Radar Banyuwangi | 14 September 2015

Page 6

RA D AR g e n t e n g

Jawa Pos

Senin 14 September 2015

Blambangan Raya 37 Dispenda Sisir Baliho Kedaluwarsa GENTENG-Sejumlah baliho yang sudah habis masa izinnya, dibongkar oleh Dispenda Banyuwangi bersama Satpol PP Genteng kemarin (13/9). Reklame yang sudah kedaluwarsa itu, selanjutnya digulung dan diamankan. Salah satu baliho yang dibongkar itu, berada di jalan simpang tiga di Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng. Petugas Dispenda bersama Satpol PP, juga mencabuti reklame yang tidak ada izinnya. “Kami menertibkan baliho yang habis izinnya,” cetus Wajito, petugas dari Dispenda

SHULHAN HADI/JPRG

BONGKAR: Petugas Dispenda dan Satpol PP membongkar ba­ liho di simpang tiga Desa Kembiritan, kemarin (13/9).

Banyuwangi. Kegiatan penertiban baliho itu, terang dia, dikhususkan untuk baliho yang habis masa berlakunya. Pemilik baliho ternyata tidak pernah memeriksa dan

membiarkan saat habis masa izinnya. “Izin habis kita copot,” cetusnya. Penertiban baliho kedaluwarsa itu, terang dia, juga dilakukan di daerah lain. (sli/abi)

Hasil Panen Capai 7,2 Ton Per Hektare SHULHAN HADI/JPRG

PERSIAPAN: Dua bocah sedang membersihkan dan mengoleskan wax (lilin) ke papan selancar sebelum bermain di laut kemarin (13/9).

Komunitas Board Rider Jaring Surfer Junior PESANGGARAN-Kompetisi Surfing Internasional akan digelar di pantai Pulau Merah, Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, pada 25 hingga 27 September 2015. Tapi, aktivitas para peselancar di pantai itu masih sepi. Para peselancar, tidak terlihat ada tanda-tanda persiapan untuk menyambut event tahunan tersebut. Selama ini, mereka juga masih jarang melakukan persiapan dengan latihan. “Tidak ada latihan khusus, biasa-

biasa saja,” cetus Rony Chandra, 21, salah satu peselancar asli pantai Pulau Merah. Peselancar yang jago dalam manuver cutback, itu mengatakan dirinya belum bisa memastikan akan ikut atau tidak dalam lomba surfing tingkat internasional itu. “Ya lihat saja nanti,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng. Peselancar lainnya, Saipul, 40, mengatakan meski pelaksanaan lomba surfing itu sudah dekat, pihaknya masih belum melakukan

persiapan. “Kami belum melakukan persiapan khusus,” ujarnya. Hanya saja, lanjut dia, untuk event tahunan itu akan menerjunkan peselancar junior dari pantai Pulau Merah. Itu dilakukan untuk meramaikan kompetisi. “ Kita siapkan setidaknya sepuluh peselancar anak-anak,” ungkapnya. Terkait nama-nama peselancar cilik yang disiapkan ini, Saipul mengaku tidak bisa menyebutkan. Hal itu, untuk menjaga semangat dalam berlatih. “Kita belum tahu pasti, menjelang hari

H bisa saja berubah,” terangnya. Untuk menyambut kompetisi itu, Saipul mengundang anakanak di luar Pulau Merah yang ingin belajar surfing. Bagi yang ingin belajar, bisa datang ke pantai Pulau Merah tanpa dipungut biaya alias gratis. “Kami ingin Pulau Merah menjadi kampung halaman bagi anak Banyuwangi yang ingin belajar surfing,” cetusnya seraya menyebut untuk belajar surfing ini disediakan kuota 50 anak,” ungkapnya. (sli/abi)

SINGOJURUH-Sejumlah kelompok tani di Desa Singolatren, Kecamatan Singojuruh, menggelar panen bersama kemarin (13/9). Dalam kegiatan itu, hadir kepala Desa (Kades) Singolatren, Afandi dan Danramil Singojuruh, Kapten Sugianto. Kades Singolatren, Afandi, mengatakan dari letak geografis desanya berada di bawah Kecamatan Songgon yang masih mengalir sumber air. Sehingga, meski musim kemarau petani tidak terlalu kebingungan mendapatkan air. “Meski musim kemarau panjang, tanaman padi di desa kami masih bagus dan hasil panen memuaskan,” katanya Berdasar pengambilan ubinan dengan ukuran 2,5 meter x 2,5 meter, hasil panen yang dipantau oleh petugas Penyuluh Pertanian (PPL) itu menghasilkan 4,8 kilogram. Ini artinya, hasil produksi pertanian yang ada

DEDY JUMHARDIYANTO/ JPRG

PANEN: Kepala Desa Singolatren, Afandi (tiga dari kanan) dan Danramil Kapten Sugianto (dua dari kanan) dalam panen padi.

di desanya mencapai 7,2 ton per hektare. Hasil panen itu, jelas dia, tentu sangat tinggi dan melebihi target produksi di Kecamatan Singojuruh. “ Kelompok tani di

desa kami banyak yang panen hampir bersamaan, seluruh kelompok tani melakukan penanaman mengikuti jadwal tanam sesuai anjuran PPL,” katanya. (ddy/*/abi)

Agar Menjadi Masyarakat Maju n Ajak Isi...

Sambungan dari Hal 36

Menurutnya, kemajuan dan kemunduran sebuah bangsa, bukan ditentukan oleh usia sebuah negeri dan kayanya sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. “Contohnya Mesir dan India, meski usianya sudah tua namun negaranya tidak tidak maju,” tuturnya member contoh. Hal ini berbeda dengan Jepang dan Swiss yang mengala-

mi kemajuan luar biasa meski usianya lebih muda dan luas wilayahnya lebih kecil. “Jepang dan Swiss bisa maju bukan soal usia atau soal SDM., tapi lebih pada soal mereka memegang teguh etika kehidupan,” tuturnya dalam acara yang juga dihadiri oleh para dosen tersebut. Etika kehidupan tersebut meliputi masyarakat yang memegang teguh kejujuran, kebersihan dan taat pada aturan. “Ini beberapa kelebihan masyarakat di negara maju,” tandasnya.

Sementara itu, Wakil Rektor IAIDA KH. DR. Abdul Kholiq Syafaat, M.A., menjelaskan, bahwa kuliah perdana kemarin sekaligus menandai dimulainya perkuliahan khususnya bagi mahasiswa baru pada tahun ini. “Sengaja kita hadirkan kedua nara sumber ini, setelah sebelumnya kami melakukan komunikasi dengan Bapak Kasdim dan bapak dari Polres, agar mahasiswa baru bisa lebih memahami tentang kesadaran bela negara” ujarnya. (azi)

EKO BUDIYONO/JPRG

RITUAL: Para nelayan Pancer melarang getek berisi sesaji ke tengah laut selatan, kemarin (13/9).

Warga Berebut Sesaji n Nelayan...

Sambungan dari Hal 36

Usai menggelar doa bersama dan penyematan pancing emas di bibir

kambing, getek diusung ke pantai dan dibawa ke tengah laut dengan dinaikkan ke perahu. Di belakangnya, puluhan perahu dan kapal milik nelayan turut menyertai.

Setiba di tengah laut, getek yang berisi sesaji itu diturunkan untuk dilarung. Bersamaan dengan itu, sejumlah nelayan sempat berebut sesaji. Sedang nelayan lainnya,

menyitam perahunya agar diberi keberkahan. “Mudah-mudahan tangkapan semakain banyak,” cetus Miko, 30, salah satu nelayan Pancer. (sli/abi)

Sering Kontak Melalui Video Call n Putra...

Sambungan dari Hal 36

“Besuk (hari ini) berangkat dari rumah, Rabu terbang ke Taiwan,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng kemarin (13/9). Ali Imron mengaku sudah mendengar ibu kandungnya sakit di Taiwan. Selama ini, sudah sering kontak dengan keluarga yang ada di Taiwan. “Kakak ipar ada di Taiwan, dan kami sering kontak melalui video call,” ungkapnya. Selama ibu kandungnya menjalani perawatan di rumah sakit, terang dia, hampir setiap hari melakukan komunikasi dengan keluarga di Taiwan. Sehingga, perkembangannya juga mengetahui secara pasti. “Ingin berangkat ke Taiwan sejak dua

pekan lalu, dan baru kesampaian sekarang,” ujar Hermanto, adik kandung Sulihatun yang mendampingi Ali Imron di rumahnya kemarin (13/9). Menurut Hermanto, kakak kandungnya itu berangkat ke Taiwan pada tahun 2012. Saat ini, sebut dia, istrinya Suhartini, 36, juga bekerja di Taiwan. “Istri saya itu berangkat tidak lama setelah mbak Sulihatun terbang, di Taiwan bekerja sebagai PRT (pembantu rumah tangga),” katanya. Hermanto menyampaikan semua keluarga berharap Sulihatun segera sembuh dari sakitnya, dan bisa kembali pulang ke kampung halaman. “Kami berharap berangkat sehat dan pulangnya juga demikian,” ujarnya.

Mengenai keberangkatan Ali Imron ke Taiwan itu, lanjut dia, sepenuhnya ditanggung oleh Pemkab Banyuwangi melalui Disosnakertran. “Selain biaya transportasi, biaya paspor, visa, dan kebutuhan lain ditanggung disosnakertran,” ungkapnya. Diberitakan sebelumnya, tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kabupaten Banyuwangi mengalami nasib yang mengenaskan di Taiwan. TKI yang sakit cukup parah itu, adalah Sulihatun, 48, asal Dusun Sidomulyo RT 06, RW 01, Desa Sumberberas, Kecamatan Muncar. Karena kondisinya itu, saat ini Sulihatun menjalani perawatan di rumah sakit Thai Ta Iyen, di lantai tiga kamar nomor 5320, Taipei, karena mengalami pembengkakan pada otak. “Sakit

sudah dua minggu lebih,” cetus Nur Hamidah, 29, teman Sulihatun yang kini bekerja di Taiwan. Nur Hamidah yang berasal dari Dusun Kaliagung, RT 1, RW 1, Desa Kendalrejo, Kecamatan Tegaldlimo, mengaku menjenguk Sulihatun pada Selasa (8/9). “ Saat saya jenguk, Sholihatun terbaring lemas, katanya sudah lebih dari dua pekan berada di rumah sakit,” katanya melalui pesan singkat kepada Jawa Pos Radar Genteng. Sebelum Sulihatun itu dirawat di rumah sakit, sering mengeluh pusing, batuk, dan pilek. Dia tidak menyangka sakit yang di derita Sulihatun akan semakin parah. “Saat ini sakitnya semakin parah, kondisinya koma dan tidak sadarkan diri,” ungkapnya. (ddy/abi)

Merasa Malu Kalau Ngebut-Ngebutan n mengaku...

Sambungan dari Hal 36

Sampai saat ini, dia mengaku sudah ‘mengeluarkan’ beberapa anak buah yang telah mandiri. “Dua orang yang pernah kerja di sini, sekarang sukses di luar pulau,” ujarnya.

Dalam menjaring pelanggan, Arif berbagi dengan bengkel lainnya. Dengan cara itu, usa­ hanya semakin pesat. Sebelumnya, pekerjaan diselesaikan di bengkelnya mulai pembentukan body, pengecatan, penggantian mesin, spare part, dan lainnya. Setelah dihitung, Pemasukan-

nya tidak sesuai dengan harapan. “Makanya saya kerja sama dengan bengkel lain,” sebutnya. Untuk memudahkan kontrol dan menyambung persaudaraan dengan para pelanggannya, Arif pun berinisiatif mendirikan komunitas. Sejak awal, komunitas yang dibentuk itu untuk media

silaturahmi. Meski motor modifikasi yang dibuat bisa melaju dengan kecepatan tinggi, tapi yang dipakai hanya hanya 60 km/jam. “Kita itu macak tuwek, semua sudah kapok ngebut-ngebutan, lagian anggotanya ada yang polisi, kalau aneh-aneh malu sendiri,” ungkapnya. (abi)

Kerjasama Diapresiasi Bupati n PCNU...

Sambungan dari Hal 36

Dan itu, sesuai dengan garis perjuangan NU yang tidak hanya mengurusi persoalan agama dan pendidikan. “NU itu juga

bergerak dalam bidang perekonomian,” katanya. Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang dilakukan PCNU itu.

“Semoga setelah ini warga NU tidak banyak lagi yang mengajukan proposal ke pemkab untuk membangun masjid dan musala,” katanya disambut tepuk tangan jamaah yang hadir. (sli/abi)

Inne-Vina Panduwinata Temu Kangen

BANYUWANGI-Dua penyanyi senior yang pernah bergabung dengan Candra Kirana Band dan Elfa’s Singer kangen-kangenan di Banyuwangi. Mereka adalah Inne Soeherman dan Vina Panduwinata. Keduanya dipertemukan berkat even musik Jazz Beach di Pantai Boom, Sabtu malam (12/9). Sang diva Vina menjadi salah satu bintang tamunya. Nah, momentum Vina manggung di Banyuwangi itu dimanfaatkan oleh Inne, pengelola Bina Vokalia dan Musika, untuk reuni. Rasa rindu Inne, yang dulu pernah satu band yang berjaya di era 1980an kepada Vina sudah tak terbendung. Pelantun lagu“Burung Camar” itu sempat bertemu dengan Inne di Resto Ketapang Indah Hotel pada Minggu pagi (13/9). Tak ayal, keduanya langsung berpelukan hangat setelah lama tak bersua. Inne dan Vina langsung asyik terlibat obrolan hangat. Banyak kenangan yang mereka ceritakan. Vina juga mengaku tidak menyangka akan bertemu Inne di Banyuwangi. Dia senang bisa tampil dalam Jazz Beach, sehingga bisa berjumpa kembali dengan sahabat lamanya tersebut. “Inne senang ya bisa bertemu temanteman lama. Tahun lalu ketemu Trie Utami, sekarang ketemu gue,” kata Vina penuh rasa sukacita. Inne juga mengaku senang bisa bertemu Vina, yang dulu pernah menyanyi bersama di ibu kota. Setiap tahun, ungkap dia, mantan vokalis Chandra Kirana Band dan

nesia Airlines, Inne dan Vina kembali ngobrol sambil berpe luk an. Seak an k e d u a ny a t a k mau mengakhiri pertemuan singkat itu dengan berpisah lagi. Tak ayal, adegan bak drama melankolis itu sempat menarik perhatian pengunjung bandara yang lain. “Inne baik-baik di Banyuwangi ya,” pesan Vina sembari memeluk ISTIMEWA sahabatnya itu. REUNI DIVA: Inne dan Vina Panduwinata ka­ Sementara ngen-kangenan di Bandara, kemarin (13/9). itu, meski sibuk mengelola Bina Elfa’s Singer datang untuk tampil Vokalia dan Musika Banyuwangi, di Banyuwagi. Seperti Trie Utami Inne tetap eksis mengadakan dan Vina Panduwinata. “Jika vo- berbagai even lomba menyanyi. kalis Chandra Kirana Band dan Setelah sukses menggelar lomba Elfa’s Singer yang lain diundang karaoke tembang kenangan dan saat Jazz Beach tahun depan, dangdut untuk warga Tionghoa, aku makin senang karena bisa Minggu (6/9) lalu, Inne kembali bertemu teman-teman lama lagi,” menggagas lomba serupa. Kali selorohnya. ini, pesertanya adalah ibu-ibu. Karena belum puas ngobrol Lomba karaoke pop tembang dan melepas rindu, Inne dan kenangan dan dangdut itu akan Vina kembali bertemu di Ban- dihelat di Istana Gandrung Resto dara Blimbingsari, Kecamatan dan Rest Area Dadapan, KecaRogojampi, Minggu siang (13/9). matan Kabat, pada Minggu, 27 Inne turut melepas kepulangan September 2015.“Ibu-ibu antusias sahabatnya itu di bandara. Sem- untuk mengikuti lomba ini, seperti bari menunggu saat keberang- ibu-ibu dari Polres Banyuwangi katan pesawat Garuda Indo- yang siap berlomba,”tutur Inne. (*)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Radar Banyuwangi | 14 September 2015 by alsod - Issuu