2 minute read

AMSA-INDONESIA

AMSA-Indonesia atau Asian Medical

Students’ Association-Indonesia adalah organisasi khusus mahasiswa kedokteran di Indonesia yang berdiri pada 10 Agustus 1996 di Yogyakarta. Sejak awal dibentuk hingga saat ini, AMSA memiliki tiga filosofi utama yang menjadi ciri khas, yaitu Knowledge, Action, dan Friendship. Ketiga filosofi tersebut menandakan bahwa AMSA-Indonesia tidak

Advertisement

hanya sebagai organisasi yang memiliki networking yang luas dan beragam, tetapi setiap kegiatannya selalu didasari oleh nilai pengetahuan yang berguna sebagai tenaga kesehatan dan berdampak langsung untuk masyarakat umum. Maka dari itu, AMSA merupakan satu-satunya organisasi mahasiswa kedokteran yang sangat berfokus pada pengembangan anggotanya (member-based) melalui segala potensi yang diminati karena AMSA selalu menyediakan banyak wadah bagi anggotanya untuk terus berkembang. AMSA merupakan organisasi yang cukup fleksibel, namun sebagai organisasi yang diakui sah oleh Kemenkumham, AMSA memiliki dasar-dasar peraturan yang sangat penting. Aturan dasar yang paling utama dalam AMSA-Indonesia adalah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), di mana dalam AD/ART ini tercantum segala peraturan yang sangat penting bagi AMSAIndonesia dalam bentuk pasal-pasal. Setiap tahunnya, AD/ART akan direvisi sesuai dengan kondisi dan situasi yang terjadi pada kepengurusan di Musyawarah Nasional. Selain AD/ART, AMSAIndonesia sebagai organisasi yang tergabung dalam Aliansi Organisasi Mahasiswa Kesehatan Indonesia (AOMKI) atau yang sebelumnya adalah Health Professional Education Quality (HPEQ) oleh Kemenristekdikti, juga memiliki aturan yang melanjutkan AD/ART, yaitu Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO). GBHO memuat penjelasan yang lebih rinci dari AD/ART. Berbeda dengan AD/ART, GBHO akan direvisi setiap satu tahun sekali untuk jangka pendek dan lima tahun sekali untuk jangka panjang di Rapat Kerja Nasional.

Tidak hanya sampai GBHO, AMSAIndonesia juga memiliki aturan lainnya yang lebih spesifik terhadap suatu program kerja atau sistem, yaitu Standardisasi dan Guideline. Terdapat sebelas standardisasi AMSA-Indonesia, dimana setiap Standardisasi akan menjelaskan lebih rinci suatu hal yang spesifik (kegiatan nasional, status keanggotaan, universitas pembimbing, iuran dan lainnya). Sama halnya dengan Standardisasi, Guideline AMSA-Indonesia adalah suatu panduan yang dipakai untuk seluruh AMSA-universitas untuk menjalankan suatu program kerja/tanggung jawab dari AMSA-Indonesia sendiri. Seluruh anggota AMSA-Indonesia tersebar dari ujung timur sampai barat yang dibagi menjadi enam wilayah atau yang biasa disebut dengan district. District satu terletak di kawasan pulau Sumatera, district dua terletak di kawasan Jakarta dan sekitarnya, district tiga dalam kawasan Jawa

Barat, district empat terletak di daerah Jawa Tengah dan Kalimantan, district lima dalam area Jawa Timur, selanjutnya adalah district enam yang terletak di kawasan Indonesia bagian Timur. Dalam setiap district akan ada National Team dari AMSAIndonesia yang akan membantu/menjadi perpanjangan tangan antara Executive Board AMSA-Indonesia dengan Representative AMSAuniversitas.

Pengurus dari AMSA-Indonesia adalah Executive Board dan Representative (Anggaran Dasar pasal 15 ayat 1). Executive Board (EB) AMSA-Indonesia terdiri dari dua belas orang, yaitu Regional Chairperson (RC), General Secretary, Treasurer, Secretary of Academic (SoA), Secretary of Research (SoR), Secretary of Community Outreach (SoCO), Liaison Officer for NonGovernmental Organization (LO for NGO), dan Liaison Officer for Governmental Organization (LO for GO), Secretary of Membership and Development (SoMnD), Secretary of Publication and Promotion (SoPnP), Secretary of Finance and Partnership (SoFnP), dan Director of AMSEP (DoA). Seiring berjalannya waktu, struktur dari EB AMSA-Indonesia sempat mengalami perombakan sedikit demi sedikit untuk menyesuaikan kondisi AMSA-Indonesia saat itu.

Executive Board akan dipilih dengan dua cara, tertutup dan terbuka. Cara tertutup dilakukan untuk memilih General Secretary dan Treasurer oleh Regional Chairperson. Sedangkan, cara terbuka dilakukan untuk melengkapi susunan sembilan Executive Board lainnya. Pemilihan ini dilaksanakan paling lambat tiga puluh hari setelah Regional Chairperson terpilih.

This article is from: