19
SELASA (KLIWON) 10 JUNI 2014 12 SABAN 1435 H REWAH 1947
Harapan Sepak Bola Indonesia Masa Depan Facebook: www.facebook.com/beliapr
FOTO: KEKE
Twitter: @beliapr
E-mail: belia@pikiran-rakyat.com
Menurutmu, Gimana Kondisi Sepak Bola Indonesia? Udah Bagus Belum, Sih? Ten Tripany, SMA Negeri Tanjung Sari ”SEPAK bola Indonesia itu udah banyak memiliki bibit pemain yang baik, tinggal fasilitas lapangannya diperbaiki plus jangan ada campur tangan politik, pasti lebih baik.”
Kemal Putra, SMA Al-Ghifari "SEBETULNYA menurut aku sih sepak bola di Indonesia udah bagus, cuma mungkin para petingginya perlu dibenahi lagi. Mungkin di masa mendatang kita bukan hanya jadi negara penonton Piala Dunia saja, tapi juga jadi pesertanya jika bakat-bakat yang ada sekarang diarahkan dan diurus dengan benar.”
Elvaretta Dian, SMA Santa Maria 2 ”MENURUTKU tim sepak bola Indonesia itu bagus, apa lagi tim nasionalnya. Mereka punya skill yang cukup bagus dan memadai buat berkompetisi di tingkat internasional. Aku yakin kalau skill mereka lebih dieksplorasi dan diperhatikan plus difasilitasi, tim sepak bola Indonesia bisa jadi yang terbaik!”
Bicara soal sepak bola memang nggak ada habisnya. Apalagi di masa-masa menjelang perhelatan sepak bola akbar Piala Dunia 2014 di Brasil yang sebentar lagi digelar. Meski Indonesia nggak jadi pesertanya, sepak bola tetap ramai diperbincangkan di sini. Bukan cuma karena kita ikut mendukung tim-tim negara yang dijagokan, loh! Belakangan ini sepak bola Indonesia cukup sering dibahas karena hal yang cukup membanggakan; Tim Nasional U-19 yang berprestasi dan ISL semakin baik kualitasnya. Yuk, kita bahas sepak bola Indonesia lebih jauh lagi!
Eldine Syifa, SMP Al-Azhar Syifa Budi Parahyangan ”SEPAK bola Indonesia tuh udah lumayan ningkat dari prestasi pemainnya ditambah lagi dukungan dari pemerintahnya. Semoga aja ke depannya terus maju dan bisa go international.”
Jaka Permana, SMK Pasundan Bandung ”BELUM. Perhatian pemerintahnya masih kurang. Misalnya dari perhatian ke pemain kecil. Pemilihan pemain atau seleksi juga ga merata. Ngambil pemain juga harusnya mah gak cuma dari SSB, harusnya ke pelosok juga.”
Nandar, SMP Rajawali Bandung "BELUM bagus, masih jauh dari standar. Indonesia masih permulaan lah. Fasilitas kurang, turnamen juga masih kurang. Kurang berpengalaman jadinya.
M
EDIA Officer Persib Irfan Suryadireja bilang kalau sepak bola masih jadi idola, baik di Indonesia maupun dunia. Adanya banyak event dari tingkat lokal maupun internasional kayak Piala Dunia, Piala AFF, dan Piala Asia pun bikin remaja semakin cinta dengan olah raga satu ini. Bahkan kini di Indonesia, sepak bola udah jadi profesi dan bisa jadi jaminan hidup, terutama oleh pemain profesional. Untuk bayangan aja nih, kontrak pemain ISL aja berkisar Rp 100 juta sampai Rp 1 miliar! So, gimana pada nggak tertarik untuk menggelutinya coba? ”Daya tarik industrinya juga menjanjikan, misalnya pertandingan nasional yang disiarkan langsung di televisi. Biasanya tumbuh rasa senang dengan sepak bola itu saat usia 7-15 tahun dan ketika remaja jadi serius menggeluti sepak bola. Sekarang sedang booming kompetisi dari tingkatan usia, seperti U-10, U-13, U-15, U-17, dan U-19. Jadi ada semacam penyaluran hobi terhadap sepak bola. Apalagi sekarang sedang ramai Piala Dunia, orang-orang akan tertuju konsentrasinya ke sana,” tuturnya. Sayangnya, menurut Coach Tito, seorang pelatih sepak bola, kelemahan sepak bola Indonesia adalah dalam hal manajemennya. Klub-klub sepak bola Indonesia sekarang belum memiliki struktur manajemen yang bagus. Contoh kecilnya, klub bola profesional di Indonesia belum bisa mengatur penjualan jersey dan merchandise agar jadi pemasukan yang berarti bagi klub. ”Apalagi melahirkan pemain berkualitas yang bisa mereka jual, kebanyakan klub profesional kita membeli pemain, bukan menciptakan pemain. Padahal kalau kita lihat dari segi efisiensi biaya, menurut saya cost membina pemain lebih rendah di bandingkan dengan membeli pemain,” kata pelatih yang baru saja membawa anak-anak asuhnya untuk berlaga di Piala Pengcab ini. Hal yang sama juga dirasain Riva, siswa SMA Negeri 12 Bandung. ”Selama ini sih klub-klub di Indonesia kayaknya masih kurang percaya dengan pemain domestik, kebanyakan klub malah milih pemain asing,” kata cowok jangkung ini. Padahal banyak banget lho bibit-bibit unggul dari negeri kita ini. Bahkan Wiel Coerver, sang Einsteinnya sepak bola yang pernah jadi pelatih Timnas Indonesia periode 1975-1976 pun mengakui hal tersebut. Itu juga dirasakan oleh beberapa pelatih top dunia yang pernah
mampir ke Indonesia. Wah, jadi kita sebagai bangsa Indonesia gak perlu minder nih. Tentang Timnas U-19 yang ingin lolos Piala Dunia U-20 2015, Kang Irfan melihat ada peluang yang sangat besar. Ini karena kekuatan di kelompok usia muda masih merata, di mana hal tersebut berbeda di kelompok senior karena punya latihan dan motivasi yang berbeda. ”Tahun 1960-an Indonesia disebut macan Asia. Julukan ini mulai bisa muncul lagi secara perlahan meskipun masih jauh. Ini nggak lepas dari sport science yang secara teknologi bisa meningkatkan kemampuan pemain. Jepang dan Korea udah mengadopsinya, sedangkan Indonesia masih alami. Dulu pemain Indonesia sih masih mau lari 10 km di siang bolong, kalau yang sekarang kan jarang,” kata Kang Irfan. Orangtua jadi kunci utama Namun, dengan euforia yang terjadi, Kang Irfan menyayangkan kurangnya event untuk kompetisi U-17 dan U-19. Berbeda dengan kompetisi usia dini yang lebih banyak dan hampir selalu ada di setiap kota dan kabupaten. Kaderisasi dan pembinaan ini pun sebenarnya nggak lepas dari peran orangtua. Ketika berumur 17 tahun, biasanya orangtua melepas anaknya karena udah dianggap dewasa. Padahal sebelumnya selalu mengantar hingga ke lapangan dan memperhatikan disiplin dan pola istirahatnya. ”Apalagi di usia 17 tahun itu mulai jarang event, sehingga rentan goyah karena nggak ada penyaluran bakat. Di satu sisi sih secara manusiawi memang udah dewasa, seperti suka kepada lawan jenis dan mulai ada egoisitas anak muda yang ingin bebas bermain dan bergadang. Sedangkan di sisi lainnya, sepak bola itu harus disiplin dalam keseharian dan nggak boleh bergadang. Itulah kenyataannya di Indonesia,” ujar wartawan senior bidang olah raga ini menambahkan. Apakah mereka jenuh? Sebenernya nggak sih. Biasanya mereka berhenti melakukan hobi itu karena adanya pangaruh lingkungan. Misalnya ketika bergaul di sekolah sedang senang nongkrong dan touring, tapi di saat yang sama mesti latihan. ”Mental dan teknik bisa didapatkan dari tempaan pelatih di klub, tapi aspek nonteknisnya tetap harus diperhatikan dan kuncinya ada di orangtua. Ketika di usia 12-15
udah bagus, dia udah diakui dan bakal jadi pemain bintang. Tapi saat tumbuh dewasa malah nggak jadi. Anak harus terus didampingi supaya orangtua juga tahu dan paham seperti apa dia di lapangan, apakah berlatih penuh semangat, dan apakah bisa mengikuti instruksi pelatih. Masa umur 17-20 tahun itu memang rawan, karena ada di antara ingin semakin serius atau malah pindah ke bidang lain,” ujarnya. Adanya Liga Super Soccer Jala (Jago Bola) Pasundan 2014 yang tengah bergulir saat ini pun bisa kembali membangkitkan sepak bola di Jabar. Kang Irfan bilang, dulu Persib juga lahir dari pertandingan antarkecamatan. Kini Timnas U-19 pun bukan lahir dari pilihan kompetisi, melainkan benar-benar mencari pemain terbaik hingga ke pelosok daerah. ”Pada satu sisi, kondisinya sangat menjanjikan, tetapi di sisi lain nggak ada sarana penyaluran lewat kompetisi. Nah karena nggak ada kompetisinya, makanya dicari dengan blusukan,” ungkap Kang Irfan. Jaka, pesepak bola muda yang sekolah di SMK Pasundan Bandung pun turut berpendapat, ”Harusnya lebih banyak kompetisi supaya kami juga bisa lebih banyak dapat kesempatan dan pengalaman bertanding. Terus PSSI juga harusnya mencari pemain itu menyeluruh jangan cuma dari SSB aja. Padahal di pelosok itu juga ada bakatbakat yang mungkin lebih bagus daripada SSB.” Buat kamu para remaja yang ingin serius di bidang satu ini, milikilah disiplin dan motivasi kuat untuk jadi pemain profesional supaya nggak mudah tergoda dengan lingkungan. ”Selain itu, klub dan pembina olah raga sepak bola pun harus berkualitas dengan mengirimkan untuk ikut kursus kepelatihan. Ilmu sepak bola itu perubahannya cepat. Kalau kita terlalu konvensional bakal telat maju dari negara Asia lain,” ujar Kang Irfan menyarankan. Sebagai pembina talenta-talenta muda sepak bola, Coach Tito menyimpan harapan besar terhadap masa depan sepak bola negeri ini. ”Dengan banyaknya talenta dan animo yang cukup tinggi, saya yakin sepak bola kita bisa lebih baik.” ujar Coach Tito. Kita semua juga yakin, kan?*** siswanti.hanifa@yahoo.co.id hanifauziaramadhani@gmail.com dhianynadya@gmail.com
VoxPop VoxPop
hanifauziaramadhani@gmail.com dhianynadya@gmail.com
Cintai Produk Dalam Negeri
P
ERNAHKAH kalian memperhatikan bagian belakang kemasan dari produk-produk yang kalian pakai atau konsumsi? Jika kalian pernah memperhatikannya, di sana tertera nama kota dan negara yang memproduksi barang/makanan/minuman tersebut. Rupanya tidak semua produk yang kita konsumsi adalah buatan negara kita sendiri. Ternyata produk-produk yang dapat berupa benda, makanan, ataupun minuman ini banyak juga diimpor dari luar negeri. Sekarang barang imporan itu tidak hanya berada di supermarket yang besar nan mewah, tetapi juga sudah merambah supermarket sederhana yang berada di desa-desa ataupun pasar tradisional. Produk dari negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, bahkan Cina, Korea, dan Jepang marak ditemui di pasaran. Sampai-sampai masih ada dari kita yang menganggap bahwa produk-produk itu adalah buatan Indonesia, yang pada kenyataannya adalah hasil kiriman dari negara lain. Tentunya kita sebagai pihak konsumen jarang memperhatikan masalah ini. Mengingat tidak lama lagi ASEAN Economic Community 2015 (Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015) akan dilaksanakan, pasti perdagangan bebas akan semakin terlihat. Barang impor-ekspor akan semakin mudah ditemui. Oleh karena itu, meskipun kita masih pelajar, kita jangan menutup mata dan tidak tahu-menahu mengenai ini. Hal ini penting bagi kelancaran ekonomi Indonesia. Bukannya tidak boleh menggunakan produk luar negeri. Boleh-boleh saja kok. Asalkan tidak melewati batas dan tetap menomorsatukan produk Indonesia. Cintai produk dalam negeri, produk Indonesia!*** Meilani, SMAN 1 Subang
Indeks:
Quotes
20> Skul: SMK Negeri 5 Bandung 21>Aksi: Setia Memasyarakatkan Musik Jazz 21> MusicTerritory:
SCORING GOALS IS A GREAT FEELING, BUT THE MOST IMPORTANT THING TO ME IS THAT THE TEAM IS SUCCESSFUL. IT DOESN'T MATTER WHO SCORES THE GOALS AS LONG AS WE'RE WINNING. -
Cristiano Ronaldo
Final Planetrox Indonesia 2014 21>EnsiklObelia: Serba-serbi Piala Dunia
22>Review:
22>Chat: Zaskia Adya Mecca