
4 minute read
Belajar dari Pengalaman
from Cognito Magazine Issue 24
by Cognito
Halo, Cogniters! Kalian pasti punya pengalaman, baik pengalaman yang semanis gulali ataupun pengalaman yang sepahit patah hati Ada quotes yang menyatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Apakah benar? Atau itu hanya omongan belaka? Mari kita ulas lebih dalam.

Advertisement









Sebagian dari kita pasti pernah berada di titik ketika tidak tahu harus berbuat apa lagi dan bingung langkah apa yang selanjutnya harus dipilih. Di titik sudah lelah untuk melangkah serta ketika sudah terpuruk sekali atas keadaan yang ada. Awalnya akan selalu pahit dan prosesnya melelahkan, namun di akhir akan ada ending yang membahagiakan. Setelah melewati masa-masa ini pasti kita mendapat pengalaman baru yang akan selalu tertancap di benak dan pikiran. Berdasarkan dari pengalaman inilah yang membuat kita tidak akan jatuh ke lubang yang sama.
Pengalaman juga dapat membuat kita menjadi kuat. Tanpa disadari ketika kita gagal terus menerus dan mencoba berkali-kali untuk bangkit serta tidak berhenti untuk berusaha menandakan kita telah menjadi lebih kuat dari sebelumnya.
Selain itu, pengalaman juga dapat memberikan kesuksesan. Banyak orang yang sukses akibat belajar dari pengalaman hidupnya dan pengalaman orang lain. Contohnya Bill Gates pendiri Microsoft Corporation. Di tahun 1975, Bill Gates dan Paul Allen mendirikan sebuah perusahaan perangkat lunak dan mereka menamakannya Micro-Soft.
Pada awalnya Micro-soft menyediakan produk perangkat lunak kecil ke berbagai perusahaan. Namun, Bill Gates dan Paul Allen menemukan bahwa
Micro-soft jatuh ke dalam krisis keuangan. Penyebabnya adalah penggunaan beberapa perangkat lunak bajakan. Hal tersebut tidak membuat mereka berhenti untuk mencoba, mereka meluncurkan MS-BASIC dan meraup keuntungan sebesar 50.000 dolar Amerika. Di tahun 1980, Micro-soft dan IBM bekerja sama serta dalam waktu satu tahun Micro-Soft berubah menjadi Microsoft Corporation. Tidak hanya itu, Bill Gates juga melakukan pengembangan Sistem Operasi Windows. Peluncuran Windows itulah yang membantu membangun kesuksesan yang beliau miliki saat ini.
Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari pengalaman seorang Bill Gates. Salah satunya adalah belajar dari kegagalan sehingga tidak jatuh ke lubang yang sama dan pada akhirnya dapat meraih kesuksesan.
Dari penjelasan sebelumnya, bisa kita simpulkan bahwa pengalaman memanglah guru yang terbaik. Baik kita belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain, Belajar dari pengalaman tanpa disadari bisa membuat kita tidak jatuh ke kesalahan yang sama dan membuat kita menjadi lebih berpikir kritis dalam memilih langkah yang akan diambil selanjutnya. Selain itu, harus selalu diingat ya, Cogniters! Ambillah pelajaran-pelajaran positif dari setiap pengalaman yang pernah kita alami sekalipun itu pengalaman yang pahit. Jangan lupa bersyukur atas apa yang diberikan dan jangan mudah menyerah setiap menghadapi masalah. Ingatlah bahwa di masa lalu kita pernah mengalami masalah yang lebih sulit daripada masalah yang dihadapi sekarang dan mampu mengatasinya.

ILUSTRASI RUBRIK PENULIS

Cerpen
Raden Roro Azzahra
M P
Di Balik Pesan Orang Tua
“Keisya! Sebelum berangkat tolong rapikan ruang depan dulu, ya!” Begitu permintaan ayahku sebelum aku berangkat. “Iya, Yah,” jawabku sekenanya. Sebenarnya hatiku menolak permintaan ayah karena pagi ini aku harus mengikuti wawancara terkait lamaranku ke perusahaan yang sudah lama aku dambakan. “Sekarang jam setengah tujuh, wawancara mulai jam 9. Kalau terlambat gimana?” protes batinku ketika aku merapikan ruang depan.
“Ayah dan Ibu akan mendoakan supaya Keisya sukses wawancaranya dan berkah. Aamiin. Do your best!” Begitulah doa dan pesan ayah dan ibuku saat aku salim karena ojek online pesananku sudah datang. “Aamiin. Terima kasih ya, Bu, Yah. Bye!” sahutku sambil memasang helm dan lompat ke boncengan. “Ngebut, Mas!” perintahku ke tukang ojek. Ada sedikit perasaan khawatir takut terlambat.
Alhamdulillah jalanan cukup lancar sehingga sekitar setengah sembilan aku sudah sampai di alamat yang dituju. Rupanya proses recruitment dilakukan di tempat lain, bukan di gedung milik perusahaan. Pada saat di ruang penerimaan tamu, aku diarahkan untuk ke ruang tunggu di lantai 3 menggunakan tangga karena memang tidak ada lift.
Aku dipersilahkan mengambil tempat duduk setelah mengisi daftar hadir. Terlihat tidak banyak yang hadir.
Saat itu aku sangat gemas melihat kondisi ruangan yang cukup berantakan, kursi tidak teratur, keset terbalik, ada banyak sampah kertas yang berserakan. Secara refleks aku bangkit untuk sekedar membantu merapikan ruangan. Tiba-tiba ada seorang peserta wanita Bernama Mira yang juga ikut membantu merapikan.
Sedangkan peserta lain cenderung tidak peduli dan asik dengan ponsel masing masing.
Jam sembilan tepat muncul petugas yang memanggil kami dan mempersilahkan kami memasuki ruangan terpisah untuk antri wawancara. Aku dan Mira masuk di suatu ruangan kecil sedangkan peserta lain masuk di ruangan lain. Singkat cerita aku dan Mira telah selesai melakukan wawancara dan diberitahukan akan ada panggilan wawancara tahap dua kira kira dua minggu kedepan.
“Ahhh Ayah” batinku kembali berteriak ketika Ayah mengingatkan aku untuk membersihkan rumah sebelum berangkat wawancara tahap dua.
Namun seperti biasa, aku tidak berani membantah dan hanya berusaha patuh dan melaksanakan perintah dengan baik walaupun dalam hati ada rasa ngedumel. Entah kenapa aku merasa lebih stress untuk ikut tes wawancara yang ini.
Aku kembali bertemu dengan
Mira pada saat di ruang tunggu, namun aku tidak mengenal peserta lain yang hadir pada saat itu. Wawancara ini berlangsung di gedung dan ruangan yang sama.
Lucunya, saat itu aku dan Mira juga yang membantu merapikan ruangan yang cukup berantakan sedangkan semua peserta lain cenderung sibuk dengan urusan masing masing. Aku dan Mira kembali berkumpul pada satu ruangan kecil pada saat pembagian ruang wawancara, diruangan itu hanya aku dan Mira.
Setelah selesai wawancara, beliau menyampaikan bahwa akan ada pemanggilan bagi peserta yang diterima bekerja.
Ayah dan Ibu langsung melakukan sujud syukur ketika aku mendapat surat penerimaan sebagai tanda aku diterima bekerja dan kami semua bahagia menikmati makan siang bersama di sebuah rumah makan Jepang favoritku. Walaupun belum mulai bekerja tapi aku sudah merasa bak seorang karyawati beneran hehe.
Pada hari pertama bekerja, semua karyawan baru dikumpulkan untuk mendapatkan pengarahan sebelum diperkenalkan kepada tim manajemen dan karyawan yang lain.
Namun, aku merasa sedih ketika aku tidak melihat teman baru ku Mira pada saat berkumpul di ruang pengarahan. Dalam hati aku berdoa semoga Allah segera memberikan pekerjaan yang baik untuk si Mira. Aamiin yra. Aku juga mengirimkan doa tersebut melalui chat ke Mira. Namun, ternyata aku yang sangat terkejut dan malu bukan kepalang ketika Mira tibatiba muncul dan memperkenalkan diri sebagai recruitment coordinator. Rasanya ingin sekali aku menyembunyikan wajahku ke dalam tas.
Hal yang membuat aku lebih bersyukur adalah pesan Mira kepadaku bahwa sebenarnya nilaiku biasa biasa saja. Namun manajemen memutuskan menerima aku karena mereka menilai aku memiliki attitude yang baik, termasuk diantaranya adalah inisiatif membantu merapikan ruangan tanpa diminta. Rasanya aku ingin segera pulang dan memeluk Ayah dan Ibu dengan penuh bahagia. Semenjak itu aku tidak pernah lagi ngedumel ketika papa mama memintaku untuk melakukan sesuatu. Sejak itu pula aku memiliki kebiasaan baru yaitu rajin beberes ketika melihat ada sesuatu yang kurang rapi.

Penulis
Amelia Rosa
COGNITO - ISSUE 24 - A Spark of Memories That Will Turn into A Light of Fire