Epaper belia 5 mei 2015

Page 1

17

SELASA (WAGE) 5 MEI 2015 16 RAJAB 1436 H RAJAB 1948

Br onze W inner Bronze Winner The Best of Java Newspaper IYRA 2015

Terima Terima Kasih Pembaca Belia!

LEMBARAN KHUSUS REMAJA FOTO ILUSTRASI: HANI

Razia, Apa Korelasinya dengan Pendidikan? ”Jika tidak Jadi Manusia Unggul, Kami Akan Mati…”

P

ERNAH mendengar ungkapan seperti tertera pada judul di atas? Sepertinya kalimat di atas hanyalah ungkapan biasa, tetapi sesungguhnya sederet kata-kata di atas merupakan prinsip yang di pegang oleh bangsa Korea Selatan, termasuk generasi mudanya. Mereka berprinsip demikian karena menyadari bahwa negaranya miskin sumber daya alam. Selain itu, mereka pun sadar bahwa secara geopolitik mereka dikepung empat kekuatan besar yaitu Tiongkok, Rusia, Korea Utara, dan Jepang. Hingga mereka bertekad bekerja keras agar bisa menjadi manusia-manusia yang unggul dan tidak tenggelam di antara negaranegara adidaya. Tahukah belia bahwa untuk mewujudkan cita-cita mereka menjadi manusia unggul, para pelajar Korea Selatan belajar dari mulai pukul delapan pagi hingga tengah malam! Bahkan, beberapa di antaranya walau sudah tengah malam, masih meneruskan belajar di beberapa tempat bimbingan belajar. Mereka sejak kecil sudah terbiasa menghafal rumus-rumus matematika hingga tetap hafal hingga dewasa. Hingga mereka memperoleh predikat sebagai negara yang memiliki pendidikan matematika yang terbaik di dunia setelah Tiongkok, Singapura, Hong Kong, dan Taiwan. Hebat bukan? Mereka begitu teguh memegang prinsip agar bisa menjadi manusia unggul agar mereka tidak mati. Lantas, bagaimana dengan kita sendiri sebagai generasi muda Indonesia, penerus para pemimpin kita kelak? Apakah karena negeri Indonesia ini makmur sumber daya alamnya, lantas kita boleh bermalas-malasan? Jika kita tidak bersungguh-sungguh belajar, jika kita tidak sungguh-sungguh berupaya untuk kelak bisa mengolah sumber-sumber daya alam tersebut, apakah Indonesia bisa makmur? Apakah kita tetap bisa hidup dalam suasana nyaman? Atau sebaliknya, akankah kita justru menyebabkan penjajahan oleh bangsa asing akan terulang kembali karena kebodohan kita mengelola sumber daya ini? Oleh karena itu, sobat Belia, tidak ada salahnya jika kita belajar dari kegigihan bangsa Korea Selatan dalam menimba ilmu secara sungguh-sungguh. Tidak perlu menghabiskan waktu hingga larut malam untuk belajar karena waktu kita pun harus kita bagi untuk beribadah, berolah raga, istirahat, atau untuk membantu pekerjaan ibu di rumah, serta untuk bersosialisasi di masyarakat atau organisasi sekolah. Yang penting adalah nilai kesungguhan kita dalam belajar. Jangan setengah-setengah dan mudah menyerah. Jika kita temui kesulitan dalam suatu pelajaran, kita bisa menggunakan akses internet untuk mencari jawabannya atau kita gunakan media sosial yang kita miliki untuk mencari solusi dari kesulitan kita. Presiden pertama kita, Soekarno pernah mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Hargailah jerih payah para pahlawan kemerdekaan dan para pahlawan pendidikan kita seperti Ki Hadjar Dewantara. Karena atas jasa merekalah, kita kini bisa bebas merdeka dalam memperoleh pendidikan untuk meningkatkan taraf hidup kita. Jadilah bangsa yang besar seperti ucapan Bung Karno. Untuk membakar semangat belajar kita, rasanya tidak ada salahnya jika kita ikut berprinsip, ”Jika tidak jadi manusia unggul, kami akan mati….” *** M Pasha, SMPN 18 Bandung

"I FOLLOW THREE RULES: DO THE RIGHT THING, DO THE BEST YOU CAN, AND ALWAYS SHOW PEOPLE YOU CARE." - Lou Holtz

AZIA, satu kata yang kayaknya dibenci banget sama temen-temen Belia. Gimana nggak, rambut nggak boleh gondrong, seragam harus yang gede, belum lagi sepatu harus hitam bahkan kadang harus dengan satu merek yang sama. Huft banget nggak sih? Yup, bagi sebagian dari belia pasti memang nggak suka kan sama razia, apalagi kalau ada dari Belia yang ngelanggar. Tapi nih berdasarkan hasil obrolan kru belia bareng Kepala SMA Plus AlGhifari Pak Badruddin, razia sangat penting dilakukan pihak sekolah, mengingat sekolah merupakan sebuah institusi penidikan. Menurutnya, sebagai tempat untuk menuntut ilmu, sekolah harus punya aturan-aturan yang bisa memperlakukan semua siswa secara seragam alias homogen. Siswa di suatu sekolah pasti berasal dari latar belakang yang berbeda-beda sehingga dengan aturan homogenitas inilah semua siswa dipandang sama. Razia dilakukan bukan tanpa alasan, menurut Pak Badruddin, sekolah tidak hanya bertanggung jawab atas prestasi seseorang, melainkan bertanggung jawab pula terhadap moral siswa. Razia juga adalah salah satu cara agar siswa bisa disiplin dan menaati semua aturan. ”Seragam adalah salah satu faktor kedisiplinan dan diharapkan tidak ada kesenjangan antara siswa. Adanya razia yang dilakukan di sekolah memiliki banyak dampak positif, razia kan banyak temanya ada razia handphone dan razia flashdisk. Ini dilakukan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, banyak siswa yang menyimpan gambar atau bahkan video yang tidak layak ditonton di lingkungan pendidikan,” begitu kata Pak Badruddin. Meskipun begitu, menurut Pak Iwan Hermawan selaku Sekjen Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), sebelum ada yang namanya razia, harus ada dulu yang namanya kesepakatan bersama antara pihak sekolah dan perwakilan siswa. Kesepakatan ini nantinya ngebahas peraturan sekolah dan sanksi yang bakal dikasih kalo siswa melanggar. ”Sehingga kalau sanksi ini hasil

R B

kesepakatan bersama antara sekolah dan siswa, nggak akan jadi persoalan. Orangtua pun nggak akan menuntut,” begitu katanya. Kalau Belia nanya kenapa sih rambut nggak boleh gondrong? Menurut Pak Iwan secara sosiologis orang yang punya rambut gondrong selalu diidentikkan dengan orang yang nggak baik. Oleh karena itu, ada stigma negatif kalau siswa gondrong adalah orang yang nggak baik. Walaupun nih Pak Iwan yakin secara langsung nggak ada korelasinya antara rambut gondrong dan pendidikan siswa secara akademis. Anyways, kamu tahu enggak, kenapa setiap sekolah mengharuskan siswa siswinya berambut rapi, pendek, berseragam, dan pake sepatu hitam? Menurut Pak Iwan, asal-muasal semua peraturan itu ada pas zamannya OSIS dibentuk. Di era Orde Baru, OSIS ini dibentuk pake sistem semimiliter. Dalam aturan militer nih, orang yang disiplin itu rambutnya pendek. Jadi, saat pola pendidikan semimiliter diterapkan pada siswa, aturannya rambut yang pendek adalah wujud kedisiplinan. Sementara itu, senada sama pernyataan Pak Badrudin sebelumnya, diharuskannya pemakaian seragam atau sepatu hitam ini dikatakan Pak Iwan supaya nggak ada kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Jadi, di mata guru, semua siswa punya kedudukan yang sama alias nggak ada bedanya. Trus, apa kabarnya sama razia hape? Yep, hape itu bagaikan pisau, bisa digunakan untuk hal positif atau bisa juga untuk membunuh. Hape juga bagaikan api, bisa dipakai masak bisa juga dipakai membakar rumah. Tapi semuanya tergantung dari pinterpinternya guru supaya bisa ngarahin penggunanya. Soalnya nih, hape juga bisa menjadi sarana pembelajaran ketika sedang di dalam kelas. So, intinya nih yang namanya razia itu sebenernya baik untuk menjaga kedisiplinan siswanya, tetapi razia juga nggak harus jadi langkah utama, melainkan sebagai alternatif terakhir. *** agniahadini@yahoo.com rani_mulyati@yahoo.co.id

Nadilla Rizkya Pratiwi, SMA Plus Al-Ghifari KALAU menurut saya penting, biar para siswa ngikutin peraturan sekolah. Peraturan itu kan dibuat agar siswa belajar disiplin, kalau enggak ada razia pasti siswa seenaknya datang ke sekolah dengan atribut yang menurut mereka keren, padahalkan kalau digunakan di lingkungan sekolah enggak pantes.

Baharini Rahma Dinni, SMAN 19 Bandung KALAU menurut aku penting, soalnya kan namanya juga sekolah, punya peraturan. Supaya peraturannya ditaati ya penting juga diadain razia dan biasanya suka ada hukuman kan pas razia buat yang ngelanggar. Ya nggak apa-apa sih biar siswa siswinya makin disiplin, taat, dan nggak ngelanggar aturan lagi.

Beda-beda Aturan (?) ”Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya.”

K

AMU pasti tahu dong arti pepatah di atas? Yep, pepatah tersebut berarti tiap-tiap tempat punya aturan dan kebiasannya masing-masing. Pepatah ini bisa banget dipakai buat menjelaskan peraturan-peraturan yang diterapkan di sekolah-sekolah. Coba aja kamu ngobrol sama teman kamu dari sekolah yang berbeda tentang aturan sekolah, pasti nggak semuanya sama persis deh! Kru belia yang setiap pekan jalan-jalan mengunjungi berbagai sekolah di Jawa Barat pun menyaksikan langsung bagaimana setiap sekolah punya aturan yang berbeda-beda tentang banyak hal. Di beberapa sekolah, para siswanya dibekali buku saku berisi peraturan sekolah. Jadi, kalau melakukan sesuatu yang melanggar apa yang tertulis di buku tersebut, sudah jelas hukuman menanti. Nggak jarang sekolah punya sistem poin yang menentukan berat atau ringannya pelanggaran. Misalnya, siswa yang datang terlambat dikenai lima poin pelanggaran, sedangkan berkelahi dikenai 15 poin. Poin-poin tersebut juga menunjukkan bentuk hukuman yang akan diterima pelanggar peraturan. Misalnya, lima poin pelanggaran dijatuhi hukuman bebersih kelas, sedangkan 15 poin dikenai pemanggilan orangtua ke sekolah, dan 100 poin berarti dikembalikan ke orangtua alias drop-out dari sekolah. Sementara itu, di beberapa sekolah lain nggak ada buku saku dan aturan poin semacamnya. Di sekolah-sekolah yang nggak memberlakukan sistem tersebut, biasanya pengawasan atas kepatuhan para siswa terhadap peraturan di-

Menurut Kamu , Penting Nggak Sih Razia di Sekolah?

Aulia Hafidh, SMAN 5 Bandung lakukan langsung oleh para guru. Misalnya nih, pagi-pagi para guru standby di depan sekolah, mengecek kelengkapan atribut yang dipakai siswa, memastikan nggak ada siswa yang terlambat, dan nggak ada peraturan sekolah yang dilanggar. Kalau ada yang melanggar biasanya hukuman yang diberikan tergantung kebijakan gurunya. Well, jangankan di sekolah yang berbeda-beda deh, di sekolah yang sama pun bisa jadi aturan berubah-ubah loh! Sepengamatan kru belia sih, perbedaan peraturan seperti ini ada karena berbagai pertimbangan; karakteristik siswanya, ideologi dan sistem yang dianut sekolahnya, serta kebijakan guru dan kepala sekolah. Ngebahas perubahan aturan sekolah dari masa ke masa ini seru banget, deh! Coba aja ajak ngobrol alumni sekolah kamu dan tanya gimana perturan sekolah di masanya dan bandingkan dengan yang kamu alami sekarang. Kira-kira angkatan siapa yang peraturan sekolahnya lebih ketat? *** hanifauziaramadhani@gmail.com

18> Skul: SMA PLUS AL-GHIFARI

19> Gaya: Sandal Jepit, Pas untuk Musim Hujan

19> MusicTerritory:: 1. Nights Like This by Swinging Friends 2. An Intimacy: Rewind Edition

19> Aksi: 1. Lokal Atoe Mati Fest 2. Pekan Seni Pelajar XX 3. Expo Pendidikan SMAN 5 Bandung ”Ellcrys”

TERGANTUNG alasannya apa. Kalo jelas buat menjaga kebersihan atau kerapian, emang penting. Tapi kalo diada-adain padahal anak-anaknya juga biasa aja, kayaknya perlu dipertimbangin lagi deh.

Sena Budi, SMAN 20 Bandung PENTING. Soalnya buat ningkatin disiplin siswasiswinya juga sih. Terutama soal pakaian.***

agniahadini@yahoo.com rani_mulyati@yahoo.co.id

20> Review:

20> Chat: Lamebrain


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Epaper belia 5 mei 2015 by cnexus kidz - Issuu