Samantabadra 2018-10

Page 1

Samantabadra

DIRGAHAYU NSI PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

28 OKTOBER 1964 - 28 OKTOBER 2018

YO-YO-AYOYO-AYO-YOYO-AYO!!

Ramai-ramai bersama teman, kerabat, dan sanak saudara kita hidup lebih sehat dengan mengikuti

GERAK JALAN KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA SEBAGAI RANGKAIAN KEGIATAN DARI HUT NSI KE 54

MINGGU, 21 OKTOBER 2018 BERKUMPUL DI PELATARAN GEDUNG KEMENTERIAN AGAMA RI

SAMANTABADRA | OKTOBER 2018 | NOMOR. 297

54

TAHUN MEMBINA UMAT BERLANDASKAN DHARMA AGUNG NAM-MYO-HO-REN-GE-KYO. DENGAN SEMANGAT NASIONALISME DAN PATRIOTISME NSI TERUS BERKARYA SEBAGAI WADAH BUDDHIS INDONESIA YANG INKLUSIF, MENJUNJUNG TINGGI KERUKUNAN ANTARUMAT BERAGAMA, DAN MENAUNGI UMAT UNTUK BERSAMA-SAMA MEMUNCULKAN KESADARAN BUDDHA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.

JL. MH. THAMRIN JAKARTA PUSAT (CAR FREE DAY)

gosyo kensyu SURAT KEPADA NYONYA MYOHO AMA gosyo cabang SURAT PERIHAL KIRIMAN SUTRA DOA liputan PERINGATAN HUT KEMERDEKAAN RI KE 73 DI LINGKUNGAN NSI

Gerak Jalan Kerukunan Antarumat Beragama 2017 (HUT NSI ke 53)

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Oktober

2 0 1 8

10 # 297


“

Nafas yang dihembuskan keluar, tidak menunggu nafas yang ditarik. Yang dikatakan embun di hadapan angin sama sekali bukan semata-mata suatu perumpamaan saja. Baik seseorang yang arif maupun bodoh, tua maupun muda adalah suatu kebiasaan masyarakat bahwa kita tidak dapat mengetahui bila dan bagaimana yang akan terjadi kemudian. Oleh karena itu, hendaknya pertama-tama pelajarilah perihal kematian, kemudian baru mempelajari halhal lainnya.

“

Surat kepada Nyonya Myoho-ama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Keterangan halaman muka Upacara bendera dalam rangka HUT RI ke 73 di Wihara Vimalakirti NSI Sadaparibhuta NSI Jakarta Selatan. 17 Agustus 2018.

Keseruan anggota NSI DKI Jakarta dalam mengikuti lomba-lomba khas tujuh belasan di pelataran Balai Pusat NSI. 17 Agustus 2018.


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Penegakkan Keempat Bodhisattva Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 25-26 Agustus 2018

Nammyohorengekyo, Kita harus kembali memahami bahwa fungsi agama adalah untuk memberi dasar atau landasan kepada kita, supaya kita dapat menjalankan kehidupan kita dengan baik; dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kalau kita lihat semua perkawinan yang dilaksanakan oleh Generasi Muda NSI, pada umumnya mereka mengikuti urutan acara Kensyu sesudah upacara pemberkahan. Ini adalah sebuah budaya atau cara hidup yang ingin diterapkan oleh Niciren Syosyu Indonesia kepada umatnya, supaya umat-umatnya dapat menggunakan agama sebagai landasan kehidupan. Perkawinan, misalnya, merupakan sebuah bagian dari kehidupan pribadi. Hal ini berarti perkawinan yang dilaksanakan secara

agama Buddha Niciren Syosyu harus menggunakan agama ini sebagai landasan oleh sepasang manusia tersebut, sehingga dapat menjalankan kehidupan kekeluargaan yang harmonis. Salah satu contoh dalam sutra adalah: “Suami adalah ibarat tiang dan istri ibarat atapnya.� Perkataan ini bukan perkataan yang basa-basi, melainkan sebuah filosofi dan landasan. Jadi, sepasang manusia yang menikah secara agama Niciren Syosyu harus memerankan dan mengimplementasikan ajaran ini. Jadi, sebetulnya kita harus lihat, bahwa nasib keluarga kita berubah menjadi lebih baik karena agama ini. Artinya, kalau kehidupan kita berubah menjadi lebih baik, agama ini mengajarkan yang benar. Oleh karena itu, kita tinggal berusaha untuk bisa lebih memahami ajaran daripada agama Niciren Syosyu ini dengan lebih tepat

lagi, supaya pelaksanaan kita pun menjadi lebih tepat waktunya dan tepat gunanya. Kalau tepat waktunya dan tepat gunanya, pasti efektif dan menghasilkan yang terbaik untuk kita. Gosyo ini memang ditulis setahun sebelum Niciren Daisyonin meninggal. Maka itu, saya sering mengingatkan, bahwa kita seharusnya melihat ajaran Buddha Niciren dalam dua kelompok; kelompok sebelum Pulau Sado dan kelompok sesudah Pulau Sado. Kelompok sebelum Pulau Sado diibaratkan oleh Buddha Niciren seperti ajaran Buddha Sakyamuni pada 42 tahun pertama, jadi belum masuk kepada ajaran yang sebenarnya. Kemudian, ajaran sesudah Pulau Sado diibaratkan seperti ajaran pada 8 tahun terakhir Oktober 2018 | Samantabadra

1


(Saddharmapundarika-sutra). Tentu ajaran yang dibabarkan sebelum dan sesudah Sado berbeda. Gosyo ini memang lebih sulit dipahami karena Niciren Daisyonin memberikan bimbingan-bimbingan yang dalam, karena sudah mengacu pada ajaranajaran pokok. Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa sebetulnya, Saddharmapundarikasutra dibagi menjadi ajaran bayangan dan ajaran pokok. Bab 1-14 adalah ajaran bayangan dan Bab 15-28 adalah ajaran pokok; inti khususnya ada pada bagian akhir dari bab 15, bab 16, dan bagian awal bab 17. Inti pada ajaran pokok ini menjelaskan mengenai objek pemujaan untuk Masa Akhir Dharma, yang merupakan Buddha Pokok dibantu oleh 4 Bodhisatva. Buddha Pokoknya adalah “Nammyohorengekyo Niciren�, yang diambil dari Bab Menara Pusaka dan terletak di tengah Gohonzon. Di kiri-kanannya pun ada Prabhutaratna dan Buddha Sakyamuni. Juga ada 4 Bodhisatva yang mendamping, dua di kanan dan dua di kiri: Visisthakaritra, Anantakaritra, Visudhakaritra, dan Supratishthitakaritra. Gohonzon adalah objek pemujaan kita. Objek 2

Samantabadra | Oktober 2018

pemujaan itu berbeda-beda di antara agama Buddha. Sejak Buddha Sakyamuni meninggal, sebetulnya belum ditegakkan tepatnya apa objek pemujaan itu. Namun, sebelum wafat, beliau pernah berpesan bahwa setelah dirinya meninggal, harus ditegakkan sebuah objek pemujaan yang diambil dari Buddha Pokok dan 4 wakilnya. Kemudian, agama Buddha membagi waktu, dari wafatnya Buddha Sakyamuni sampai seribu tahun pertama disebut masa Saddharma atau Syoho. Waktu itu manusianya masih menjalankan hukum sebab-akibat dengan tulus, tidak mau menyusahkan orang lain, selalu memikirkan kebahagiaan orang lain. Getaran dari Buddha Sakyamuni dan kewibawannya masih terpancar. Pada masa itu, objek pemujaannnya belum jelas. Seribu tahun sampai dua ribu tahun setelah kemoksyaan Buddha Sakyamuni disebut Pratirupa-dharma, dan pada waktu itu lah muncul pematungan-pematungan sebagai objek pemujaan. Dua ribu tahun sesudah Buddha Sakyamuni meninggal sampai seterusnya disebut sebagai Masa Akhir Dharma atau Pascima-dharma

(Mappo). Dalam masa Mappo, objek pemujaannya adalah Gohonzon, karena sesuai dengan pesan Buddha Sakyamuni dalam Saddharmapundarika-sutra. Gohonzon yang kita sudah terima sekarang adalah pusaka pemujaan yang memang tepat waktunya dan tepat gunanya. Kalau sudah tepat waktunya dan tepat gunanya, pasti manfaatnya besar. Manfaatnya terbesarnya adalah pencapaian kesadaran Buddha. Pada waktu itu, Toki Jonin masih menghadiahkan patung Buddha Sakyamuni kepada Niciren Daisyonin. Niciren Daisyonin menyadari bahwa waktu itu adalah masa peralihan, dan juga membimbing satu bakat satu bimbingan. Sehingga dengan demikian, oleh Buddha Niciren masih ditolerir. Tapi, Buddha Niciren tetap menjelaskan bahwa objek pemujaan atau Honzon di Masa Akhir Dharma adalah Gohonzon, yang merupakan sebuah gambaran dari Menara Pusaka. Setiap bermeditasi, kita menghadap Gohonzon, membaca Bab 2 dan Bab 16, dan menyebut Nammyohorengekyo. Kita harus melakukan ini dengan sungguh-sungguh, tiap pagi dan sore. Gohonzon menggambarkan susunan


jiwa manusia yang sudah mencapai kesadaran Buddha. Menurut agama Buddha, jiwa itu bukan roh, melainkan ketai, kutai, dan cutai. Untuk itu, perasaan jiwa orang yang sudah mencapai kesadaran Buddha digambarkan oleh Niciren sebagai Gohonzon, objek pemujaan kita. Ketika kita menghadap Gohonzon, kita dengan Nammyohorengekyo sudah menjadi satu, sudah manunggal. Sehingga dengan demikian, jiwa Buddha kita akan terbuka dan muncul ke permukaan, yang direpresentasikan dengan adanya Buddha Sakyamuni. Kemudian, kita akan merasakan fungsi dari keempat Bodhisattva yang muncul dari bumi; jiwa kita akan menjadi kuat, tenang, suci, dan bebas. Istimewanya, jiwa seorang Buddha tidak berarti perasaan jiwa yang lain (seperti hawa nafsu, kemarahan, dsb.) hilang. Perasaan jiwa yang lain masih ada, tetapi tidak mendominasi perasaan jiwa kita. Yang mendominasi perasaan jiwa kita adalah kesadaran Buddha, dan yang lain menjadi pelengkap. Menjadi Buddha bukan berarti seorang yang hanya sadar, manusia yang bahagia itu memiliki perasaan jiwa yang komplit. Buddha itu manusia yang sempurna;

kesadarannya muncul dan 9 dunia yang lainnya ditutupi oleh Dunia Buddha. Gohonzon dari Sandaihiho adalah satu-satunya pusaka pemujaan bagi umat Niciren Syosyu dan sebetulnya juga bagi seluruh umat manusia Masa Akhir Dharma. Pada Gohonzon, tergambar jiwa Buddha secara utuh, yang bersandar kepada Namu Myohorengekyo Niciren. Namu Myohorengekyo itu adalah hukumnya, dan Niciren adalah Buddhanya. Hukum dan Buddhanya sudah ika, manunggal dan menjadi satu. Sementara itu, kesembilan dunia disusun menurut proporsinya. Kalau kita berjodoh dan bertekad untuk menyatukan diri kita dengan mandala ini, kita pun akan berubah menjadi sempurna, karena mandala ini adalah mandala yang sudah mencapai kesempurnaan. Buddha Sakyamuni, Tientai dan Dengyo sebetulnya mengetahui hal ini, tetapi mereka menyimpannya, sebab bukan merupakan tugas mereka, belum tepat waktunya, bukan bakatnya dan bukan murid langsung. Oleh karena itu, kita harus berangkat dari sini. Artinya, kita adalah orang-orang yang sangat berrezeki dan juga sudah berusaha sekuat tenaga

dan memupuk jodoh baik selama berkalpa-kalpa. Jadi, kalau bicara tentang agama Buddha Niciren Syosyu, keberangkatannya harus berdasarkan ajaran agama dari Buddha Sakyamuni, dengan pemahaman di dasar kalimat (delapan tahun terakhir). Kemudian, kalau dasarnya Myohorengekyo, kita percaya bahwa hidup kita berjalan tiga masa; lampau, sekarang, dan masa akan datang yang tidak terputusputus. Hidup yang sekarang sambungan dari yang dulu, dan hidup sekarang sampai fase kematian pun akan mengulang siklus kehidupan lahir-tua-sakit-mati. Dengan seperti itu, berarti kita adalah orang-orang yang diberikan bimbingan oleh Buddha, bahwa dalam hidup kita yang terus berlangsung ini, kita harus berpendirian bahwa kematian itu adalah persiapan untuk lahir lagi. Menurut agama Buddha, ketika seseorang sudah meninggal, mereka menunggu sesuai dengan jodoh dan karmanya, kemudian baru lahir kembali. Jadi, jiwa setiap orang sama dengan jiwa mereka dulu, dan setiap orang membawa karmanya sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya penjelasan seperti ini, manusia yang beragama Buddha tidak ada matinya. Kalau begitu, berarti manusia Oktober 2018 | Samantabadra

3


yang beragama Buddha tidak ada putus asanya. Maka itu, hidup kita harus dijalankan dengan penuh kegembiraan. Kegembiraan yang paling besar adalah ketika kita bisa membahagiakan orang lain; karena itu merupakan pekerjaan pokok kita. Di dalam perjalanan dalam siklus ini pun, pasti ada penderitaan. Ketika Buddha mulai mengajar, awalnya Buddha mengajarkan tentang empat kesunyataan mulia; penderitaan, sebab penderitaan, akhir penderitaan, dan cara untuk mengakhiri penderitaan. Kalau menurut ajaran awal dari Buddha Sakyamuni, hidup ada penderitaan. Oleh karena itu, Buddha menjelaskan bahwa hawa nafsu manusia yang buruk dan tak terkendali akhirnya menjadi sebab penderitaan. Umatnya dibimbing untuk melatih diri untuk mengatasi hawa nafsu atau menyingkirkannya, yang dianggap sebagai penyebab penderitaan. Kemudian, saya katakan bahwa kita sekarang adalah para murid dari Buddha Niciren, dan objek pemujaan kita adalah Gohonzon dari Sandaihiho yang bersumber dari ajaran Buddha Sakyamuni yang merupakan ajaran pokok (Bab 15-28). Intinya menjelaskan bahwa sebetulnya, ketika masuk ke 4

Samantabadra | Oktober 2018

Saddharmapundarika-sutra, Buddha Sakyamuni mulai menyempurnakan ajaranajaran yang sebelumnya. Kalau berdasarkan ajaran Buddha yang sesungguhnya dan bukan yang bayangan, sebetulnya itu tidak ada penderitaan. Umpama yang sering digunakan adalah baahwa ajaran sementara itu bagaikan cerminan bulan pada air yang jernih. Tentu bulan tersebut terlihat dengan jelas, tetapi jika airnya disentuh atau diganggu pergerakan, maka gambar bulan akan terpengaruh dan tidak akan sejelas dan sejernih bulan aslinya. Hal ini berbeda dengan bulan yang asli, umpama yang digunakan untuk ajaran sebenarnya, yang selalu jelas. Hidup dalam perjalanan lahir-tua-sakit-mati itu semua adalah kebahagiaan. Prinsipnya adalah, dalam ajaran sesungguhnya, hawa nafsu itu adalah kesadaran (Bonno Soku Bodai). Di dalam diri manusia ada dua tenaga, satu tenaga yang sadar (Buddha) dan satu tenaga yang menyesatkan (iblis). Oleh karena itu, kalau kita ada Gohonzon dan Mandala Pusaka, kalau ada penderitaan kita makin sering bertemu Buddha. Karena muncul kesulitan dan ingin mengatasi kesulitan tersebut,

kita selalu mencari Buddha. Yang namanya hawa nafsu itu bukan sumber penderitaan, begitu memasuki ajaran pokok, hawa nafsu adalah sumber kesadaran. Di kalangan masyarakat, orang yang sukses bukanlah mereka yang hanya menurunkan harta orangtuanya, melainkan orang-orang yang dibina dari kecil untuk mengatasi berbagai kesulitan sehingga bisa menjadi seorang yang sukses. Jadi hawa nafsu bukanlah penderitaan, tapi merupakan sumber kebahagiaan. Begitu masuk ajaran yang sebenarnya, Buddha menjelaskan tentang syoji soku nehan. Hidup maupun mati, dua-duanya nirvana. Hidup bahagia, mati pun bahagia. Saya kira ini gambaran ringkas dari gosyo ini, bahwa kita sekarang ini sudah bertemu mandala satu-satunya yang bisa membuat diri kita mencapai perjalanan hidup yang bahagia. Penderitaan itu bukan sesuatu yang harus kita hindari, tapi penderitaan itu harus kita munculkan sebagai jodoh untuk mendekatkan diri kita kepada Dunia Buddha. Maka itu, dikatakan bahwa orang arif sangat senang kalau bertemu kesulitan.


Di gosyo ini juga dijelaskan mengenai jubah. Abu-abu merupakan warna dari agama Niciren Syosyu karena adalah warna kain untuk membersihkan kotoran. Kain itu pun dicuci. Kainkain ini menunjukkan tingkat kesederhanaan. Kita memakai jubah biasa (upasaka), bukan jubah bhikkhu, yang dinamakan Jubah Hukum. Dalam kesimpulan, bagi seorang Niciren Syosyu, objek pemujaannya sudah diperuntukkan untuk Masa Akhir Dharma, sudah pas. Maka itu, tidak boleh ada objek lain. Sebab kalau ada yang lain, itu sama saja seperti kaki yang menginjak dua perahu, tidak akan bisa melaju. Di dalam agama kita, yang harusnya dijadikan acuan itu bukan Buddha Sakyamuni yang muncul 3000 tahun yang lalu di India, tapi kita adalah Buddha dari Sambhogakaya; karena Saddharmapundarikasutra menjelaskan adanya lampau, sekarang, dan masa akan datang. Kita yang sekarang berjodoh dengan Gohonzon dipastikan sebagai bodhisattva-bodhisattva yang muncul dari bumi. Dalam Saddharmapundarika-sutra, ada upacara Menara Pusaka. Buddha Sakyamuni dan Prabhutaratna duduk dalam

sebuah menara, kemudian semua dewa dan bodhisattva berkumpul disitu. Di dalam persamuan itu, diadakan sebuah perundingan mengenai penerus hukum yang diperuntukkan untuk lima kali lima ratus tahun setelah Buddha meninggal. Manusia hanya bisa ditolong dengan hukum itu, yakni Hukum Nammyohorengekyo. Waktu itu, semuanya berdiri dan menyatakan bahwa mereka siap untuk membabarkan hukum tersebut. Tetapi, Buddha mengatakan bahwa mereka tidak akan mampu melakukannya. Pada saat itu juga, bumi tiba-tiba meretah dan muncul bodhisattvaboddhisatva yang muncul dari bumi; itu adalah kita-kita semua yang sudah dididik dan dibina sejak kalpa-kalpa yang lalu. Kesimupannya, hal spiritual yang harus kita yakini pada kensyu ini adalah, kita bisa bertemu dengan Gohonzon, berarti kita harus memsatikan diri kita sebagai bodhisattva yang muncul dari bumi, karena kita dulu hadir dalam persamuan itu. Oleh karena itu, kita memiliki kesempatan dan kemampuan untuk menyebarluaskan Nammyohorengekyo. Kalau kita menjalankan tugas itu, kita akan menikmati kehidupan kali ini dengan

penuh kebahagiaan. Maka itu, moderasi agama itu berarti kembali kepada ajaran sebenarnya. Kita melaksanakan Gongyo Daimoku sehari-hari untuk mengingatkan kita akan janji kita pada Upacara Menara Pusaka. Ini mengingatkan kita kembali, bahwa tugas pokok kita adalah untuk menyebarluaskan Hukum, melalui Nin Po Ika. Di dalam perilaku kita ini lah, tercermin semua ajaran-ajaran dari Niciren Syosyu. Niciren Daisyonin adalah Buddha Pokok, yang harus jalan adalah kita sendiri karena 4 bodhisattva ini ada dalam diri kita. Kalau kita menjalankan tugas kita dengan sungguhsungguh dan sesuai dengan Saddharmapundarika-sutra, maka kita akan menjadi orang yang paling kaya di dunia, kaya jiwanya. ***

Oktober 2018 | Samantabadra

5


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Penegakkan Keempat Bodhisattva Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Mahawihara Saddharma NSI, 25-26 Agustus 2018

Nammyohorengekyo, Gosyo ini dibagi menjadi tiga titik penting, yang pertama mengenai pertanyaan Toki Jonin tentang bilamana saatnya mendirikan keempat Bodhisattva dan Buddha Sakyamuni yang mencapai kesadaran di masa lampau yang amat jauh dari ajaran pokok Saddharmapundarika Sutra. Jawabnya adalah karena masa pascimadharma merupakan waktu untuk mendirikan keempat Bodhisattva, maka pasti timbul orang yang akan mewujudkannya. Yang kedua, tidak pernah diajarkan bahwa karena masa pascimadharma merupakan waktu yang tepat untuk menyebarluaskan ajaran pokok Saddharmapundarika-sutra, ajaran bayangan harus dibuang. Dibimbing bahwa orang yang berpandangan 6

Samantabadra | Oktober 2018

sesat seperti ini bukanlah murid Niciren Daisyonin. Ketiga, pada bagian akhir diulas mengenai laporan kematian Samibo Nicigyo. Pertama-tama Niciren Daisyonin mengulas mengenai pakaian hukum atau pakaian bhikku. Karena Toki Jonin menyumbang pakaian. Di sini dijelaskan bahwa pakaian hukum Niciren Daisyonin berwarna abu-abu. Seperti yang kita ketahui, agama Buddha berasal dari India. Di India, pakaian hukum hanya ada satu yang disebut dengan pakaian Kasaya. Namun, setelah agama Buddha berkembang dan tersebar sampai ke Tiongkok dan Jepang, karena di negara-negara tersebut terdapat musim dingin, maka sehelai pakaian Kasaya tidaklah cukup. Oleh karena itu, sebelum memakai Kasaya, mereka menggunakan koromo/ pakaian dalam. Mengenai

pakaian, dijelaskan oleh Nicikan Syonin bahwa Bhikku atau Sangha memiliki tiga jenis pakaian yang terdiri dari pakaian, jubah kasaya, dan juze. Juze disebut sebagai salah satu pakaian karena juze berfungsi untuk menutupi atau menyembunyikan sifat hukum yang mencakup 108 hawa nafsu. Dengan menggunakan juze pada saat kita daimoku, kita bisa mengontrol hawa nafsu kita dan meningkatkan jiwa kita dari kualitas hawa nafsu yang buruk menjadi hawa nafsu yang baik. Objek pemujaan pada masa akhir dharma bukanlah berupa patung maupun gambar Buddha atau Bodhisattva. Berdasarkan pada isi gosyo, yang harus dijadikan


sebagai objek pemujaan adalah yang berdasarkan pada kelima huruf Myohorengekyo. Hal ini berarti objek pemujaan yang ditulis sendiri oleh Niciren Daisyonin. Oleh karena itu, kita harus yakin dan percaya bahwa Gohonzon adalah satusatunya objek pemujaan dalam ajaran Niciren Syosyu. Tidak boleh ada lagi patung-patung lain di rumah kita. Kita sebagai murid Buddha Niciren Daisyonin yang sudah mengetahui tentang hukum yang sesungguhnya, harus bisa melaksanakan dengan tepat dan menyebarluaskannya. Penyebarluasan hukum Buddha yang sesungguhnya harus berdasarkan pada waktu dan bakat. Mengapa di masa Saddharma dan Pratirupadharma Gohonzon belum terwujud sebagai objek pemujaan? Karena pada masa itu belum tiba waktunya dan belum sampai jodohnya. Jawaban pertama, karena diri sendiri tidak mampu menahan atau tidak memiliki kekuatan. Kedua, tidak memiliki bakat. Ketiga, tidak mendapat tugas dari sang Buddha. Keempat,

waktunya belum tiba. Sama halnya seperti kita semua di sini yang membutuhkan waktu dan jodoh yang tepat untuk bisa bertemu dengan Gohonzon. Karena ada penderitaan dan masalah dengan suami/ istri, anak, orangtua, dan sebagainya, baru kita mau percaya dan menyebut Nammyohorengekyo. Pada waktu itu, penderitaan tersebut telah menjadi jodoh bagi kita untuk bertemu dan menerima Gohonzon. Mengapa di masa akhir dharma kita dapat menerima Gohonzon? Pertama, karena diri sendiri punya kemampuan untuk mempertahankan. Kita sudah mengalami berbagai macam kesulitan dalam hidup kita. Kedua, kita semua memiliki bakat yang hebat dalam menyebarluaskan dharma. Ketiga, menerima tugas langsung dari sang Buddha. Keempat, waktunya telah tiba. Tugas kita sebagai Bodhisattva yang muncul dari bumi adalah sungguhsungguh menjalankan gongyo daimoku, menyebarluaskan dharma, mengikuti kensyu, dan pertemuan. Tugas ini merupakan tugas langsung

dari sang Buddha, karena itu harus dijalankan dengan penuh kesadaran, tanpa harus disuruh-suruh orang lain. Tersebarluasnya hukum Saddharmapundarika Sutra di masa akhir dharma sudah diramalkan oleh sang Buddha sejak masa lampau. Karena di masa akhir dharma ini adalah waktu yang tepat dan sesuai dengan bakat umat manusianya. Hukum Nammyohorengekyo adalah satu-satunya hukum yang tepat waktu dan tepat guna di masa akhir dharma ini. Oleh karena itu, kita tidak boleh ragu-ragu lagi, kita harus menjalankannya dengan sungguh hati, baru kita dapat merasakan manfaatnya. Bila dilihat berdasarkan hukum masyarakat luas, Niciren Daisyonin adalah orang termiskin di Jepang. Tetapi bila dilihat berdasarkan hukum kejiwaan, Buddha Niciren adalah orang terkaya di seluruh dunia. Karena Buddha Niciren merupakan Buddha pokok yang mewujudkan Dai Gohonzon dan menyebarkan hukum Nammyohorengekyo, hukum yang membawa manfaat bagi seluruh umat Oktober 2018 | Samantabadra

7


manusia. Gosyo yang ditulis oleh Buddha Niciren juga masih dipelajari hingga saat ini, di mana isi gosyo tersebut mampu membahagiakan kita yang mendengarnya. Buddha Niciren mampu membahagiakan banyak orang dan tidak membuat karma yang buruk, hal tersebut merupakan tumpukkan rejeki jiwa yang membuat beliau menjadi orang terkaya di seluruh dunia. Tapi kita semua masih sering berpikir bahwa kaya yang sesungguhnya adalah kaya dalam bentuk harta benda atau materi. Padahal dalam kenyataannya, tidak semua hal dapat dibeli dengan materi. Kebahagiaan kita bukanlah tergantung

Catatan

8

Samantabadra | Oktober 2018

dari berapa banyak uang yang kita miliki. Jika kita meneladani Buddha Niciren yang merupakan manusia terkaya di dunia, maka kita sebagai muridnya juga bisa menjadi orang terkaya di dunia dalam hal kejiwaan. Salah satu ciri orang yang kaya jiwanya adalah orang yang selalu bisa merasakan kegembiraan di dalam hidupnya. Kita harus gembira karena kita mendapat kesempatan untuk menyebarluaskan hukum Nammyohorengekyo ini. Melalui gosyo ini, diharapkan kita semua bisa sungguh-sungguh percaya dan menyadari tugas pokok kita sebagai Bodhisattva yang muncul dari bumi. Jalankan dengan sepenuh hati karena tujuan hidup

kita yang sesungguhnya adalah mencapai kesadaran Buddha dan menyebarluaskan dharma untuk kebahagiaan orang lain. Kita juga harus yakin bahwa Gohonzon adalah satu-satunya objek pemujaan di masa akhir dharma ini. Ajaran sementara tidak harus dibuang, melainkan tetap bisa digunakan untuk menunjang kita dalam menjalankan ajaran yang sesungguhnya. Jalankan sesuai dengan keinginan Buddha Niciren Daisyonin, yaitu membahagiakan seluruh umat manusia. Kita harus membuat sebabsebab cinta tanah air, baru tanah air bisa mencintai kita. Dengan begitu, baru kita bisa merasa aman, tenang, dan bahagia. ***


Peringatan HUT RI ke 73 di Wilayah DKI Jakarta

Foto bersama Lurah Pasar Manggis dan jajarannya, Ketua Wilayah NSI DKI Jakarta dan generasi muda petugas upacara bendera di Wihara Sadaparibhuta NSI.

Oktober 2018 | Samantabadra

9


liputan

U

mat NSI adalah warga negara Indonesia. Sebagai warga negara, kita punya kewajiban untuk menjaga, membela, dan mempertahankan Indonesia, seperti yang tercantum dalam penggalan lirik lagu “Hari Merdeka� di atas. Karena kondisi negara Indonesia kini tidak dalam kondisi berperang, kewajiban tersebut tidak perlu kita lakukan dengan kontak fisik atau senjata, melainkan dengan mengembangkan sikap-sikap nasionalisme. Salah satunya adalah dengan mengikuti upacara bendera pada peringatan hari kemerdekaan. Seluruh pengurus NSI di tingkat wilayah dan daerah menyelenggarakan upacara bendera dan dokyo syodai dalam rangka HUT RI ke 73. Seluruh umat NSI diimbau untuk turut serta dalam upacara bendera. Hal ini dimaksudkan agar kita semua dapat meningkatkan dan menjaga rasa nasionalisme. Etnisitas boleh bermacammacam, namun identitas kita hanya satu, yaitu Indonesia. Ketua Umum NSI dalam peringatan hari kemerdekaan kali ini menghadiri upacara bendera di Istana Merdeka, Jakarta, bersama Presiden RI, Joko Widodo. Di susunan NSI wilayah DKI Jakarta, upacara dipimpin oleh Ketua Wilayah NSI DKI Jakarta, Pandita Niki dan diikuti oleh DPP dan DPD NSI, serta segenap umat 10

Samantabadra | Oktober 2018

NSI Jakarta dan sekitarnya. Kegiatan yang dilaksanakan di pelataran Vihara Vimalakirti Sadaparibhuta NSI ini mendapat dukungan penuh dan apresiasi langsung dari pemerintah. Hal ini terlihat dari kehadiran Lurah Pasar Manggis, Ibu Hj. Purwati, SAP., ke Vihara Sadaparibhuta NSI sesaat setelah upacara selesai. Hal ini dikarenakan beliau memimpin upacara terlebih dahulu di kantor lurah. Setelah melaksanakan upacara bendera yang khidmat dan tertib, acara dilanjutkan dengan upacara dokyo syodai di dharmasala, dipimpin oleh Pandita Niki. Memperingati hari kemerdekaan RI dengan menyebut Nammyohorengekyo adalah sebuah kegembiraan dan semangat untuk berkontribusi lebih banyak bagi kemajuan susunan dan bangsa. Tidak ketinggalan aneka perlombaan khas tujuh belasan diadakan seusai dokyo syodai di pelataran vihara, di antaranya lomba makan kerupuk, memasukkan paku ke dalam botol, oper bedak, dan tarik tambang. ***

Dokyo syodai peringatan HUT RI ke 73 dipimpin oleh Ketua Wilayah DKI Jakarta, Pandita Niki.

Sambutan peringatan HUT RI ke 73 oleh DPP NSI, Ibu Irawati.

Generasi muda NSI petugas pengibar bendera.

Perlombaan tarik tambang.

Perlombaan memasukkan paku ke dalam botol kategori pria.


Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 73 di Wilayah Banten

J

umat, 17 Agustus 2018 Umat NSI Banten menyelenggarakan tiga kegiatan dalam rangka Hari Kemerdekaan RI ke 73, sekitar pukul 09.30 WIB umat pun berdatangan dan siap menjalankan tiga agenda yang udah disiapkan panitia. Kegiatan pertama yaitu upacara pengibaran bendera, yang merupakan kegiatan yang biasanya dilaksanakan di sekolah dan di lingkungan pemerintah, kali ini di adakan di seluruh vihara NSI termasuk

Vihara Vimalakirti NSI Tangerang. Upacara pengibaran bendera dipimpin oleh bapak Djuanda Widjaja. Setelah upacara pengibaran bendera, kegiatan dilanjutkan dengan dokyo sodai, sebagai ungkapan rasa puji syukur dan kecintaan umat NSI kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. 73 tahun Indonesia merdeka merupakan sebuah kebahagiaan dan kebanggaan bagi kita semua karena kita bisa berkontribusi di dalam proses pembangunan bangsa. Dokyo

sodai pun dipimpin oleh Ketua Daerah NSI Tangerang, bapak Djuanda Widjaja. Usai menjalankan dokyo syodai, dilanjutkan dengan perlombaan khas 17 Agustusan. Umat sangat antusias mengikuti berbagai perlombaan dengan penuh semangat. ***

Oktober 2018 | Samantabadra

11


Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 73 di Wilayah Kep. Bangka-Belitung

Peserta fashion show bersama dengan Ketua Wilayah NSI Kep. Bangka-Belitung, Bapak Suherman.

D

i bulan Agustus 2018, umat NSI Bangka memiliki serangkaian acara selain dari jadwal rutin pertemuan dan daimoku bersama, di antaranya Dokyo sodai HUT RI ke 73, Pertemuan Dharma Duta dan penyuluhan narkoba dari salah satu tokoh anti narkoba di provinsi Kep. Bangka Belitung, dan ada kegiatan lomba hari kemerdekaan RI ke 73. Semua kegiatan terlaksana atas kerjasama dan itai dosyin dari seluruh umat Bangka. Upacara dokyo syodai peringatan HUT RI ke 73 dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 17 Agustus 2018 tepat pukul 10.00 WIB dan berjalan dengan hikmat. Pada akhir pekan ke tiga, sehari setelah peringatan

12

Samantabadra | Oktober 2018

HUT RI ke 73, yaitu pada tanggal 18 Agustus 2018 umat Bangka bersama sama di wihara Vimalakirti NSI Bangka mengikuti pertemuan dharma duta bersama dharma duta yang juga DPP NSI, Ibu Irawati Lukman. Pertemuan dharma duta dilaksanakan seperti biasa hari Sabtu di mulai pukul 19.00 WIB dan hari Minggu dimulai pukul 10.00 WIB. Yang berbeda pada bulan Agustus di susunan NSI Kep. Bangka-Belitung, ada penyuluhan tentang narkoba dari penggiat narkoba provinsi Kep. Bangka Belitung, Agus Setiawan Silaban. Beliau menjelaskan tentang keperdulian nya akan ancaman narkoba di Bangka Belitung ini sudah mulai

meningkat, beserta ciri-ciri pemakai narkoba dan juga akibat dari pemakaian obat obatan terlarang. Setelah pemaparan, diadakan sesi tanya jawab. Beberapa umat memberikan pertanyaan seputar penanganan yang tepat bagi pemakai. Kita di minta untuk lebih perduli dengan lingkungan, baik dalam keluarga, lingkungan tetangga dan sekolah maupun lingkungan luas yang lebih besar lagi. Agar penyalahgunaan narkoba tidak semakin menyebar. Kemudian pada tanggal 26 Agustus 2018 umat NSI Bangka mengadakan acara dalam rangka HUT RI ke 73. Kegiatan diadakan di Vihara Vimalakirti Pangkalpinang, dimulai kurang lebih jam 10.00 dengan gongyo pagi bersama di pimpin oleh Bapak Wilayah Bangka Belitung, Bapak Suherman. Acara tersebut berisi lomba permainan yaitu makan krupuk berpasangan, lomba minum berkelompok. Di ikuti oleh 4 bagian, bapak ibu gm dan juga anak anak. Selanjutnya setelah permainan diadakan juga lomba baca puisi kemerdekaan, Fashion show dari bahan barang bekas, dan juga menyanyi lagu nasional. Untuk puisi, Fashion show dan menyanyi lagu nasional di ikuti oleh bagian Gm dan anak anak. Setelah diselingi makan siang bersama seluruh umat, acara di akhiri dengan pembagian


hadiah bagi pemenang lomba. Acara ini bertujuan selain merayakan HUT RI ke 73, juga untuk menumbuhkan persatuan dan semangat dari seluruh umat bangka. Dan juga untuk memberikan hiburan bagi anak anak dan Gm diluar kegiatan Sekolah Buddhis dan pertemuan. Demikian serangkaian kegiatan yang di adakan umat Bangka dalam rangka bulan Kemerdekaan RI 2018. Semoga semangat dari kesatuan hati itai doshin seluruh umat dapat menjaga keharmonisan dalam berkebangsaan. Nammyohorengekyo. ***

Upacara Dokyo Sodai Peringatan HUT RI ke 73.

Upacara Dokyo Sodai Peringatan HUT RI ke 73.

Foto bersama umat bangka bersama Bpk wilayah, Bpk Suherman, Penggiat Narkoba Prov. Babel, Bpk Agus Silaban dan Dharma Duta, Ibu Irawati Lukman.

Lomba makan kerupuk berpasangan.

Upacara Dokyo Sodai Peringatan HUT RI ke 73.

Oktober 2018 | Samantabadra

13


Peringatan HUT Kemerdekaan RI ke 73 di Daerah Bogor & Bandung

P

eringatan HUT ke 73 RI diperingati di Wihara Vimalakirti NSI Bogor. Pengibar bendera terdiri atas Pak Pepen, Pak Sony dan Pak Ali. Walau usia sudah tidak muda, dengan berbekal kesungguhan hati ketiga bapak ini berhasil melakukan pasang-dan-gelar bendera. Tak terasa kegiatan 17 Agustusan ini sudah lebih dari 10 tahun dilaksanakan di Wihara Vimalakirti NSI NSI Bogor. Ketua Umum NSI M.P.U. Bapak Suhadi Sendjaja mencanangkan pelaksanaan upacara bendera di semua wihara NSI di seluruh Indonesia pada pukul 10 sesuai detikdetik proklamasi 73 tahun yang 14

Samantabadra | Oktober 2018

lalu di Gedung Proklamasi, Jl Kramat Raya, Jakarta oleh kedua proklamator pendiri bangsa kita, Pak Soekarno dan Pak Hatta. Bapak KU selama ini memantau dan mencatat upacara bendera di Wihara Vimalakirti NSI Bogor sebagai sebuah kegiatan yang

positif. Tentunya upacara ini dilaksanakan dalam kerangka konsep Cinta Tanah Air dan pemupukan nasionalisme dan rasa kebangsaan para umat NSI yang notabene mayoritasnya keturunan Tionghoa. Peringatan HUT kemerdekaan RI diselenggarakan dengan upacara bendera dan Dokyo Syodai untuk mendokan keselamatan dan kejayaan bangsa kita. Dikomandani Marvel Kinantan dan pembawa acara Yolanda, upacara bendera berjalan khidmat. Dilanjutkan dengan pembacaan teks Proklamasi dan Pancasila oleh Inspektur Upacara, Bapak Oking Darmawan, yang dibawakan teksnya oleh Ovidian Karitra. Tak terlupakan pembacaan teks oleh Kireyna dan dilanjutkan dengan pembacaan doa secara Niciren Syosyu. Satu lagu wajib dinyanyian bersama dengan dirigen, Marvitaria: Bagimu Negeri. Di balik layar


ada fotografer, Ravalen, dan operator, Erna. Seusai upacara, umat diajak untuk menyanyikan lagu-lagu wajib tambahan, Hari Merdeka dan Maju Tak Gentar diselingi beberapa sambutan dan pembacaan puisi diiringi lagu Rayuan Pulau Kelapa karya salah seorang GM NSI Bogor, Nanda, dideklamasikan oleh Marvita dan renungan oleh Pak Amir. Acara yang dihadiri sekitar 80 orang umat ini, dilanjutkan dengan sambutan kedua sesepuh, Ibu Djohan Nataprawira dan Ibu Po Giok.

Kedua ibu merasa berbahagia dan bangga pada usia pasca-70 tahun ini masih bisa mengikuti upacara bendera ini. Semua berkat kekuatan Gohonzon Sandai Hiho. Semangat kejuangan dan perjuangan untuk mengisi kemerdekaan diingatkan kembali kepada umat NSI Bogor. Harapan ke depannya, seluruh umat NSI terus eksis dan semakin maju dalam penghidupan, bertambahnya anggota baru dan dapat berkumpul lagi tahun depan sambil memekikkan kata “Merdeka!� (Kyanne Virya)

Upacara Dokyo Sodai Peringatan HUT RI ke 73 di Wihara Vimalakirti NSI Bandung.

Oktober 2018 | Samantabadra

15


Wisata Edukasi Anak-Anak NSI Tangerang ke Kuntum Farmfield Bogor yaitui oleh Bapak Dedi datang dan memperkenalkan diri. Kegiatan ini diselenggarakan sebagai wujud apreasiasi kecintaan terhadap anak-anak, dan berharap dengan kegiatan ini dapat membawa pemahaman anak-anak untuk belajar mengenal binatang dan tumbuhtumbuhan. Kegiatan wisata di Kuntum Farmfield yaitu kegiatan utama memberi makan 8 macam ternak yang terdiri dari kambing, domba, marmut, kelinci, ayam, bebek, sapi dan kerbau, dan selanjutnya kegiatan tambahan yaitu memetik buah jambu merah dan terakhir menangkap ikan kemudian dilepaskan. ***

P

ada pagi yang cerah di hari Minggu, tanggal 12 Agustus 2018, peserta yang terdiri anak-anak, orangtua dan pendamping berkumpul di depan kantor pajak tangerang sekitar jam 05.30 pagi berangkat ke lokasi wisata, di jalan raya tajur Bogor, melaksanakan kegiatan wisata edukasi ke Kuntum Farmfield Bogor. Peserta yang mengikuti wisata sekitar 35 orang. Dengan penuh semangat menjalankan dan menikmati perjalanan dari vihara menuju lokasi wisata. Dengan menempuh waktu hampir dua jam, peserta pun tiba di lokasi wisata, melakukan regis16

Samantabadra | Oktober 2018

trasi dan dibagikan tiket masuk per orang. Tim Guru Pendamping, terdiri dari Sdri. Dara, Sdri. Dewi dan Sdri. Koni mengatur peserta dan mengajak main bersama anak-anak, untuk sekedar briefing dan pengenalan lingkungan sebelum dimulai acara selanjutnya.selama kurang lebih 20 menit, selanjutnya Ketua Panitia Wisata Anakanak NSI Tangerang, bapak Yansen memberikan arahan kepada peserta, untuk selalu semangat belajar dan punya kemauan maju sehingga dapat memberi manfaat banyak dalam kehidupan. Tidak berapa lama, mewakili dari Kuntum Farmfield,


Indonesian Groups Call for Minority Religious Protections not only for Chinese people, or for Christians, or Buddhists, but also for adherents of Islam.” In contrast to Meiliana’s sentence, however, several hardline Muslims who attacked Chinese businesses and 12 Buddhist temples in Tanjung Balai in anger over her alleged blasphemy were sentenced to a maximum of two months behind bars.

Ethnic Chinese woman Meiliana weeps during her sentencing hearing at a district court in Medan, North Sumatra, Indonesia, Aug. 21, 2018

I

nterfaith and human rights groups gathered in Jakarta, Indonesia, this past week to show their support for Meiliana, an Indonesian Buddhist who was sentenced to 18 months prison in August for complaining about the volume of the call to prayer in the town of Tanjung Balai, North Sumatra. The case has again brought the Muslim-majority country’s controversial blasphemy laws to the fore, with religious minority groups concerned it signals further erosion of their rights amid rising Islamic conservatism. In a declaration, the groups called for the release of Meiliana, saying she was “recently imprisoned for expressing her personal opinion peacefully.” The statement was signed by Amnesty International, leading bodies representing Christian, Hindu and Confucian Indone-

sians, and the Alliance of Independent Journalists Indonesia. In 2016, the now-44-year-old of Chinese ethnicity privately voiced to the son of an imam near her house that the call to prayer from the local mosque had become louder. “Even if you look at the fundamental principles of the law, this is not blasphemy,” said Rumadi Ahmad, a religious scholar and a senior member of Indonesia’s largest Muslim organization, Nahdlatul Ulama, who was used as an expert witness in the case. “But many judges do not have a comprehensive understanding of the meaning of blasphemy.” Suhadi Sendjaja, the chairman of Buddhist organization Niciren Syosyu Indonesia, said, “This is a ruling not from Islamic authorities, but from a law issued by the president … it is

Politicization of religion Blasphemy has technically been illegal in Indonesia since 1965, when it was made a crime to criticize, be hostile to or adhere to “deviant” interpretations of one of the nation’s six official religions: Islam, Christianity, Catholicism, Confucianism, Buddhism and Hinduism. Its use, however, has risen exponentially during Indonesia’s democratic era — particularly since the presidency of Susilo Bambang Yudhoyono, who was elected in 2004. He served for 10 years. Amnesty says at least 106 people were sentenced under blasphemy charges between 2005 and 2014. Prosecutions have disproportionately targeted minorities — particularly the Shia and Ahmadiyya communities that are considered “deviant” by the Sunni Muslim majority. In May 2017, the country saw its most high-profile conviction yet — former Jakarta Governor Basuki “Ahok” Tjahaja Oktober 2018 | Samantabadra

17


Purnama. The widely popular ethnic Chinese Christian was sentenced to two years in prison after he was found to have insulted the Quran, following months of mass demonstrations by Muslim groups. For Rafiqa Qurrata A’yun, a law lecturer at the University of Indonesia, the increased use of blasphemy laws in Indonesia is representative of the politicization of religion as a tool for the nation’s “predatory politics.” “The Meiliana case reflects the rise of religious sentiments in the lead up to [North Sumatra’s] gubernatorial election,” she told VOA via email. Protection of minorities The U.S. Commission on International Religious Freedom’s annual report for 2018 names Indonesia as one of 12 countries where violations of religious freedom are “systematic, ongoing and egregious,” alongside Afghanistan, Iraq and Egypt. “Indonesia’s central government at times responded in a manner that supports religious

freedom and related human rights, but provincial and local governments, as well as law enforcement, regularly exacerbated divisions and failed to prevent religious-based discrimination and violence,” it said of the situation during 2017. Irsyad Rafsadie, a researcher at the PUSAD Paramadina Center for the Study of Religion and Democracy, said local law enforcement across Indonesia is often reluctant to prosecute actors from the majority group for fear of further incensing communal tensions. “Their rulings on perpetrators from the majority group are often not serious,” said Irsyad, referring to the light sentencing of Islamic hardliners who attacked Buddhist temples in Tanjung Balai. “They proceed with prosecutions as a mere formality.” President Joko “Jokowi” Widodo said he “cannot intervene” in the case of Meiliana, but has suggested that she could appeal to Indonesia’s Supreme Court.

Pembabaran Dharma di Banyuwangi

18

Samantabadra | Oktober 2018

A warning for Indonesia Asked about the likelihood of Indonesia’s blasphemy law being overturned, Rafiqa from the University of Indonesia said, “It would be very difficult because two judicial reviews have already been submitted and both of them failed.” The conservative Constitutional Court denied a petition to repeal the law in July. “This is a warning not just for Tanjung Balai or North Sumatra, but for all of Indonesia,” said Rumadi of Nahlatul Ulama regarding the Meiliana case, suggesting that issuing a moratorium on the law could be a short-term solution. “There are signs there is narrowing space for tolerance,” he added. “I believe that tolerance is not enough. Tolerance still suggests distance,” said Suhadi, the Buddhist leader. “We need acceptance.” *** Source: https://www.voanews.com/amp/ indonesian-groups-call-for-minority-religiousprotections/4571828.html


Ketua Umum NSI Menjadi Narasumber Rakornas FKUB di Tarakan

P

ada tanggal 5-8 September 2018 di Kota Tarakan, Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama RI bekerjasama dengan Pemkot Tarakan dan Pemprov Kaltara menginisiasi kegiatan Rakornas FKUB. Rakornas FKUB 2018 mengusung tema Forum Kerukunan Umat Beragama Mendukung dan Mensukseskan Pelaksanaan Pemilu Tahun 2019 yang Aman, Damai, Jujur, Adil dan Bermartabat. Dalam Rakornas ini peserta saling bertukar pikiran membahas konsolidasi umat beragama serta isu-isu yang ada di daerah. Termasuk dampak persoalan konflik antarumat beragama.

syarakat�. Meneri Agama RI menyampaikan harapannya bahwa FKUB bisa berfungsi membangun dialog antarumat beragama agar berbagai aspirasi umat beragama bisa disampaikan dan disalurkan. FKUB dirancang untuk melakukan hal-hal yang sifatnya preventif di tengah kompleksitas persoalan kehidupan. Maka FKUB dituntut untuk juga melakukan tugastugas mediasi, meredam dan mengatasi persoalan konflik terkait persoalan agama yang muncul ditengah masyarakat, Kegiatan ini dihadiri para sehingga turut mendukung tokoh agama dari berbagai dan menjaga harmoni kerudaerah di Indonesia yang juga kunan umat beragama di dihadiri oleh Menteri Agama Indonesia. RI, Bapak Lukman Hakim SaifPada tanggal 6 September fudin. 2018, Ketua Umum NSI, MPU Menteri Agama RI meSuhadi Sendjaja dipercaya nyampaikan bahwa “Kegiatan untuk menjadi narasumber ini akan lebih mempererat untuk menyampaikan materi kerukunan umat beragama dengan Topik Peran Majelisdan penguatan lima pilar majelis Agama dalam Pemelidan Kemampuan FKUB mesti haraan dan Penguatan Kerulebih ditingkatkan terutama kunan Umat Beragama di dalam manajemen konflik. Indonesia. Ketua Umum NSI Sebab menangani persoamemberikan masukan yang lan keagamaan tentu mekonstruktif dan proporsional merlukan kemampuan dan serta berpandangan sebagai wawasan teknis. Mudahseorang Buddhis. Dalam mudahan tahun depan pela- forum tersebut juga disamtihan FKUB dapat terlaksana paikan mengenai Spiritual, sehingga keberadaan FKUB keagaman, berbangsa dan bisa dirasakan oleh mabernegara dalam mengamalOktober 2018 | Samantabadra

19


kan ajaran agama. Bahwa penghayatan ajaran agama lah yang harus menjadi landasan utama di dalam menjalankan perilaku kita dalam kehidupan, karena pada dasarnya semua agama membimbing manusia untuk menjadi baik. Perlu pemahaman dan penghayatan yang baik terhadap ajaran agama, sehingga jika ajaran agama dijadikan landasan kehidupan maka akan menjadi kebaikan serta kerukunan dan keutuhan bangsa, namun sebaliknya jika ajaran agama dipolitisasi untuk merebut kekuasaan maka akan menghasilkan perpecahan bangsa. Mewujudkan perdamaian dunia di kalangan masyarakat persatuan dan perdamaian dalam agama Buddha adalah menyadari hukum sebab-akibat dan menjaga keselarasan serta keseimbangan di dalam kehidupan. Kita semua tahu bahwa Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, maka agama harus menjadi sumber kekuatan dan setiap pemimpin majelis/parisadha harus benar-benar memahami ajaran, menjalankan dan melaksanakan ajaran apa yang diyakini benar dan tepat secara sesungguhnya. Tidak mengacu kepada orangnya, tetapi kembali pada kemurnian ajaran yang sebenarnya/ sesungguhnya (moderasi 20

Samantabadra | Oktober 2018

agama) yang diyakini oleh masing-masing agama. Agama hadir untuk membela umat manusia, bukan sebaliknya dan semua agama punya konsep Ketuhanannya masing-masing yang menuju pada satu titik temu, yaitu Kemanusiaan/Kebahagiaan/ Perdamaian. Ketua umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja juga terus mendengungkan bahwa mewujudkan perdamaian dunia di kalangan masyarakat beragama dengan toleransi saja tidaklah cukup. Karena masih menyisakan jarak dan kadar toleransi bisa berkurang. Kita harus melihat bahwa walaupun kita berbeda, tetapi kita semua adalah saudara dan harus menerima sepenuhnya keberadaan dari agama lain

seperti di dalam satu keluarga besar. Kita harus sadar bahwa karena kamu adalah aku. Ada kesadaran dan tindakan yang mewujudkan bahwa ada kamu di dalam diriku dan ada aku di dalam dirimu (sebuah sinergi yang harmonis). Bukan saling meniadakan tetapi saling memberdayakan sehingga dengan demikian perdamaian pasti terwujud. Sehingga dengan demikian selalu memberikan kegembiraan dan manfaat untuk seluruh alam semesta agar selalu hidup rukun bersaudara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuju Indonesia Negara Bahari yang Jaya dan dapat turut serta berperan aktif untuk membangun perdamaian dunia. ***

Ketua Umum NSI bersama para pemuka lintas agama dan pengurus FKUB.


Kolaborasi Ketua Umum NSI dengan Yayasan Kita Bisa dalam Video "Toleransi"

S

elasa, 4 September 2018, bertempat di Cikal Cilandak Primary School, Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja berkolaborasi dengan Yayasan Kita Bisa dalam video bertema “Toleransi�. Pembuatan video ini untuk merespon fenomena sosial, dimana mengemuka wacana intoleransi yang mengatasnamakan agama politisasi agama untuk merebut kekuasaan maka akan menghasilkan perpecahan bangsa. Proses syuting pembuatan video ini adalah dengan konsep mempertemukan anak-anak dengan orangorang berbagai profesi dan latar belakang dalam

pembuatan videonya. Video tersebut nantinya akan dipublikasikan dalam Youtube chanel Kitabisa.com. Dalam proses pembuatan video tersebut, Ketua Umum NSI ditemani oleh beberapa anak yang bersekolah di Cikal Cilandak Primary School yang dengan antusias menyanyakan berbagai pertanyaan mengenai agama Buddha, bagaimana merawat kerukunan dan sebagainya. Pada kesempatan ini Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja juga menyampaikan mengenai bagaimana Perlu Pemahaman dan Penghayatan yang Baik Terhadap Ajaran Agama, sehingga jika ajaran agama dijadikan landasan kehidupan

makan akan menjadi kebaikan serta kerukunan dan keutuhan bangsa, namun sebaliknya jika ajaran agama dipolitisasi oleh orang-orang yang memiliki kepentingan tertentu, maka akan menghasilkan perpecahan. Ketua umum NSI, juga menyampaikan bahwa mewujudkan perdamaian dunia di kalangan masyarakat persatuan dan perdamaian dalam agama Buddha adalah menyadari hukum sebab-akibat dan menjaga keselarasan serta keseimbangan di dalam kehidupan. Semua memiliki peran dan fungsinya masingmasing dan apabila ketika diposisikan dengan baik itu bahagia, itu damai, serta Oktober 2018 | Samantabadra

21


penghayatan ajaran agama lah yang harus menjadi landasan utama di dalam menjalankan perilaku kita dalam kehidupan, karena pada dasarnya semua agama membimbing manusia untuk menjadi baik. Beliau juga menyampaikan bahwa, “Agama hadir untuk membela umat manusia, bukan sebaliknya.� Semua Agama Punya Konsep Ketuhanannya Masingmasing yang Menuju pada Satu Titik Temu, yaitu Kemanusiaan/Kebahagiaan/ Perdamaian. Sehingga kalau ada pihak yang menjadikan agama sebagai sumber kekacauan, sumber konflik artinya mereka tidak menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. tidak mewujudkan ketuhanan dalam dirinya.

sehingga, sejatinya, tidak ada konflik antaragama. Karena ajaran agama yang selalu mengutamakan untuk selalu hidup berprilaku baik , saling menghormati dan menyayangi dengan orang yang beragama berbeda dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan dan sebagai alat untuk menuju perdamaian dunia, maka perdamian dunia akan selalu terpelihara dengan baik. Dengan penghayatan agama yang cukup yang ditanamkan pada anak-anak sejak kecil, dan sikap saling menerima untuk mengenal keberagaman, merasakan sendiri rasanya hidup dengan yang berbeda dari dirinya, harapannya, akan tumbuh rasa saling hormat menghormati. Apapun latar belakang agama dan sukunya.

Koran Jawa Pos, Senin 27 Agustus 2018

22

Samantabadra | Oktober 2018

Kiranya suasana kerukunan yang terasa pada kegiatan ini tidak hanya dirasakan pada kegiatan ini berlangsung saja, namun hendaknya dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk bukan lagi sekedar toleransi dan tenggang rasa antar umat beragama, namun harus menerima sepenuhnya akan perbedaan-perbedaan yang ada. Karena toleransi sebenarnya masih menyisakan jarak, namun jika kita menerima dengan sepenuhnya dan menyadari bahwa kita semua adalah satu keluarga, dengan begitu nilai-nilai Kesatuan dalam Keanekaragaman Bhinneka Tunggal Ika akan tetap terus terjaga. ***


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Surat Kepada Nyonya Myoho Ama LATAR BELAKANG |

S

urat ini ditulis pada tanggal 14 bulan ke 7 tahun 1278 (Koan 1), ditujukan kepada Nyonya Myoho Ama yang melaporkan keadaan almarhum suaminya ketika menjelang saat ajalnya. Surat aslinya masih tersimpan di Kuil Honmon Daerah Ikegami. Hanya bagian tengah dan akhir dari surat ini tidak lengkap adanya. Dalam menanggapi laporan Nyonya Myoho Ama perihal keadaan suaminya menjelang saat ajalnya, Niciren Daisyonin telah memberikan dorongan bahwa sesuai dengan keadaan wajah (so), maka mungkin almarhum suami Nyonya Myoho Ama akan dilahirkan pada Dunia Surga dan karunia kebajikan penyebutan Daimoku hingga saat menjelang ajal, pasti dapat mencapai kesadaran Buddha, dan karena Nyonya Myoho Ama telah menjalin hubungan suami istri dengan orang demikian, maka tidak diragukan lagi pasti juga akan mencapai kesadaran Buddha. Pada mulanya mengutip bagian yang tersusun dalam surat Nyonya Myoho Ama yang menjelaskan keadaan almarhum suaminya menjelang ajalnya. Dari surat ini dapat diperkirakan bahwa Nyonya Myoho Ama yang mengamati suaminya sambil menyebut Daimoku, hingga meninggal

dunia dengan tenang. Selain itu, mungkin Nyonya Myoho Ama berada dalam keadaan yang sedih dan menderita karena kehilangan suaminya, namun dari surat laporan tentang keadaan menjelang ajal telah terasakan sikap kepercayaan yang tegas dari keyakinan yang kokoh terhadap pencapaian kesadaran Buddha dari almarhum suaminya. Dalam menanggapi surat ini, pertamatama Niciren Daisyonin mengutip kalimat sutra dan sastra untuk menjelaskan keadaan wajah menjelang ajal. Kutipan kalimat dari Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarikasutra yang berbunyi: “Nyoze So, Nyoze Syo, Nyoze Tai, Nyoze Riki, Nyoze Sa, Nyoze In, Nyoze En, Nyoze Ka, Nyoze Ho dan Nyoze Honmakkukyoto” adalah sepuluh aspek yang telah menjelaskan Segala Gejala adalah Wujud Sesungguhnya (syoho jisso). Di sini Nyoze So dijadikan sebagai pokok awal, Nyoze Ka, Nyoze Ho dijadikan sebagai akhir, dimana awal dan akhir ini pada hakekatnya adalah sama, yakni dengan menarik makna bahwa “wajah (So)” dan “akibat imbalan (Ho)”, adalah sama dan saling mempengaruhi. Untuk menjelaskan bahwa dalam wajah saat menjelang ajal telah mewujudkan akibat imbalan pada masa mendatang. Oktober 2018 | Samantabadra

23


Selain dari itu, dalam ketiga tulisan dari “Maha Prajna Paramitha Sastra”, “Sutra Syugo”, dan bagian akhir dari “Makasyikan”, terutama menjelaskan mengenai wajah dari neraka. Ini merupakan sesuatu yang dikutip sebagai bukti tertulis yang telah menjelaskan hubungan ‘wajah’, dan “akibat imbalan” mengenai suasana yang terburuk yang dikatakan sebagai neraka, hal mana tidak lain untuk menjelaskan perbedaan dengan wajah saat-saat menjelang ajalnya almarhum suami Myoho Ama dengan yang dikatakan dalam masyarakat sebagai kelahiran kembali menuju surga. Dalam hal ini tercakup juga makna mendalam yang memecahkan keadaan sesungguhnya dengan Bukti Tertulis. Dan juga, kutipan kalimat “Orang yang wajahnya berwarna hitam ketika menjelang ajalnya akan terjatuh ke dalam neraka”, tidak terlihat dengan jelas dalam Maha Prajna Paramita Sastra dan tidak jelas sumbernya. Hanya saja dalam Surat Kepada Sennici Ama pun yang tercatat mengenai isi hal yang sama berbunyi demikian “Ketika seseorang menjelang ajalnya, orang yang akan terjatuh ke dalam neraka, wajahnya akan menjadi berwarna hitam”. Sesungguhnya bagaimanakah seharusnya memahami hubungan neraka dengan warna hitam ini? Sudah sewajarnya, tidak semata-mata menunjukkan kehitamannya dari kulit seseorang, terlebih lagi karena terdapat perbedaan ciri khas yang berkaitan dengan warna kulit suatu suku bangsa. Dalam jilid kelima, bagian awal kitab Makasyikan mengumpamakan suasana Keenam Dunia dengan warna, antara lain hitam, biru, merah, kuning, putih, dan putih bersih, dikatakan bahwa “warna hitam adalah diperumpamakan sebagai kegelapan dari neraka”, berarti hal ini harus dipandang sebagai bahwa warna wajah seseorang 24

Samantabadra | Oktober 2018

ketika menjelang ajalnya akan berubah menjadi warna hitam kegelapan yang terpendam dalam penderitaan, yakni telah berubah dari asal warna wajahnya ketika masih hidup. Selanjutnya, Niciren Daisyonin menjelaskan perihal pribadinya sendiri, bahwa dalam mempelajari Hukum agama Buddha, pertama-tama harus menjadikan masalah kematian sebagai hal yang paling penting di antara segala hal apapun juga. Dengan demikian, ketika melihat wajah seseorang menjelang ajalnya dapat memperkirakan dengan jelas akibat imbalan orang itu dengan berdasarkan pada sutra dan kitab penjelasan dari para guru sastra. Akan tetapi, di dalam masyarakat ketika seseorang guru maupun orang tua meninggal dunia, maka para murid maupun anaknya tidak menjelaskan hubungan dengan wajah menjelang ajalnya, dan hanya menandaskan kehidupan kembali pada Dunia Surga di arah bagian Barat. Dengan demikian, hal ini bertentangan dengan prinsip Hukum agama Buddha, karena mereka telah memuji-muji saat ajalnya orang yang meninggal, sehingga tidak hanya tidak dapat menyelamatkan jiwanya, sebaliknya sebagai akibatnya bahkan telah menambah penderitaan jiwa orang yang meninggal tersebut. Justru perumpamaan ini dikutip untuk mensitir perihal ini.


ISI GOSYO |

D

alam surat Anda mengatakan, “Suami Anda siang dan malam menyebut Myohorengekyo, dan ketika semakin mendekati ajalnya telah menyebut Daimoku dua kali dengan suara yang besar (singkat), begitupun wajahnya baik tanpa kekurangan suatu apapun, terlebih lagi lebih putih daripada ketika masih hidup”. Dalam hal ini, dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra dikatakan “Nyoze So (singkat) sejak awal hingga akhir pada hakekatnya adalah sama”. Sedangkan dalam Maha Prajna Paramita Sastra dikatakan, “Ketika seseorang menjelang ajalnya bila wajahnya berwarna hitam, maka akan terjatuh ke dalam neraka”, pada Sutra Syugokokusyu Darani dikatakan, “Wajah seseorang menjelang ajalnya yang jatuh ke dalam neraka terdapat 15 jenis; wajah yang hidup dalam Dunia Kelaparan terdapat 8 jenis; wajah yang hidup dalam Dunia Kebinatangan terdapat 5 jenis”. Mahaguru Tien-tai dalam Makasyikan mengatakan “Wajah yang berwarna hitam adalah diperumpamakan sebagai kegelapan dari neraka”. Sesungguhnya, kalau memandang lebih mendalam, maka Niciren sejak masa kecilnya mempelajari Hukum agama Buddha, hal yang selalu didambakan dan dipikirkan adalah “usia kehidupan manusia yang tidak kekal”. Nafas yang dihembuskan keluar, tidak menunggu nafas yang ditarik. Yang dikatakan embun di hadapan angin sama sekali bukan semata-mata suatu perumpamaan saja. Baik seseorang yang arif maupun bodoh, tua maupun muda adalah suatu kebiasaan masyarakat bahwa kita tidak dapat mengetahui bila dan bagaimana yang akan terjadi kemudian. Oleh karena itu, hendaknya pertamatama pelajarilah perihal kematian, kemudian baru mempelajari hal-hal lainnya. Ajaran suci seluruh kehidupan Sang Buddha Sakyamuni, karangan maupun penjelasan dari para guru sastra dan guru manusia dikumpulkan dan diteliti sepintas lalu, dan menjadikannya sebagai pegangan, untuk disesuaikan dengan keadaan seluruh umat manusia ketika saat menjelang ajal dan keadaan sesudah kematian, maka semuanya jelas dan sama sekali tidak ada yang meragukan bahwa orang akan terlahirkan pada Dunia Kemanusiaan dan Dunia Surga. Namun demikian, banyak orang dalam masyarakat telah menyembunyikan wajah saat menjelang ajal dari para guru orang tua mereka. Dan dikatakan, akan dilahirkan kembali pada tanah suci di arah bagian Barat. Sungguh merupakan sesuatu hal yang sangat menyedihkan sekali. Padahal para guru mereka telah jatuh ke dalam dunia buruk, dan berada dalam keadaan sulit untuk menahan penderitaan yang sedemikian berat, namun para muridnya telah memuji-muji keadaan menjelang ajal guru mereka. Hal mana akan semakin menambah penderitaan dari Dunia Neraka baginya. Sebagai umpama, orang yang berdosa telah diinterogasi dengan mulut tersumbat, hal mana sama seperti penderitaan karena benjolan bisul yang belum terpecahkan. Namun demikian, dalam surat Anda dikatakan, “Warnanya lebih putih dan bersih daripada ketika ia masih hidup, begitupun wajahnya sempurna tanpa cacat.” Mahaguru Oktober 2018 | Samantabadra

25


Tien-tai berkata, “Yang putih adalah memperumpamakan jiwa dari Dunia Surga.” Dalam Maha Prajna Paramitha Sastra dikatakan, “Wajah orang yang berwarna putih kemerahmerahan yang sempurna akan dilahirkan pada Dunia Surga.” Sedangkan dalam catatan mengenai saat menjelang wafatnya Mahaguru Tien-tai tercatat, “Wajah Beliau putih adanya.” Begitupun dalam catatan tentang keadaan menjelang wafatnya Sien Cuang San Cang tercatat, “Warna wajahnya putih adanya.” Di dalam urutan nama yang menetapkan ajaran suci seluruh kehidupan Sang Buddha Sakyamuni terdapat, “Orang yang telah berbuat karma buruk akan menetap di Enam Dunia, orang yang telah berbuat karma baik akan menetap di Keempat Dunia yang Suci.” Kalau memperhatikan bukti tertulis dan bukti nyata tersebut di atas, maka suami Anda bukankah akan dilahirkan pada Dunia Surga? Dan juga dikatakan bahwa ketika menjelang ajalnya telah dua kali menyebut Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra. Mengenai hal ini dalam “Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra”, dikatakan, “Setelah kemoksyaan-Ku harus menerima dan mempertahankan sutra ini. Orang ini dengan pertapaan Hukum agama Buddha tanpa diragukan lagi pasti akan mencapai kesadaran Buddha.” Ajaran suci seluruh kehidupan Sang Buddha sama sekali bukan sesuatu yang bersifat angan-angan, namun kesemuanya adalah kata-kata yang benar. Di antaranya juga terbagi dalam Ajaran Hinayana, Ajaran Semi Mahayana dan Ajaran Mahayana Sesungguhnya. Ketika dihadapkan dengan ajaran-ajaran Dua Surga, Tiga Dewa dan ajaran-ajaran non Buddhis, maka ajaran-ajaran non Buddhis adalah kata-kata sementara, ajaran Sang Buddha adalah kata-kata sesungguhnya. Di antara ajaran Sang Buddha yang merupakan kata-kata sesungguhnya pun terdapat kata-kata bualan, kata-kata sesungguhnya, katakata bujukan dan kata-kata yang mencaci maki. Di antaranya itu, Saddharmapundarikasutra adalah kata-kata sesungguhnya di antara kata-kata yang sesungguhnya; kebenaran di dalam kebenaran. Sekte Syingon, Sekte Kegon, Sekte Sanron, Sekte Hosso, Sekte Kusya, Sekte Jojice, Sekte Rice, Sekte Nembuce, Sekte Zen, adalah ajaran-ajaran yang berlandaskan pada ajaran sementara di dalam ajaran sesungguhnya dari ajaran Sang Buddha. Sekte Saddharmapundarika-sutra berlandaskan pada kata-kata sesungguhnya yang tidak dapat diperbandingkan dengan sekte-sekte lainnya. Saddharmapundarika-sutra tidak hanya sebagai kata-kata sesungguhnya sutra-sutra dari kata-kata sementara dari ajaran seluruh kehidupan Sang Buddha Sakyamuni setelah memasuki lautan besar Saddharmapundarika-sutra, dan dengan kekuatan Saddharmapundarikasutra telah hidup kembali menjadi kata-kata sesungguhnya. Apalagi, Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra akan lebih daripada itu. Kekuatan serbuk putih dapat mengubah cat hitam menjadi putih bagaikan salju. Beraneka ragam warna yang mendekati Gunung Semeru, semuanya menjadi warna emas. Orang yang mempertahankan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra tidak hanya mengubah cat karma buruk pada kehidupan ini malah merubah karma buruk yang 26

Samantabadra | Oktober 2018


berkalpa-kalpa masa lampau yang tak terhingga menjadi kebaikan besar dari karma baik. Apalagi karma kebaikan sejak masa lampau yang tak terhingga telah berubah menjadi warna emas. Oleh karena itu, karena pada saat menjelang ajalnya, almarhum suami Anda telah menyebut Nammyohorengekyo, maka tidak hanya merubah karma buruk pada kehidupan ini, malahan telah merubah karma masa lampau yang tak terhingga menjadi bibit Sang Buddha. Dan inilah yang dikatakan sebagai prinsip Hukum penderitaan adalah kesadaran; Hidup mati adalah Nirwana, dan pencapaian kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya. Karena Anda menjalin hubungan suami istri dengan orang yang demikian, maka tidak diragukan lagi perihal pencapaian kesadaran Buddha bagi wanita. Seandainya, hal ini adalah suatu bualan maka Sang Buddha Sakyamuni, Buddha Prabhutaratna dan para Buddha titisan di sepuluh penjuru adalah para pembual, pembual besar, orang jahat, dan orang yang menjerumuskan seluruh umat manusia jatuh ke dalam neraka. Sehingga Devadatta adalah leluhur dari tanah suci kesadaran; sebaliknya leluhur Buddha Sakyamuni akan menderita sengatan kobaran api dari Neraka Avici. Matahari dan bulan akan berjatuhan ke bumi, dan bumi besar akan terbalik, sungai akan mengalir berlawanan arus, dan Gunung Semeru akan hancur berkeping-keping. Ini bukan kata-kata bualan Niciren, tetapi akan menjadi kata-kata bualan dari para Buddha dari ketiga masa dan sepuluh penjuru. Apakah mungkin terjadi hal demikian? Untuk lebih jelasnya akan Saya terangkan ketika kita berjumpa. Disampaikan kepada Nyonya Myoho Ama Tanggal 14 bulan ke-7 Tertanda, Niciren

Oktober 2018 | Samantabadra

27


| KUTIPAN GOSYO

1

lainnya.

Oleh karena itu, hendaknya pertamatama pelajarilah perihal kematian dan kemudian baru mempelajari hal-hal

GM

Keterangan : Pada bagian ini Niciren Daisyonin menjelaskan sikap dalam mempelajari Hukum agama Buddha, pertama-tama harus mempelajari perihal kematian yang paling penting di antara segala hal apapun, kemudian baru mempelajari halhal lainnya. Niciren Daisyonin berpikir dalam memandang ketidakkekalan kehidupan manusia, ketika seseorang dihadapkan dengan kenyataan yang tegas berupa kematian yang tidak dapat direlakan oleh siapapun, maka mau tidak mau orang terpaksa harus memikirkan hidupnya sendiri. Untuk itu kematian dapat dikatakan sebagai salah satu batasan dari hidup. Justru bagaimanakah sikap dalam menanggapi kematian akan mempengaruhi cara hidup seseorang. Akan tetapi orang yang ingin mempertahankan dan memperpanjang hidupnya, telah berusaha untuk melupakan kematian. Banyak orang telah terhanyutkan ke dalam hidup yang mencari kesenangan, untuk berusaha menyangkal perihal kematian. Sama halnya mata kita tidak dapat menatap langsung matahari, begitupun karena tidak berani menatap kematian, sehingga kematian dianggap sebagai sesuatu hal yang tabu. Sesuatu hal yang menunjang dari segi lain untuk melarikan diri dari kematian yang demikian itu adalah pandangan hidup mati yang beranggapan bahwa kematian adalah pemutusan dari jiwa, melenyapnya jiwa. Ketakutan terhadap musnah dan melenyapkan jiwa telah melanda pada arus dasar perasaan jiwa bawah sadar dari manusia masa sekarang ini. keragu-raguan dan ketidaktenangan di dalam perasaan jiwa bawah sadar telah menimbulkan perwujudan perasaan sadar sebagai sesuatu yang dianggap tabu oleh diri sendiri, serta menjerumuskan diri ke dalam kehidupan dengan sikap selagi masih hidup. Dalam Hukum agama Buddha dijelaskan 28

Samantabadra | Oktober 2018

prinsip Hukum sebab akibat dan kehadiran jiwa yang berkelangsungan dari ketiga masa kehidupan. Justru dengan berpijak pada pandangan jiwa dari ketiga masa kehidupan baru akan mengerti makna dari hidup itu sendiri. Bagian akhir dari masa kehidupan ini adalah juga awal dari masa kehidupan mendatang. Dengan demikian, saat menjelang ajal adalah perhitungan keseluruhan dari masa kehidupan sekarang ini. sikap dalam menyambut kedatangan ajal ini merupakan suatu hal yang terpenting dalam menata seluruh hal dari kehidupan. Di situlah, terletak makna dari pertapaan hukum agama Buddha.

2

Namun demikian, banyak orang dalam masyarakat telah menyembunyikan wajah menjelang ajal dari para guru dan orang tua mereka. Dan dikatakan akan dilahirkan kembali pada tanah suci di arah bagian Barat. Sungguh merupakan sesuatu hal yang menyedihkan sekali. Padahal para guru mereka telah jatuh ke dalam Dunia Buruk, dan berada dalam keadaan sulit yang menahan penderitaan yang sedemikian berat, namun para muridnya telah memuji-muji keadaan menjelang ajal guru mereka. Hal mana semakin menambah penderitaan dari Dunia Neraka baginya.

GM

Pada waktu itu, kepercayaan terhadap Nembuce telah tersebar luas di masyarakat. Dengan demikian, kalau terdapat orang yang meninggal, semuanya telah memuji-muji orang yang meninggal tanpa permasalahan saat menjelang ajalnya, dengan menyatakan bahwa arwahnya akan dilahirkan kembali di tanah suci di arah bagian Barat. Kecenderungan demikian masih terdapat hingga sekarang ini, dimana beranggapan bahwa kalau meninggal semuanya menjadi Buddha. Akan tetapi, kalau dipandang berdasarkan Hukum agama Buddha, perbuatan demikian sebaliknya akan menambah penderitaan orang


yang meninggal. Hal yang telah diperbuat semasa hidup orang yang meninggal, seluruhnya akan terukir sebagai sebab karma diri sendiri dan takkan lenyap sebelum diterimanya akibat imbalan dari sebab karma tersebut di atas. Dalam hal ini, betapapun, harus menerima penderitaan dengan bertobat dan menyesali dosa karma buruk diri sendiri, baru akan dapat menghapuskan karma buruk di atas. Sebaliknya karena tidak menyesali dan bertobat atas dosa diri sendiri malah memuji-muji karma buruk, hal mana sudah sewajarnya akan semakin menambah dosa pada penderitaan orang yang meninggal tersebut. Dengan pengertian demikian, karena orang-orang yang ditinggalkan tidak mengetahui penderitaan orang yang meninggal dengan imbalan karma buruknya, sehingga telah memuji-muji orang yang meninggal bahwa akan dilahirkan kembali pada tanah suci di arah bagian Barat, bahkan sebaliknya akan menambah penderitaan dari orang yang meninggal tersebut. Hal mana sama seperti orang yang berdosa telah diinterogasi dengan mulut tersumbat. Jadi kalau tidak menyesali dan bertobat terhadap dosanya, maka betapapun akan dituntut terus menerus. Di dalam Hukum agama Buddha dijelaskan ketiga tahap dalam saat menjelang ajal. Kalau berdasarkan pada “Buku Garis Besar Ideologi Tentang Karma”, karangan Minamoto Tecekace, dikatakan bahwa tahapan dari hidup ke mati terdiri dari: pertama, tahap hati yang sadar; kedua, tahap menyayangi diri sendiri; dan ketiga, tahap tidak sadar. Tahap hati yang sadar berarti karma dari panca indera telah berakhir, sehingga tidak dapat menerima pengaruh dari lingkungan luar, sedangkan karma indera keenam belum berakhir, dan perasaan masih berada dalam tahap fungsi yang sadar. Tahap menyayangi diri sendiri berarti karma perasaan telah berakhir, namun demikian masih tertinggal indera “Manas” yang tidak terhapuskan di dasarnya itu. Indera “Manas” adalah sumber dasar dari keterikatan diri sendiri (Gasyu). Dari situlah muncul penderitaan karma menyayangi diri sendiri. Oleh karena itu, disebutkan sebagai tahap keterikatan menyayangi diri sendiri atau

tahap menyayangi diri sendiri. Di dalam tahap menjelang ajal ini telah menimbulkan ketiga hati menyayangi diri, menyayangi lingkungan (yakni menyayangi lingkungan selama hidup ia menetap), menyayangi diri sendiri (menyayangi jiwa dirinya sendiri), menyayangi masa akan datang (menyayangi untuk dapat dilahirkan pada masa akan datang). Di antara ketiga hati menyayangi ini, karena menyayangi diri sendiri merupakan penderitaan yang paling pokok, sehingga telah mewakili hati menyayangi secara keseluruhannya. Dan tahap tidak sadar, karena indera “Manas” pun telah berakhir dan telah berada pada indera “Alaya”, selanjutnya bibit karma yang tersimpan di dalam indera “Alaya” akan hidup dengan mewujudkan fungsinya. Ketika dihadapkan pada kematian, kalau penderitaan badaniah telah berakhir, maka dikatakan perasaan gembira, marah, sedih dan senang akan hilang, yakni fungsi dari Nirmanakaya mulai menyatu dengan jiwa alam semesta, sehingga hubungan dengan lingkungan telah berakhir. Begitupun fungsi sebagai Sambhogakaya akan menjadi perasaan tidak sadar, sehingga dari hubungan dengan lingkungan luar akan menghilang perasaannya. Yakni menghilangnya rasa menyayangi lingkungan. Di situ yang terpenting adalah rasa menyayangi diri sendiri. Karena rasa menyayangi diri sendiri bersumber pada keterikatan diri sendiri dalam indera manas, sehingga dapat dikatakan sebagai perasaan sesungguhnya dari Dharmakaya itu sendiri. Dharmakaya menjadikan diri sendiri sebagai lingkungannya, yakni perasaan yang terwujud dari dalam jiwa sendiri atau perasaan jiwa. Orang yang telah meninggal, jiwanya akan menyembunyikan kekuatan fungsi yang dapat menggerakkan lingkungan tenggelam ke dalam dasar jiwanya, sesaat kemudian jiwa itu sendiri akan menimbulkan rasa menyayangi dirinya. Karena jiwanya akan berpisah dengan tubuhnya, timbul perasaan menderita dan putus asa terhadap dirinya sendiri, penyesalan bahwa selama kehidupan yang baru dilalui belum berbuat sesuatu hal yang bermanfaat. Karena tidak dapat berbuat apapun, maka Oktober 2018 | Samantabadra

29


timbul keinginan keras untuk dapat diberikan kesempatan dilahirkan kembali sekali lagi. Inilah rasa mendambakan kelahiran masa akan datang. Saat-saat menjelang kematian yang dijelaskan dalam Hukum agama Buddha dikatakan, bahwa terdapat sebuah cermin johari, yang dapat memantulkan ke seluruh kegiatan, perbuatan dari kehidupan seseorang. Sebagaimana wajarnya seorang manusia, semenjak dilahirkan hingga ketika dihadapkan dengan kematian, apakah mungkin tidak terdapat suatu rasa penyesalan perihal apapun? Seorang manusia yang dilahirkan dari jiwa alam semesta ke dunia ini, memiliki fungsi kejiwaannya masing-masing. Terlebih dari itu, seberapa jauh seseorang telah menunaikan tugas jiwa yang diemban sejak asal mula. Semakin besar kesenjangan yang terjadi, karena tidak berhasil menunaikan tugas jiwa yang diembannya, maka semakin dalam rasa keputusasaannya. Kenyataan ini telah berlangsung dalam seluruh jiwa manusia, namun demikian diperkirakan bagi kebanyakan bagi orang-orang dewasa ini sulit menaruh kepercayaan terhadap tugas pokok kejiwaan yang menunjang kehidupan jiwa kita ini. ketika karma indera manas berakhir, kemudian akan bersatu dengan indera alaya, selanjutnya akan terulang perasaan jiwa untuk dilahirkan kembali. Hukum agama Buddha sedemikian rupa menyelidiki perasaan jiwa dengan tuntas.

3

Kalau memperhatikan bukti tertulis dan bukti nyata tersebut di atas, maka suami anda bukankah akan dilahirkan pada Dunia Surga? Keterangan: Di sini mengulang kembali masalah yang menjelaskan wajah menjelang ajal dari almarhum suami Nyonya Myoho Ama, yang dikatakan berwarna putih; dalam hal ini untuk menyesuaikan bukti tertulis sutra mengenai wajah yang putih bersih, maupun catatan yang melukiskan wajah saat menjelang wafatnya dari Mahaguru Tien-tai dan Sien Cung San Cang yang berwarna putih. Pada umumnya memperkirakan bahwa almarhum suami Nyonya Myoho Ama 30

Samantabadra | Oktober 2018

akan dilahirkan di Dunia Surga. Sama seperti yang dikatakan Mahaguru Tien-tai bahwa “Warna putih bersih mengumpamakan Dunia Surga”, sedangkan Dunia Kemanusiaan berwarna putih. Warna putih bersih melukiskan warna putih yang indah cemerlang. Di sini terdapat warna putih kemerah-merahan pada wajah menjelang ajal, yang berarti terdapat warna darah yang cemerlang dan wajahnya utuh tanpa cacat sedikitpun, sehingga dikatakan akan dilahirkan di Dunia Surga. Dalam salah satu buku di asia, karangan seorang pengarang dari Tibet, dikatakan bahwa dalam jiwa orang yang telah meninggal tertumpuk beraneka ragam sinar; sinar yang paling cemerlang adalah sinar dari Sang Tathagata. Akan tetapi, karena kekuatan karma buruk dari orang tersebut maka takut terhadap sinar dari Sang Tathagata dan membiarkan berpancarnya sinar lainnya yang beraneka ragam. “Sinar putih berpancar dari Dunia Surga”, sinar kuning kebiru-biruan berpancar dari Dunia Kemanusiaan”, “Sinar hijau berpancar dari Dunia Asyura yang bergelora dengan kesesatan dan kejahatan dari iri dan benci”, “Sinar merah yang berpancar dari Dunia Kelaparan yang muncul dari keterikatan dan kemalangan”, “Sinar biru berpancar dari Dunia Kebinatangan”, “Sinar abu berwarna asap memancar dari Dunia Neraka”, dan lain-lain. Sinar-sinar tersebut di atas mewujudkan dan menembus keadaan jiwa dari kematian. Namun demikian, dari manakah sinar-sinar tersebut sesungguhnya bermunculan? Itu muncul dari salah satu suasana dari Keenam Dunia. Keenam Dunia itu adalah Keenam Dunia dari alam semesta itu sendiri. Karena jiwa setelah kematian akan bersatu padu dengan jiwa alam semesta itu sendiri, maka dengan seadanya adalah Keenam Dunia dari jiwa diri sendiri. Kalau begitu, pada umumnya, sinar dari Sepuluh Dunia pasti akan memancarkan sinar dari kesepuluh dunia jiwa diri sendiri. Dengan demikian, bagaimanakah dapat diketahui jiwa masing-masing setelah bersatu padu dengan jiwa alam semesta? Hukum agama Buddha berprinsip pada berbagai perbedaan dalam keadaan seadanya memasuki alam sunyata


tanpa perbedaan. Yakni, dalam keadaan nyata memasuki keadaan sunyata. Kalau mendiskusikan berdasarkan teori pada teori Trikaya, maka fungsi Nirmanakaya akan menjadi laten dan bersatu padu dengan prinsip kebenaran. Dharmakaya dan Prajna Sambhogakaya, hal mana ditanggapi sebagai Nirmanakaya yang laten di dalam Trikaya yang bersatu padu. Kuncinya terletak pada Dharmakaya, yakni perasaan jiwa. Jiwa “aku” yang bersatu dengan kematian yang dilandasi dengan Dunia Neraka akan merasakan penderitaan yang tak terbatas. Kalau Dunia Kelaparan adalah rasa kelaparan, Dunia Binatang adalah rasa ketakutan, Dunia Kemarahan adalah rasa malu dihina, Dunia Kemanusiaan dan Surga adalah rasa berkecukupan, Dwiyana adalah rasa kepuasan rohaniah, Dunia Bodhisattva dan Dunia Buddha adalah rasa yang penuh kegembiraan yang tak terhingga. Orang yang meninggal dalam kematian yang berbeda-beda akan merasakan perasaan jiwanya masing-masing. Akan tetapi kesadaran Hukum agama Buddha adalah dalam keadaan hidup seadanya menyatukan jiwa alam semesta dengan suasana jiwa diri sendiri. Ketika menyelidiki kedalaman dari jasmaniah dan rohaniah diri sendiri, maka akan memasuki dari Indera Manas hingga ke Indera Alaya, maupun mencapai pada dasar jiwa alam semesta yang merangkum arus jiwa. Menjadi satu kesatuan dengan jiwa alam semesta adalah jiwa sendiri merasakan sesungguhnya keadaan sunyata dari seluruh sepuluh dunia alam semesta, yakni merasakan Dunia Neraka sama dengan Dunia Buddha. Oleh karena itu, dalam keadaan jiwa menghadapi mati, bersamaan waktunya juga dalam keadaan mati berkeinginan keras untuk hidup kembali. Hakekat sesungguhnya yang hidup dengan merasakan tugas jiwa sendiri yang berdenyut bersama dengan jiwa alam semesta, yang menghidupkan seluruh mahluk adalah Dunia Buddha. Akan tetapi, bagi manusia biasa, Dunia Buddha tidak lain hanya terbatas sebagai kekuatan yang tersembunyi dan sebaliknya banyak orang telah hidup dengan menentang arus maitri karuna Dunia Buddha yang menguntungkan orang lain.

Ketiga Dunia Buruk adalah suasana yang merusak Dunia Buddha. Ketiga dunia berikutnya (Dunia Kemarahan, Dunia Kemanusiaan dan Dunia Surga) adalah yang menunjang irama Dunia Buddha, tetapi tidak berkeinginan untuk menyadari pertapaan Hukum agama Buddha. Terhadap Dwiyana ditantang untuk menghadapi dan merasakan Dunia Buddha dengan jiwa raga diri sendiri. Hanya Dunia Bodhisattva saja yang dapat hidup memunculkan Dunia Buddha. Ketika jiwa kita menjadi sunyata dan bersatu padu dengan alam semesta, selanjutnya tidak akan langsung bersentuhan dengan irama jiwa alam semesta dan berangsur-angsur semakin memperkuat suasana dasar jiwanya sendiri. Dunia Buddha dan Dunia Bodhisattva semakin mendekati Dunia Bodhisattva dan Dunia Buddha dari jiwa alam semesta akan berlimpahlimpah kegembiraan karena telah merasakan tugas jiwa. Sebaliknya ketiga dunia buruk yang egois menurut kecenderungan hidup sendiri akan terjerumus ke dalam keputusasaan yang mendalam.

4

Dalam Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra dikatakan “Setelah kemoksyaan-Ku harus menerima dan mempertahankan sutra ini. orang ini dengan melaksanakan pertapaan Hukum agama Buddha tanpa diragukan lagi pasti akan mencapai kesadaran Buddha”.

Anak Cabang

Keterangan: Pada kalimat terdahulu, sehubungan dengan yang dikatakan warna putih bahwa “Pada umumnya orang ini akan dilahirkan di Dunia Surga”. Dikatakan bahwa almarhum suami Nyonya Myoho Ama ketika menjelang ajalnya telah menyebut Daimoku dua kali, kurnia kebajikan itu tidak diragukan lagi pasti dapat mencapai kesadaran Buddha. Dalam hal ini sebagai bukti tertulis kutipan bagian terakhir Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata Saddharmapundarika-sutra untuk menjelaskan kurnia kebajikan dari Daimoku. Dalam Bab Kekuatan Gaib Sang Tathagata ini dijelaskan serah terima tugas penyebarluasan Agama Oktober 2018 | Samantabadra

31


Buddha dari Buddha Sakyamuni kepada Bodhisattva yang Muncul dari Bumi, yakni serah terima tugas penyebarluasan Hukum agama Buddha. Adapun hukum yang diserahterimakan adalah Saddharmapundarika-sutra Nammyohorengekyo. Setelah mengutip kalimat ini, kalau memperbandingkan ajaran suci seluruh kehidupan Sang Buddha Sakyamuni, maka Saddharmapundarika-sutra adalah ajaran yang benar dan sesungguhnya. Dan juga menjelaskan kekuatan kurnia menyadari (Kai - E) dari Saddharma dan kemudian menjelaskan bahwa dalam Nammyohorengekyo ada Ketiga Hukum Rahasia Agung terdapat kekuatan yang agung. Oleh karena itu, saat-saat menjelang ajalnya dapat menyebut dua kali kalimat dari Nammyohorengekyo, kiranya dapat diperkirakan betapa pentingnya pelaksanaan pertapaan hati kepercayaan dalam kehidupan sehari-hari.

5

Dan inilah yang dikatakan sebagai prinsip hukum: penderitaan adalah kesadaran (Bonno Soku Bodai); hidup mati adalah nirvana (Syoji Soku Nehan), dan pencapaian kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya (Soku syin Jobutce). Karena Anda menjalin hubungan suami istri dengan orang yang demikian, maka tidak diragukan lagi perihal pencapaian kesadaran Buddha bagi wanita.

Anak Cabang

Keterangan: Karena kekuatan Saddharma (Myoho) dapat mengubah karma buruk masa lampau kalpa yang tak terhingga menjadi karma yang baik, maka dapat ditandaskan bahwa pencapaian kesadaran Buddha bagi almarhum suami Nyonya Myohoama adalah pasti dan tidak diragukan lagi. Disamping itu telah memberikan dorongan semangat bahwa Nyonya Myoho Ama yang menjadi istrinya pun, tidak diragukan lagi pasti dapat mencapai kesadaran Buddha. Ajaran yang menjelaskan bahwa karma buruk dalam keadaan seadanya menjadi sebab pencapaian kesadaran Buddha adalah prinsip hukum penderitaan adalah kesadaran (Bonno Soku Bodai); “Hidup mati adalah Nirvana (Syoji Soku Nehan)�. Dalam 32

Samantabadra | Oktober 2018

kehidupan ini dalam keadaan seadanya dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya (Soku syin Jobutce). Prinsip hukum tersebut di atas betapapun hanya terdapat dan dijelaskan dalam Saddharmapundarikasutra. Dan karena Nyonya Myoho Ama telah terjalin jodoh dengan orang yang sedemikian memiliki kepercayaan hingga menjadi suami istri, begitupun sesuai dengan prinsip hukum “Pencapaian kesadaran Buddha bagi wanita yang dijelaskan dalam Saddharmapundarikasutra, sehingga tidak diragukan lagi pasti dapat mencapai kesadaran Buddha. Niciren Daisyonin sedemikian yakin terhadap pencapaian kesadaran Buddha bagi suami istri Myoho Ama adalah berlandaskan pada ajaran dari Saddharmapundarika-sutra. Oleh karena itu, kalau tidak demikian halnya, maka dikatakan bahwa Sang Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, dan para Buddha sepuluh penjuru adalah pembual besar orang yang jahat, orang yang menjerumuskan seluruh umat manusia jatuh ke dalam neraka. Dalam hal ini seperti kita ketahui bersama bahwa Saddharmapundarikasutra dibabarkan oleh Sang Buddha Sakyamuni, dan telah dibuktikan kebenarannya oleh Prabhutaratna Tathagata dan para Buddha dari sepuluh penjuru. Jadi seandainya, dalam hal ini terdapat kebohongan, maka Devadatta yang telah memusuhi Sang Buddha Sakyamuni akan menduduki tahta kerajaan negara Sang Buddha, dan sebaliknya Sang Buddha Sakyamuni akan menderita dalam kobaran api neraka penderitaan yang tak terputus-putusnya. Dan juga, matahari akan jatuh ke bumi dan bumi akan terbalik, sungai akan mengalir berlawanan arus, Gunung Semeru akan hancur berkeping-keping. Oleh karena itu, pasti tidak akan terjadi hal demikian. Justru untuk menandaskan keyakinan kepastian dan ketidakraguan terhadap pencapaian kesadaran Buddha. ***


Oktober 2018 | Samantabadra

33


34

Samantabadra | Oktober 2018


Oktober 2018 | Samantabadra

35


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang

Surat Perihal Kiriman Sutra Doa Gosyo Zensyu halaman 1356

LATAR BELAKANG |

S

urat ini dikirim kepada Sairenbo yang sedang sakit. Dalam keadaan itu, ia meminta bimbingan mengenai cara berdoa untuk menolak bahaya dan memperpanjang umur. Surat ini ditulis pada tanggal 28 tahun baru tahun Bun-ei ke-10 (1273), ketika Niciren Daisyonin berusia 52 tahun dan berada di Icinosawa. Beliau menulis kalimat Saddharmapundarika-sutra sebagai sutra doa, namun surat aslinya sudah tidak ada lagi. Makna utama surat ini menyampaikan jawaban yang jelas atau satu persatu pertanyaan Sairenbo. Pertama, mengenai “Orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra mendapat penindasan dari Tiga Jenis Musuh Kuat”. Dalam hal ini dijelaskan bahwa karena Niciren Daisyonin mendapatkan penganiayaan dari tiga masa, maka karunia manfaat Saddharmapundarika-sutra juga tidak akan habis selama tiga masa. Kedua, “Perihal keinginan untuk masuk ke pedalaman gunung”. Dasar terpokok dan terpenting dari pertapaan di Masa Akhir Dharma adalah menyebarluaskan Hukum. Namun, karena sakit dan majikan negara juga menerima untuk percaya 36

Samantabadra | Oktober 2018

Hukum Sesungguhnya, maka diperbolehkan untuk masuk gunung. Akan tetapi, tegasnya, setelah sembuh dari penyakit harus sungguhsungguh menjalankan penyebarluasan. Ketiga, “Mengenai dosa pelaksana Masa Akhir Dharma untuk menolak malapetaka dan untuk memperpanjang umur”. Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa pertapaan untuk memperoleh hal tersebut adalah dengan menyerahkan semuanya pada Saddharmapundarika-sutra. Keempat, Sairenbo menyampaikan bahwa sejak menjadi Bhiksu pada usia 17 tahun, ia tidak makan daging, tidak beristri dan mempunyai anak, hanya bertapa mempertahankan sila suci dan bersih. Niciren Daisyonin memperingatkan dengan tegas tentang keunggulan dan kegaiban menerima dan mempertahankan Saddharmapundarikasutra. Akhirnya menerangkan bahwa selain kepada orang yang mempunyai kesungguhan hati untuk menyebarluaskan, tidak boleh dengan mudah memberikan sutra doa ini.


ISI GOSYO |

S

urat yang berisi keinginan yang rinci telah diterima. Dari dahulu sudah disampaikan bahwa memasuki Masa Akhir Dharma, orang yang mempertahankan Saddharmapundarikasutra akan mendapat penindasan dari Tiga Jenis Musuh Kuat, hal ini sudah disampaikan secara garis besar ketika (kita) bertemu. Sejauh berkenan dengan petuah emas dari Buddha, tidak boleh meragukannya. Maka Niciren juga, setelah sungguh-sungguh percaya kepada Saddharmapundarika-sutra, mendapat luka di kepala, dipukul, diusir dari tempat, mendapat hukuman penggal kepala, dihukum buang sampai akhirnya dibuang jauh ke Pulau Sado ini. Orang yang mempunyai dosa yang bagaimanapun beratnya, hanya mendapat hukuman pada masa sekarang saja, sedangkan Niciren seakan-akan mendapatkan kesulitan besar dari ketiga masa. Oleh karena itu, kesulitan besar pada masa sekarang ini adalah seperti yang sekarang ini. Kesulitan masa lampau berarti orang yang sangat buruk sekali, yakni Sunaksatra, Kokalika, dan lain-lain dari semasa Buddha Sakyamuni hidup yang menurut orang-orang waktu itu, tidak memusnahkan kesesatan yang masih tertinggal dari dosa berat terlahir sesudah kemoksyaan. Sang Buddha sebagai musuh yang menghantam Hukum Buddha, itulah yang dimaksud dengan hal ini. Selanjutnya, yang dikatakan kesulitan masa akan datang adalah orang-orang yang pada masa itu memfitnah dengan mengatakan bahwa Niciren-bo ini semasa hidup bertemu dengan macam-macam kesulitan besar, pada saat ajal memakan diri sendiri dan sesudah meninggal pasti jatuh ke dalam Neraka Avici Besar, serta mendapat penderitaan yang tak ada habisnya. Dari dahulu sampai sekarang, di dalam masyarakat maupun diluar keduniawian, selalu terdapat banyak orang yang mendapat hukuman, baik orang yang unggul maupun rendah, yang berkedudukan tinggi maupun rakyat biasa, yang mempertahankan sila atau memecahkan sila, manusia biasa atau orang arif. Namun itu hanya terbatas pada masa sekarang saja. Bagi Niciren ini, dimasa sekarang sudahlah tentu, dari masa lampau yang akan datang mendapat penganiayaan besar ketiga masa. Ini semata-mata karena Saddharmapundarika-sutra. Berdasarkan penganiayaan besar selama tiga masa dari Niciren ini, harus dipikirkan bahwa karunia manfaat Saddharmapundarika-sutra selama tiga masa. Sejak dahulu, masa lampau yang amat jauh (kuon), sampai masa akan datang yang kekal terus menerus, karunia manfaat ketiga masa dari Myohorengekyo tidak pernah habis. Sekalipun Niciren hanya sedikit saja berpihak kepada Saddharmapundarika-sutra, sudah mendapat kesulitan besar. Apalagi memikirkan Buddha Sakyamuni yang setiap hari hadir di dunia selalu memihak Saddharmapundarika-sutra, tidak dapat dikatakan lagi berdasarkan teori kewajaran. Dengan demikian, isi yang dibabarkan Bab ke-13 Anjuran untuk mempertahankan Saddharmapundarika-sutra, tidak sedikitpun yang tidak berlaku; dirasakan sungguh-sungguh unggul. Perihal keinginan untuk masuk ke pedalaman gunung, pada umumnya, sekalipun dikatakan menentang pertapaan penyebarluasan Hukum Masa Akhir Dharma, namun karena mengidap Oktober 2018 | Samantabadra

37


penyakit dan saatnya malapetaka bertubi-tubi di seluruh tanah negeri di bawah langit, majikan negara tidak mau percaya bagaimanapun disampaikan karena tidak mengetahui dengan badan sendiri, Niciren juga terkadang ada pikiran untuk masuk ke pedalaman gunung. Apalagi dalam keadaan seperti anda, sudah barang tentu demikian, seandainya masuk ke pedalaman gunung juga, sesudah sembuh dari penyakit, jika ada kesempatan, sebarluaskan dengan membuang jiwa raga. Permohonan mengenai dua pelaksana masa akhir dharma untuk menolak malapetaka yang memperpanjang umur sudah diterima. Dikirim satu rol untuk dicatat dalam kertas lampiran. Setiap hari, tidak kurang dari satu kali, baca dan sebutlah. Niciren juga, sejak dari hari percaya, setiap kali menyebut kalimat yang dianjurkan ini, berdoa kepada Buddha dan surga, maka mendapatkan bermacam-macam kesulitan besar. Tetapi, karena kekuatan Saddharmapundarika-sutra dan petuah emas Buddha Sakyamuni mendalam serta berbobot, sampai sekarang selamat. Mengenai hal ini pun, pelaksana Saddharmapundarika-sutra tidak akan mundur dari hati kepercayaan, tidak menyayangi badan. Apabila badan itu semuanya diserahkan kepada Saddharmapundarika-sutra dan melaksanakan sesuai petuah emas di masa akan datang sudah barang tentu; di masa sekarang pun dapat menolak malapetaka dan memperpanjang umur, mendapat imbalan akibat besar yang unggul serta dapat mencapai keinginan konsenrufu. Di dalam surat tertulis bahwa sejak menjadi Bhiksu pada usia 17 tahun, tidak mempunyai isteri dan anak, tidak makan daging, dan lain-lain. Pada hari melakukan pemfitnahan dharma besar dengan mempercayai Ajaran Sementara, sekalipun merupakan orang yang bertapa mempertahankan sila karena dosa pemfitnahan dharma menentang Saddharmapundarikasutra orang ini miliaran kali lebih rendah daripada orang biasa yang memecahkan sila namun mempertahankan Hukum Sesungguhnya. Sekalipun mempertahankan sila. Bhiksu yang memfitnah dharma pasti terjatuh ke neraka penderitaan yang tak terputus-putus, sedangkan orang yang mempertahankan Hukum Sesungguhnya, meskipun sama sekali merupakan orang biasa yang memecahkan sila, tidak diragukan lagi pasti mencapai kesadaran Buddha. Sekarang, badan anda membuang Ajaran Sementara, Nembutsu dan lain-lain, serta percaya dan mengikuti Hukum Sesungguhnya, maka merupakan orang arif yang suci dan bersih diantara orang yang sungguh-sungguh mempertahankan sila. Terlebih lagi setelah menjadi Bhiksu, sekalipun orang yang memegang ajaran Sementara, seharusnya demikian. Apalagi orang yang bertapa Hukum Sesungguhnya, seharusnya lebih daripada itu. Umpamanya, ketika mengikuti sekte Ajaran Sementara mendapatkan isteri dan anak, kalau mendapat kesulitan besar seperti ini, harus membuangnya dan menyebarluaskan Hukum Sesungguhnya. Pada dasarnya menjadi orang arif sungguh mengagumkan, alangkah mengagumkan sungguh-sungguh waspadalah mulai sekarang dan seterusnya. Sekalipun suami isteri dan lain-lain mendekat, jauhilah, jangan sampai menjadi hambatan badan, seranglah pemfitnahan isteri dan lain-lain mendekat, jauhilah, jangan sampai menjadi hambatan badan, seranglah pemfitnahan dharma seluruh negeri serta harus menolong upacara dan bimbingan ajaran Buddha Sakyamuni.

38

Samantabadra | Oktober 2018


Sejak sekarang dan seterusnya sebutlah satu rol surat ini serta berdoalah kepada Buddha dan Surga, dan bergiatlah dalam penyebarluasan dengan sungguh-sungguh. Surat ini hanya berarti bagi orang yang sungguh-sungguh mau menyebarluaskannya. Sekalipun disebut pelaksana sutra ini, kalau tidak suci dan pintar, jangan memberikan ini dengan mudah. Terima Kasih, terima kasih. Salam hangat Tanggal 28 tahun baru Bun-ei 10 Surat Balasan Kepada Sairenbo tertanda Niciren

KUTIPAN GOSYO |

1

Memasuki Masa Akhir Dharma, orang yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra akan mendapat penindasan dari tiga jenis Musuh Kuat. Keterangan: Bagian ini berisi penjelasan sebagai berikut, pertama berdasarkan kesulitan besar dari ketiga masa: lampau, sekarang dan akan datang yang diterima Niciren Daisyonin karena menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra dijelaskan tentang kegembiraan akan kepastian menerima karunia manfaat yang tidak habis selama ketiga masa. Bahwa orang yang menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra di Masa Akhir Dharma akan ditindas oleh Tiga Jenis Musuh Kuat adalah petuah emas Buddha Sakyamuni. Niciren Daisyonin sendiri pun

karena percaya Saddharmapundarikasutra dan menyebarluaskan, ditekan dan ditindas hingga hampir terenggut jiwaNya. Bahkan akhirnya sampai dihukum buang ke tempat yang jauh, yakni Pulau Sado. Selanjutnya, orang yang memiliki kesalahan berat pun, hukumannya hanya terbatas pada masa sekarang. Sebaliknya, Niciren Daisyonin mendapat kesulitan dari ketiga masa, ‘kesulitan besar masa sekarang’ berarti hukuman pembuangan ke Pulau Sado dan lain-lain. ‘Kesulitan masa lampau’ berarti orang-orang yang pada masa itu mengatakan bahwa selama hidup Niciren Daisyonin bertemu dengan berbagai kesulitan besar, dan mati karena kelaparan, setelah meninggal Beliau pasti terjatuh ke dalam Neraka Avici dan mendapat penderitaan besar. Sejak dahulu sampai sekarang di dalam Oktober 2018 | Samantabadra

39


masyarakat maupun di dalam dunia kesanghaan pun banyak terdapat Bhiksu dan manusia biasa yang memiliki berbagai dosa. Tetapi orang-orang yang berdosa tersebut bagaimanapun juga hanya mendapat hukuman pada masa sekarang. Sebaliknya, Niciren Daisyonin mendapat kesulitan besar dari ketiga masa. Apalagi hal tersebut bukan karena karma atau dosa yang berkenan dengan hal-hal kemasyarakatan, melainkan timbulnya sebab tersebut tidak lain karena menyebarluaskan Saddharmapundarikasutra. Dengan demikian, jika dikatakan sebaliknya, menerima karunia manfaat selama ketiga masa. Niciren Daisyonin yang hanya sedikit memihak kepada Saddharmapundarika-sutra dan menyebarluaskan Hukum di negeri Jepang mendapatkan berbagai kesulitan besar, apalagi Buddha Sakyamuni yang berkali-kali hadir di dunia dengan tujuan yang sangat penting, yakni untuk menyebarluaskan Saddharmapundarikasutra. Jika memikirkan hal ini perasaan beruntun tak dapat dilukiskan dalam kata-kata. Oleh karena itu, pembabaran dalam Bab Anjuran untuk mempertahankan yang mengatakan bahwa pelaksana Saddharmapundarikasutra menyebarluaskan hukum dengan menahan kesulitan besar menyatakan mahamaitri karuna dari Sang Buddha yang tak pernah sedikit pun beristirahat. Betapa agungnya!

2

Perihal Keinginan untuk masuk ke pedalaman gunung.

40

Samantabadra | Oktober 2018

Keterangan: Sairenbo berkeinginan masuk ke pedalaman gunung. Mengenai boleh tidaknya masuk kepedalaman gunung ia meminta bimbingan kepada Niciren Daisyonin dan mendapat jawaban dari Beliau. Demikian isi bagian ini. Mengenai ‘Perihal keinginan untuk masuk kepedalaman gunung’ pertama dijelaskan, sesuai dasar ketentuan pelaksana pertapaan dikatakan ‘Menentang pertapaan penyebarluasan Hukum Masa Akhir Dharma’. Pelaksana pertapaan jalan kebuddhaan yang sesuai dengan bakat dan waktu Masa Akhir Dharma adalah ‘Pelaksana penyebarluasan Hukum’. Jika dikatakan dari ketentuan yang mendasar, maka masuk ke pedalaman gunung berarti memecahkan dan mematahkan pemfitnahan dharma dari orang-orang yang licik dan jahat, dan menarik mereka ke hukum yang benar. Ini merupakan pelaksanaan untuk orang lain. Oleh karena itu hidup di dalam masyarakat nyata, memecahkan dan mematahkan kepercayaan yang sesat dari orangorang yang menyebarluaskan Hukum Sesungguhnya merupakan hal yang terpenting. Dengan demikian, masuk ke pedalaman gunung berarti melepaskan diri dari masyarakat nyata dan merupakan pertapaan agar diri sendiri mendapat kesadaran. Ini merupakan pertapaan Syoju, cara pelaksanaan yang tidak sesuai dengan bakat dan waktu Masa Akhir Dharma yang penuh dengan kelicikan, kejahatan dan pemfitnahan dharma. Maka Niciren Daisyonin dengan terang menjelaskan ketentuan mendasar cara pelaksanaan pertapaan.


Sekalipun demikian, pada waktu itu Sairenbo sendiri tidak sehat, masih perlu beristirahat. Lagi pula keadaan negeri Jepang terus menerus tertimpa malapetaka, majikan masyarakat percaya kepada Hukum sesat dan memfitnah Saddharmapundarika-sutra, sehingga tidak mau sadar sekalipun diberitahukan Hukum Sesungguhnya. Dalam hati Niciren Daisyonin sendiri terbersit keinginan untuk masuk ke pedalaman gunung, maka dapat dimengerti Sairenbo yang berkeinginan sama. Tetapi khususnya Niciren Daisyonin membimbing bahwa biarpun masuk ke pedalaman gunung, jika sembuh dari penyakit dan sehat kembali, sesuai pola penyebarluasan hukum pada Masa Akhir Dharma, tetap harus sungguhsungguh bergiat dalam penyebarluasan Saddharmapundarika-sutra dengan membuang jiwa raga.

terdapat kalimat yang berbunyi, “Berbagai macam musuh yang membenci semuanya menjadi hilang musnah” dan “Jika dapat mendengar sutra ini, penyakit langsung hilang, tidak akan menjadi tua dan mati.” Di dalam Bab ke-26 Mantram Dharani dikatakan, “Jika tidak mengikuti doa-Ku, mengacaukan serta menyulitkan orang yang membabarkan Hukum, kepalanya akan pecah menjadi tujuh bagian seperti cabang pohon arjaka.” dan “Menjaga dan melindungi orang menerima dan mempertahankan Saddharma karunianya tidak dapat diukur.” Sejak hari mulai percaya Saddharmapundarika-sutra, Niciren Daisyonin tiap hari membaca dan menyebut kalimat dianjurkan dan terus berdoa kepada para Buddha dan berbagai dewa. Dari dahulu, di dalam Surat Balasan kepada Ueno Dono, Niciren Daisyonin mengatakan, “Niciren sejak lahir hingga Permohonan mengenai doa sekarang, sehari satu waktu pun tidak pelaksana Masa Akhir Dharma ada hal yang membuat hati tenang. untuk menolak malapetaka dan Hanya berkeinginan menyebarluaskan memperpanjang umur sudah diterima. Daimoku Saddharmapundarika-sutra ini” (Gosyo Zensyu halaman 1558). Demikian, Keterangan: demi menyelamatkan dan membuat Bagian ini berisi bimbingan mengenai seluruh umat manusia Masa Akhir cara doa “Menolak malapetaka dan Dharma mencapai kesadaran Buddha, memperpanjang umur”. Pertama-tama. beliau menegakkan keinginan agung dianjurkan agar tiap hari tanpa lalai menyebarluaskan Saddharma dan demi sedikitpun membaca dan menyebut ‘Sutra pencapaian tersebut berdoa di dalam Doa’ dari satu rol yang terlampir. Pada hati serta menjalankan pelaksanaan untuk saat ini surat asli ‘Sutra Doa’ tersebut orang lain secara berkesinambungan. sudah tidak ada sehingga isinya tidak Niciren Daisyonin menjelaskan, jelas. Diperkirakan isi ‘Sutra Doa’ itu sekalipun bertemu dengan berbagai mengutip kalimat Saddharmapundarikakesulitan besar yang dapat merenggut sutra. Di dalam Bab-23 Bodhisattva jiwa pun, akan tetap selamat jika ada Baisjyaraja Saddharmapundarika-sutra pelaksanaan yang berkesinambungan

3

Oktober 2018 | Samantabadra

41


dari kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan. Hal ini dikatakan, “mendapatkan bermacam-macam kesulitan besar. Tetapi, karena kekuatan Saddharmapundarika-sutra dan petuah emas Buddha Sakyamuni mendalam serta berbobot, sampai sekarang selamat,” berarti karena dijaga oleh kekuatan Buddha dan kekuatan Hukum, dapat mengatasi satu persatu kesulitan besar dan bisa selamat sampai hari ini. Sebagai hal yang terpenting dalam berdoa, diajarkan untuk menegakkan sikap pelaksanaan dan kepercayaan sebagai berikut. Pertama, “Tidak akan mundur dari hati kepercayaan” berarti di dalam icinen kepercayaan tidak boleh ada perasaan sesat, takut, dan pikiran yang bukan-bukan. Kedua, “Tidak menyayangi badan” berarti di dalam perilaku maupun pelaksanaan tidak boleh ada kompromi dan keinginan untuk akrab dengan kesalahan, perilaku dan pelaksanaannya harus selalu didasari dengan kesungguhan hati. Ketiga, “Badan itu semuanya diserahkan kepada Saddharmapundarika-sutra” berarti meyakini Nammyohorengekyo dengan mutlak. Keempat, “Melaksanakan sesuai petuah emas” berarti mempercayai ajaran Buddha dengan tulus dan terus melaksanakan tanpa menyimpang. Dengan demikian, jika hati kepercayaannya memiliki keberanian, prilaku dan pelaksanaannya benar dan sungguh hati, keyakinan hati kepercayaannya mutlak dan bergiat dalam pelaksanaan tanpa menyimpang, maka tidak perlu dikatakan lagi mengenai masa akan datang; pada masa sekarang 42

Samantabadra | Oktober 2018

pun dapat memperpanjang umur dan menolak malapetaka serta pasti memperoleh imbalan akibat besar yang unggul dan gaib. Jika setiap orang menjalankan pertapaan dengan ‘Badan berlainan yang bersatu hati’ keinginan agung kosenrufu pasti akan tercapai.

4

Di dalam surat tertulis bahwa sejak menjadi Bhiksu pada usia 17 tahun, tidak mempunyai istri dan anak, tidak makan daging ,dan lainlain. Keterangan: Pada bagian ini disampaikan mengenai keberadaan Bhiksu yang menyebarluaskan dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra di Masa Akhir Dharma serta anjuran untuk berhati-hati mengenai sutra doa. Orang yang mempertahankan sila dengan suci dan bersih, seperti apa pun juga, jika melaksanakan pertapaan Ajaran Sementara dan menentang Saddharmapundarika-sutra lebih rendah miliaran kali daripada manusia biasa yang memecahkan sila tetapi percaya Saddharmapundarika-sutra, Hukum Sesungguhnya Masa Akhir Dharma. Mengapa demikian? Karena Bhiksu yang memfitnah Saddharmapundarikasutra akan terjatuh ke dalam neraka penderitaan yang tak terputusputus, sedangkan manusia biasa yang percaya Hukum Sesungguhnya tidak diragukan lagi pasti akan mencapai kesadaran Buddha. Sebenarnya Saddharmapundarika-sutra adalah bibit pencapaian kesadaran Buddha, maka


jika menerima dan mempertahankan ini pasti dapat mencapai jalan kebuddhaan. Sebaliknya, orang yang memfitnah Saddharmapundarika-sutra di dalam Bab Perumpamaan Saddharmapundarikasutra dikatakan, “Orang yang tidak percaya dan memfitnah sutra ini memutuskan seluruh bibit Buddha dalam masyarakat. Dan setelah hidupnya berakhir, masuk ke dalam neraka Avici.� Dengan demikian orang yang memfitnah Saddharma menjadi memutuskan bibit pencapai kesadaran Buddha. Sekalipun manusia biasa memecah sila, jika menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dapat mencapai kesadaran Buddha. Sesungguhnya, bermacam-macam sila yang kecil tidak lain hanyalah jodoh yang menolong agar dapat mematangkan bibit Buddha. Justru karena dari dasarnya ada bibit Buddha, maka bisa mempertahankan sila’. Bagaimanapun juga, seorang Bhiksu dari Ajaran Sementara sekalipun, seharusnya lebih suci dan bersih dari pada orang-orang di dalam masyarakat. Apalagi orang yang melaksanakan pertapaan Ajaran Sesungguhnya tentu harus lebih suci dan bersih. Sekalipun memperoleh isteri dan anak pada waktu menganut sekte Ajaran Sementara, kalau bertemu dengan penganiayaan yang sedemikian besar, tidak boleh menyayangi mereka dan harus menyebarluaskan Hukum Sesungguhnya. Dari dahulu, Sairenbo adalah orang arif, sungguh agung sekali. Ia mengemban tugas kejiwaan seumur hidup, dikemudian hari pasti harus terlepas dari semua kerabat, menyerang pemfitnahan dharma

di seluruh negeri, menolong upacara dan bimbingan dari Buddha Sakyamuni. Dengan mengatakan hal ini Niciren Daisyonin menganjurkan agar sebagai seorang Bhiksu harus menembus cara hidup yang mempertahankan sila yang suci dan bersih. Akhirnya, sekali lagi diusulkan untuk membaca dan menyebut sutra doa, berjanji dan berdoa kepada para Buddha dan berbagai dewa serta menyebarluaskan Saddharmapundarikasutra. Dan diperingatkan bahwa sutra doa hanya diberikan kepada orang yang memiliki keinginan kuat dan kokoh untuk menyebarluaskan Saddharmapundarikasutra. Bahkan, sekalipun merupakan pelaksana sutra ini, jika orang tersebut tidak suci dan tidak sungguh-sungguh, jangan dengan mudah memberikan sutra ini. ***

Oktober 2018 | Samantabadra

43


44

Samantabadra | Oktober 2018


Oktober 2018 | Samantabadra

45


46

Samantabadra | Oktober 2018


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Mandala Pusaka Gohonzon Pertanyaan : Apakah diri sendiri dapat diandalkan untuk mencapai kebahagiaan? Jawab: Masa Akhir Dharma ini adalah zaman di mana umat manusia sudah saling tidak mempercayai. Orang yang hidup dalam masyarakat demikian ibarat sepiring pasir, saling tidak mempercayai, tidak memperhatikan, dan tidak ada kemanusiaan lagi. Ibarat kita hidup di gurun pasir, kita tidak tahu memohon bantuan darimana bila ingin minum. Sering kita mendengar istilah di masyarakat, “Apa yang bisa kita harapkan di dunia ini, bukankah diri kita sendiri saja?� Sampai saat sekarang ini tidak pernah disebutkan, apakah tepat bila ada yang berpendapat demikian. Pertama kita akan menganalisa diri sendiri. Manusia paling mudah diombangambing oleh jodoh. Bila kita melihat lagi ke belakang dan melihat diri sendiri, bukankah karena perubahan suasana, maka diri sendiri dapat terlihat dalam keadaan sedih atau duka. Seperti orang yang penuh percaya diri akan masa depannya, tetapi ada juga orang yang pernah merasakan sedih atau putus asa

di dalam pekerjaannya. Sering orang yang mempunyai keyakinan yang kuat terhadap diri sendiri, sering kali yang terjadi justru sebaliknya, maka walau dikatakan percaya pada diri sendiri, apakah benar diri sendiri dapat dijadikan andalan, inilah yang menimbulkan satu pertanyaan. Walau orang sering mengatakan bahwa diri sendirilah yang dapat dipercaya, tetapi diri sendiri juga sulit untuk dipercaya dan tak dapat diandalkan, karena sering dipengaruhi oleh donjinji, yaitu suasana jiwa penuh keserakahan, kemarahan, dan kebodohan. Dapat dikatakan sebagai satu lembaran hitam bila kita hanya melihat keuntungan diri sendiri dan dikontrol oleh naluri dan kepentingan diri sendiri saja. Oleh karena itu cobalah rendah hati dan meninjau diri sendiri. Dalam agama Buddha yang dikatakan tiga dunia buruk adalah dunia kelaparan, kebinatangan, keserakahan, bila ditambah dengan suasana jiwa yang bengkok, maka dikatakan empat kecenderungan buruk. Bila kita mengatakan mempercayai diri sendiri, bukankah dikatakan mempercayai tiga dunia buruk dan empat kecenderungan buruk ? Bila demikian bukankah akan terjerumus dalam ketidakOktober 2018 | Samantabadra

47


bahagiaan ? Manusia masa kini bahkan tidak dapat mengetahui diri sendiri telah jatuh dalam tiga dunia buruk dan empat kecenderungan buruk, tetapi malah sebaliknya, sering merasa bangga dengan perbuatan dirinya sendiri, karena terlampau mempercayai diri sendiri (yang buruk) yang merupakan pangkal dari ketidak- bahagiaan. Dalam diri kita masing-masing sebenarnya telah memiliki objek pemujaan, karena dikuasai oleh naluri, maka uang dan kekuasaan yang menjadi objek pemujaan kita.

dapat dipercaya untuk memperoleh kebahagiaan mutlak, maka dari itu Gohonzon adalah satu hal yang mutlak. Bila kita menyebut Nammyohorengekyo, dengan sendirinya di dalam jiwa akan muncul Dunia Buddha yang sangat agung. Dengan menerima dan mempertahankan Gohonzon, setiap hari giat melaksanakan Daimoku, maka dapat terwujud Dunia Buddha yang tak akan terhambat oleh apapun juga, dan diri sendiri dapat berubah menjadi diri sendiri yang dapat diandalkan. Bila setiap orang dapat menjadi manusia yang dapat diandalkan, Pertanyaan: maka manusia yang telah hilang Kalau demikian, umat manusia biasa kemanusiaannya dapat diubah. Bila kita Masa Akhir Dharma harus menerima dan tidak menutup diri dalam dunia yang mempertahankan apa sebagai mandala sempit dan tidak hanya mementingkan pokok (Honzon)? kebahagiaan diri sendiri, tetapi dapat mementingkan orang lain dan paling Jawab: tidak kita dapat mempercayai orang lain, Niciren Daisyonin dalam Gosyo “Surat maka kita akan mendapat cara hidup yang Mengenai Wujud Sejati Gohonzon� sesungguhnya. mengungkapkan, “Sama sekali janganlah Untuk dapat mewujudkan kemanusiaan mencari Gohonzon di luar diri Anda. yang dasarnya adalah saling percaya, Gohonzon hanya berada dalam saling menghormati, maka dapat gumpalan daging dada manusia biasa membuat seluruh masyarakat hidup yang menerima dan mempertahankan kembali, maka dari itu marilah kita Saddharmapundarika-sutra dan menyebut membuka satu lembaran baru, dari Nammyohorengekyo�. masyarakat yang tidak saling percaya Dengan percaya Gohonzon, maka kita menjadi masyarakat yang saling dapat membuka kekuatan yang murni di percaya. Untuk mendorong gerakan dalam jiwa (Dunia Buddha), dan benaryang demikian, dasar pokoknya adalah benar menegakkan sebagai sumbunya di Gohonzon. Maka dari itu, kita senantiasa dasar hati kepercayaan. Niciren Daisyonin dapat menerima dan mempertahankan menitikberatkan bahwa untuk menjadi Gohonzon, untuk membentuk manusia seorang manusia, hendaknya menjadi yang baik, penuh kemanusiaan. Untuk itu, bagian dari masyarakat ini, supaya marilah kita berjuang bersama. *** dapat menegakkan diri sendirilah yang 48

Samantabadra | Oktober 2018


Catatan

Oktober 2018 | Samantabadra

49


syin gyo gaku

Tujuan Hati Kepercayaan | The Purpose of Faith

Mewujudkan Kebuddhaan dalam Hidup Kali Ini Attaining Buddhahood in This Lifetime

B

agi orang-orang yang baru saja mengikuti Niciren Syosyu dan sedang mengambil langkah-langkah pertama mereka dalam hatipercaya, teramat penting memiliki pemahaman yang jelas akan tujuan hati-percaya. Analogi berikut ini mungkin bermanfaat untuk mengilustrasikan. Seandainya ada dua orang yang membaca buku yang sama. Orang pertama berjuang memelajari semua kata dan tata bahasa di dalam buku, sementara orang kedua berupaya menangkap maksud pengarangnya. Jelaslah, hal yang kedua orang itu akan peroleh dari membaca akan jauh berbeda. Bahkan dalam membaca selembar halaman sebuah buku, terdapat perbedaan hasil yang amat besar yang didapat oleh setiap jenis pembaca. Yang tak terhindarkan; pembaca pertama tak akan mendapatkan sarinya, sementara upaya pembaca kedua dapat membuka sebuah dunia yang sama sekali baru. Pendekatan kita dalam hati-percaya bahkan jauh lebih penting. Semakin kita tersadar akan tujuan hati-percaya, semakin jelas pendekatan yang perlu untuk mencapai tujuan itu jadinya, begitupun dengan sikap yang tepat dalam hatipercaya. Hal terpenting yang harus diingat ialah bahwa pertapaan Buddhis yang sejati itu perjalanan seumur hidup. Niciren Daisyonin mengajri kita bahwa untuk memulai itu mudah namun memertahankan itu sukar; namun pencapaian kesadaran Buddha terletak dalam upaya memertahankan hati-percaya. Maka, apakah tujuan hati-percaya dalam Niciren Syosyu? Sederhananya, ada dua tujuan utama berhati-percaya dalam agama Buddha ini. Tujuan-utama yang satu ialah mewujudkan kondisi kebahagiaan yang sama sekali tak tergoyahkan yang isinya kesenangan tak terbatas 50

Samantabadra | Oktober 2018

F

or those who have recently joined Nichiren Shoshu and are taking their first steps in faith, it is most important to have a clear under¬standing of the purpose of faith. The following analogy may serve to illustrate. Suppose there are two people reading the same book. One person strives to learn all the words and grammar in the book, while the other makes efforts to grasp the author’s intent. Clearly, what the two will gain from reading will be quite different. Even in reading a single page of a book, there is a tremendous difference in the result gained by each type of reader. Inevitably; the first won’t gain the significance, while the other’s effort can open up a whole new world. Our approach in faith is even more important. The more we can awaken to the purpose of faith, the clearer the approach necessary to achieve that purpose will become, as will the correct attitude in faith. The most important point to keep in mind is that the practice of true Buddhism is a lifelong journey. Nichiren Daishonin teaches us that to begin is easy but to continue is difficult; however, attaining enlightenment lies in continuing faith. So what is the purpose of faith in Nichiren Shoshu? To put it simply, there are two ultimate purposes for taking faith in this Bud¬dhism. One is to realize an absolutely unshakable state of happiness in which there is boundless joy in being alive


sepanjang hidup ini (pencapaian Kebuddhaan dalam kehidupan kali ini). Tujuan-utama yang satunya lagi ialah mewujudkan suatu masyarakat ideal tempat orang-orang dapat hidup bersama berdasarkan agama Buddha sejati (kosen-rufu). “Pencapaian Kebuddhaan dalam kehidupan kali ini “ tidak berarti mengubah bentuk Anda sebagai seorang manusia. Ataupun tidak berarti menjadi seorang Buddha ketika Anda meninggal dunia, suatu pandangan keliru yang umum dipegang di dalam kelompok-kelompok Buddhis lainnya. Sebaliknya, “pencapaian Kebuddhaan dalam kehidupan kali ini” berarti mencapai, dalam kehidupan kali ini dan dalam bentuk kita seadanya sekarang, kondisi jiwa mahaagung yang terkandung di kedalaman jiwa kita melalui hati-percaya dan pertapaan yang tulus kepada Gohonzon. Kondisi jiwa tertinggi ini disebut “Buddha/’ “Kebuddhaan ,” or “Sifat Buddha.” Nama lain untuk kondisi jiwa tertinggi ini ialah “MyohoRenge-Kyo,” Kebuddhaan ialah kekuatan hebat yang mewujudkan suatu pemecahan atas setiap jenis penderitaan. Kondisi jiwa tertinggi ini ialah sumber energi yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari kita dan menggerakkan masing-masing dari kita menjadi kehidupan yang cemerlang, sangat berbahagia dan berisi pada saat ini. Dengan berjuang dalam hati-percaya, kita bertujuan membangun kondisi jiwa yang amat kuat dan tak terhancurkan dengan kekuatan spiritual, prajna dan perdamaian yang berlandaskan Dunia Kebuddhaan . Tentunya, situasi-situasi ketika seorang berpenyakit menjadi sehat, sebuah keluarga tak bahagia menemukan kerukunan, atau kemiskinan berubah menjadi keamanan finan¬sial itu kondisi-kondisi untuk kehidupan bahagia. Namun, jika kondisi-kondisi ini diperiksa secara teliti, kondisikondisi ini semua dapat dilihat sebagai bentuk kebahagiaan relatif, kebahagiaan sebagian dibandingkan dengan kondisi jiwa yang berdasarkan pada Kebuddhaan. Kebahagiaan relatif selalu diwujudkan hanya secara sementara atau sebagian. Akan tetapi, di dalam kenyataan kehidupan sehari-hari kita, kita sering kali terlarut dalam

(attaining Buddha- hood in this lifetime). The other is to realize an ideal society in which people can enjoy happy lives together based on true Bud¬dhism (kosen-rufu). “Attaining Buddhahood in this lifetime” does not mean changing your human form. Nor does it mean becoming a Buddha when you die, a mistaken view commonly held in other Buddhist denomina¬tions. Rather, it means achieving, in this lifetime and in our present form, the greatest potential life condition contained within the depths of our lives through sincere faith in and practice to the Gohonzon. This highest life condition is called “The Buddha/’ “Buddhahood,” or “the Buddha nature.” Another name for it is “MyohoRenge-Kyo,” Buddhahood is a mighty force that manifests a solution to every kind of suffering. It is a source of energy which manifests in our daily lives and propels each of us into a brilliant, truly joyful and fulfilled existence in the present moment. Striving in faith, we aim to estab¬lish an absolutely indestructible life condition of spiritual strength, wisdom and peace grounded in the world of Buddhahood. Of course, situations in which an ill person becomes healthy, an unhappy family finds harmony, or poverty changes to finan¬cial security are necessary conditions for a happy life. However, if these conditions are examined closely, thev can all be seen to be relative, partial forms of happiness in comparison to an inner con¬dition based on Buddhahood. In many cases, relative happiness is manifested only temporarily or partially. Within the reality of our daily lives, however, we are often embroiled in so many kinds of hardships that we cannot

Oktober 2018 | Samantabadra

51


sekian banyak jenis kesukaran yang tak dapat kita lacak. Kendatipun kita dapat menghasilkan uang, kita mungkin saja menderita keributan keluarga, atau bahkan seandainya kita sehat anakanak kita tidak bahagia. Membuka dan mengungkap Dunia Kebuddhaan itulah sumber pokok untuk menyerang sebab-asal penderitaan di dalam jiwa manusia, dan sumber pokok untuk mencari pemecahan atas setiap kemungkinan bentuk penderitaan. Inilah kebahagiaan mutlak yang diidamkan masing-masing dan setiap orang di dunia: atau di kedalaman sanubari pria dan wanita. Sama halnya bak setetes air tercakup di dalam samudra luas, seseorang yang telah menetapkan kondisi jiwa yang bahagia mutlak : dengan memeluk agama Buddha sejati pastilah akan mampu memberikan pemecahan atas masalah kekeliruan dalam watak pria atau wanita ybs., dan mengatasi penyakit, kemiskinan atau masalah-masalah keluarga. Dengan demikian, penting bagi kita untuk memiliki hati-percaya tak tergoyahkan dan mantap berupaya mencari pencapaian Kebuddhaan dalam kehidupan kali ini, tanpa terombang-ambing oleh keadaan di luar diri. Dengan hati-percaya yang kuat, kita tak perlu senang pada satu saat dan menderita kemudian hari oleh karena naik dan turunnya kehidupan. Bahkan doa kecil pastilah akan terjawab. MENCAPAI KOSEN-RUFU Tujuan penting kedua hati-percaya ialah kosen-rufu, yang bermakna tanpa henti-hentinya dan secara tepat melindungi agama Buddha Niciren Daisyonin dan secara meluas menyiarkannya ke seluruh dunia agar dapat menghilangkan dunia yang menderita. Hal ini akan menciptakan kebahagiaan tak tergoyahkan bagi semua orang dan mendirikan masyarakat yang sangat damai. Sejak awalnya sekali agama Buddha mengajari pengikutnya untuk bermaitri karuna dan mengejar kebahagiaan mereka sendiri bersama-sama dengan kepedulian dan rasa maitri karuna terhadap orang lain.

52

Samantabadra | Oktober 2018

keep track of them all. Though we are able to make money, we may suffer with family dis¬cord, or even if we are healthy we may have unhappy children. Uncovering and revealing the world of Buddhahood is the fun¬damental source for attacking the root cause of suffering in human life, and for resolving every possible form of distress. This is the absolute happiness each and every person in the world is longing :or in the depths of his or her heart. Just as a single drop of water is included within a great ocean, 三 person who has established an absolutely happy life condition :ニrough embracing true Buddhism will definitely be able to resolve flaws in his or her character, and overcome sickness, poverty, or family problems. Thus, it is important for us to have unshakable faith and tena¬ciously seek the attainment of Buddhahood in this lifetime, without being swayed by external circumstances. With strong faith, we need not be joyful one moment and depressed the next because of the ups and downs of life. Even small prayers will be answered without fail. ACHIEVING KOSEN-RUFU The second important purpose of faith is kosen-rufu, which means to ceaselessly and correctly protect Nichiren Daishonin^ Buddhism and widely propagate it throughout the entire world in order to rid the world of misery. This will create unshakable happiness for all people and build a truly peaceful society. From the very start. Buddhism has taught its followers to be merciful and to pursue their own happiness together with concern and compassion for others.


Niciren Daisyonin mengorbankan jiwa-Nya demi perdamaian di dalam masyarakat dan kebahagiaan segenap umat manusia, dan mempersembahkan jiwa-raga-Nya demi kosen-rufu. Para penerus-Nya, Biksu Tertinggi Kedua Nikko Syonin, Biksu Tertinggi Ketiga Nicimoku Syonin, dan masing-masing Biksu Tertinggi berikutnya, semuanya telah sepenuh hati mengabdikan jiwa raganya demi terwujudnya kosen-rufu. Orang-orang yang menjadikan semangat luar biasa ini bagian diri mereka dan dengan demikian mencurahkan diri demi kosen-rufu sedang memegang semangat sejati penganut Niciren Syosyu. Dengan demikian, tujuan hati-percaya dalam Niciren Syosyu ialah meraih kebahagiaan sejati dengan mencapai Kebuddhaan dalam kehidupan kali ini dan secara meluas mengajari dan menyiarkan agama Buddha Niciren Daisyonin ke seluruh penjuru dunia agar dapat membimbing orang lain menuju kebahagiaan. *** Diterjemahkan oleh Kyanne Virya dari NST Nichiren Shoshu Temple, California. Nichiren Shoshu Basics of Practice. 2008

Nichiren Daishonin risked his life for peace in society and the happiness of humanity, and offered himself wholly for the sake of kosen-rufu. His successors, the Second High Priest Nikko Shonin, the Third High Priest Nichimoku Shonin, and each of the successive High Priests, have all fervently exerted themselves for the realization of kosen-rufu. Those who make this admirable spirit a deep part of themselves and thereby dedicate themselves for the sake of kosenrufu are embracing the true spirit of Nichiren Shoshu believers. Thus, the purpose of faith in Nichiren Shoshu is to gain true happiness by attaining Buddhahood in this lifetime and to widely teach and propagate Nichiren Daishonin’s Buddhism throughout the whole world in order to lead others to happiness. ***

Oktober 2018 | Samantabadra

53


kesehatan

Manfaat Gel Lidah Buaya untuk Kesehatan

A

loe vera atau lidah buaya telah sejak lama dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional di sejumlah negara. Di India, lidah buaya digunakan untuk mengatasi sembelit, penyakit kulit, cacingan, infeksi dan sebagai obat alami untuk kolik. Sedangkan dalam pengobatan di Tiongkok, lidah buaya kerap direkomendasikan dalam pengobatan penyakit jamur. Sementara di dunia Barat, lidah buaya digunakan dalam industri kosmetik, farmasi, dan makanan. Bahkan, pembuatan ekstrak lidah buaya adalah salah satu industri botani terbesar di dunia. Salah satu bagian yang sering dimanfaatkan dari lidah buaya adalah gel yang diperoleh dari sel-sel di tengah daun. Berikut beberapa manfaat dari gel 54

Samantabadra | Oktober 2018

lidah buaya: 1. Menyembuhkan ruam dan iritasi kulit Ada banyak laporan yang telah mengeksplorasi peran pemberian lidah buaya topikal dalam kondisi kulit dan manajemen penyembuhan luka. Antara lain pengobatan psoriasis, dermatitis, mucositis oral, luka bedah, dan sebagai obat rumah untuk luka bakar. Ekstrak lidah buaya dilaporkan mampu memberikan bantuan cepat untuk mengatasi gatal dan terbakar terkait dengan dermatitis radiasi yang parah dan regenerasi kulit. 2. Mengobati luka bakar Gel lidah buaya memiliki efek perlindungan terhadap kerusakan radiasi pada kulit. Pada 1959, Administrasi Makanan dan Obat AS

menyetujui penggunaan salep lidah buaya sebagai obat yang dijual bebas untuk menyembuhkan luka bakar pada kulit. Ketika gel lidah buaya digunakan pada luka bakar, materialnya mampu mencegah penindasan yang diinduksi oleh sinar UV, sehingga area tersebut dapat sembuh lebih cepat. 3. Menyembuhkan luka Lidah buaya memiliki sifat antivirus dan antiinflamasi yang mempercepat penyembuhan dan mengurangi rasa sakit yang terkait dengan luka basah -atau luka di mulut. Asam amino dan vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6 dan vitamin C juga sangat membantu. Salah satu manfaat vitamin B6, misalnya, adalah bertindak sebagai pengobatan rasa sakit alami dan menciptakan


antibodi yang digunakan untuk melindungi sistem kekebalan tubuh. 4. Melembapkan rambut dan kulit kepala Lidah buaya adalah perawatan alami yang bagus untuk rambut kering atau kulit kepala yang gatal. Vitamin dan mineral yang tinggi dari lidah buaya membuat rambut kuat dan sehat. Karena memilki sifat antibakteri dan antijamur, lidah buaya dapat membantu mengatasi ketombe. Sementara, enzim gel dapat membersihkan kulit kepala sel mati dan mendorong regenerasi jaringan kulit di sekitar folikel rambut. Gel lidah buaya juga membantu menghentikan rasa gatal yang terkait dengan ketombe atau kulit kepala yang kering. 5. Mengobati sembelit Penggunaan aloe lateks sebagai laksatif sudah diteliti dengan baik. Antrakuquinon yang ada di lateks menciptakan pencahar ampuh yang meningkatkan kadar air di usus, dan menstimulasi sekresi lendir. Kandungan ini juga meningkatkan peristaltik usus, yang merupakan kontraksi yang memecah makanan dan mencampur ke dalam chyme. Setelah bercampur dengan zat asam dan enzim, makanan berubah menjadi cairan kental yang dinamai chyme. Chyme akan bergerak meninggalkan lambung menuju usus halus. 6. Membantu sistem pencernaan Jus lidah buaya dapat membantu pencernaan, menormalkan asam/basa dan keseimbangan pH, mengurangi pembentukan ragi, mendorong bakteri pencernaan, dan mengatur pengolahan usus. 7. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh Enzim yang ada di dalam lidah buaya

memecah protein yang kita makan menjadi asam amino. Yang lalu mengubah enzim menjadi bahan bakar untuk setiap sel dalam tubuh, yang memungkinkan sel berfungsi dengan baik. Kandungandi dalam lidah buaya merangsang sistem kekebalan tubuh dan membunuh infeksi. 8. Antioksidan dan mengurangi peradangan Lidah buaya memberikan jumlah vitamin dan mineral yang luar biasa yang membantu mengurangi peradangan dan melawan kerusakan radikal bebas. Vitamin A, misalnya, memainkan peran penting dalam menjaga visi yang sehat, fungsi neurologis dan kulit yang sehat. Sebab vitamin A adalah antioksidan yang mengurangi peradangan. Vitamin C juga merupakan komponen penting yang ditemukan dalam lidah buaya; melindungi tubuh dari penyakit kardiovaskular, masalah kesehatan pralahir, penyakit mata, dan bahkan kerutan kulit. 9. Menurunkan gula darah Beberapa bukti yang dilakukan pada manusia dan hewan menunjukkan, lidah buaya mampu meredakan hiperglikemia kronis dan propil lipid yang terganggu. Umumnya kondisi ini terjadi pada penderita diabetes, dan merupakan faktor risiko utama untuk komplikasi kardiovaskular. Dalam dua uji klinis terkait, 72 wanita diabetes tanpa terapi obat diberikan satu sendok makan gel lidah buaya atau plasebo selama enam minggu. Kadar glukosa darah dan trigliserida serum menurun secara signifikan dengan pengobatan lidah buaya tersebut. Sumber: https://lifestyle.kompas.com/read/2018/08/30/222142520/ mengenal-khasiat-lidah-buaya-untuk-kulit-hingga-sembelit

Oktober 2018 | Samantabadra

55


wawasan

Paraben,

Kandungan dalam Kosmetik yang Kontroversial

P

araben bukanlah kata asing. Mungkin Anda sudah sering mendengar atau membaca kata tersebut terkait dengan produk kosmetik. Di kemasan produk kosmetik biasanya ditulis ‘no paraben’ atau tidak mengandung paraben.

Lalu, apa itu paraben? Seberapa bahayakah kandungan tersebut? Michelle Scott-Lynch, penemu produk perawatan rambut bebas paraben dari brand Boucleme, mengatakan bahwa paraben adalah sejenis bahan pengawet. Paraben pertama kali diperkenalkan tahun ‘50-an. Fungsinya untuk memperpanjang usia produk kecantikan. Paraben mampu mencegah pertumbuhan bakteri, terlebih di 56

Samantabadra | Oktober 2018

lingkungan lembab dan hangat. Biasanya paraben juga ditulis dengan nama-nama lain seperti butylparaben, methylparaben atau propylparaben. Kandungan paraben biasanya ditemukan di produk shampo, body lotion, maskara foundation atau pelembab.


Mengapa paraben menjadi kandungan berbahaya? Melihat fungsi paraben yang ternyata baik untuk memperpanjang usia produk kosmetik, nyatanya tak sejalan dengan kesehatan. Pada penelitian di 2004 ditemukan paraben memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Penelitian yang berjudul “Concentration of Parabens in Human Breast Tumor� oleh tim Dr. Philippa D. Darbre ini menemukan adanya jejak-jejak paraben dalam 20 sampel jaringan tumor payudara. Meski penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa paraben bisa menyebabkan kanker payudara tapi diidentifikasi bahwa paraben mampu masuk ke dalam kulit dan mengendap di dalam jaringan. Paraben juga dipercaya memicu gangguan fungsi hormon dengan menyerupai estrogen. Seperti diketahui, terlalu banyak estrogen dapat memicu kerusakan sel payudara dan tumor. Hal itu yang menyebabkan paraben selalu dihubungkan dengan kanker payudara dan masalah reproduksi. Paraben tidak hanya buruk

bagi manusia, tapi juga berimbas pada lingkungan. Penelitian menemukan bahwa paraben ditemukan pertama kali di tubuh hewan laut mamalia. Para peneliti percaya bahwa pencemaran paraben yang ada di laut berasal dari produk kosmetik. Hingga saat ini paraben masih menjadi kandungan pro dan kontra. Belum ada penelitian yang menyebut bahwa paraben yang ada di produk kosmetik bisa menyebabkan kanker payudara atau masalah kesehatan lainnya. Hal tersebut karena kandungan dosis paraben yang sangat kecil pada produk kosmetik. Dalam kosmetik, kandungan paraben yang ada sangat rendah, yaitu hanya sekitar 1%. Semua tentu bergantung pada seberapa banyak jumlah kandungannya, kalau paraben ada di bagian bawah daftar bahan suatu produk, maka bisa dipastikan bahwa konsentrasinya pasti sangat kecil. Namun kini banyak perusahaan kosmetik telah menemukan pengganti produk pengawet seperti

paraben namun dengan bahan yang lebih aman. Sehingga lebih efektif dibanding memasukkan kandungan paraben di produk kosmetik. Sumber: https://wolipop.detik.com/read/2018 /08/25/163050/4182285/234/mengenalparaben-kandungan-berbahaya-yangdilarang-di-kosmetik http://editorial.femaledaily.com/ blog/2016/01/13/paraben-dalamkosmetik-betulkah-berbahaya/

Oktober 2018 | Samantabadra

57


wawasan

Surga Tersembunyi di Tanah Borneo Inilah keindahan pulau-pulau di Kalimantan timur yang tidak banyak orang tahu. Terletak di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur, berikut beberapa di antara pulau-pulau indah tersebut:

Pulau Maratua Pulau Maratua adalah salah satu dari 31 pulau tercantik dan eksotis di Berau. Pulau ini adalah pulau terluar Indonesia yang berbatasan dengan Negara Malaysia. Pulau Maratua menyajikan pemandangan indah dengan hamparan pasir putihnya dan lautnya yang cantik, airnya sangat jernih dan bersih. Pulau ini masuk sebagai kawasan segitiga terumbu karang di dunia karena keindahan bawah lautnya dan berbagai macam biota laut yang dimilikinya. Pulau Maratua juga menjadi habitat berkembangnya ikan pari dan penyu hijau.

58

Samantabadra | Oktober 2018


Pulau Nabucco Pulau berukuran sangat kecil ini terletak di Pulau Maratua, Kepulauan Derawan. Pulau ini hanya memiliki luas 20.000 meter persegi. Meskipun demikian, fasilitas di sini sangat lengkap, ada resort untuk menginap, ada perpustakaan dan fasilitas wisata lainnya. Resort yang terkenal disini namanya Nabucco Island Resort Maratua, yang dikelola oleh pasangan Jerman-Indonesia.

Pulau Derawan Pulau Derawan terletak di Kepulauan Derawan, Kecamatan Derawan. Selain terkenal dengan surga bawah lautnya, Pulau Derawan ini juga memiliki banyak destinasi wisata yang sangat menarik perhatian turis lokal dan mancanegara. Pantainya memiliki pasir putih bersih yang halus, airnya yang jernih dan beraneka ragam biota laut serta ikan-ikan berwarna-warni semua lengkap ada di pulau ini.

Labuan Cermin Danau Labuan Cermin adalah salah satu objek wisata air yang berlokasi di Desa Labuan, Kecamatan Biduk-biduk. Air di danau ini memiliki dua rasa yaitu rasa asin di bagian bawah dan tawar di bagian atas. Dinamakan Labuan Cermin karena airnya begitu bening dan mengkilat layaknya cermin. Sangking jernihnya isi yang ada di dalam danau bahkan bisa terlihat dari atas permukaan danau sampai ke dasar danau.

Oktober 2018 | Samantabadra

59


Pulau Kakaban Danau Ubur-ubur Pulau ini memiliki danau yang sangat unik yaitu Danau Kakaban. Danau tersebut diisi oleh campuran dari air hujan dan rembesan air laut dari pori-pori tanah sehingga membuat suatu habitat endemik yang berbeda pada kebanyakan kawasan danau lain di dunia. Danau ini merupakan habitat ribuan para ubur-ubur, tetapi ubur-ubur disini tidak menyengat sehingga sangat aman jika ingin berenang dan bermain dengan para ubur-ubur di sini.

Goa Mulut Besar Goa mulut besar atau biasa disebut goa kelelawar ini berada 500 meter sebelum pintu gerbang Kampung Merasa. Dinamakan Goa Mulut Besar karena diameter mulut goa ini tingginya mencapai 10 meter dengan lebar 20 meter. Di dalam doa terdapat banyak kelelawar dan juga banyak batubatu alam yang terbentuk sejak jutaan tahun lalu.

Talisayan Talisayan adalah sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Berau. Di sini wisatawan dapat berenang dan bermain-main bersama hiu tutul atau biasa disebut hiu paus (Whale Shark), spesius hiu terbesar di dunia. Ukuran hiu raksasa ini bahkan lebih besar daripada kita dan perahu pun kalah besar dari mereka, panjangnya kurang lebih 9-10 meter dan memiliki berat hingga 15 Ton. Hiu jenis ini bisa hidup hingga usia 70 tahun. Wisatawan tidak perlu khawatir karena hiu ini bukan jenis hiu pemangsa.

Sumber: https://wonderfulindokita.com/2017/12/26/surga-tersembunyi-di-tanah-borneo-kalimantan/

60

Samantabadra | Oktober 2018


dunia anak

Hai anak-anak NSI! Ada berapa banyak jenis dinosaurus yang kamu ketahui?

Sumber: http://indonesiamontessori.com/ Oktober 2018 | Samantabadra

61


resep

Resep Mochi Isi Kacang Tanah Bahan-bahan: Bahan mochi: 1. 250 gram tepung ketan 2. 30 gram tepung terigu 3. 300 ml santan kental/susu cair 4. 27 gram susu bubuk 5. setengah sendok teh garam 6. secukupnya pewarna makanan Bahan isi: 7. 200 gram kacang tanah sangrai 8. 4 sendok makan gula pasir 9. secukupnya air panas Taburan: 10. Secukupnya tepung ketan sangrai Langkah: 1. Bahan mochi: campur dalam satu wadah tepung ketan, terigu, garam, susu bubuk, tuang santan atau susu cair sedikit demi sedikit sampai habis sambil diaduk. Bagi beberapa dalam wadah berbeda untuk diberi warna atau pasta sesuai selera, lalu kukus kurang lebih 25 menit sampai adonan matang dan terlihat transparan. Setelah matang angkat biarkan sampai dingin. 2. Bahan isi: tumbuk atau blender kering kacang dan gula pasir. Setelah halus pindahkan ke wadah dan tambahkan air sampai kacang bisa dipulung atau dibentuk. 3. Jika kulit mochi sudah dingin isi dengan isi (jangan lupa tangan dibalur dengan tepung agar adonan tidak lengket di tangan). Setelah dibentuk gulingkan pada tepung yang telah disangrai, ulangi sampai semua habis. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/3666857-mochi-isi-kacang-tanah

Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.00-12.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman.Â

62

Samantabadra | Oktober 2018

Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan. Info lebih lanjut 0218311844.

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.


Berita Duka Cita

Bapak Iyang

Ibu Camalia Permata (Sie Ciek)

(Ibunda dari Ibu Liana Waty)

Meninggal pada usia 73 tahun 21 Juli 2018 Umat NSI Pontianak Kalimantan Barat

Meninggal pada usia 67 tahun 26 Agustus 2018 Umat NSI Tangerang Banten

Ibu Tiauw Ie Jun

Bapak Udin Tirta

Bapak Soekadir Widjaja

Meninggal pada usia 80 tahun 28 Agustus 2018 Umat NSI Kelapa Gading DKI Jakarta

Meninggal pada usia 77 tahun 29 Agustus 2018 Umat NSI DKI Jakarta

Meninggal pada usia 67 tahun 08 September 2018 Umat NSI Medan Sumatera Utara

Meninggal pada usia 47 tahun 19 Juli 2018 Umat NSI Sukabumi Jawa Barat

Ibu Thio Rin Nio

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

1

Y O

2 4

3

M

B

U

T

U

D

D

H

L 6

B

7

E N

11

S

U

R

G

K 5

T

8

U

M

D

A

B

Bakti Donor Mata Kornea mata almarhumah Ibu Tiauw Ie Jun diserahkan kepada pihak Bank Mata DKI Jakarta oleh pihak keluarga.

18

D

U

O

N

U

S

I

K

T

O

B

E

I

T

I

Z

E

E

O

15

B

A

A

R A

N

M P

A

L

I

N

M

R A

C

K

J

A

19 20

10 12

P

A S

Y

A

L

G 16

K

K E

E L

O

H 9

E

A 14

T

M T

A M

N A

K

I

H

13

G Y

O

17

S

I

T

A

A

N

R

O

Jawaban TTS Samantabadra Oktober 2018

Oktober 2018 | Samantabadra

63


ttsapr1.html

teka-teki silang

ttsapr1.html 1 1

2

3 2

4

35

4

6

7 6

5

8 7

9 8

9 10

11

10 13

12

11

12

14 14

13

15 15

16

17 16

18

17

19

18

19

20 20

Across Mendatar Across Mendatar

Down Menurun

4. Seseorang yang telah mencapai tingkat 4. Seseorang yang telah menc apai tingkat kesadaran sempurna. kesadaran sempurna. 5. Ibukota Jepang 5. Ibukota Jepang 6. Ayam ... adalah salah satu makan khas 6. Ayam ... adalah salah satu makan khas dari Bali dari Bali 11. Dunia ke-6 dari sepuluh dunia 11. Dunia ke-6 dari sepuluh dunia 12. Nippon / Nihon / Negeri matahari terbit. 12. Nippon / Nihon / Negeri matahari terbit. 14. Makhluk hiduphidup berakal budi 14. Makhluk berakal budi 15. Pantai Padang-Padang adalah 15. Pantai Padang-Padangtempat adalah tempat wisata dari dari Provinsi ... wisata Provinsi ... 16. 1212 ... adalah hari perwujudan Dai 16. ... adalah hari perwujudan Dai Gohonzon. Gohonzon. 18. 1+ 18. 1 1+ 1 19. Nama Kaisar Jpeang pada saat ini saat ini 19. Nama Kaisar Jpeang pada adalah Kaisar ... ... adalah Kaisar 20. Penduduk (Istilah Inggris)Inggris) 20. Penduduk (Istilah

64

Samantabadra | Oktober 2018

Down Menurun

1. Kota terbesar di Jepang setelah Tokyo 1. Kota terbesar di Jepang sete adalah .. adalah .. 2. Salah satu dari karma dari 3 karma 2. Salah satu dari karma dari 3 k buruk adalah buruk adalah 3. Nama (Istilah Inggris) 3. Nama (Istilah Inggris) 7. "Myohorengekyo Nyorai Juryo-hon Dai 7. "Myohorengekyo Nyorai Juryo Ju-roku" disebut Ju-roku" juga disebut juga Saddharmaundarika-sutra bab ke- ... Saddharmaundarika-sutra bab Panjang Usia Tathagata. Panjang Usia Tathagata. 8. Ada ... dibalik8.batu Ada ... dibalik batu 9. Dunia yang dikuasi oleh hawa 9. Dunia yangnapsu dikuasi oleh hawa adalah dunia ... adalah dunia ... 10. Dunia ke-4 10. dari sepuluh dunia dari sepuluh dunia Dunia ke-4 13. Tindakan (Istilah Jepang) 13. Tindakan (Istilah Jepang) 17. Bintang (Istilah 17. Inggris) Bintang (Istilah Inggris)


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Oktober 2018 Tanggal Hari Senin 1 Selasa 2

3 4 5 6 7

Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

8 9 10

Senin Selasa Rabu

11 12 13 14

Kamis Jumat Sabtu Minggu

15 16 17

Senin Selasa Rabu

18 19 20 21 22 23 24

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

25 26 27 28 29 30 31

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

Jam

Kegiatan

Tempat

12.00 Pertemuan Pimpinan Ibu 14.00 Pertemuan Wanita Umum Pendalaman Gosyo Pimpinan Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

19.00 Ceramah Gosyo

Daerah masing-masing

10.00 10.00 10.00 13.00 19.00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak-Anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Pertemuan Koordinasi Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.3 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.4 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.1 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

19.00 Pertemuan Wanita Karier 19.00 Pertemuan Pria Umum

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Gedung STAB Samantabadra Lt.1

19.00 Pertemuan Cabang

Daerah Masing-Masing

10.00 10.00 14.00 19.00

Pertemuan Anak-Anak Daerah Pertemuan Generasi Muda Daerah Pertemuan Lanjut Usia Umum Pertemuan Pelajaran Anak Cabang

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

14.00 Pertemuan Wanita Daerah 19.00 Pertemuan Pria Daerah

Daerah Masing-Masing Daerah Masing-Masing

19.00 Pertemuan Anak Cabang

Daerah Masing-Masing

04.30 Gerak Jalan Kerukunan 2018 (Peringatan HUT NSI ke 54) 19.00 Pertemuan Empat Bagian

Kantor Kem. Agama Jl. Thamrin Daerah Masing-Masing

13.00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta Pertemuan DPD & DPW Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Wihara Sadaparibhuta NSI

14.00 Kensyu Peringatan HUT NSI ke 54 (Gosyo Umum Nov 2018) Kensyu Peringatan HUT NSI ke 54 (Gosyo Umum Nov 2018) Kensyu Peringatan HUT NSI ke 54 (Gosyo Umum Nov 2018) Pendalaman Gosyo Dharma Duta

Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI Mahawihara Saddharma NSI

Pendalaman Gosyo Pimpinan Jabotabekcul

Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2 Wihara Sadaparibhuta NSI Lt.2

Oktober 2018 | Samantabadra

65


Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

66

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | Oktober 2018

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.