19
SELASA (WAGE) 26 NOVEMBER 2013 22 MUHARAM 1435 H SURA 1947
Facebook: www.facebook.com/beliapr
Twitter: @beliapr
E-mail: belia@pikiran-rakyat.com FOTO: HANI
SETIAP saya bangun tidur, saya selalu menyapa "bonjour!" pada orangtua angkat di sini, lalu memberikan ciuman di pipi kanan (tradisi orang Belgia Selatan). Saya baru sadar kalau selama ini saya kurang
B
bersyukur dengan orangtua asli saya di Bandung, bahkan saat ibu saya memberikan kecupan di bandara, saya merasa malu, gengsi sebagai anak remaja. Sepertinya tidak pernah saya mengatakan ”Pagi, Mah, Pah!” saat saya berada di Bandung. Saya baru sadar kalau di Indonesia, ada orangtua yang sudah selama 17 tahun merawat saya dan betapa keluarga angkat di sini memperlakukan saya seperti anak kandungnya, rasanya mata saya baru benar-benar terbuka. Bersyukur atas segala pemberian Tuhan, angin, panasnya matahari walau hanya beberapa menit, dan bersyukur dengan adanya percakapan bersama teman. Hal-hal kecil seperti itu yang sepertinya tidak penting, tetapi sekarang saya sangat syukuri.
Guruku Sahabatku
P
UNYA sahabat yang selalu mau mengajari kita, selalu memberi kita semangat, serta mau memahami kita tentu sangat menyenangkan bukan? Di mana pun, kita akan selalu berusaha mencari sahabat yang akan membuat kita nyaman dalam menjalankan semua aktivitas kita. Mungkin di antara kalian semua, ada yang sudah memiliki sahabat yang sangat membantu di berbagai bidang. Namun, pernahkah terpikir oleh belia untuk menjadikan guru-guru kita sebagai sahabat? Bukankah seorang sahabat akan berusaha membantu sahabatnya manakala ia temui sahabatnya tengah kebingungan akan suatu hal? Dan guru kita pun melakukannya! Guru-guru kita di sekolah, senantiasa mengajari kita bab demi bab, materi demi materi yang sebelumnya tidak pernah kita pelajari dan pahami. Walaupun gaya mengajar dari setiap guru berbeda-beda, pada intinya, mereka berusaha ingin membuat kita paham dan mengerti akan materi baru yang sebelumnya tidak kita mengerti. Sahabat, bukan? Bukankah seorang sahabat akan tanpa pamrih, bahkan berani bergadang untuk membantu kita mengerjakan sesuatu hal? Dan guru kita pun melakukannya! Guru-guru akan lebih banyak menggunakan waktu dan pikirannya untuk membuat soal-soal yang bermutu manakala minggu ulangan umum tiba. Mereka pun acap kali bergadang untuk memeriksa setiap hasil dari kertas-kertas ujian kita dengan teliti, menghitung hasil penilaiannya, agar bisa mempertanggungjawabkan kepada orangtua kita. Sahabat, bukan? Dan bukankah seorang sahabat akan memarahi sahabatnya manakala ia menemukan sahabatnya tengah melakukan hal-hal yang melawan hukum? Perbuatan yang menyalahi aturan? Sang sahabat marah karena ia sayang pada sahabatnya hingga tak ingin sahabatnya tersebut terperosok dalam hal-hal yang negatif. Dan guru kita pun melakukannya! Guru kita akan memarahi kita manakala kita melanggar suatu aturan. Bahkan tidak sedikit pula guru yang langsung memberi kita hukuman, agar kita memiliki rasa jera untuk mengulangi lagi perbuatan negatif tersebut, yang kelak akan merugikan diri kita sendiri. Sahabat, bukan? Bahkan tidak sedikit pula guru-guru yang mau meluangkan waktunya untuk sekadar berbincang-bincang dengan kita, mencoba mendengarkan setiap aspirasi yang ingin kita sampaikan demi kemajuan dunia pendidikan, persis seperti seorang sahabat yang mendengarkan curahan hati sahabatnya. Maka, tidak berlebihan rasanya jika masih dengan penuh rasa hormat, kita menyebut guru-guru kita sebagai ”best friend”. Karena kenyataan telah membuktikan bahwa setiap guru-guru yang mengajari kita, walaupun pembawaannya berbeda-beda, dalam dirinya tetap terdapat jiwa sebagai ”best friend forever”…*** A Eka, kelas XII, SMAN 1 Rancaekek.
Quotes
-- Nelson Mandela
banyak anak sebaya dari dua negara berbeda untuk berbaur. Namun, dengan menjalani kegiatan-kegiatan tersebut bersama, akhirnya semua membaur. Nggak hanya kerja sama selama rangkaian acara, para peserta ISLAC 2013 dari Indonesia dan Singapura saling berbagi kisah dan inspirasi. Seperti yang dikatakan Mr Alan Lim, Assistant Director Ministry of Education Singapore, peserta ISLAC dari Singapura benar-benar terinspirasi oleh keramahan dan semangat yang selalu tercermin dari anak-anak Indonesia. Tentunya, para peserta dari Indonesia pun banyak belajar dari anakanak Singapura. Berbeda dengan ISLAC, AFS menawarkan program student exchange yang lebih menantang. Peserta student exchange ditempatkan di negara lain selama satu tahun penuh. AFS di Indonesia dikelola oleh lembaga bernama Bina Antarbudaya. Nah, kalau mau berangkat exchange dari AFS, nggak perlu menorehkan prestasi berskala nasional kok! Cukup menjalani beberapa tahap seleksi dan bersaing dengan ribuan pelajar se-Indonesia dan terpilih menjadi 10 besar terbaik. Hihihi sama saja, ya? Tentu saja, hanya yang terbaik dan siap mental yang akan mendapat kesempatan emas untuk merepresentasikan Indonesia di negeri orang. Sure that you’re one of them? Accept the challenge! Mulai persiapkan diri untuk student exchange tahun depan!*** hanifauziaramadhani@gmail.com
Berikut ini pengalaman teman kita yang pernah merasakan sendiri asiknya berinteraksi dengan orangorang yang berbeda kebangsaan. Apa sih yang mereka pelajari? Earlene Dianz Edelyna SMAN 7 Tangerang, Peserta ISLAC PROGRAM ini udah mengubah aku jadi punya banyak teman dan jadi lebih percaya diri. Selain itu aku juga belajar tentang team work yang baik. Setelah ikut ISLAC ini aku jadi percaya kalau persahabatan itu nggak memandang apa pun termasuk negara asal. Aku juga dapet pengalaman berharga buat masa depan.
Raymond Sombol Keow Canberra Secondary School Singapore, Peserta ISLAC
Go Abroad, ”I
beg young people to travel. Have your mind blown, eat interesting food, meet interesting people, have an adventure, be careful. You’re going to see everything differently.” Begitulah kata Henry Rollins, vokalis dari band legendaries Black Flag yang juga seorang traveler sejati. Memang benar, pergi meninggalkan tanah air tempat kita lahir dibesarkan memang akan membuat kita menjadi pribadi yang berbeda. Semua prasangka buruk nggak beralasan yang selama ini dimiliki tentang negara lain bakalan sirna ketika kita tinggal dan berkawan di sana serta mendalami makna perbedaan budaya alias intercultural understanding. Memiliki intercultural understanding tentunya sangat penting. Hal ini dimaknai betul dalam penggagasan AFS. Adinda Bunga Juwita, Koordinator
Indeks:
“Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.”
EGITULAH sepenggal kisah yang disampaikan oleh Michael Jaya Saputra, siswa SMAK 1 BPK Penabur yang tengah menjalani student exchange di Belgia Selatan. Student exchange alias pertukaran pelajar memang belakangan ini sudah enggak asing lagi di telinga kita, ya kan? Dari mulai ke negara tetangga di sekitaran Asia Tenggara, sampai jauh ke benua lain. Atau mungkin pernah bertemu siswa asing di sekolah yang sedang melakukan student exchange di Indonesia? Well, bagi sebagian orang mungkin ide pergi jauh ke negeri orang untuk tinggal dan belajar di sana selama beberapa waktu terdengar gila. Untuk apa sih kita meninggalkan rumah, sekolah, dan teman-teman yang selama ini sudah bikin nyaman? That’s it! Now, be ready to leave your comfort zone! Sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, sudah seharusnya kita punya wawasan global yang baik. Karena seiring dengan berkembangnya zaman, seluruh warga dunia semakin dengan mudahnya terhubung. Gimana caranya punya wawasan global kalau mencicipi pengalaman tinggal di negeri orang saja nggak berani? Percayalah, mengalaminya sendiri jauh lebih baik dari pada sekadar membacanya di buku atau melihatnya di televisi dan internet. Program buat pelajar Indonesia untuk melakukan student exchange sebenarnya banyak. Tapi, ada dua program yang akan Belia bahas kali ini, yaitu ISLAC dan AFS. ISLAC alias Indonesia-Singapore Leaders Adventure Camp 2013 yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) baru saja selesai dilaksanakan. Jumat (22/11/2013) lalu, pergelaran berbasis student exchange ini ditutup dengan meriah sekaligus mengharukan di Bumi Perkemahan Cikole, Lembang. Sudah tujuh tahun berturut-turut ISLAC digelar secara bergantian di Indonesia dan Singapura. ISLAC selalu diikuti oleh pelajar-pelajar bertalenta dari kedua negara. Peserta ISLAC bukanlah hasil seleksi khusus. Kalau peserta dari Indonesia, mereka adalah para siswa yang pernah menjuarai kompetisi nasional macam FLS2N atau O2SN, atau siswa yang menunjukkan jiwa kepemimpinannya di sekolah. ISLAC diselenggarakan selama lima hari dengan berbagai macam kegiatan, dari mulai kunjungan ke museum, outbond, hingga art workshop. Pada awalnya, memang nggak mudah membuat
Sending Bina Antarbudaya Chapter Bandung bercerita, AFS didirikan setelah perang dunia kedua. Para pendirinya ogah di masa depan terjadi lagi perang antarnegara-negara di dunia akibat saling tidak memahami. Oleh karena itu, digagaslah program student exchange agar pelajar sebagai calon pemimpin masa depan dapat memahami dunia luar dengan lebih baik dan kelak mampu memimpin dengan berlandaskan perdamaian. Ibu Arfah Laidiah Razik selaku Kepala Seksi Peserta Didik Kemendikbud juga mengamini gagasan tersebut. Menurut dia, hal tersebut pula yang menyebabkan Kemendikbud menyelenggarakan gelaran semacam ISLAC.***
21> Aksi
SMPN 11 Bandung
- ”Science Film Festival Indonesia 2013” - Lomba dan Workshop Perkusi SMAN 22 Bandung
- Speaker First Farewell Party - Maternal Disaster Showcase #1
Michael Jaya Saputra SMAK 1 BPK Penabur, Peserta AFS MENGIKUTI exchange program merupakan keputusan terbaik yang pernah saya buat. Menjadi exchange student merupakan hal yang tepat, bukan hanya untuk mengenali kebudayaan orang lain, terlebih untuk lebih mengerti diri sendiri. Menurut saya, itu yang terpenting sebelum saya bisa memahami orang lain. Saya belajar, memahami, dan mengerti siapa, bagaimana, dan apa yang mau saya lakukan ke depannya.*** hanifauziaramadhani@gmail.com
hanifauziaramadhani@gmail.com
20> Skul: 21> MusicTerritory:
PROGRAM ini membuat saya lebih percaya diri karena di sini saya dipaksa untuk keluar dari comfort zone dan berani berinteraksi dengan orang yang baru saya kenal. Saya juga jadi sadar kalau saya ternyata mampu cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan orang-orang baru. Dari ISLAC saya mendapat temanteman baru dan tentunya banyak hal yang nggak bisa terlupakan, salah satunya makanan Indonesia. Saya suka makanan Indonesia!
22> Review:
22>Chat: Ipang