Epaper Belia 13 Desember 2016

Page 1

21

SELASA (PAHING) 13 DESEMBER 2016 13 RABIUL AWAL 1438 H MULUD 1950

Gold & Silver Winner IYRA 2016 untuk Belia Pikiran Rakyat Terima T erima Kasih Masyarakat Jawa Barat

LEMBARAN KHUSUS REMAJA Facebook: www.facebook.com/beliapr

Twitter: @beliapr

E-mail: belia@pikiran-rakyat.com

Tahun Depan UN Nggak Ada?

Instagram: beliapr

UJIAN Nasional. Dua kata ajaib yang membentuk sebuah frase yang jadi sesuatu yang kramat bagi barudak sekolah. Soalnya, Ujian Nasional atau UN adalah tujuan akhir kita di ujung masa sekolah, kalau mau lulus sekolah, ya harus lulus UN. Terus nih yang namanya ujian, pasti kita kudu mempersiapkan diri biar lulus dengan baik dong? Macam-macam caranya, dari mulai ikut kelas ekstra di sekolah, ngerjain soal-soal latihan di rumah, sampai ikutan bimbingan belajar. EBERADAAN UN banyak diakui oleh siswa siswi SMP dan SMA sebagai penyebab stress. Apalagi batasan kelulusan nilai yang semakin tinggi dari tahun ke tahunnya. Tiap tahun ada sih rencana buat menghapuskan UN. Tapi rencana cuma rencana, penghapusan UN ini udah direncanain dari tahun 2007, tetapi buktinya sampai tahun kemarin masih ada aja tuh yang namanya Ujian Nasional. Sampai pertengahan November kemarin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang baru yakni Muhadjir Effendy memberikan pernyataan kalo UN akan dimoratoriumkan atau ditangguhkan pada 2017. Data statistik selama UN dilaksanakan hanya 30% dari sekolah yang berstandar nasional, 70 % lagi membutuhkan pembinaan. Pelaksanaan UN juga menghabiskan anggaran yang cukup besar, tetapi pas tahun 2016 ada penurunan anggaran karena meningkatnya jumlah peserta UN yang berbasis komputer. Sebagai gantinya, UN yang diselenggarain di jenjang akhir tiap tingkat ini, menurut Mendikbud Muhadjir Effendy akan diganti dengan pelaksanaan ujian kelulusan siswa yang diserahkan kepada pemerintah daerah. Ujian akhir untuk tingkat SD dan SMP akan diserahkan ke pemerintah kota dan kabupaten. Sementara ujian akhir buat siswa SMA dan SMK sederajat akan diserahkan sama pemerintah provinsi. Kelulusan siswa juga ditentuin sama pihak sekolah, di mana hasil ujian akhir jadi salah satu pertimbangannya, bukan jadi satu-satunya faktor penentu kelulusan. Ujian Nasional juga akan kembali dilakukan jika standar pendidikan di Indonesia sudah merata. Menurut Mendikbud, selama masa penghentian UN pihaknya akan mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan agar merata se-Indonesia. Wow. Kabar tersebut mengejutkan semua pihak. Seusai muncul pernyataan tersebut, banyak pro dan kontra yang muncul. Ada pihak-pihak yang merasa bersyukur dan mendukung Pak Menteri, ada juga yang menolak dan berpendapat kalau UN lebih baik diteruskan. Salah satu yang berpendapat adalah Kepala Sekolah SMP Al-Ma’soem Udin Nashruddin. Beliau mengatakan, kalo dirinya setuju UN tetap diadakan karena hal ini sudah tepat. ”Pemerintah perlu memiliki semacam pemetaan hasil belajar sekolah. UN tetap diadakan tapi tidak setuju apabila sebagai penentu kelulusan,” ujar Pak Udin. Terus kalau dari sisi guru, menurut Ibu Lilis Sartika, guru SMPN 5 Cimahi, sekolah sebagai pelaksana akan menjalankan apapun yang jadi kebijakan pemerintah. “Hanya yang menjadi kebingungan kita apa yang menjadi standar siswa apabila masuk ke sekolah lanjutan dan apakah soal yang akan dikirim dari pusat sudah dapat dijadikan standar kualitas pendidikan secara nasional? Ya maunya kita mah ranah pendidikan jangan dibawa arus gonjang-ganjingnya politik,” tutur Bu Lilis.

K B

Nah, karena masih banyak muncul pro-kontra inilah, akhirnya awal Desember wacana untuk menghapus UN ini dibatalkan a.k.a UN 2017 bakal tetap dilaksanakan. Ini udah kru belia konfirmasi langsung ke yang berwenang juga, barudaks. Kepala Seksi Pelestarian dan Pembelajaran Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Pak Abur Mustikawanto mengatakan kalau UN masih akan dilaksanakan atau bisa dibilang nggak jadi dihapus. “Masih diperlukan untuk pemetaan ditiap provinsi. Karena UN itu kan untuk mengevaluasi PBM dan KBM kelas I, II, III SMA di semua sekolah dari Sabang sampai Merauke,” ujar Pak Abur dalam penjelasannya. Duh, galau banget ya guys. Ibaratnya sih para pelajar dikasih harapan palsu gitu hihihi. Kayak kata salah satu sobat Belia, yaitu Tania Nurfitria dari SMAN 7 Bandung. Doi bilang kalau keputusan menteri yang nggak pasti itu, bikin siswa jadi pada degdegan juga. ”Kemarin ramai katanya UN tahun depan dan tahun selanjutnya bakal nggak ada, eh terus sekarang katanya tetep ada. Jadinya gimana ya, pusing juga sih nunggu kepastian bakal ada apa nggak, semoga cepat diperjelas aja biar yang tingkat akhir juga belajarnya tenang,” kata cewek berambut panjang ini. Ada lagi nih pendapat dari sobat Belia lain, yaitu Regina Widjaja. Cewek asal SMP BPK Penabur Holis Bandung ini bilang kalau sebenernya ada atau nggak ada UN harusnya jangan memengaruhi pola belajar kita. ”Menurut aku sama aja mau ada atau nggaknya UN, karena kita harus sama-sama belajar. Kan kalau nggak ada UN juga bakalan ada US atau ujian lain. Semua harus belajar giat biar apapun ujiannya bisa lulus dengan baik,” tuturnya. Beuhh.. Kru belia setuju banget sih guys! Intinya sih, mau UN jadi moratoriumkan atau nggak, kita harus tetap belajar untuk mempersiapkan kelulusan kita dengan baik. Siapa sih yang nggak mau lulus dengan nilai yang top markotop? So, keep the hardwork!***

UJIAN Nasional alias UN udah nggak asing di telinga kita dong? Psst, tapi sobat Belia tau nggak sih sebenernya sejarah UN di Indonesia tuh kayak gimana? Kalau pengen tau langsung aja nih baca yang udah belia rangkum! Kamu bisa tengok deh, ternyata yang namanya kurikulum pendidikan di Indonesia, dari dulu sampe sekarang emang masih aja belum bisa mapan. 1. Periode 1950-1960 Pada periode ini ujian akhir disebut dengan ujian penghabisan yang diadakan secara nasional. Di masa ini seluruh soal masih dalam bentuk esai guys. Soal-soal itu dibuat oleh Departemen Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. 2. Periode 1965-1971 Kali ini sistem ujian akhir yang diterapkan berganti nama jadi Ujian Negara. Materi ujiannya adalah semua mata pelajaran dan dilakukan serentak di seluruh Indonesia dengan pengawasan ketat. Saking ketatnya porsi kelulusan hanya sebesar 50%. 3. Periode 1972-1979 Di masa ini, ujian akhir bernama Ujian Sekolah. Pemerintah memberi kebebasan setiap sekolah atau sekelompok sekolah menyelenggarakan ujian sendiri dan pemerintah hanya menyusun pedoman dan panduan yang bersifat umum. Dengan sistem ini kelulusan menjadi 100%. 4. Periode 1980-2002 Pada periode ini, pemerintah menetapkan bahwa ujian akhir atau Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) dan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas) hanya menjadi salah satu komponen dalam menentukan kelulusan. Kelulusan ditentukan oleh kombinasi dua evaluasi tadi ditambah nilai ujian harian yang tertera di buku rapor. Udah mulai mirip UN kita sekarang nih. 5. Periode 2003-2004 Kali ini ujian berganti lagi. Ebtanas diganti dengan penilaian hasil belajar secara nasional dan berubah menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN). Kelulusan dalam UAN ini ditentukan oleh nilai mata pelajaran secara individual. Sempat terjadi standar nilai yang berbeda di UAN 2003 dan 2004 dan membuat UAN dievaluasi lagi. 6. Periode 2005-2013 Nah akhirnya di periode ini ujian akhir menjadi Ujian Nasional (UN). Pada tahun 2005-2010, merupakan kelanjutan dari UAN. Perbedaannya hanyalah batas nilai kelulusan ditingkatkan menjadi ≥4,25 (tahun 2005-2007), dan ≥5,50 (tahun 2008-2010). Kemudian tahun 20112014, UN sedikit disempurnakan lagi. Kelulusan peserta didik ditentukan dari hasil gabungan nilai sekolah dan nilai UN dengan persentase nilai UN: nilai sekolah dengan perbandingan 60%:40%. 7. Tahun 2015-sekarang. Ujian akhir masih dinamakan Ujian Nasional (UN) seperti pada tahun sebelumnya, tapi eh tapi terdapat beberapa perubahan dalam sistem penilaiannya. Pada tahun ini, hasil Ujian Nasional tidak lagi menjadi penentu kelulusan bagi siswa, melainkan hanya dijadikan sebagai pemetaan. Nilai Ijazah nantinya merupakan gabungan dari 60% nilai rapor (semester 1-5) dan 40% nilai Ujian Sekolah. Oh ya, di periode sekarang ini juga mulai dikenal UN berbasis komputer.***

Ngintip Sejarah

UN

dhianynadya@gmail.com reginaheryadi.rh@gmail.com

Mending Ada UN atau Nggak Sih? Muhammad Ramadhika Haikal, kelas XII SMAN 1 Bandung

Adhela Pradiska, kelas XII SMAN 2 Bogor

Nadiya Fidhni Basaron, kelas XII SMAN 1 Bandung

KALAU menurut saya lebih baik tetap diadakan. Selama UN menjadi tolak ukur siswa untuk menuju jenjang yang lebih baik dan pemerintah tidak bisa memberikan alternatif yang lebih baik selain UN. Karena siswa pasti lebih menuai keberatan dari siswa jika UN diganti ujian essay semua pelajaran. Karena tidak semua siswa berpotensi untuk menguasai semua mata pelajaran

KALAU menurut aku mendingan nggak usah ada. Soalnya itu bikin pelajarnya juga terbebani apalagi kalau misalnya UN masih aja UN masih menjadi syarat kelulusan, lagian UN itu terlalu mahal mendingan uangnya buat yang lain, untuk memperbaiki fasilitas sekolah, soalnya sekarang juga UN udah nggak bisa dijadiin syarat karena udah banyak pelajarpelajar curang yang menghafalkan segala cara kayak beli kunci jawaban, mencontek, dan lain-lain.

MENURUTKU mending UN diadain aja. Gimana bisa tau sistem pendidikan di Indonesia udah rata dan bagus apa belum kalau nggak ada perbandingannya. UN juga bisa sebagai tolak ukur kemampuan kita se-Indonesia itu seperti apa sih. Soalnya kan nanti bakal lebih susah ujian masuk kuliah yang diikuti lebih banyak kalangan juga ujian hidup ke depannya.

Rifqi Hardinsa Musa, kelas XII SMAN 1 Bandung MENDING ada dong, alasannya biar siswa kelas III bersaing buat mendapatkan nilai yang besar dan bisa masuk perguruan tinggi dengan nilai besar. Jadi pada belajar dengan sungguh-sungguh gitu.

Regina Widjaja, kelas IX SMP BPK Penabur Holis

22> Skul: SMP Al-Ma’soem

MENURUT aku sama aja mau ada atau nggaknya UN, karena kita harus sama-sama belajar. Kan kalau nggak ada UN juga bakalan ada US.

dhianynadya@gmail.com, dari berbagai sumber.

: TO FO

OM .C AT KY A R NIRA PIK

Nathaniel Christian, kelas IX SMP BPK Penabur Holis KALAU menurut aku UN diadain aja soalnya kalau nggak ada UN pasti ada US. Lagipula soal UN itu sepertinya lebih mudah daripada soal US.*** laroybaunsa@gmail.com

“”Exams tEst your mEmory,

23> Aksi: Porak SMP BPK Penabur Holis

lifE tEsts your lEarning;

23> MusicTerritory: - Maxcited - Konser Tunggal & Launching Album The Paps

othErs will tEst your patiEncE.” - Fennel Hudson

23> Ensiklobelia: Serba-Serbi UN 24> Chat: Mondo Gascaro

24> Review:


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.