Epaper belia 12 februari 2013

Page 1

27

SELASA (PAHING) 12 FEBRUARI 2013 1 RABIUL AKHIR 1434 H SILIH MULUD 1946

Facebook: www.facebook.com/beliapr • Twitter: @beliapr • E-mail: belia@pikiran-rakyat.com FOTO: FEBI

Hutan Kota, Hutan Kita B

EBERAPA pekan terakhir ini isu penyelamatan hutan kota Babakan Siliwangi (Baksil) tengah marak di mana-mana. Bahkan para Twitter user pun turut meramaikan wacana melalui tagar #savebabakansiliwangi hingga mengganti avatarnya dengan logo aksi tersebut. Hal ini dipicu oleh rencana pembangunan restoran dan sarana komersil di kawasan ini. Nah kenapa sih Baksil mesti diselamatkan? Menurut beberapa sumber yang Belia rangkum, Baksil yang berbentuk tapal kuda ini dulu dikenal sebagai hutan Lebak Gede yang fungsinya enggak hanya sebagai daerah resapan air (recharge), tapi juga luahan air (discharge). Selain itu, Baksil juga jadi paru-paru yang menjaga kualitas udara Kota Bandung yang bisa menyuplai oksigen untuk 15.600 jiwa dalam sehari; jadi lahan percobaan penanaman Mina Padi yang jadi salah satu jenis unggulan padi Indonesia; serta punya 48 jenis pohon dan 24 jenis burung seperti Madu Kuning, Cekakak Jawa, dan Elang Alap Cina. Kawasan ini pun ditetapkan jadi hutan kota dunia ketika Tunza International Children and Youth Conference On The Environment 2011 dilaksanakan di Bandung. Rumor akan dibabatnya Baksil yang kembali merebak bikin para aktivis, LSM, serta anak muda pun kembali mengampanyekan gerakan peduli akan pelestarian Baksil. Sebuah komunitas di Bandung melakukan kampanye peduli hutan kota ini dengan cara yang berbeda, yaitu Bandung Cycle Chic (BCC). BCC merupakan komuni-

tas sepeda yang identik dengan bersepeda sambil tetap bergaya chic dan trendy. Komunitas yang didirikan oleh Gadis pada tahun 2009 ini, sejak February 2012 lalu melakukan kegiatan yang diberi nama Sunday Smile Picnic. Ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap 3 bulan sekali oleh Gadis dan teman-temannya di Baksil. Kegiatannya berupa piknik sambil diiringi musik dan bagi-bagi makanan. “Intinya sih piknik aja, tapi ditambah ada musik dan bagi-bagi makanan antar pengunjung. Picnic, music, sharing,” ujar Gadis yang masih duduk di bangku SMA ini. Ini bukan kegiatan pertama yang dilakukan Gadis untuk penyelamatan Baksil. Pada tahun 2011 lalu, Gadis juga pernah membuat gerakan ”Hayu Ulin” untuk meramaikan Baksil dengan kegiatankegiatan santai dan menyenangkan. ”Gerakan ini untuk mengingatkan lagi ke masyarakat akan keberadaan Baksil sebagai ruang publik biar nggak dialihfungsi jadi lahan komersil,” tutur Gadis. Salah satu bentuk ‘ulin’-nya yaitu piknik. Awalnya Gadis mengajak teman-teman pesepeda BCC untuk mengadakan piknik rutin di Baksil. Ia pun mulai mengajak beberapa musisi untuk ikut meramaikan. Tak disangka antusiasme musisi Bandung pun tinggi setelah melihat lokasi Baksil. ”Akhirnya temen-temen musisi bikin piknik ini juga untuk menghidupkan kembali micro-gigs (gig musik kecil yang nggak berbayar), selain buat meramaikan Baksil

dengan kegiatan-kegiatan positif. Hutan kota ini seharusnya bisa dijadikan wadah bagi warga Kota Bandung untuk berkegiatan ataupun rekreasi,” ungkap Gadis tentang Baksil seluas 3,8 hektare yang merupakan paru-paru Kota Bandung ini. Lokasi Baksil yang nyaman, sejuk, luas, serta mudah diakses karena berada di tengah kota dapat menjadi pilihan tempat untuk berekreasi atau sekedar hangout bersama teman-teman. Banyak sekali kegiatan yang dapat dilakukan, selain untuk sekedar hangout, kawasan yang kebanyakan area-nya dipenuhi pohon rindang ini bisa dieksplorasi buat kegiatan olah raga seperti parkour, sepeda cross-country, dll. ”Bisa juga dieksplorasi buat tempat bermusik, melukis, latihan teater, foto atau membuat karya lainnya,” ungkap Gadis. Hal senada pun diungkapkan oleh Pak Tommy Derawan selaku Ketua Sanggar Olah Seni Babakan siliwangi. Menurut dia, banyak hal yang bisa dilakukan di Baksil. Tak hanya bermain atau bersantai, pengunjung pun bisa melakukan beragam kegiatan seni budaya. ”Selain kegiatan seni dan budaya kami juga melakukan kegiatan sosial seperti mengadakan sunatan masal dan workshop,” ujar Pak Tommy. Namun, dalam pemanfaatan Baksil sebagai area rekreasi dan hangout hendaknya tetap menghargai kebersihan lingkungan dikawasan hutan. Akhir-akhir ini mulai banyak sampah yang berserakan di sekitar jembatan gantung di area Baksil. Untuk itu kesadaran membuang sampah pada tempatnya pun harus ditingkatkan, agar keasrian kawasan ini tetap terjaga. ”Rekreasi dan hangout pun jangan overlapping juga, kita harus mempertimbangkan masalah lingkungan di kawasan Baksil,” tutur Pak Tommy. Menurut dia, Baksil merupakan simbol dari kota Bandung yang tetap harus dilestarikan. Banyak sekali hal yang bisa dieksplorasi di sini. Sanggar Olah Seni pun memiliki sebuah mimpi untuk membuat sebuah kampung budaya di kawasan Baksil di mana nantinya bisa menjadi pusat rekreasi seni budaya sunda di Kota Bandung. “Sunda memiliki banyak sekali budaya dan banyak orang yang tak tahu, nantinya saya ingin pengunjung Baksil juga bisa belajar beragam budaya Sunda di sini,” ungkap Pak Tommy.

Kontribusi pelajar Lalu sebagai pelajar, apa sih kontibusi yang bisa kita lakukan? Menurut Reza sebagai salah satu Sahabat Walhi, sebenarnya langkahnya sederhana banget yaitu mengaktivasi fungsi Baksil agar kembali hidup melalui dua cara: primer dan sekunder. Untuk primer, kita bisa mengadakan kegiatan di sana, misalnya pentas seni atau acara-acara kreatif yang mengundang kreasi serta partisipasi banyak orang. Kalau sekunder, kita bisa angkat wacana Baksil di sekolah misalnya melalui pelajaran PLH. Ini bisa diangkat jadi tema untuk menyosialisasikannya bersama teman dan guru. Nah diharapkan dari aksi kecil seperti ini akan timbul ide kreatif lainnya untuk menghidupkan Baksil. ”Baksil itu isinya enggak hanya hutan dengan pepohonan, tapi juga ada arena adu domba, sanggar olah seni, hingga jembatan. Memang sih kalau dibadingkan dengan mal, fasilitasnya kalah. Malah bisa dibilang belum ada apa-apa. Tapi kalau melihat ke belakang, Baksil menarik karena punya social history karena pernah jadi tempat bersosialisasi warga Bandung secara horizontal. Fungsi sosial ini bisa dikembalikan lagi sekarang melalui kegiatan. Warga bisa meramaikan Baksil misalnya dengan bikin nobar film 2 minggu sekali atau

kegiatan lain,” tutur Reza. Keluarnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pendirian restoran di bekas lahan lama dikhawatirkan akan memacu pembangunan lainnya. Apalagi hingga saat ini surat keputusan tentang status Baksil sebagai ruang terbuka hijau belum keluar. “Jalur sosialnya adalah dengan membangun kekuatan bersama dengan menjadikan Baksil sebagai ruang publik,” tutur Reza. Sebagai bagian dari kekuatan publik, yuk kita hidupkan lagi hutan kota Baksil. Nggak ada salahnya juga kan kalau kita hangout di sana sembari menikmati kesegaran alam dari hutan kota dunia. *** aulialrizal@gmail.com siswanti.hanifa@yahoo.co.id

VoxPop

Peduli Baksil Versi Kamu Benedicta Ribka, SMAN 4 Cimahi lahan hijau di kota BanBAKSIL perlu diselamatkan karena itu merupakan hutan Baksil masih bisa baik, n denga la dikelo nya dung. Selama pengelolaan ng sudah pemanasan Sekara ut. hango t dijadikan tempat rekreasi dan tempa Baksil dibabat bisa jadi nanglobal, hutan merupakan penghasil oksigen, jika ti Kota Bandung bisa menjadi tambah panas.

Fitri Astuti, SMAN 4 Cimahi dibabat maka penghasil okDI Bandung sudah sedikit lahan hijau, jika Baksil h panas. Jangan sampai tamba jadi saja bisa ng Bandu ang. berkur sigen akan dibeli. Baksil masih bisa harus yang langka g baran di nantinya oksigen menja . piknik l sambi g baren ut dimanfaatkan untuk tempat hango

Hasna Muliawati Ulfah, SMAN 5 Bandung aja. Menurut saya sekiranya SEMUA mall dalamnya sama dan pasti gitu-gitu Kota Bandung, apa salahnya unBaksil masih siap untuk membantu kelestarian semakin sedikit lahannya ini. tuk kita membela hutan kota yang semakin hari kota ini. Tak usah demo atau hutan dari hari per keluar n oksige Bayangkan 52.400 satu sampah aja misalnya bil ngam l sambi sana ke kayak gimana, cukup datang kita peduli Baksil. *** kalau n uktika setiap dua hari sekali. Itu sudah cukup memb aulialrizal@gmail.com siswanti.hanifa@yahoo.co.id

es Quot ”THERE is always music amongst the trees in the Garden, but our hearts must be very quiet to hear it.”

Imlek dan Budaya Toleransi

Minnie Aumonier

N

Indeks: 28> Skul:

29> MusicTerritory:

SMAN 4 Cimahi

Enchanting Eastern Celebration

29>Aksi:

29>EnsiklObelia:

Ajang Kreasi SMPN 34 Bandung

Kabayan Jadi Presiden

29>Aksi: AKSES 2013 SMPN 11 Bandung

29> MusicTerritory: Satu Pencapaian dengan ”Long Way To Glory”

30>Review:

EGARA Indonesia itu unik! Walaupun terdiri atas pulau-pulau yang dipisahkan lautan, tetapi tetap bisa bersatu. Walaupun memiliki budaya yang berbeda-beda antara suku bangsa satu dan yang lainnya, tetapi tetap bisa saling menghargai. Bahkan walaupun memiliki keyakinan agama yang berbeda-beda pula, masih bisa saling menghormati. Itulah jiwa toleransi, bagian dari ke-bhineka-an bangsa Indonesia. Pemimpin bangsa pun kini semakin membuka wawasan toleransinya. Jika dahulu perayaan Imlek tidak diizinkan berkembang di bumi Indonesia, kini, seiring dengan makin terbukanya wawasan toleransi, maka pemimpin bangsa pun akhirnya

mengeluarkan kebiijakan membolehkan adanya perayaan Imlek, bahkan hari Imlek dijadikan sebagai hari libur nasional. Hidup penuh toleransi memang menyenangkan! Kita bisa tenang beribadah, tanpa rasa waswas. Bahkan, dengan adanya toleransi bisa terjadi hubungan saling menguntungkan. Contohnya, saat Idulfitri, warga Tionghoa bisa ikut merasakan ketupat yang ramai disajikan. Dan saat Imlek, kaum pribumi, bisa menikmati aneka ramen dan dodol keranjang. Hingga bisa saling menikmati keramaian suasana dari masing-masing perayaan. Mengasyikkan bukan? Momentum Imlek ini pun bisa kita jadikan cermin untuk belajar mengembangkan toleransi diantara teman. Bukankah kita memiliki teman yang berbeda-beda baik agama maupun suku bangsanya? bahkan kebiasaan dan kesukaan dari teman-teman kita pun tentu berbeda-beda. Dengan toleransi, tentu tidak akan ada tawuran! Dengan

toleransi tentu tidak akan timbul gank-gank yang bersifat negatif, merusak ketenangan sekolah dan ketenangan lingkungan masyarakat. Dengan toleransi, menuntut ilmu tentu akan semakin tenang! Mengembangkan toleransi bisa kita mulai dari diri kita sendiri. Bisa kita mulai dari dalam lingkungan keluarga kita sendiri. Jika kita ingin menciptakan situasi penuh dengan toleransi, maka mulailah mengendalikan sikap-sikap kita sehari-hari. Jika kita tidak ingin diganggu orang lain, hindarilah melakukan tindakan-tindakan yang bisa mengganggu orang lain. Ibarat ilmu fisikakimia, ada aksi ada reaksi. Oleh karena itu, ciptakanlah aksi-aksi positif yang akan menimbulkan reaksi yang juga positif! Mulailah membiasakan diri untuk bertoleransi, hingga kebiasaan toleransi bisa mengakar kuat, menjadi budaya kita sehari-hari. Ath Thaariq, Kelas XI, SMAN 1 Rancaekek


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.