17
SELASA (KLIWON) 17 OKTOBER 2017 27 MUHARAM 1439 H SURA 1951
LEMBARAN KHUSUS REMAJA Facebook: www.facebook.com/beliapr
Twitter: @beliapr
E-mail: belia@pikiran-rakyat.com
Instagram: beliapr
Pendidikan Tak Hanya untuk si Kaya
FOTO: DHIANY
ENDIDIKAN tentunya hak semua orang, tak hanya bagi yang kaya, tetapi juga bagi mereka yang papa. Seharusnya, seseorang nggak harus selalu memiliki uang untuk bisa mendapat pendidikan layak. Banyak kok cara yang bisa ditempuh untuk mendapat bantuan dalam pendidikan. Beasiswa, misalnya. Beasiswa ini ada berbagai jenis. Sebagian besar beasiswa diberikan untuk orang-orang yang kurang mampu sehingga mereka didukung dari pendanaan agar tetap bisa mengenyam pendidikan. Menurut Guru BK dari SMA Labschool UPI, Dian Anita, beasiswa diberikan supaya pendidikan itu merata dan tidak hanya untuk orang-orang yang memiliki uang saja. Dalam mendapatkan beasiswa tentunya nggak mudah. Banyak tahapan yang harus dilalui oleh para siswa. ”Yang biasa saya urusi itu urusan ke PTN, beasiswa Bidik Misi. Dengan kuota yang sedikit mereka harus bersaing juga untuk mendapatkan beasiswa ini. Anak-anak yang tidak mampu tapi berprestasi ini harus bersaing juga dengan banyak orang. Harapannya quota ini bisa ditambah, agar siswasiswa yang pintar dan memiliki kemampuan dapat terserap dengan baik,” tutur Ibu Dian. Penerima beasiswa juga harus bisa memberikan timbal balik bagi lingkungan dan masyarakat. ”Ya mereka harus bisa mempertanggungjawabkan karena mereka difasilitasi untuk sekolah tanpa mengeluarkan biaya. Nggak harus mengembalikan uang itu, tetapi juga dengan berprestasi pun itu sebagai suatu timbal balik dan menjadi kesuksesannya di masa depan nanti”, ujar Ibu Dian. Remaja usia sekolah menghabiskan sebagian waktunya di sekolah. Oleh karena itu, setiap siswa diharapkan peka dengan hal-hal di lingkungannya. Misalnya seperti yang udah kita bahas tadi, kemiskinan di kalangan remaja. Kru belia sempat bertanya dengan salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Kesejahteraan Sosial, Universitas Padjadjaran, yaitu Bapak Ishartono. ”Kita perlu membangun empati, yaitu ikut merasakan apa yang teman-teman kurang mampu rasakan. Bagi remaja, bisa ikut acaraacara sosial untuk melihat langsung keadaan real dari
P
”
kemiskinan di sekitar kita, bisa juga berempati dengan menahan diri, mengurangi perilaku yang menunjukkan kecemburuan sosial, misalnya di lingkungan sekolah berpenampilan sederhana,” ujarnya menyarankan. Lalu, untuk yang ingin membantu para peyandang kemiskinan, usahakan bantuan itu dalam bentuk bagus dan juga memberdayakan. Jadi mereka para remaja yang beruntung perlu bersyukur karena diberi keadaan yang baik, tetap harus ingat bahwa di sekitar kita masih banyak orang yang kekurangan bahkan untuk makan pun susah. “Jadi empati itu bukan cuma tentang rasa kasihan, tapi juga harus disertakan dengan tindakan nyata. Tidak menghamburhamburkan makanan, hidup sederhana, jajan yang secukupnya, jangan ada yang berlebihan. Misalnya makan sedikit buang, beli baju setiap minggu. Jangan begitu, makan secukupnya, kalau udah beli ya habiskan, baju juga jangan ditumpuk saja di lemari, yang tidak digunakan lagi bisa diberikan kepada yang membutuhkan. Jadi rasa peduli pada remaja itu sangat penting,” ujar Pak Ishartono.
Uang bukan penghalang untuk belajar Berkembangnya teknologi membuat berbagai kebutuhan pun terus meningkat. Pasalnya, dengan adanya teknologi canggih membuat hal di sekitar pun mengikutinya. Hal itulah bisa menjadi salah satu faktor kenaikan harga kebutuhan yang meningkat. Dan sebagian orang pun tidak semuanya dapat mengikuti, sehingga malah akan membuat mereka merasa tersisihkan dan lebih memilih menjauh dari lingkungan sosial. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2017 jumlah penduduk miskin, yakni penduduk dengan pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan di Indonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64 % dari jumlah total penduduk). Pada September 2016 sebanyak 27,76 juta orang (10,70 %). Meski secara persentase angka kemiskinan mengalami penurunan, secara jumlah angka tersebut mengalami kenaikan. Jumlah penduduk miskin pun berkaitan dengan jumlah pelajar tidak mampu di Jawa Barat. Di mana jumlah pelajar tidak mampu tingkat sekolah dasar (SD) berjumlah 5,5 juta, tingkat sekolah menengah pertama (SMP) berjumlah 3,2 juta,
KemisKinan, mungKin buKan masalah bagi raKyat indonesia seandainya pejabatnya juga misKin. - Pidi Baiq
18> Skul: SMAN 2 Bandung 19> Ensiklobelia: Hari Pengentasan Kemiskinan Sedunia 19> Tautan: Berdonasi di Era Internet 19> Aksi: l Liga Seni Budaya Regional 3 Bandung l Ngamumule Budaya Sunda!
19> MusicTerritory: l Bukan Sekadar Minum Teh l Berandakustik
19> Chat: Adhitia Sofyan
dan tingkat sekolah menengah atas (SMA)/sekolah menengah kejuruan (SMK) berjumlah 2,1 juta. Hal ini disampaikan oleh Pak Dodin R Nuryadin selaku Kepala Bidang Pendidikan Menengah Kejuruan Disdik Jabar saat diwawancarai oleh kru belia. Menurut Pak Dodin nih sobat Belia, kalo pelajar SMA/SMK di Jabar ini 20% siswa yang tidak mampu nggak dipungut biaya apa pun, dengan syarat pelajar itu bisa melengkapi persyaratan yang diberikan secara valid karena pasti akan ada pengecekan gitu. ”Kalo pelajar SD dan SMP kan emang nggak ada pungutan biaya, semua gratis kalo sekolah negeri,” ungkap Pak Dodin. Dinas Pendidikan Jabar telah melakukan pembebasan pembayaran SMA/ SMK sebanyak 20% dari siswa yang tidak mampu ini sudah lebih dari 5 tahun. Namun, apabila terdapat cukup banyak siswa tidak mampu, biasanya diberikan gratis biaya sekolah untuk seluruhnya. Dalam mengatasi pelajar tidak mampu, menurut Pak Dodin, siswa tidak mampu dapat masuk ke sekolah mana pun tanpa dipertanyakan nilai, yang terpenting ada surat keterangan dan emang sekolah yang dituju dekat dengan tempat tinggal. “Kenaikan siswanya tiap tahun meningkat, hal ini karena jumlah pendaftar untuk bersekolah setiap tahunnya terus meningkat. Namun, dalam proposisi penghitungannya tetap 20%,” ujar Pak Dodin saat ditanyakan statistik pelajar tidak mampu. Bukan hanya pembebasan biaya sekolah saja, siswa tidak mampu pun mendapatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Dalam KIP ini tidak ada batasan, semua siswa tidak mampu di sekolah tersebut akan diberikan. KIP cukup membantu siswa, di mana siswa akan mendapatkan uang sebesar Rp 1 juta/tahun. Tuh guys penjelasan dari Dinas Pendidikan yang emang nggak perlu khawatir deh untuk bersekolah. Kalo kita emang memiliki niat besar untuk bersekolah pasti ada jalannya. Jadi buat kalian yang emang tidak memiliki biaya atau punya temen yang kurang mampu kuy bantu dengan langkahlangkah yang udah kru belia kasih. Gapailah pendidikan sampe ke negeri Cina!*** winniekellyp18@gmail.com
Menurut Kamu, Apa Sih yang Bisa Kamu Lakukan Buat Bantu Mengatasi Masalah Kemiskinan? Syarah Nabilla Z, SMKN 3 Bekasi KITA bisa rajin bikin bakti sosial, tingkatkan kegiatankegiatan charity gitu supaya bisa saling membantu sama yang membutuhkan.
Ria Amarita, SMK Bakti Kencana DARI kitanya sendiri nggak boleh boros, harus pintar mengatur uang supaya tidak membebani orangtua.
Fatma Fadhilatunnisa, SMAN 18 Bandung JADI volunteer-volunteer gitu, misalnya ikut ngajar anak jalanan atau ikut kayak Indonesia Mengajar. Kalau pada pinter jadi bisa mengurangi kemiskinan nantinya.
Restu Dewangga, SMAN 16 Bandung BANTU teman kita yang kekurangan, misalnya mencarikan beasiswa untuk dia jadinya bisa bersekolah tinggi dan mengangkat kehidupan keluarganya. *** dhianynadya@gmail.com