21
SELASA (MANIS) 22 NOVEMBER 2016 22 SAFAR 1438 H SAPAR 1950
Gold & Silver Winner IYRA 2016 untuk Belia Pikiran Rakyat Terima T erima Kasih Masyarakat Jawa Barat
LEMBARAN KHUSUS REMAJA Facebook: www.facebook.com/beliapr
Twitter: @beliapr
E-mail: belia@pikiran-rakyat.com
Instagram: beliapr FOTO: DHIANY
Do’s & Dont’s Stalking (DO) Temukan Alasan Kenapa Harus Kepo Kayak kata Bu Fitri, kita harus paham alasan kita pengen tahu tentang sesuatu hal atau seseorang itu. Kalau enggak nemu alasan yang baik, ngapain juga harus kepo iya kan? Pastiin apa yang kita kepoin itu nantinya bermanfaat buat kita. Contohnya ya minimal beres kepo jadi enggak galau, jangan malah sebaliknya huhehe. (DO) Stalking yang Akurat Kita lagi tertarik sama sesuatu hal atau seseorang, cari info tentang dia secukupnya dari sumber yang tepat dan memilih-memilah info yang relevan, usahakan enggak melebar ke mana-mana. Ini juga sekaligus melatih kita untuk melakukan research hihihi. (DON’T) Kepo Berlebihan Kepo sih kepo, tapi enggak usah tiap hari tiap jam ngecek timeline doi kalau-kalau ada postingan baru atau ada komen-komen baru. Ini udah mulai mengarah ke kepo yang enggak sehat guys. Kepo itu wajar asal masih di ambang batas normal, hanya sekadar menuntaskan rasa penasaran kita aja gitu, jangan berlebihan. (DO) Teliti dan Hati-hati Namanya stalking kita pasti enggak mau dong ketauan sama orang yang lagi dikepoin kalau kita ngepoin mereka? Makanya kita harus ekstra hati-hati nih pas stalking, scrolling timelinenya pelanpelan aja, jangan sampe kepencet ”like” di postingan yang udah berbulan-bulan lalu. Gengsi dong hahaha. (DON’T) Lupa Berhenti Mirip sama kepo berlebihan tadi, kita juga jangan kebablasan pas lagi stalking. Biasanya nih stalking tuh paling enak malem-malem ya kan, sebelum tidur ngecekin sana-sini berlanjut ke mana-mana eeeh tanpa sadar udah ngabisin beberapa jam cuma buat kepo doang padahal besok harus bangun pagi dan berangkat sekolah. Know your limit, guys!***
g n i k l a t S a k Su ? s o s d di Me BANYAK yang bilang, remaja masa kini enggak pernah lepas dari smartphonenya. Hayo, pasti sobat Belia juga seperti itu kan? Apa sih yang biasanya kalian kerjakan dengan smartphone kalian? Ngaku aja deh, pasti salah satu kegiatan yang sering dilakuin sama kalian adalah stalking a.k.a ngepoin akun media sosial, entah itu public figure, teman sendiri, atau bahkan mantan dan kecengan, hihihi. EBERAPA teman yang belia ajak ngobrol juga mengaku bahwa mereka suka ngepoin sosmed kecengan atau mantannya. Walaupun beberapa orang menganggap mantan itu mending dilupain (cailaaah!). Ada yang tahu enggak sih kalo rasa penasaran itu apakah emang tumbuh dalam diri? Kru belia kasih tahu nih penjelasan soal kekepoan kalian dari sisi psikologi. Menurut Ibu Fitri Ariyanti Abidin, seorang dosen psikologi Universitas Padjadjaran, rasa ingin tahu itu bisa dikatakan suatu naluri. Pada dasarnya, rasa ingin tahu adalah dasar bagi manusia untuk berkembang. Karena didasari oleh rasa ingin tahu, individu jadi ”bergerak” untuk mencari tahu. ”Coba bayangkan kalau kita tidak punya rasa ingin tahu. Kita akan jadi manusia yang pasif, pengetahuan dan keterampilan kita tak akan bertambah. Jadi, bisa dikatakan rasa ingin tahu itu adalah dasar bagi perkembangan
B
manusia,” ucap Bu Fitri. Nah, faktor yang membuat kita penasaran pun datangnya dari internal diri kita. Di mana perkembangan dan kemampuan berpikir membuat manusia muncul rasa ingin tahu. Kemampuan berpikir ini yang kemudian terkoordinasi dengan kemampuan lainnya. Udah gitu, gimana rasa penasaran itu akan berkembang atau tidak, ternyata dipengaruhi oleh faktor lingkungan juga loh. Terus nih ya, rasa penasaran yang berlebihan juga harus dipikirkan tuh. Kalo penasarannya ke arah yang positif dan kita tau itu bermanfaat sih enggak masalah. Tapi kalo keponya berlebihan ke arah yang negatif kan itu yang enggak boleh. Jadi kita harus tau dulu kepo kita itu bermanfaat atau enggak. Karena nih kalo pada remaja atau manusia dewasa, rasa penasaran ini bisa juga didorong oleh karena perasaan. Terus nih kalau ditinjau dari sisi komunikasi, belia ngobrol sama salah seorang ahli komunikasi di bidang media sosial, Detta Rahmawan. Menurut dia, orang yang melakukan ”stalking” ini mungkin punya pola komunikasi yang kurang baik, guys. Wah kenapa sih? Karena si stalker ketika melakukan stalking tandanya dia kurang bisa melaksanakan proses komunikasi secara langsung terhadap lawan bicaranya. Oleh karena itu, dia hanya bisa mencari informasi dari belakang, tidak dari orangnya langsung. Namun, sebenarnya kalau dibahas soal stalking ini bisa menghambat atau memperlancar proses komunikasi, Kang Detta bilang tergantung konteksnya apa. Ternyata, stalking ini jika dilakukan dengan tidak berlebihan dan benar-benar ada tujuannya, bisa saja melancarkan proses komunikasi. Misalnya kita melakukan stalking tentang seseorang dari media sosialnya dengan tujuan untuk mengetahui pribadi dia seperti apa sebelum bertemu, sehingga nanti ketika bertemu kita sudah punya bahan
dhianynadya@gmail.com
Suka ngepoin mantan atau kecengan enggak sih? Biasanya gimana ngepoinnya? Aji Arta Nugraha, SMK Umikulsum Lutfiyya NGEPOIN sih pasti suka, terutama kecengan. Biasanya aku sih ngepoin Instagram atau Facebooknya dia, biar tau kabarnya, hehe.
obrolan dari hasil riset si penguntit dan sedikit banyak sudah tau mengenai isi kepalanya itu guys hehe jadi pas ketemu lancar deh komunikasinya! Terus nih, kadang kan kita suka kebablasan kalau lagi stalking atau ngepoin orang. Rasanya kayak semua detailnya pengen dicari tahu, hehehe. Menurut Bu Fitri, cara mengatasi kekepoan kita terhadap orang lain tuh dengan prinsip kecerdasan emosi. Di mana kecerdasan emosi dimulai dengan mengenal perasaan kita. “Kalo kita nggak bisa jawab tujuan kepo kita untuk apa, berarti kita belum mengenali perasaan kita. Mengenali perasaan kita penting loh untuk mengenal diri kita,” ujar Bu Fitri saat diwawancarai. Rasa penasaran atau kepo yang menyebabkan kita stalking ini bisa bermanfaat, bisa juga enggak. Semua itu tergantung dari tujuan rasa penasaran kalian. Ada juga dampak negatif dari rasa penasaran, yaitu pertama, kita enggak tau apa yang mendasari rasa penasaran kita. Kedua nih, kita tau kalo yang kita kepoin enggak ada manfaatnya. Terakhir guys, kita enggak mencari pada sumber yang tepat tentang rasa penasaran kita. BTW, Bu Fitri juga cerita tentang pengalamannya stalking orang nih. Katanya sih biasanya jadi pengen ngepoin karena emang pengen tahu sesuatu. ”Misalnya nih ada orang yang tulisannya sering dishare banyak orang. Jadinya saya cari tahu, orang itu siapa sih, apa latar belakangnya, baca tulisan-tulisannya. Ada beberapa yang kemudian emang bagus jadi saya ikutin terus,” tuturnya. Tuh, ternyata stalking bukan kegemaran anak muda aja ya, hihihi. Selama ”stalking” atau ngepoin medsos orang lain untuk tujuan yang baik, rasanya sih sah-sah aja. Betul enggak barudaks?***
Rahma Nurul Hafsa, SMAN 2 Tasikmalaya SUKA, tapi kepo sewajarnya aja, sih. Paling liat postan terbaru dia di medsos dan nanya-nanya ke teman yang tau. Enggak sampai terlalu jauh gitu, hehe.
Muhammad Azka Azkia, SMAN 1 Sumedang ENGGAK ngepoin mantan karena enggak punya. Tapi kalo kecengan sih ada dan suka ngepoin. Biasa ngepoinnya sih kaya ikutan grup-grup fandom yang sama, ikutin official site doi dan nyari-nyari informasi tentang doi.
Reza Priya Devara, SMAN 2 Tasikmalaya KALAU aku sih suka liat liat atau kepoin kecengan. Ya caranya stalking aja Instagramnya. Kalo mantan mah enggak usah diinget-inget lagi deh, nantinya gagal move on.
Anggie Anggraeni Dewi, SMAN 1 Cileunyi AKU sih lebih suka kepoin kecengan atau gebetan. Soalnya kalo mantan enggak penting juga masa lalu wkwkwk. Ya kepoinnya stalking medsos doi, hehehehe.*** Reginaheryadi.rh@gmail.com
Reginaheryadi.rh@gmail.com dhianynadya@gmail.com laroybaunsa@gmail.com
22> Skul: SMP Negeri 2 Cicurug Sukabumi 23> Aksi: - Berkeliling dengan Mesin Waktu Kabayan - Unity in Diversity Day 23> MusicTerritory: - Memperingati Hari Angklung Sedunia 23> Ensiklobelia: - Kepoin Sosmed Orang 24> Review: 24> Chat: Orkes Bagong Februari
”When someone is stalking you because they think you are stalking them, it makes you Wonder Who really is the true stalker?” - Shannon L Alder