Epaper belia 11 Maret 2014

Page 1

19

SELASA (WAGE) 11 MARET 2014 9 JUMADIL AWAL 1435 H JUMADIL AWAL 1947

Facebook: www.facebook.com/beliapr • Twitter: @beliapr • E-mail: belia@pikiran-rakyat.com

Menginspirasi Lewat Lisan dan Tulisan K

ELAS Inspirasi Bandung (KIB) 2 baru aja beres dilaksanain serentak di 41 SD se-Kota Bandung pada 19 Februari silam. Program mengajar selama sehari ini diikuti oleh lebih dari 400 relawan profesional dari beragam bidang pekerjaan yang rela cuti demi mengajar adikadik kita di bangku sekolah dasar lho. Kalau ditotal sih ada hampir 10 ribu siswa yang beruntung dapat kesempatan ini. Cerita dari kegiatan itu pun dapat kita saksikan melalui Pameran Kelas Inspirasi Bandung di Museum Konperensi Asia Afrika (MKAA), Jalan Asia Afrika, Bandung, selama 1-9 Maret kemarin. Foto yang ditampilkan merupakan hasil kurasi dari Kang Dudi Sugandi, wartawan foto Pikiran Rakyat lho. Di sini kita bisa temukan berbagai dokumentasi foto, video, dan ebook yang disandingkan dengan rangkaian kegiatan seru lainnya. Selain ada pengumpulan donasi buku, penulisan surat inspirasi, pameran tersebut bikin kelas-kelas asyik setiap harinya dengan tema dan pemateri berbeda, seperti kelas aksi, dongeng, menggambar, memotret, mengajar kreatif, budaya, nonton, Pengajar Muda, hingga public speaking dan menulis. “Tujuan dari acara ini adalah mengenalkan KIB lebih dekat kepada masyarakat. Saya sih berharap masyarakat lebih tahu kondisi pendidikan saat ini dan jadi peka tergerak melakukan sesuatu di bidangnya masing-masing demi kebaikan. Ternyata begitu mudah untuk kontribusi. Di Indonesia, khususnya

Bandung, orang tulus itu banyak, tapi yang kurang adalah wadah kolaborasinya,” ujar Ibrahim Imaduddin, koordinator KIB. Dengan semangat inspirasi, pemateri kelas public speaking dan menulis pun merupakan inspirator dari KIB lho, yaitu Arie Ardianto (owner DJ Arie Broadcasting School) dan Gisantia Bestari (penulis buku “Cinta Adisty”, “ Backstreet Aja”, dan “The Real Us”. “Kelas ini tujuannya supaya mempermudah seseorang menebarkan kebaikan lewat public speaking dan menulis. Kami ingin hilangkan paradigma bahwa itu njelimet dan justru mengasyikan,” tambah Ibrahim. Di MKAA, sejarah dunia ditorehkan melalui bersatunya negara di Asia dan Afrika dalam melawan kolonialisme. Semoga di tempat yang sama, rangkaian kegiatan pameran KIB juga bisa menginspirasi gerakan perbaikan pendidikan, salah satunya lewat skill public speaking dan menulis nih. Yuk simak ceritanya! Kelas Public Speaking Siapa sih yang n ggak hafal Mas Arie? Public speaking trainer ini udah sering ngasih berbagai pelatihan hingga tingkat nasional. Dengan kiprahnya yang udah merambah kemana-mana, Mas Arie selalu menekankan arti penting keahlian public speaking. Nggak hanya untuk MC, presenter, atau penyiar, skill ini mesti dimiliki karena setiap hari kita memang selalu berhubungan dengan orang lain. Apalagi untuk kamu yang masih sekolah, kemampuan public speaking yang bagus bisa diterapkan saat presentasi pelajaran. Menurut Mas Arie, grogi itu wajar kok. Makanya ibarat belajar berenang yang mesti nyebur supaya bisa, kita pun harus berani nyobain ngomong di depan umum supaya terbiasa. “Hal yang bikin nggak nyaman untuk ngomong depan publik adalah rasa nggak nyaman dan ngeblank. Nah untuk ngusir rasa itu, kita mesti bikin persiapan. Well preparation is the part of the show because first impression is important. Be positive!” ujarnya. Tahap pertama yang mesti dikuasai adalah bikin brand bagus untuk diri sendiri dengan selalu bersemangat, berjiwa kompetisi, dan punya bahasa tubuh yang baik. Selajutnya baru deh ada tahap

Tio, SMA BPI 2 Bandung, Kelas XII IPA 3 Ngomong depan umum mungkin saya angkat tangan deh. Daripada malu-maluin ntar garagara ga pede jadi mendingan mundur duluan. Tapi kalo di depan kelas menurut saya sih masih wajar kan, karena kita mengenal sekitarnya, jadi pede-pede aja kalo itu. Terus, kalau menulis sih pede aja kan yang baca jga cuma tau nama kita, jadi oke-oke ajalah. Achi, SMAN 7 Bandung, Kelas XII IPS 2 Mungkin banyak yang susah buat tampil pede tapi kalau saya pribadi sih pede aja. Percaya diri kan emang muncul dari diri kita sendiri. Kalau tampil di depan umum emang suka agak gugup tapi semuanya bisa ketutupin sama rasa percaya diri kita, ya kalau kata saya sih gitu. Kalau menulis sih ya bangga juga apalagi kalau masuk majalah kan karya kita dilihat banyak orang. Muthia, SMAN 11 Bandung, Kelas XII IPA Saya sih kurang pede, soalnya belum terbiasa. Jadi, ya, suka malu kalau ngomong di depan orang. Mana suka diliatin juga kan. Suka deg-degan gitu kalau mau maju ke depan atau tampil. Pokonya kurang begitu pede lah. Nulis juga sama, gak bisa soalnya hehe. Tania, SMP BPI 1, Kelas VII Enggak. Ga pede ah, malu soalnya hehehe. Di depan umum itu kan diperhatiin orang jadi suka salting suka jadi gatau mau ngomong apa. Kebanyakan juga gitu, pada susah kalau ngomong di depan banyak orang kan. Kalau nulis sih, belum pernah.

VoxPop

Pede ga sih bicara/nulis di depan umum?

dhianynadya@gmail.com

Body, Vocal, Attitude. Untuk Body, kita bisa lho belajar dari cara presntasi Steve Jobs, yaitu memperhatikan kontak mata, punya postur terbuka, dan gestur tangan yang baik. “Supaya audiens merasa diperhatikan, kita mesti menjaga kontak mata dengan mereka secara perlahan dan menyeluruh. Hindari deh jumping eyes. Postur tubuh juga penitng misalnya tangan jangan bersidekap. Terus tangan juga harus bebas, jangan masuk saku atau berkacak pinggang karena itu merefleksikan apa yang sedang kita pikirkan,” sambungnya. Untuk Vocal, seorang pembicara yang baik juga harus punya intonasi dan artikulasi yang jelas. Sebelum memulai topik pembahasan, nggak dilarang kok untuk diawali dengan bercerita sejenak. Kalau punya pengalaman yang nyambung dengan topik yang bakal dibahas pun boleh banget diceritain. Tahapan ini bertujuan bikin kelas jadi kondusif. Tunjukan pula tentang segimana semangatnya diri kita, tapi jangan sampai ngomong terlalu cepat. Hehehe. Nah yang terakhir adalah Attitude dimana kita jangan lupa untuk senyum! “Pendengar itu ada banyak tipenya, jadi pelajari dulu audiens yang bakal kamu ajak presentasi seperti apa. Orang itu menyukai kita karena karakter kok, bukan suara. Jadi syukuri dan berusaha positif dengan apa yang bakal kita omongin. Fokuslah dengan materi,” tutup Mas Arie. ***

Kelas Menulis

S

ELAIN keterampilan berbicara di depan umum alias public speaking, menulis pun nggak kalah pentingnya. Gisantia Bestari, seorang penulis novel muda, berbagi cukup banyak soal ini. FYI,Gisantia pertama kali menerbitkan novelnya di umur 13 tahun dan sampai sekarang sudah ada tiga buah novel karyanya yang diterbitkan. Menurutnya, menulis itu sangat penting. Saking pentingnya, semua orang dengan semua profesi pun harus pandai menulis. Pada dasarnya, orang menulis untuk dibaca oleh dirinya dan orang lain. “Menulis bukan karena kita ingin, tapi karena kita punya sesuatu untuk ditulis,” ujar Gisantia. Sekarang jelas kan, apa pun profesinya, kalau ingin membagi ide dan dibaca orang secara utuh tentu semua orang harus pandai menulis. Namun, nggak hanya ide-ide besar yang berkaitan dengan banyak orang yang layak dan perlu ditulis. Ya, kita memang perlu menulis untuk mengabadikan memori. Hal-hal berkesan, menarik, menyentuh, menyenangkan, kalau ditulis dan kelak dibaca lagi pasti lebih seru. Seperti yang pernah dikatakan oleh penulis termashyur Milan Kundera, “kita menulis untuk melawan lupa”. Menulis juga ternyata merupakan sarana pembangunan karakter yang bagus. Apalagi kalau kita sedang dalam proses pengerjaan sebuah tulisan panjang seperti novel. Kita otomatis melatih diri sendiri untuk berdisiplin. Kalau meminjam istilah Gisantia, penulis adalah Direktur Utama untuk dirinya sendiri. Setelah karya selesai pun mental penulis diasah. Pujian, cacimaki, saran, dan kritik merupakan hal biasa buat penulis. So, kalau suka menulis dan sudah biasa karyanya dikomentari orang, tentu itu menandakan kondisi mental yang sehat! Kalau ditanya bagaimana caranya menjadi penulis yang baik, Gisantia akan jawab satu kata: “menulislah!” Ia bercerita, banyak sekali orang bertanya tips dan trik menulis, menghasilkan karya bagus, sampai menembus penerbit bahkan sebelum memulai menulis. “Padahal kalau sudah coba menulis, hal-hal seperti penguasaan bahasa dan gaya penulisan bisa dipelajari sambil proses,” katanya. Nah, tunggu apa lagi? Menulislah!

siswanti.hanifa@yahoo.co.id

hanifauziaramadhani@gmail.com

Si ”Alay” yang tak Berguna

I

H alay..”, “Ih lebay..”, “Alay banget sih loe..”, “Lebay banget sih loe..” Mungkin celotehan-celotehan itu sudah tidak asing lagi di telinga kita. Apalagi jika belia sendiri termasuk orang yang sering disebut begitu atau bahkan belia sering melontarkan celotehan-celotehan itu kepada teman-teman. Celotehan tersebut bisa keluar jika kita mendengar atau melihat orang dengan gaya bicara yang berlebihan seperti iiieeeuuwwhh, ciyus, cemungudh, atau bahasa alay lainnya. Selain itu juga orang dengan pakaian yang ramai dengan warna-warna jreng yang super riweh bisa juga termasuk kategori alay. Tapi sesungguhnya hal tersebut sudah tidak bisa lagi kita sebut alay atau lebay karena hal-hal yang demikian sudah dianggap hal biasa bahkan trend yang dianggap gaul bagi se-

bagian orang. Namun hal lain yang bisa masuk kategori alay bin lebay adalah gonta-ganti status atau display picture (DP). Setiap aktivitas atau hal apapun yang kita alami kurang rasanya jika kita tidak menjadikannya sebagai status atau bahkan dp. Maka dari itu tidak sedikit orang yang biasa menjadikan serangkaian peristiwa sebagai status untuk menarik perhatian orang seperti berantem sama pacar, berantem sama teman, makan, minum, jalan-jalan, sakit, galau, dan lain sebagainya. Hal itu bukanlah hal yang salah karena setiap orang mempunyai hak untuk itu. Apalagi hal tersebut didukung dengan adanya berbagai dp yang kadang berisi hal senada dengan semua yang kita rasakan. Bahkan motivasi, nasihat, dan berbagai hal positif lainnya ada.

Hal tersebut tidak salah untuk kita gunakan sebagai hiasan hidup kita seharihari. Namun ada baiknya jika setiap status dan DP yang kita pasang adalah hal-hal positif yang memang pada kenyataannya kita lakukan dalam hidup kita, sehingga orang lain tidak berpendapat bahwa kita adalah orang yang munafik. Jangan sampai status dan dp yang kita pasang hanyalah merupakan “omong kosong” yang justru semakin menunjukkan hal-hal negatif yang ada di diri kita atau bahkan menunjukkan bahwa kita hanyalah orang yang pandai bicara tapi hasilnya nihil dalam kehidupan sehari-hari. Valerie Devina Rusli, XI IPS 2 SMAK Kalam Kudus Mekarwangi Bandung

“Menulis adalah sebuah keberanian...” Pramoedya Ananta Toer

Quotes “Your silence will not protect you.” Audre Lorde, Sister Outsider: Essays and Speeches

Indeks: 21> Aksi: Manglayang van Japan 21> MT: 20> Skul:

Act Like a Concert Teenage Death Star

SMAN 1 Sindang 21> MT:

Aldi, SMPN 12 Bandung, kelas VII Ya, pede-pede aja. Ya gimana ya, hahaha pokonya gitu aja deh. Bingung juga kalau ditanya kenapa. Pokonya sih percaya diri aja, gak takut, gak malu-malu gitu. Liane, SMPN 40 Bandung, Kelas VII Pede sih. Pede aja soalnya udah sering juga ngomong di depan. Ngomong-ngomong kaya gitu lah, pede aja hehehe

FOTO: KEKE

Swing & sync Mocca 20> Insight: Valiant Budi

22> Review:


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Epaper belia 11 Maret 2014 by cnexus kidz - Issuu