LAPORAN AKTUALISASI
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN II ANGKATAN I
Pembuatan Bahan Pameran Tentang Tompen (Tanaman Obat Malaria dan Pengusir Nyamuk) dalam bentuk aplikasi untuk Museum Nyamuk di Loka Litbangkes Pangandaran
Disusun Oleh : Chyka Viona Aldevira
NIP 199805182022032002
KEMENTERIAN


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Tuhan YME atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Rancangan Aktualisasi pada Pelatihan Dasar CPNS Golongan II Angkatan I ini. Rancangan Aktualisasi ini berisi habituasi dalam rangka penerapan nilai – nilai dasar PNS yaitu BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif) di unit kerja sesuai dengan profesi masing – masing ASN.
Pembuatan laporan aktualisasi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Drs. Suherman, M.Kes selaku Kepala Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Pelatihan Dasar CPNS Golongan II Angkatan I.
2. I Wayan Agus Suradi, SKM, MPH selaku Kepala UPTD Pelatihan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Pelatihan Dasar CPNS Golongan II Angkatan I.
3. Rosiana Kali Kulla, SKM selaku Kepala Loka Litbangkes Pangandaran.
4. Elfikananda Augustian, MPA selaku mentor yang telah memberikan bimbingan, perhatian, arahan, saran, dan motivasi selama masa orientasi hingga pelaksanaan pelatihan dasar.
5. Setia Kahadiwan, ST, MM selaku coach yang telah memberikan bimbingan, ilmu, masukan, arahan dan motivasi selama proses penyusunan rancangan aktualisasi.
6. apt. Tati Nurhayati, S.Farm., MH.Kes selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat terhadap tugas aktualisasi penulis.
7. Segenap Widyaiswara yang telah memberikan ilmunya yang berharga kepada kami sebagai peserta pelatihan dasar CPNS Golongan II Angkatan I.
8. Seluruh staf Bapelkes Cikarang dan Upelkes Jawa Barat yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan terbaik.
9. Seluruh staf Loka Litbangkes Pangandaran yang telah membantu penulis dalam pembuatan rancangan aktualisasi.
10. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan semangat dan mendo’akan
11. Teman – teman peserta Pelatihan Dasar CPNS Golongan II Angkatan I Tahun 2022, atas dukungan, kerjasama, serta persahabatan yang terjalin selama pelaksanaan pelatihan.
12. Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan rancangan aktualisasi.
Penulis menyadari bahwa rancangan aktualisasi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) merupakan modal penting dalam penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun aparatur sipil negara yang memiliki integritas, professional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan menjadi pemersatu bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara mengamanatkan Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan Pelatihan terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama satu tahun masa percobaan.
Tujuan dari pelatihan terintegrasi ini adalah untuk membangun integritas, moral, kejujuran, semangat, motivasi nasionalisme dan kebangsaan, kepribadian unggul dan bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Dalam hal ini maka diperlukan pelatihan kepada CPNS untuk menanamkan nilai-nilai tersebut. Lembaga
Administrasi Negara sebagai pusat pengembangan inovasi pemerintahan untuk menyelenggarakan pelatihan dasar yang tertuang dalam Peraturan Kepala Lembaga
Administrasi Negara Nomor 22 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS Golongan I dan II.
Pelatihan ini memadukan pembelajaran klasikal dan non-klasikal di tempat pelatihan serta di tempat kerja, yang memungkinkan peserta untuk menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktualisasikan, serta membuatnya menjadi sebuah kebiasaan (habituasi), dan merasakan manfaatnya, sehingga akan menghasilkan karakter PNS yang professional.
Museum nyamuk merupakan bagian dari wisata ilmiah dan sebagai keunggulan dari
Loka Litbangkes Pangandaran. Museum nyamuk adalah salah satu wadah untuk menyebarluaskan informasi mengenai penyakit tular vektor terutama yang berasal dari nyamuk. Museum nyamuk saat ini sedang melakukan renovasi gedung dan perbaikan terhadap
bahan pameran yang ada. Informasi tentang tompen (tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk) belum tersedia di dalam Museum Nyamuk, maka dari itu diperlukan penambahan bahan pameran mengenai tompen. Informasi mengenai tompen ini nantinya bisa bermanfaat untuk masyarakat agar mengetahui tanaman apa saja yang dapat berguna dalam pencegahan dan pengobatan sederhana terhadap penyakit tular vektor yang berasal dari nyamuk.
1.2. Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Peserta mampu menerapkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS dalam melakukan tugas dan pekerjaan, serta berkontribusi dalam melaksanakan visi dan misi organisasi sehingga menjadi habituasi dalam pekerjaan dan kegiatan seharihari.
1.2.2 Manfaat
Manfaat perencangan kegiatan aktualisasi, bagi penulis yaitu dapat menerapkan dan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN yaitu BerAKHLAK dan peran, fungsi, kedudukan ASN, serta menjadikannya sebuah kebiasaan (habituasi) dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam melaksanakan pekerjaan.
Bagi instansi yaitu menghasilkan ASN yang mampu menerapkan nilai-nilai dasar ASN yaitu BerAKHLAK (Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif) sehingga nanti nya mampu berkontribusi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi instansi yang sesuai dengan visi dan misi organisasi.
Bagi Bapelkes Cikarang yaitu menambah bahan kepustakaan Balai Besar
Pelatihan Kesehatan Cikarang untuk meningkatkan mutu program pendidikan dan pelatihan Calon Pegawai Negeri Sipil di Angkatan selanjutnya.
1.3 Ruang Lingkup
Pelatihan Dasar CPNS Golongan II Angkatan I diselenggarakan tanggal 25 April 2022
– 29 Agustus 2022 yang terbagi menjadi beberapa tahap yaitu :
1. Tanggal 25 April 2022 – 21 Mei 2022 dilaksanakan pembelajaran mandiri secara daring dengan memanfaatkan sistem pembelajaran MassiveOpenOnlineCourse (MOOC) yang ditetapkan oleh LAN (Lembaga Administrasi Negara).
2. Tanggal 7 Juni 2022 – 5 Juli 2022 dilaksanakan pembelajaran jarak jauh (distance learning) secara daring (e-learning)
3. Tanggal 6 Juli 2022 – 16 Agustus 2022 dilaksanakan pembelajaran jarak jauh yaitu agenda aktualisasi di instansi kerja masing-masing peserta. Rancangan aktualisasi akan dilakukan di lingkungan kerja Loka Litbangkes Pangandaran.
4. Tanggal 21 Agustus 2022 – 29 Agustus 2022 dilaksanakan pembelajaran klasikal di tempat penyelenggara pelatihan dengan menyesuaikan kondisi pandemi.
Ruang lingkup aktualisasi peserta meliputi tugas pokok sesuai dengan jabatan, tugas dari pimpinan, dan tugas membuat inovasi untuk instansi.
BAB II
PROFIL INSTANSI DAN PESERTA
2.1 Profil Loka Litbangkes Pangandaran
2.1.1 Sejarah Singkat
Meningkatnya angka kejadian penyakit (incidentrate) penyakit berbasis vektor di Jawa Barat membuat Departemen Kesehatan RI cq. Ditjen P2M-PL berinisiatif bekerja

sama dengan Asian Development Bank (ADB) untuk membuat Stasiun Lapangan
Pemberantasan Vektor (SLPV). Maka diresmikanlah SPLV tahun 1999 dengan tujuan monitoring insiden penyakit malaria di Jawa Barat. Seiring perkembangan kelembagaan, SLPV migrasi induk keorganisasian kepada Badan Litbang Kesehatan dengan nama Unit
Pelaksana Fungsional – Pengendalian Vektor dan Reservoir Penyakit (UPF-PVRP). Pada
tahun 2003 melalui SK Menkes RI No. 1406/Menkes/SK/IX/2003 tanggal 30 September
2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja, UPF-PVRP berubah menjadi Loka Litbang P2B2
Ciamis. Pada tahun 2017 berubah dari Loka Litbang P2B2 Ciamis menjadi Loka
Litbangkes Pangandaran sesuai Permenkes 64 Tahun 2017. Kini orientasi kerja Loka
Litbangkes Pangandaran adalah melakukan penelitian dan pengembangan kesehatan dengan keunggulan tentang arbovirosiskhususnya penyakit demam berdarah dengue, chikungunya, dan Japaneseencephalitis.
2.1.2 Tugas Pokok
Tugas pokok Loka Litbangkes Pangandaran adalah melaksanakan penelitian dan pengembangan kesehatan
2.1.3 Fungsi
1. Penyusunan rencana, program, dan anggaran kegiatan penelitian dan pengembagan kesehatan
2. Pelaksanaan penelitian dan kajian di bidang kesehatan dan keunggulan tertentu
3. Pelaksanaan pengembangan metoda, model, dan teknologi di bidang kesehatan dan kenggulan tertentu.
4. Pengelolaan saran penelitian dan pengembangan kesehatan.
5. Pelaksanaan diseminasi, publikasi, dan advokasi hasil-hasil penelitian dan pengembangan kesehatan.
6. Pelaksanaan kerja sama dan jaringan informasi penelitian dan pengembangan kesehatan.
7. Pelaksanaan bimbingan teknis penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan.
8. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
9. Pelaksanaan ketatausahaan Loka.
2.1.4 Visi dan Misi
Visi
Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) adalah sebagai Lokomotif Penelitian, Pengawal Kebijakan dan Legitimator Program Pembangunan Kesehatan berbasis bukti.
Misi
1. Mengembangkan sumber daya litbangkes
2. Mengembangkan kerjasama strategis litbang dan iptek kesehatan
3. Menghasilkan rekomendasi untuk pembangunan kesehatan
4. Menghasilkan iptek kesehatan
2.1.5 Nilai Organisasi
Nilai – nilai yang menjadi landasan pola piker, pola sikap, dan pola tindak warga Badan Litbang Kesehatan adalah Nilai LITBANG.
1. Loyal. Setiap warga Balitbangkes menjalankan tugas dan fungsinya dalam rangka loyalitas dan kecintaan terhadap NKRI.
2. Integritas. Setiap warga Balitbangkes memiliki integritas yang tinggi, professional dan jujur, dalam menjalankan tugas dan fungsinya, untuk mendukung penyelenggaraan litbangkes yang bermutu.
3. Tanggung Jawab. Setiap warga Balitbangkes memiliki kesadaran yang tinggi akan setiap tindakannya untuk menjunjung tinggi martabat diri dan organisasi.
4. Berbagi. Setiap warga Balitbangkes mampu saling memberi, saling menghargai, dan bekerja dalam tim, untuk menjalankan misi organisasi.
5. Amanah. Setiap warga Balitbangkes mampu menjalankan Amanah yang dibebankan pada dirinya dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan, untuk keberhasilan misi organisasi.
6. Niatkan Ibadah. Setiap warga Balitbangkes dalam menjalankan tugas kelembagaan diniatkan dalam rangka menjalankan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
7. Goal Oriented. Setiap warga Balitbangkes mengarahkan semua pola pikir, pola sikap, dan pola tindak untuk memajukan Balitbangkes, sebagai lokomotif pembangunan kesehatan.
2.1.6 Struktur Organisasi
Susunan organisasi Loka Litbangkes Pangandaran berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No. 65 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis di Lingkungan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, adalah sebagai
berikut :
a. Kepala
b. Kepala Urusan Tata Usaha
c. Instalasi
d. Kelompok Jabatan Fungsional
Gambar
Untuk menjalankan tugas pokok dan fungsinya, maka Loka Litbangkes
Pangandaran mengembangkan struktur organisasi dengan berdasarkan pada Keputusan Kepala Loka Litbangkes Pangandaran Nomor No. HK.03.01/IV.7/0018/2017 tentang
Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai Loka Penelitian dan Pengembangan Kesehatan tahun 2018
KEPALA









KEPALA URUSAN TATA USAHA
KEPEGAWAIAN KEUANGAN
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

UNIT KERJASAMA & JARINGAN INFORMASI
Gambar
UNIT
UMUM DAN RUMAH TANGGA BMN
UNIT LABORATORIUM PENELITIAN
2.2 Profil Peserta
Nama : Chyka Viona Aldevira, A.Md.Farm.
NIP : 199805182022032002
Jabatan/Golongan: Teknisi Penelitian dan Perekayasaan / II-c
Unit Kerja : Loka Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pangandaran
Sebagai teknisi penelitian dan perekayasaan di Loka Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Pangandaran, peserta melakukan tugas dan fungsi nya berdasarkan Permen PANRB
No.30 Tahun 2021 sebagai berikut :
1. Melakukan pengidentifikasian kebutuhan peralatan, bahan, sarana dan prasarana berdasarkan data dari dokumen perencanaan kegiatan
2. Menyiapkan kebutuhan peralatan, bahan, sarana dan prasarana berdsarkan data yang telah tersusun dalam daftar
3. Melakukan pencatatan tahapan pelaksanaan kegiatan percobaan
4. Melakukan pengambilan data pelaksanaan kegiatan percobaan
5. Melakukan pengambilan data pelaksanaan kegiatan eksplorasi
6. Melakukan pengukuran dan/atau pengambilan data jasa teknis
7. Melakukan pemeliharaan rutin dan terjadwal dari alat, fasilitas, sistem dan produk berdasarkan catatan pemeliharaan
8. Melakukan perbaikan alat, fasilitas, sistem, dan produk
9. Melakukan kompilasi data dan informasi penjaminan mutu
10. Melakukan pemeriksaan ulang dan penjaminan mutu layanan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan standar acuan
2.3 Role Model
Role Model atau tokoh panutan yang menggambarkan nilai BerAKHLAK bagi penulis yaitu Ibu Dr. (H.C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T. Beliau pernah menjabat sebagai Walikota
Surabaya selama dua periode sejak tahun 2010 – 2020. Kemudian beliau menjabat sebagai
Menteri Sosial sejak 23 Desember 2020 sampai sekarang. Nilai berorientasi pelayanan yang dapat dilihat dari beliau yaitu, beliau menciptakan inovasi seperti Mall Pelayanan Publik yang
bertujuan untuk memberikan kemudahan, kecepatan, keterjangkauan, keamanan, dan kenyamanan kepada masyarakat dalam mendapatkan pelayanan. Selain itu beliau juga sering
melakukan sidak dalam pelayanan masyarakat misalnya dalam pembuatan E-KTP hingga
layanan pengaduan masyarakat agar dapat memantau dan mengetahui jalannya pelayanan dengan baik. Nilai akuntabel yang dapat dilihat dari beliau yaitu beliau selalu bekerja dengan jujur dan bertanggung jawab atas jabatannya, diantaranya yaitu menekankan cara mencegah korupsi bantuan sosial selama masa ppkm dengan memperbaiki kualitas data. Beliau bekerja secara transparan, cermat dan bertanggung jawab, tidak segan untuk turun langsung ke lapangan, memiliki integritas tinggi mulai tutur kata sikap dan perilaku yang mampu dipertanggungjawabkan. Nilai kompeten dalam diri Ibu Risma dapat dilihat dari sejumlah penghargaan yang telah didapatkan. Beliau senantiasa terus belajar dan mengembangkan kapasitas nya sebagai seorang pemimpin. Sejumlah penghargaan yang pernah didapat nya antara lain yaitu selama menjabat sebagai Walikota Surabaya mendapatkan penghargaan pada tahun 2015 sebagai walikota terbaik ketiga dunia versi The World Mayor atas keberhasilan menyelenggarakan pelayanan kesehatan gratis, peningkatan fungsi puskesmas serta mengalokasikan 35% apbd untuk biaya pendidikan. Selain itu, penghargaan lain diantaranya yaitu beliau meraih piala adipura kencana berturut turut mulai tahun 2011-2018, mendapatkan penghargaan IdealMotherAwardtahun 2016, mendapatkan penghargaan Bung Hatta-Anti Corruption award pada tahun 2015, meraih gelar Doktor Honoris Causa dari dua universitas berbeda yaitu dari Institut Teknologi Surabaya pada tahun 2015 dan Universitas Tongmyong, Busan, Korea Selatan pada tahun 2019, dan penghargaan untuk kota Surabaya sebagai InnovativeCityofTheFuturepada tahun 2014 di London Nilai harmonis yang dapat dilihat dari beliau yang sangat mengayomi staf nya tanpa pandang bulu, menghargai kerja keras staf dan mengapresiasi atas kerja keras yang dilakukan oleh staf nya. Nilai dasar loyal yang ada pada diri Ibu Risma dapat dilihat dari beliau yang selalu mengutamakan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi. Hal ini diketahui dari beliau yang sering terlihat di beberapa acara di Surabaya seperti peringatan hari besar nasional atau peringatan hari ulang tahun Surabaya serta acara ritual adat yang diadakan di Surabaya (megengan). Nilai adaptif dapat dilihat dari beliau yang terus berinovasi dan antusias dalam menghadapi perubahan, salah satunya yaitu dengan membuat terobosan baru yang telah diterapkan diantaranya membangun command center 112 di Kota Surabaya. Nilai kolaboratif yang telah diterapkan beliau yang melakukan kerjasama dengan berbagai pihak untuk menghasilkan nilai tambah, salah satunya yaitu Pemerintah Kota Surabaya dan Liverpool menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) kerjasama sister city pada tahun 2018. Kerjasama sister city kedua kota ini meliputi pengembangan ekonomi kreatif, manajemen pelabuhan, pengembangan Smart City, dan peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM).
2.4 Nilai – Nilai Dasar ASN BerAKHLAK
Upaya untuk dapat mewujudkan fungsi Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa, maka diperlukan ASN yang professional, kompeten, dan berintegritas yang memiliki nilai dasar BerAKHLAK. Nilai dasar BerAKHLAK yaitu terdiri dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Adapun inti penjelasan terkait nilai – nilai BerAKHLAK adalah sebagai berikut :
1. Berorientasi Pelayanan
Berorientasi pelayanan adalah keinginan untuk memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Citra positif ASN sebagai pelayan public terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum, menyapa, dan memberi salam, berpenampilan rapi, melayani dengan cepat dan tepat waktu, melayani dengan memberikan kemudahan bagi masyarakat, serta melayani dengan kemampuan, keinginan, dan tekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Berikut merupakan kode etik dari berorientasi pelayanan:
• Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat
• Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan
• Melakukan perbaikan tiada henti
2. Akuntabel
Akuntabilitas adalah kewajiban bertanggung jawab kepada seseorang atau organisasi yang memberikan amanat. Dalam konteks ASN, akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduk pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik. Berikut merupakan kode etik dari akuntabel :
• Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggungjawab, cermat, disiplin, dan berintegritas tinggi
• Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggungjawab, efektif, dan efisien
• Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan
3. Kompeten
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan dan kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai professional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk mewujudkannya dalam kinerja. Secara singkatnya, kompeten yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitasnya. Berikut merupakan kode etik dari
kompeten yaitu :
• Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
• Membantu orang lain belajar
• Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik
4. Harmonis
Harmonis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keselarasan/keserasian. Dalam bidang filsafat, harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Dapat dicontohkan, pada bidang musik, sejak abad pertengahan pengertian harmoni tidak mengikuti pengertian yang pernah ada sebelumnya, harmoni tidak lagi menekankan pada urutan bunyi dan nada yang serasi, tetapi keserasian nada secara bersamaan. Singkatnya harmoni adalah ketertiban alam dan prinsip/hukum alam semesta. Peran ASN dalam mewujudkan suasana harmonis yaitu dengan bersikap netral, adil, toleransi, tidak melakukan diskriminasi, dan dapat menjadi figure teladan bagi masyarakat. Berikut merupakan kode etik dari harmonis :
• Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya
• Suka menolong orang lain
• Membangun lingkungan kerja yang kondusif
5. Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang ASN, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita – cita organisasi dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berikut merupakan kode etik dari loyal :
• Memegang teguh ideologi Pancasila, UUD 1945, setia pada NKRI serta
Pemerintahan yang sah
• Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi, dan negara
• Menjaga rahasia jabatan dan negara
6. Adaptif
Adaptif merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu didalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya. Berikut merupakan kode etik adaptif :
• Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan
• Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
• Bertindak proaktif
7. Kolaboratif
Menurut Dyer dan Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa kolaborasi adalah nilai yang dihasilkan dari aliansi dua perusahaan atau lebih yang bertujuan untuk menjadi lebih kompetitif dengan mengembangkan rutinitas bersama. Dalam konsep kolaborasi pemerintahan, kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi. Berikut merupakan kode etik dari kolaboratif :
• Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi
• Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah
• Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama
BAB III
RANCANGAN AKTUALISASI
3.1 Deskripsi Isu
3.1.1 Belum Tersedianya Informasi Tentang Tompen (Tanaman Obat Malaria dan Pengusir Nyamuk) di Museum Nyamuk
Museum Nyamuk merupakan keunggulan dari Loka Litbangkes Pangandaran.
Museum ini memiliki sekitar 301 buah spesimen dari 26 spesies dan 6 genus nyamuk yang berperan penting sebagai vektor penyakit Selain itu, terdapat alat untuk survel entomologi, uji efikasi insektisida, layar touchscreen yang berisi informasi binomik
nyamuk, dan lain sebagainya. Di dalam museum belum tersedia informasi tentang tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk yang bermanfaat dalam pengendalian hayati nyamuk. Selain itu juga, terdapat alat berupa tablet touchscreen sebanyak 2 buah yang belum terisi bahan pameran. Padahal apabila dimanfaatkan dengan baik, peralatan tersebut dapat digunakan sebagai wadah untuk menambah bahan pameran di Museum, misalnya dengan di isi infrormasi tentang tanaman obat yang berperan dalam pengendalian hayati nyamuk. Hal ini membuat pengunjung tidak mendapatkan informasi lebih banyak pada saat berkunjung ke Museum Nyamuk.
3.1.2 Pencatatan data telur dan larva nyamuk secara manual
Insektarium merupakan bagian dari penunjang Museum Nyamuk. Insektarium berfungsi untuk penyimpanan spesimen nyamuk dan kegiatan rearing (pengembangbiakan) beberapa spesies nyamuk. Dalam kegiatan rearing dilakukan juga pendataan terhadap telur dan larva nyamuk. Pendataan yang dilakukan di Insektarium masih secara manual yaitu menuliskan nya di buku khusus. Hal ini di masa depan memungkinkan adanya resiko hilangnya data apabila buku rusak atau hilang
3.1.3 Belum optimalnya penerapan alur penelitian dari luar
Loka Litbangkes Pangandaran menyediakan layanan penelitian dalam bentuk bimbingan teknis penelitian akademisi dari universitas (mahasiswa atau dosen) dan instansi lain. Alur pemohonan untuk penelitian sudah dibuat akan tetapi dalam penerapannya masih belum sesuai Beberapa hal yang masih tidak sesuai yaitu masih
kurangnya koordinasi antar pegawai dalam hal persuratan permohonan penelitian dan tidak patuhnya mahasiswa dalam pengumpulan laporan penelitian. Hal ini tentunya akan merugikan banyak pihak dan alur yang dibuat menjadi tidak efektif.
3.2
Penetapan core isu dilakukan dengan menggunakan Teknik USG. Teknik USG terdiri
dari tiga kriteria yaitu Urgency, Seriousness, dan Growth. Urgencyartinya seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis, dan ditindaklanjuti. Seriousnessartinya seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Growthartinya seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera. Berdasarkan penjelasan tersebut, dibuatlah tabel untuk menetapkan rentang penilaian isu dari skala 1-5 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Tabel USG
No. Isu Kriteria Jumlah Nilai Peringkat Kualitas
1. Belum tersedianya informasi
2. Pencatatan data telur dan larva nyamuk secara manual
3. Belum optimalnya penerapan alur penelitian dari luar
Tabel 3.2 deskripsi kriteria URGENCY
3 2 9 I
2 3 7 II
2 1 5 III
5 Sangat Mendesak Isu sangat mendesak untuk segera diselesaikan dalam waktu
4 Mendesak Isu mendesak untuk segera diselesaikan dalam waktu dekat
3 Cukup Mendesak Isu cukup mendesak untuk segera diselesaikan dalam waktu
2 Kurang Mendesak Isu kurang mendesak untuk segera diselesaikan dalam waktu dekat
1 Tidak Mendesak Isu tidak mendesak untuk segera diselesaikan
Tabel
Nilai Indikator
Deskripsi Indikator
5 Sangat Serius Isu sangat serius untuk segera ditindaklanjuti dilihat dari dampaknya
4 Serius Isu serius untuk segera ditindaklanjuti dilihat dari dampaknya
3 Cukup Serius Isu cukup serius untuk segera ditindaklanjuti dilihat dari dampaknya
2 Kurang Serius Isu kurang serius untuk segera ditindaklanjuti dilihat dari dampaknya
1 Tidak Serius Isu tidak serius untuk segera ditindaklanjuti
Tabel
Nilai Indikator
Deskripsi Indikator
5 Sangat Cepat Memburuk Isu sangat cepat memburuk apabila tidak segera ditangani
4 Cepat Memburuk Isu cepat memburuk apabila tidak segera ditangani
3 Cukup Cepat Memburuk Isu cukup cepat memburuk apabila tidak segera ditangani
2 Kurang Cepat Memburuk Isu kurang cepat memburuk apabila tidak segera ditangani
1 Tidak Cepat Memburuk Isu tidak cepat memburuk apabila tidak segera ditangani Berdasarkan analisis USG diatas, maka isu yang dipilih adalah sebagai berikut : “belum tersedianya informasi tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk di Museum Nyamuk”, dengan rumusan isu : Pembuatan bahan pameran tentang tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk dalam bentuk aplikasi untuk Museum Nyamuk.
3.3 Analisis Faktor Penyebab Core Isu
Analisis faktor penyebab core isu dilakukan dengan metode diagram fishbone. Diagram fishbone adalah salah satu teknik analisis isu yang memetakkan isu berdasarkan
cabang – cabang terkait dan lebih menekankan pada hubungan sebab akibat. Berikut adalah analisis dengan diagram fishbone terhadap core isu :
Methode
Penyebab Akibat
Tidak ada prosedur pengajuan bahan pameran
Ruangan terbatas sebelum direnovasi
Mother Nature
Tidak ada pembaharuan isi museum
Kurang memanfaatkan tablet touchscreen
Material Machine
Kurang memahami
Man
Tidak ada kemauan
Belum
tersedianya
informasi
Tidak ada evaluasi isi museum
Measurement
tentang
Tompen di Museum
Nyamuk
Tabel 3.6 Penyebab dan Upaya Penyelesaian
Penyebab Upaya Penyelesaian
Pegawai kurang memahami tentang tompen (tanaman obat malaria dan pengusir
nyamuk)
Pegawai tidak ada kemauan untuk
memasukkan informasi tompen (tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk) ke
Museum Nyamuk
Tidak ada pembaharuan atau perbaikan isi
Museum Nyamuk
Kurang memanfaatkan teknologi yang ada yaitu tablet touchscreen
Mengikuti seminar atau workshop tentang tanaman obat sebagai media belajar
Menanamkan kepada setiap pegawai bahwa
Museum Nyamuk merupakan keunggulan
Loka Litbangkes Pangandaran yang harus berubah menjadi lebih baik lagi.
Melakukan pembaharuan atau perbaikan isi Museum dengan mempertimbangkan apa saja yang akan dimuat di dalam Museum
Nyamuk.
Mengisi tablet touchscreen dengan aplikasi yang memuat informasi tentang tompen (tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk)
Tidak ada evaluasi isi Museum Nyamuk Melakukan evaluasi rutin terhadap isi
Museum agar Museum menjadi lebih baik dan lebih informatif dalam memberikan pengetahuan.
Tidak ada prosedur pengajuan bahan
pameran
Ruangan terbatas sebelum di renovasi
Membuat prosedur/alur pengajuan bahan
pameran agar semua pegawai dapat menyalurkan ide nya untuk kepentingan
Museum Nyamuk.
Menggunakan alat yang tidak memakan tempat seperti brosur yang diberikan pada saat pengunjung di dalam Museum atau alat elektronik seperti tablet layer touchscreen.
3.4 Gagasan Kreatif Penyelesaian Core Isu
Berdasarkan pada teknik analisis yang telah dilakukan, didapatkan core isu yaitu belum tersedianya informasi tentang tompen (tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk) di Museum Nyamuk. Gagasan kreatif untuk penyelesaian isu diatas, dengan merujuk pada penyebabnya adalah “Pembuatan Bahan Pameran Tentang Tompen (Tanaman Obat MalariadanPengusirNyamuk) dalambentukaplikasidi MuseumNyamuk”. Gagasan kreatif tersebut terkait dengan mata pelajaran agenda III adalah Smart ASN dimana memanfaatkan teknologi yang ada dalam melaksanakan pekerjaan. Penerapan gagasan kreatif ini, sejalan dengan nilai – nilai dasar ASN dengan rincian kegiatan sebagai berikut :
Isu Penyebab Gagasan Kreatif Kegiatan Sumber
Belum
tersedianya
informasi
tompen (tanaman obat
malaria dan
pengusir nyamuk) di Museum
Nyamuk
Kurang memanfaatkan
teknologi dan peralatan yang ada
Pembuatan aplikasi berisi
informasi
tompen (tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk)
Persiapan kegiatan
aktualisasi
Pembuatan
aplikasi berisi
informasi
tompen (tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk)
Uji coba aplikasi
di Museum
Nyamuk
Evaluasi
kegiatan
aktualisasi
Inovasi
Inovasi
Inovasi
Inovasi
3.5 Matrik Rancangan Aktualisasi
Unit Kerja : Loka Litbangkes Pangandaran, Teknisi Penelitian dan Perekayasaan, Upelkes Jawa Barat
Identifikasi Isu : 1. Informasi Tompen (Tanaman Obat Malaria dan Pengusir Nyamuk) di Museum Nyamuk
2. Pencatatan data telur dan larva nyamuk
3. Penerapan alur penelitian dari luar
Isu yang diangkat : Belum adanya informasi/bahan pameran Tompen (Tanaman Obat dan Pengusir Nyamuk)
Gagasan pemecahan isu : Pembuatan bahan pameran tentang tompen dalam bentuk aplikasi. Gagasan tersebut terkait dengan mata pelajaran Smart ASN
terhadap Visi/Misi Organisasi
1. Persiapan kegiatan aktualisasi
1. Konsultasi dengan mentor terkait isu dan gagasan kreatif
2. Konsultasi dengan penanggungjawab Museum
3. Konsultasi dengan bagian IT
Persetujuan dan arahan terkait rancangan aktualisasi
Kegiatan diawali dengan saya yang meminta kesediaan waktu kepada mentor untuk melakukan
konsultasi tentang isu dan gagasan untuk bahan
aktualisasi dengan cara yang ramah dan sopan, hal ini sebagai wujud dari nilai Berorientasi Pelayanan.
Kemudian saya menyampaikan isu yang saya temukan dan gagasan rancangan aktualisasi hasil dari pengamatan dan pembelajaran yang saya dapat, hal ini sebagai wujud dari nilai Kompeten. Mentor memberikan pendapatnya mengenai isu dan gagasan yang saya sampaikan dan memberi saranataumasukan,halini sebagaiwujuddarinilai Harmonis.
Selain itu, saya banyak mencari informasi salah satunya dengan meminta arahan dari penanggung jawab museum terkait kegiatan aktualisasi yang akan dibuat yaitu aplikasi berisi informasi tompen yang merupakan sesuatu baru untuk saya, hal ini merupakan wujud dari nilai Adaptif. Beliau
Kegiatan ini berkontribusi terhadap misi no. 1 yaitu mengembangkan sumber daya litbangkes.
Kegiatan ini berkontribusi terhadap nilai organisasi yaitu Berbagi. Setiap warga Balitbangkes mampu saling memberi, saling menghargai, dan bekerja dalam tim, untuk menjalankan misi organisasi.
2. Pembuatan aplikasi berisi informasi tompen (tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk)
1. Mencari referensi informasi tompen misalnya dari buku, jurnal, website.
2. Memilah informasi dan mengambil yang diperlukan
3. Mempelajari cara pembuatan aplikasi
4. Membuat aplikasi berisi informasi tompen
Aplikasi berisi informasi tompen (tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk)
menyetujui dan membantu saya dengan meminjamkan buku referensi tanaman obat, hal ini merupakan wujud dari nilai Harmonis.
Kemudian saya berterimakasih atas buku yang dipinjamkan dengan ramah, hal ini merupakan wujud dari nilai Berorientasi Pelayanan.
Kemudian saya juga berkonsultasi dengan bagian IT untuk menanyakan perihal aplikasi yang akan saya buat. Beliau menyambut baik dan bersedia memberikan bantuan apabila saya mengalami kesulitan, hal ini merupakan wujud dari nilai Harmonis.
Selain itu, beliau juga memberi tahu tentang beberapa hal dalam pembuatan aplikasi. Saya mencatat apa saja yang disampaikan dan mempelajarinya untuk bekal saya dalam menjalankan aktualisasi, hal ini merupakan wujud dari nilai Kompeten.
Kegiatan dilakukan secara mandiri yaitu diawali dengan mencari informasi tanaman obat. Saya pergi ke perpustakaan untuk mencari buku referensi dan disana bertemu dengan penjaga perpustakaan dan menyapa yang dengan ramah serta memberitahukan tujuan saya datang, hal ini sebagaiwujuddarinilai Berorientasi Pelayanan. Kemudian penjaga perpustakaan membantu saya untuk mencari buku yang sesuai, hal ini sebagai wujud dari nilai Harmonis.
Setelah mendapatkan buku yang sesuai, saya membaca nya dan mengumpulkan informasi lengkap tentang tanaman obat yang akan dipakai.
Selain itu juga mengambil sumber lain dari internet misalnya dari jurnal penelitian dan website, hal ini sebagai wujud dari nilai Kompeten.
Buku yang sebelumnya dipinjam saya kembalikan
lagi ke perpustakaan dalam keadaan yang baik dan lengkap sesuai jumlah nya karena itu merupakan
Kegiatan ini berkontribusi
terhadap misi no.
1 yaitu
mengembangkan
sumber daya
litbangkes
Kegiatan ini berkontribusi terhadap nilai organisasi yaitu Goal Oriented. Setiap warga Balitbangkes
mengarahkan semua pola pikir, pola sikap dan pola tindak untuk
memajukan Balitbangkes, sebagai lokomotif pembangunan kesehatan.
3. Uji coba aplikasi di Museum
Nyamuk
1. Memberitahukan hasil aplikasi ke penanggung jawab museum
2. Meminta izin untuk melakukan uji coba aplikasi di museum
3. Pemajangan di Museum dan pemaparan ke pegawai/pengunjung
Aplikasi dapat dipajang di Museum Nyamuk
milik Perpustakaan, hal ini merupakan wujud dari nilai Akuntabel.
Kegiatan selanjutnya yaitu saya mempelajari tentang cara pembuatan aplikasi dengan memanfaatkan teknologi zaman sekarang yaitu dengan belajar dari Google dan Youtube, hal ini sebagai wujud dari nilai Adaptif.
Kemudian informasi tanaman yang sudah saya kumpulkan saya terapkan ke aplikasi tersebut dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab, hal ini merupakan wujud dari nilai Akuntabel.
Dalam proses pembuatan aplikasi, saya mungkin merasa kesulitan maka dari itu saya meminta saran dan bantuan dari seseorang atasan di bagian IT sehingga aplikasi ini bisa diselesaikan, hal ini merupakan wujud dari nilai Kolaboratif.
Bahan pameran berupa aplikasi yang telah jadi diserahkan kepada atasan yang merupakan penanggung jawab museum nyamuk. Kemudian, beliau akan melihat dan memberikan pendapatnya mengenai tentang bahan pameran tompen yang ada didalam aplikasi tersebut. Saya akan meminta masukan dan saran terhadap aplikasi tersebut, hal ini sebagai wujud dari nilai Harmonis. Seorang atasan tersebut akan memberikan pendapatnya tentang aplikasi dan saran apabila teradapat hal yang kurang atau yang perlu diperbaiki, hal ini sebagai wujud dari nilai Kolaboratif.
Selanjutnya saya akan melakukan perbaikan terhadap aplikasi apabila terdapat kekurangan. Aplikasi yang telah diperbaiki akan diserahkan kembali kepada penggung jawab untuk dilakukan evaluasi setelah diperbaiki, hal ini sebagai wujud dari nilai Kompeten.
Kegiatan ini berkontribusi terhadap misi no. 1 yaitu mengembangkan sumber daya litbangkes
Kegiatan ini berkontribusi terhadap nilai organisasi yaitu Goal Oriented. Setiap warga Balitbangkes mengarahkan semua pola pikir, pola sikap dan pola tindak untuk memajukan Balitbangkes, sebagai lokomotif pembangunan kesehatan.
4. Evaluasi kegiatan aktualisasi
1. Membuat laporan hasil kegiatan
2. Mengajukan laporan kepada mentor dan coach
3. Menerbitkan hasil kegiatan aktualisasi.
Laporan Hasil Kegiatan Aktualisasi
Apabila telah sesuai, maka saya mengajukan permohonan untuk memuat apliaksi tersebut sebagai bahan pameran di Museum Nyamuk dan bentuk kontribusi saya terhadap instansi, hal ini sebagai wujud dari nilai Loyal.
Setelah permohonan disetujui, dilakukan uji coba pemasangan aplikasi di Museum Nyamuk sebagai
bentuk dari hasil aktualisasi saya, hal ini sebagai wujud dari nilai Akuntabel.
Pada saat aplikasi dipasang di Museum Nyamuk, saya akan menjelaskan kepada pegawai atau pengunjung dengan baik dan ramah, hal ini sebagaiwujuddarinilai BerorientasiPelayanan. Tidak lupa juga untuk meminta saran dan masukan terhadap hasil kerja saya sebagai bahan belajar saya kedepannya agar menjadi lebih baik lagi, hal ini merupakan wujud dari nilai Kompeten.
Dalam pelaksanaan kegiatan aktualisasi saya juga membuat laporan hasil kegiatan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap kegiatan yang dilakukan dan dibuat dengan jujur sesuai keadaan, hal ini sebagai wujud dari nilai Akuntabel. Laporan kegiatan yang telah dibuat kemudian diajukan kepada mentor dan coach yang kemudian akan diberikan umpan balik tentang laporan yang saya buat. Dari umpan balik yang diberikan, saya akan melakukan perbaikan apabila diperlukan dan belajar dari hal tersebut, hal ini sebagai wujud dari nilai Kompeten.
Setelah mendapatkan persetujuan dari mentor dan coach, maka laporan hasil kegiatan aktualisasi dapat diterbitkan atau dicetak dalam bentuk fisiknya dan diserahkan kepada Bapelkes Cikarang selaku penyelenggara pelatihan, hal ini sebagai wujud dari nilai Akuntabel.
Kegiatan ini berkontribusi terhadap misi no. 1 yaitu mengembangkan sumber daya litbangkes.
Kegiatan ini berkontribusi terhadap nilai organisasi yaitu Goal Oriented. Setiap warga Balitbangkes mengarahkan semua pola pikir, pola sikap dan pola tindak untuk memajukan Balitbangkes, sebagai lokomotif pembangunan kesehatan.
3.6 Matrik Rekapitulasi Rencana Habituasi Core Value ASN (BerAKHLAK)
3.7 Rencana Jadwal Kegiatan Aktualisasi
IV I II III IV I II
1. Persiapan kegiatan aktualisasi
2. Pembuatan aplikasi berisi informasi tompen (tanaman obat malaria dan pengusir nyamuk
3. Uji coba aplikasi di Museum Nyamuk
4. Evaluasi kegiatan aktualisasi