tidak biasa (inovatif).

masyarakat,

tokoh

intelektual,

perguruan

tinggi)

mengingat

Kemampuan aktor kepala daerah

keberadaan mereka sebagai stake-

membangun

(connecting)

holder pembangunan strategis. Selain

dengan multi aktor (struktural mau-

itu mengingat media massa sebagai

pun individual), merupakan faktor

salah satu pilar penopang demokrasi

lain yang tak dapat diabaikan. Kepala

selalu ada di balik pengungkapan

daerah yang tidak mampu mem-

kasus-kasus

bangun

(kekuasaan)

kekuasaan dan anggaran baik di dae-

dengan DPRD dapat “tersandera�

rah maupun di pusat, kemampuan

secara politik akibat usulan anggaran

kepala daerah membangun hub-

yang

ungan dengan media massa merupa-

hubungan

diajukan

persetujuan. daerah

relasi

tidak

mendapat

Kemampuan

membangun

kepala

hubungan

penyalahgunaan

kan faktor lain yang tak dapat diabaikan.

dengan birokrasi sebagai mesin peng*The ISSaCT=The Institute of Strategic Studies and Civilizational Transformation


Pentingnya

membangun

hubungan

dunia), jagong (memenuhi undangan),

bagai aktor utama perubahan dan

dengan multi aktor dalam mendorong

dan jagongan (berdiskusi atau bermusya-

menemukan

faktor-faktor

terwujudnya

juga

warah). Selain itu Jokowi juga mengem-

mempengaruhi

tindakan

ditemukan dalam preliminary study yang

bangkan apa yang disebutnya dengan

yang dilakukannya; selain secara spe-

penulis lakukan pada Juni dan Desem-

Forum Group Discussion (FGD), fo-

sifik mendalami relasi kepala daerah

ber 2010 serta Maret 2011. Salah satu

rum

berinteraksi

dengan multi aktor, terutama dengan

faktor yang membantu mempercepat

dengan stakeholder pembangunan semi-

para aktifis masyarakt sipil, sebagai fe-

perwujudan agenda reformasi di Solo

sal para tokoh, pakar, praktisi, akade-

nomena baru yang menarik untuk

di antaranya karena kemampuan sang

misi, NGO, aktifis kemasyarakatan,

ditelisik.

Walikota (Jokowi) membangun hub-

termasuk pihak swasta. Jika SLJJ di-

ungan dengan berbagai komponen

tujukan untuk mengetahui kondisi

Pilihan atas tema dilakukan mengingat

masyarakat, yang dilakukan karena

lapangan dan menyerap aspirasi publik,

studi mengenai hal tersebut relatif

Jokowi menyadari keterbatasan penge-

FGD dilakukan untuk merumuskan

terbatas sementara kebutuhan studi

tahuan dirinya terhadap permasalahan

alternatif solusi/kebijakan atas berbagai

semakin

atau kebijakan yang hendak ditetapkan.

isu atau permasalahan yang membutuh-

dengan kemampuan kepala daerah

kan penanganan segera dan atau per-

mengembangkan hubungan (connecting)

masalahan yang mendapat perhatian

dengan multi aktor misalnya, terdapat

masyarakat cukup luas. Selain itu

kebutuhan yang sangat mengingat ter-

Jokowi mempunyai hubungan “spesial�

jadi perubahan tata hubungan antar

dengan beberapa aktifis masyarakat

aktor

sipil (Civil Society Activist atau CSA)

struktural) paska reformasi. Sebagai

yang memiliki jejaring dengan CSO

contoh terjadi perubahan pola hub-

Selain itu relasi juga dikembangkan

(Civil Society Organization), dengan men-

ungan kepala daerah dengan DPRD

sebagai

ketidak-puasan

jadikan mereka sebagai lingkaran ter-

paska 1998. DPRD yang sebelumnya

Jokowi terhadap kerja birokrasi yang

dalam (inner-circle); yang diistilahkan

(UU No. 5/1974) menjadi bagian

menurutnya lebih senang menyam-

Jokowi dengan staf ahli non-formal

pemerintah daerah kini berada pada

paikan informasi yang ingin

karena tidak ada kontrak

posisi setara dengan hak budgeting, legis-

didengar pimpinan, dan bukan

atau ikatan formal yang

lasi,

informasi real mengenai kondisi

menunjukkan hak dan

pengawasan

lapangan.

kewajiban masing-masing

pemerintah

pihak,

penulis

kewenangan tersebut direduksi paska

Jokowi (dan Rudy sebagai Wakil

istilahkan dengan inner

revisi UU No. 22/1999 menjadi UU

Walikota

social

No. 32/2004, terutama terkait dengan

perubahan,

“Merujuk praktek sukses di beberapa daerah, inisiatif reformasi (gagasan inovatif) dan keberanian kepala daerah, beberapa faktor yang turut menstimuli terjadinya perubahan.�

solusi

atas

Solo)

mengem-

bangkan hubungan dengan mul-

dimana

Jokowi

yang circle

mengingat

relasi dibangun atas prin-

ti pihak melalui sejumlah aktifi-

terus

reformasi

meningkat.

(struktural

bahkan

pembolehan

yang

maupun

hak

non

melakukan

terhadap (local

Terkait

kinerja

state).

tindakan

Meski

impeachment

sip kesukarelaan. Jokowi dan Rudi, aktor tas yang diangkat dari tradisi Local Reform Surakarta Jawa, yang dipopulerkan dengan Hal inilah yang penulis

DPRD atas dasar kinerja pemerintah

istilah

posisi DPRD terhadap pemerintah

SLJJ

yaitu:

sonjo

ingin dalami dalam studi

(silaturahim), layat (mendatangi orang

yang dilakukan, yaitu mengeksplorasi

yang anggota keluarganya meninggal

tindakan reformasi kepala daerah se-

2

daerah

(penolakan

laporan

per-

tanggung-jawaban), realitas menguatnya daerah tidak dapat dibantah.

TRANSFORMASI


Pola hubungan state-masyarakat sipil

secara spesifik membahas peran kepala

digambarkan dalam sosok negatif (bad

pun mengalami banyak perubahan.

daerah. Hal itu mengingat paska diber-

state), yaitu sebagai pihak yang tidak

Arus demokratisasi yang makin men-

lakukannya kebijakan otonomi daerah,

mendukung

guat paska runtuhnya rezim Orba, me-

praktek desentralisasi di Indonesia

(membatasi gerak masyarakat, tidak

nyebabkan hubungan state-civil society

dinilai masih menyimpan sejumlah

partisipatif, dominatif, dan lain-lain).

yang sebelumnya penuh konflik, kini

persoalan dan sedikit saja yang sukses.

Hal; itu sebagaimana dapat dilihat pada

menjadi lebih kooperatif. Kerjasama

Kalaupun ada, studi tidak secara spe-

studi Ganie Rochman (2002) tentang

NGO-state,

sifik

bahasan

peran NGO (advokasi) di tengah otori-

dengan state, belakangan makin sering

mengenai relasi aktor kepala daerah

tarianisme Orde Baru; studi Eldridge

terjadi. Di antaranya melalui sejumlah

akan tetapi lebih kepada institusi

(1995) yang mencoba menemukan gam-

proyek seperti ILGR (Iniciatives For

pemerintah

atau

baran mengenai core value dan aspirasi

Local Governance Reform), LGSP (The

melihat relasi aktor dalam posisi yang

NGO serta hubungan operasionalnya

Local Governance Support Program),

lebih general sebagaimana dilakukan

dengan kelompok dampingan mereka

DRSP (The Democratic Reform Sup-

Zuhro, dkk (2009) yang mencoba

maupun interaksinya dengan agen-agen

port Program), IPGI (Indonesian Part-

mengeksplorasi peran berbagai aktor

pemerintahan; maupun studi Had-

nership on Local Governance Initia-

dalam proses demokratisasi di daerah

iwinata (2003) yang melakukan analisis

(DPRD, elit partai politik, elit birokrasi,

terhadap perubahan strategi yang ter-

akademisi, ulama, tokoh adat, pengu-

jadi pada NGO lokal (termasuk hub-

saha, selain para aktifis NGO); selain

ungan mereka dengan state) sebagai

minim kajian teoritis karena lebih

akibat perubahan kondisi politik Na-

merupakan policy research (Eko Prasojo

sional. Dengan pertimbangan bahwa

dkk, 2004).

paska reformasi kemunculan Negara

bahkan

aktifis

NGO

“Arus demokratisasi yang makin menguat paska runtuhnya rezim Orba, menyebabkan hubungan statecivil society yang sebelumnya penuh konflik, kini menjadi lebih kooperatif.�

difokuskan

pada

(Suharko,

2005),

proses

demokratisasi

baik (good state) yang mewujud dalam tives), dan SAPA (Strategic Alliance for

Studi AKATIGA (2009) tentang local

sosok kepala daerah yang lebih pro

Poverty Alleviation) Indonesia; proyek

reform dan hubungan antar aktor di

terhadap agenda perubahan (local re-

yang didanai sejumlah lembaga donor

Kabupaten Jembrana dan Kebumen,

form) mulai berkembang sebagai fe-

yang

keterlibatan

meski sudah terfokus pada aktor kepala

nomena baru (selain karena impact

pemerintah daerah sebagai pelaksana

daerah, namun karena dilakukan da-

agenda good governance), studi yang

program, diantaranya berupa kesediaan

lam kerangka penguatan masyarakat

mengeksplorasi

memberikan dana pendampingan pro-

sipil, stand point studi lebih kepada

(terutama kepala daerah) dalam men-

gram (APBN dan APBD). Sebagai fe-

inisiatif NGO dan para aktifis NGO

dorong perubahan, menjadi makin

nomena baru eksplorasi hubungan

dan belum mengeksplorasi secara men-

penting dilakukan.

kepala daerah dengan aktifis masyara-

dalam peran kepala daerah. Hal itu

kat sipil dalam pengelolaan kekuasaan

juga dapat dilihat pada studi Hetifah Sj.

Hal lain yang tidak kalah penting, studi

menarik dilakukan, terutama guna

Sumarto (2005) tentang inisiatif reform

relasi aktor yang ada umumnya lebih

mendapatkan informasi yang memadai

masyarakat sipil di 20 kota/kabupaten

menekankan analisis hubungan state

mengenai sejauhmana dan bagaimana

di Indonesia. Beberapa studi lain kare-

actors (pemerintah daerah, DPRD dan

hubungan tersebut berkontribusi mem-

na dilakukan pada masa rezim otoriter

birokrasi) dengan aktor institusional

percepat terjadinya perubahan.

Orde Baru (yang agak maju pada fase

(NGO dan ormas) dan kurang (sangat

awal

jarang)

mensyaratkan

reformasi),

juga

cenderung

peran

mengeksplorasi

pemerintah

keterlibatan

Meski terdapat sejumlah studi tentang

menempatkan NGO dalam posisi sen-

aktor individual semisal para penggiat

local reform, sayangnya sedikit saja yang

tral (aktor utama) sementara state

masyarakat sipil atau civil society activ-

TRANSFORMASI

3


ist (aktifis NGO, tokoh, para profesion-

(CSO); pemerintah daerah (terutama

masyarakat miskin), dengan mengubah

al, akademisi, dan lain-lain). Mengingat

para

kultur birokrasi menjadi lembaga pela-

terjadinya fenomena peningkatan peran

pemerintah

Ke-

yanan masyarakat, meningkatkan profe-

aktor-aktor individual (inisiatif individ-

mendagri); serta DPR-RI dan partai

sionalitas lembaga, dan mewujudkan

ual) sebagai dampak positif

politik. Sumbangan dimak-

lembaga yang tidak koruptif (good and

proses demokratisasi (kasus

sud di antaranya terkait

clean governance).

Refli

dengan

Harun,

kepala

daerah)

pusat

Macica

maupun

(khususnya

penyempurnaan

Mochtar, dan lain-lain) mau-

UU No. 32/2004, yaitu

pun dampak perkembangan

terkait dengan upaya me-

teknologi informasi (kasus

maksimalkan pelaksanaan

koin untuk Prita), studi

tupoksi kepala daerah da-

tentang hal tersebut makin Prita menjadi aktor indi- lam mengupayakan kedirasakan sebagai kebu- vidual dalam demokrasi bijakan pro-poor yang positif

tuhan. Signifikansi Studi

(kebijakan inklusif), berupa

(3)

Melakukan

inisiatif

tindakan

hukum dan politik untuk mengatasi kendala struktural (rules), berupa kerumitan prosedural, ketersediaan aturan yang dibutuhkan, serta adanya aturan yang membatasi tindakan. (4) Mengembangkan nilai-nilai budaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat

(Jawa)

sebagai

moral

spirit

pem-

(terutama bagi masyarakat miskin).

bangunan dilingkungan birokrasi maupun masyarakat dengan cara menum-

Studi memberi sumbangan teoritis bagi Kesimpulan

buhkan kecintaan dan kebanggaan

mengenai proses perubahan sosial yang

Terdapat tiga kesimpulan studi. Per-

terhadap nilai-nilai budaya Jawa.

diinisiasi agen dan pertarungan yang

tama, menjawab pertanyaan penelitian

Kedua, menjawab pertanyaan tentang

dilakukan dalam menghadapi kekuatan

tentang tindakan reformasi Jokowi da-

faktor-faktor

struktural, serta gambaran mengenai

lam mengupayakan perubahan di Kota

keberhasilan tindakan reformasi Jokowi

bagaimana teori strukturasi Giddens

Solo,

tujuan

di Solo. Selain membuktikan keberla-

(1984) digunakan (using theory) dalam

penelitian di level mikro, tindakan

kuan teori strukturasi Giddens (1984)

memahami realitas; selain mencoba

reformasi Jokowi yang utama mewujud

tentang strategisnya peran aktor kepala

mencari aspek-aspek kebaruan (testing

dalam bentuk komitmennya yang kuat

daerah, studi sekaligus memperkaya

theory) dari teori tersebut melalui kasus

untuk memproduksi kebijakan inklusif

teori. Meski proposisi Giddens tentang

yang diteliti. Bagi Sosiologi Politik,

(pro-poor), yang dilakukan melalui em-

kuatnya pengaruh faktor internal aktor

studi memberi gambaran dinamika

pat strategi, yaitu:

(kemampuan aktor untuk make differ-

kontestasi

ilmu

sosiologi

berupa

sekaligus

merealisir

yang

mempengaruhi

dan

challenger

(1) Memprioritaskan distribusi sum-

ent) dalam mempengaruhi struktur

memperebutkan

resources

berdaya (APBD) untuk memenuhi in-

terbukti, temuan utama studi menun-

dalam koalisi mereka dengan govern-

terest (basic need) masyarakat miskin

jukkan masih bekerjanya faktor ekster-

ment, sebagaimana digambarkan dalam

dan menyelesaikan permasalahan krusi-

nal (ekternalitas agen) dalam tindakan

the polity model (Tilly, 1978); dan

al kota (penataan PKL dan resettlement

reformasi agen mempengaruhi struktur

sekaligus memperkaya model.

pemukiman ilegal bantaran Sungai

(memproduksi

Bengawan Solo).

struktur). Faktor eksternal dimaksud

(2) Melakukan tranformasi birokrasi,

adalah: (1) Konstelasi politik di Kota

yaitu mengupayakan terwujudnya insti-

Solo yang menempatkan PDIP sebagai

tusi pemerintah yang bekerja untuk

partai pengusung aktor dalam proses

kepentingan

pencalonan sebagai kepala daerah se-

(oposan)

member

gambaran

Sedangkan secara praktis studi memberi gambaran pelaksanaan kebijakan otonomi

daerah

bagi

masyarakat

umum, khususnya masyarakat sipil

4

masyarakat

(terutama

dan

mereproduksi

TRANSFORMASI


bagai kekuatan politik mayoritas di

dijadikan Jokowi sebagai inner social

garan, ketersediaan regulasi, kesiapan

DPRD dan makin kokoh pada periode

circle (berupa dukungan gagasan peru-

birokrasi dan institusi (diantaranya

kedua karena mendapat tambahan

bahan, networking; serta dukungan

karena adanya sistem nilai yang tidak

dukungan

politik dari wakil kepala daerah yang

mendukung), dan lain-lain. Dengan

(PAN, PKS, PPP). (2) Kondisi sosial

mendampingi

mengembangkan

masyarakat Solo yang memiliki problem

mengupayakan reform di Kota Solo,

sejumlah aktor, terutama CSO dan

kemiskinan cukup akut. Kemiskinan

menjadi faktor eksternal lain yang

CSA, berbagai keterbatasan yang ada

sudah sejak lama menjadi problem uta-

memberi pengaruh cukup besar dalam

dapat diminimalisir; (4) Studi mem-

ma masyarakat Solo yang disebabkan

tindakan reform Jokowi.

perkaya

dari

parpol

pendukung

Jokowi

dalam

oleh belum terlalu terbukanya peluang-

model

hubungan

the

Polity

dengan

Model

(Tilly,1978), dalam beberapa hal beri-

kelompok

Kesimpulan ketiga, terkait relasi aktor

kut, yaitu: adanya aktor yang memilih

miskin. (3) Faktor historis Kota Solo

kepala daerah dengan multi aktor, yang

posisi netral dalam upaya menjaga

dengan kebesaran sejarah masa lalunya

merupakan tujuan studi di level messo.

profesionalitas dan neteralitas, adanya

sebagai wilayah kekuasaan Kerajaan

Dengan menggunakan konsep dan

varian member dan challenger mulai

Mataram,

ekternal

model the Polity Model Tilly (1978)

dari yang paling ekstim hingga yang

lainnya yang menstimuli Jokowi untuk

sebagai pisau analisis diperoleh gam-

lebih soft dukungan maupun penen-

berani mewujudkan beberapa gagasan

baran: (1) upaya Jokowi memperbesar

tangannya, adanya challenger yang tid-

perubahan, guna mengangkat citra Ko-

koalisi

polity)

ak tertarik untuk berubah menjadi

ta Solo; (4) Perubahan paradigma poli-

dengan berubahnya challenger menjadi

member karena pertimbangan ideologi

tik akibat proses demokrasi global yang

member, baik dalam kasus penataan

maupun ketersediaan sumberdaya alter-

melahirkan reformasi dan kebijakan

PKL, resettlement penduduk bantaran,

natif.

desentralisasi, menjadi faktor eksternal

maupun dalam proses local reform

lain yang turut mempengaruhi. Gema

secara umum; menjadi lebih mudah

tuntutan perubahan yang disuarakan

dengan adanya bantuan tiga orang CSA

banyak pihak menyebabkan pengelola

yang diposisikan sebagai inner social

kekuasaan tidak dapat menghindarkan

circle, yang menjadi member loyalis

diri untuk tidak menjadikan perubahan

sejati bagi Jokowi, yaitu memberikan

Editor

sebagai moral spirit pembangunan yang

dukungan baik gagasan, bantuan teknis

Sapto Waluyo

dilakukannya.

perubahan

pengerjaan tindakan dilapangan, jejar-

Sekretaris

tersebut bertemu dengan karakter dasar

ing yang dimiliki, serta dukungan poli-

pribadi Jokowi yang menyukai tindakan

tik dari kekuatan yang berada di bawah

non formal prosedural dan keluar dari

otoritasnya. (2) Upaya “menjinakkan�

Tata Letak

mainstream (out of the box), sehingga

perlawanan challenger selain itu juga

Nur Ihsan R

memudahkan Jokowi merespon tuntu-

menjadi lebih mudah karena adanya

tan perubahan yang ada (diantaranya

kesesuaian (meskipun dalam batas-batas

terkait dengan relasi state-society yang

tertentu), agenda perjuangan (idea of

makin setara). Lebih dari itu tindakan

change) antara para challenger dengan

reform

Jokowi

Jokowi; (3) Relasi dengan multi aktor

Dr. Prihandoko

konteks

ruang

dalam

dijadikan Jokowi sebagai salah satu

Dr. Yon Mahmudi

pelaksanaannya. (5) Dukungan CSA

upaya untuk memperkuat kemampu-

yang berjejaring dengan NGO yang

annya mengatasi kendala struktural,

Hubungi kami di:

diantaranya berupa keterbatasan ang-

redaksi@issact.or.id

peluang

ekonomi

bagi

menjadi

faktor

Tuntutan

seolah dan

TRANSFORMASI

mendapat

waktu

(memperbesar

area

*) Ringkasan disertasi jurusan Sosiologi FISIP Universitas Indonesia, 2013. Redaksi E-Bulletin Transformasi:

Muhammad Ichsan

Editor Ahli Drs. Abdi Sumaithi, MA Dr. Ahzami Samiun Jazuli

5


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.