Samantabadra 2020-10

Page 1

SAMANTABADRA PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Media informasi, komunikasi, pendidikan, dan pembinaan umat

yang selalu menghormati orang-orang? Maksud pokok

SAMANTABADRA | OKTOBER 2020| NOMOR. 318

A

pakah makna sesungguhnya Bodhisattva Sadaparibhuta

gosyo kensyu Surat perihal tiga harta pusaka

gosyo cabang Surat perihal hukum ajaran yang mengubah karma berat diterima dengan ringan

kelahiran Buddha Sakyamuni di dunia ini adalah menjelaskan perilaku seorang manusia. Camkanlah baikbaik. Yang mewarisi prajna kebijaksanaan dinamakan

Surat Perihal Tiga Harta Pusaka

10

#318

manusia, yang bodoh dinamakan binatang.

o k t o b e r

2 0 2 0


W

alau banyak orang yang ingin menjatuhkan Anda, namun tidak dapat terjatuhkan, sehingga Anda akan semakin memperoleh kemenangan. Seandainya Anda tidak dapat menahan emosi, maka akan jatuh dan terjerumus ke dalamnya. Hal mana sama seperti yang dikatakan dalam masyarakat luas, bahwa perahu yang terselamatkan dari bahaya, malah terbalik dan tenggelam di dekat pantai, dan juga sama seperti setelah makan tidak dapat minuman, sungguh sangat disayangkan sekali.

Surat perihal Tiga Harta Pusaka

K

etika keadaan Anda sedang marah akan terwujud dengan nyata dalam wajah. Walau dipikirkan betapa penting pun, hendaknya Anda mengetahui bahwa orang pemarah tidak akan dilindungi oleh dewa-dewa pelindung Agama Buddha. Kalau Anda terbunuh, walau mencapai kesadaran Buddha pun, mereka akan merasa gembira. Namun sebaliknya, di pihak Anda akan mengeluh dengan penuh penyesalan. Kalau hal ini sampai terjadi, sungguh sangat disayangkan sekali.

Surat perihal Tiga Harta Pusaka Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Penasihat Dewan Pimpinan Pusat NSI Redaktur Samanta Kontributor Vina Pratiwi, Silviani, Kireyna Aurelia, Kyanne Virya Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Keterangan halaman muka Bunga teratai perlambang hukum sebab akibat Referensi: https://unsplash.com/photos/IKEwHKKIzog


CERAMAH GOSYO_

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat perihal daimoku dari Saddharmapundarika-sutra Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Virtual Wihara Sadaparibhuta NSI 30 Agustus 2020

Nammyohorengekyo, Bulan lalu, kita sudah membahas mengenai Saddharmapundarika-sutra sebagai raja sutra dari semua sutra, sutra yang menjadi tujuan kelahiran Buddha Sakyamuni. Dalam Saddharmapundarikasutra, terdapat kegaiban, “Myo�, yang tidak dapat dijangkau atau dipahami oleh pikiran manusia. Kegaiban tersebut adalah satu kewajaran. Namun, karena perasaan jiwa kita masih sering berputar di 9 dunia selain Dunia Buddha, kita belum dapat memahami kegaiban tersebut. Perasaan jiwa kita masih sering berada pada empat dunia buruk sehingga hal-hal yang berkaitan dengan Prajna Buddha tidak terjangkau oleh kita. Padahal, cara berpikir seorang Buddha adalah cara berpikir yang bisa membuat kita bahagia.

Cara berpikir kita menentukan kualitas perasaan jiwa kita. Apabila perasaan jiwa kita berada pada Dunia Buddha, maka pasti kualitas dari cara berpikir tersebut akan menentukan kualitas kebahagiaan. Semua huruf dalam Saddharmapundarika-sutra gaib. Artinya, apa yang diceramahkan oleh Buddha Sakyamuni adalah puncak dari kesadarannya. Maka itu, Saddharmapundarika-sutra pun dibabarkan dengan metode yang berbeda. Pada 42 tahun pertama, Buddha membabarkan Ajaran Sementara dengan metode tanya-jawab, sehingga belum merupakan inti daripada semua penjelasan beliau. Buddha Sakyamuni mempunyai keinginan agar seluruh umat manusia bisa menyadari bahwa mereka istimewa karena mempunyai kekuatan untuk

membuat dirinya bahagia, lepas dari penderitaan. Kita sendiri yang menentukan nasib kita, penderitaan bukanlah hukuman, melainkan wujud nyata dari cara hidup yang salah. Apabila cara hidup yang salah tersebut diperbaiki, maka kebahagiaan pasti dapat dicapai. Setelah 42 tahun mengajarkan Ajaran Sementara, Buddha Sakyamuni sadar bahwa beliau akan moksa dalam waktu yang dekat. Oleh sebab itu, beliau membabarkan ajaran inti yang menjadi tujuan kelahirannya. Metode beliau dalam membabarkan Saddharmapundarikasutra pun berbeda, karena yang ingin disampaikannya adalah pusaka yang tidak ternilai. Buddha Sakyamuni mulai menjelaskan bahwa kesadaran Buddha sangat mendalam, sulit dijangkau dan dipahami - hanya Samantabadra | Oktober 2020

1


dapat dipahami antara Buddha dan Buddha. Kegaiban di Bab 2 Saddharmapundarika-sutra terwujud dalam penjelasan hukum Syoho Jisso. Pada ajaran 42 tahun pertama, tidak ada umat yang benar-benar mengerti ajaran Buddha, ada banyak pemahaman yang keliru. Bab 2 Saddharmapundarikasutra diumpamakan seperti bulan yang memberi sinar karena memberi pemahaman tentang Syoho Jisso (fenomena yang ada di lingkungan dan perasaan jiwa saling memengaruhi). Bab 15-28 Saddharmapundarikasutra diumpamakan seperti matahari yang memberi cahaya di tengah kegelapan. Dengan adanya Bab 16, semua ajaran Buddha menjadi jelas, baik yang 42 tahun pertama atau 8 tahun terakhir. Oleh karena itu, karena ajaran yang dibabarkan selama 8 tahun terakhir merupakan masa puncak kesadaran Buddha, maka Saddharmapundarika-sutra adalah sutra yang penuh dengan kegaiban. Gosyo bulan ini mengulas pengertian dari aksara “Myo.” Secara umum, “Myo” berarti membuka, bulat sempurna, dan hidup kembali. Ketiga makna ini menjelaskan tentang jiwa Buddha. Hendaknya, kita meninggalkan Ajaran 2

Samantabadra | Oktober 2020

Sementara karena hanya merupakan pengantar untuk menjelaskan Ajaran Sesungguhnya (Syo Jiki Sya Hoben). Dengan membuang Ajaran Sementara, kita bisa memahami dan percaya kepada ajaran yang sesungguhnya. “Myo” hanya ada dalam Saddharmapundarikasutra, sementara sutrasutra lain memakai istilah “Dai.” Semua ajaran Buddha Sakyamuni selama 50 tahun mempunyai inti pada Saddharmapundarikasutra, dengan keistimewaan yang ada pada satu huruf “Myo.” Bab 2 Saddharmapundarikasutra menjelaskan 10 aspek (Syoho Jisso). Aspek lingkungan merupakan refleksi daripada inti hakikat. Apa yang terpapar atau tergambar di lingkungan kita adalah cermin daripada kondisi atau kualitas perasaan jiwa kita. Dengan adanya hukum ini, Buddha menjelaskan bahwa setiap orang mempunyai kesadaran Buddha. Dengan melihat lingkungan sekitar, kita dapat melihat wujud nyata dari perasaan jiwa kita, sehingga dapat mengubah nasib diri sendiri. Lingkungan adalah cermin yang bersumber pada dasar jiwa kita. Syoho adalah bayangannya, Jisso adalah badan

pokoknya, sebagaimana tercantum dalam Bab 2 Saddharmapundarikasutra. Buddha Sakyamuni menjelaskan bahwa beliau sudah mencapai kesadaran Buddha sejak dulu, bahkan sebelum beliau bertapa di bawah pohon Bodhi pada usia 32 tahun. Buddha bisa mencapai kesadaran Buddha karena pada hakikatnya telah menjalankan pertapaan kebodhisatwaan di dunia saha ini di mana diperlukan ketabahan yang kuat karena harus menghadapi bermacam-macam masalah (Ga jo zai shi. Shaba sekai. Seppo kyoke). Sejak itu, Buddha selalu membabarkan Dharma (Hon In Myo, Hon Ga Myo, Hon Kokudo Myo). Dijelaskan bahwa sesungguhnya, kemungkinan untuk mencapai kesadaran Buddha berlaku untuk semua orang, termasuk orang jahat. Devadatta pada kehidupannya yang lampau adalah guru dari Buddha Sakyamuni. Tetapi, Devadatta sendiri menyimpan iri hati yang dalam sampai berniat untuk membunuh Buddha Sakyamuni. Walaupun demikian, Devadatta masih dapat mencapai kesadaran Buddha. Kegaiban ini bisa dipahami antara Buddha dan Buddha.


Untuk itu, ada satu poin penting yang dijelaskan Buddha Niciren dan Buddha Sakyamuni. Sariputra, murid Buddha Sakyamuni yang memiliki prajna yang unggul pun, dapat mencapai kesadaran Buddha karena kekuatan kepercayaannya dan bukan karena kepintarannya. Berarti, keunggulan prajna dan pengetahuan tidak menjamin pencapaian kesadaran Buddha. Buddha menjelaskan bahwa kesadaran Buddha sangat mendalam dan meluas. Makna “Myo” yang pertama dijelaskan dengan perumpamaan sebuah gudang. Gudang dalam gambaran tersebut merujuk pada 28 bab Saddharmapundarikasutra yang berisi 69.384 huruf-huruf gaib. Kunci untuk membuka gudang ini adalah rasa percaya akan kata-kata Buddha. Saddharmapundarikasutra adalah pusaka yang memungkinkan umat manusia memperoleh kegaiban. Ada beberapa prinsip yang terkait dengan percaya: I Syin Tai E, I Syin Toku Nyo (dengan percaya memunculkan prajna, dengan percaya memunculkan kesadaran). Dengan demikian, makna “Myo” pertama menjelaskan bahwa dengan adanya Saddharmapundarika-

sutra, semua ajaran Buddha bisa dipahami, termasuk sutra Agam, Vaipulya, dan sebagainya. Sebelum Saddharmapundarikasutra, umat Buddha belum memahami ajaran Sakyamuni. Walaupun tidak sepenuhnya paham, mereka masih mendapatkan manfaat dari ajaran Buddha karena manusia saat itu masih memiliki akar kebaikan. Maka, bila menjalankan ajaran Buddha yang sesungguhnya dengan kepercayaan yang tulus, walaupun tidak mengerti, kita pun dapat menerima manfaatnya. Ada 3 macam sikap pelaksana: mengerti dan percaya, percaya namun tidak mengerti, dan tidak percaya namun mengerti. Pada masa mutakhir dharma ini, deposito kebaikan dari umat manusia sudah habis, karena sudah tidak menanam lagi akar-akar kebaikan. Sehingga, kekuatan dari ajaran-ajaran selain Saddharmapundarikasutra tidak cukup untuk memungkinkan manusia akhir dharma membuat sebab-sebab baik dan mewujudkan hidup yang bahagia. Mengenai makna “Myo” yang pertama, “membuka” berarti membuka hakikat hukum yang telah dibuktikan oleh Buddha.

Kemudian, “Myo” yang berarti hidup kembali diumpamakan dengan beberapa gambaran. Contohnya, seekor burung yang sudah mati dipanggil oleh majikannya dan hidup kembali karena mengingat budi kepada majikannya. Ada beberapa jenis manusia, di antaranya orang Dwiyana, orang Iccantika, orang yang berpegang teguh pada ajaran kekosongan, dan pemfitnah hukum. Bila tidak dibimbing dengan moral kemanusiaan, sifat dasar manusia Dwiyana tanpa Nammyohorengekyo pasti cenderung mengutamakan kepentingan diri sendiri tanpa memikirkan orang lain. Begitu juga manusia Iccantika yang memfitnah Dharma, yang menganggap uang dan hal-hal materil sebagai agama. Bila keempat golongan manusia ini saja bisa mencapai kesadaran Buddha, apa lagi umat yang lain. Sebelum Saddharmapundarikasutra, baru dijelaskan bahwa hanya Buddha Sakyamuni yang bisa mencapai kesadaran Buddha. Saat itu, Buddha Sakyamuni belum selesai mengajarkan bahwa semua manusia mempunyai jiwa Buddha. Buddha Sakyamuni dapat mencapai kesadaran bukan karena hak istimewa sebagai anak seorang raja. Samantabadra | Oktober 2020

3


Dengan demikian, menjadi Buddha sebetulnya adalah hak seluruh makhluk hidup, khususnya manusia. Icinen Sanzen terdiri dari 10 dunia, 100 dunia, 1.000 Nyoze, dan 3.000 perbedaan. Bibit Buddha dalam kaum manusia yang sudah mati pun, masih bisa dibangkitkan dengan penyebutan Nammyohorengekyo. Bukan hanya keempat kelompok manusia ini, sebetulnya semua bibit Buddha dalam jiwa manusia akhir dharma sudah mati karena kita tidak mempunyai akar kebaikan. Bibit Buddha yang sudah mati dalam manusia akhir dharma bisa ditumbuhkan kembali dengan Nammyohorengekyo yang dilantunkan secara berkesinambungan. Ini salah satu dari kekuatan “Myo”, Sosei (hidup kembali). Putri Naga saja, seekor binatang betina, bisa mencapai kesadaran Buddha. Bila Putri Naga saja bisa mencapai kesadaran Buddha, apalagi wanita yang suka menjilat dan berhati bengkok. Niciren Daisyonin memberi Gosyo ini kepada seorang ibu yang sudah lanjut usia. Beliau membimbing ibu ini untuk mendengarkan keunggulan 4

Samantabadra | Oktober 2020

Nammyohorengekyo dari Saddharmapundarikasutra, dan memahami mengapa ajaran sebelum Saddharmapundarikasutra mempunyai banyak kelemahan. Nammyohorengekyo dari Sandaihiho merupakan inti dari semua ajaran. Buddha Niciren berkata bahwa setelah memahami ini, hendaknya kita menyumbang kepada Nammyohorengekyo. Menyumbang di sini bisa berbentuk menyumbang tenaga untuk mendengarkan dharma, ingin memahami apa yang disampaikan oleh Buddha, menghayati, melaksanakan, dan menyebarluaskannya. Percaya, melaksanakan, dan menyebarluaskan Nammyohorengekyo adalah pelaksanaan yang tepat waktu dan tepat guna. Sikap kepercayaan yang seperti inilah yang akan menimbulkan karunia manfaat yang terbesar. Ajaran-ajaran lain yang dibabarkan Buddha Sakyamuni bukanlah bualan, tetapi ajaran-ajaran tersebut sudah tidak lagi cukup untuk mengatasi kekeruhan manusia masa akhir dharma. Umat beragama harus mempunyai sikap yang “radikal” (berasal dari asal kata latin “radix” yg berarti akar). Maksudnya radikal adalah sikap hati kepercayaan yang

mengakar, bukannya ekstrem. Beragama juga berarti kita dapat menjaga sikap toleran kepada agama lain. Sebaiknya, kita pun menghormati saudara-saudara kita yang menganut agama lain; mereka hanya belum berjodoh dengan Nammyohorengekyo. Maka itu, umat Niciren Syosyu harus berperilaku unggul, sehingga orang lain pun bisa tertarik pada ajaran ini. Hendaknya kita tetap memegang pendirian bahwa tidak ada Buddha lain selain Buddha Niciren. Ini bukan berarti kita tidak menghormati Buddha Sakyamuni. Dalam kaitannya dengan Triratna, bagi orang Niciren Syosyu, Buddha pokok adalah Niciren Daisyonin. Buddha Sakyamuni adalah guru pembimbing yang harus kita hormati junjungi. Bagi umat NSI, tidak ada mantra lain selain Nammyohorengekyo. ***


CERAMAH GOSYO_

Rangkuman Ceramah Darma Duta Ibu Irawati Lukman Surat perihal daimoku dari Saddharmapundarika-sutra Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Virtual Wihara Sadaparibhuta NSI 30 Agustus 2020

Nammyohorengekyo, Gosyo ini diberikan kepada seorang wanita lanjut usia yang tadinya menganut ajaran Nembuce. Bulan lalu, kita telah membahas bagian pertama dari Gosyo ini yang menjelaskan banyaknya imbalan karunia yang diperoleh melalui pengucapan Daimoku, meskipun tidak mengerti makna dari Saddharmapundarikasutra. Buddha Niciren pun menggarisbawahi kepentingan dari keyakinan dalam mencapai kesadaran Buddha. Niciren Daisyonin menjelaskan karunia yang terkandung dalam lima huruf Myohorengekyo, judul dari Saddharmapundarika-

sutra. Beliau menjelaskan ketiga makna dari aksara “Myo” (gaib) yaitu membuka, bulat sempurna, dan hidup kembali. Terakhir, beliau menyatakan bahwa hanya Saddharmapundarikasutra yang memungkinkan kaum wanita mencapai kesadaran Buddha, sehingga menganjurkan penerima surat ini untuk menyebut Nammyohorengekyo. “Myo” di sini bukan berarti “ajaib”, tapi tidak terjangkau oleh pikiran manusia biasa. Buddha Sakyamuni membabarkan ajaran selama 50 tahun, yang terdiri dari Ajaran Sementara selama 42 tahun pertama dan Ajaran Sesungguhnya, Saddharmapundarika-

sutra, pada 8 tahun terakhir, hal mana merupakan tujuan utama kelahiran Buddha Sakyamuni. Dalam Ajaran Sementara, belum dijelaskan mengenai jiwa Buddha dalam setiap umat manusia. Dengan adanya Saddharmapundarikasutra dengan dasar hukum Syoho Jisso, dijelaskan bahwa semua umat manusia mempunyai jiwa Buddha. Keinginan Buddha Sakyamuni agar semua umat dapat mencapai kesadaran Buddha terwujud dengan penyebarluasan Saddharmapundarikasutra. Buddha Sakyamuni mengambil perumpamaan; SaddharmapundarikaSamantabadra | Oktober 2020

5


sutra digambarkan seperti bulan di langit karena memungkinkan semua umat manusia untuk mencapai kesadaran Buddha, dan Ajaran Sementara digambarkan sebagai bulan yang tertutup oleh awan. Jadi, bila kita ingin melihat bulan, maka kita perlu menyingkirkan awan-awan tersebut. Dalam Ajaran Sementara, Agama Buddha dipandang sebagai wadah untuk meminta keselamatan, meminta rezeki, dan sebagainya. Umat saat itu berpikir bahwa hanya Buddha Sakyamuni yang bisa mewujudkan karunia sedemikian rupa. Pada Bab 2 Saddharmapundarikasutra, terdapat penjelasan bahwa semua umat mempunyai jiwa Buddha. Dari Bab 15-28, dijelaskan lebih lanjut mengenai cara agar umat manusia bisa mencapai kesadaran Buddha, yakni Myohorengekyo. Niciren Daisyonin mewujudkan Gohonzon sebagai jodoh agar seluruh umat manusia bisa memunculkan Dunia Buddha dan mencapai kesadaran Buddha. Jadi, apabila kita ingin 6

Samantabadra | Oktober 2020

mencapai kesadaran Buddha, hendaknya kita tidak menggunakan Ajaran Sementara karena ajaran tersebut tidak mengajarkan bahwa jiwa Buddha kita meluas dan mempunyai kekuatan yang setara dengan alam semesta. Buddha Niciren dengan tegas mengatakan bahwa untuk memunculkan kekuatan jiwa Buddha yang kuat, bebas, suci, dan tenang, kita perlu meninggalkan filsafat-filsafat lain. Dengan demikian, kita dapat mewujudkan Dunia Buddha yang sesungguhnya. Makna “Myo� yang pertama, membuka, merujuk pada hukum gaib yang sesungguhnya sudah ada dalam jiwa kita sendiri. Kita yang percaya pada Gohonzon sebetulnya dapat membuka gudang karma dan membuka apa yang ada dalam jiwa Buddha kita. Proses untuk membuka jiwa Buddha inilah yang perlu kita perhatikan. Bila hanya menjalankan Gongyo Daimoku saja, kita belum bisa membuka jiwa Buddha kita. Kita harus melengkapi pelaksanaan Syinjin dengan sungguh hati dan ketulusan.

Dengan demikian, kita dapat membuka gudang karma kita dan melepas semua karma-karma buruk yang berdasar pada lima racun. Dengan kesungguhan hati, hendaknya kita memunculkan kesadaran Buddha yang tersembunyi dalam dasar jiwa kita. Niciren Daisyonin dengan penuh maitri karuna mewujudkan Gohonzon sebagai jodoh agar umat manusia dapat memunculkan Dunia Buddha. Dalam bahasa Sansekerta, Gohonzon adalah pusaka yang memiliki kekuatan seluas alam semesta, yang tidak terhingga. Tujuan kepercayaan kita adalah untuk mewujudkan karunia dari Dunia Buddha, sehingga kita bisa membuat rezeki untuk diri sendiri. Semakin banyak kita menerima kurnia, seharusnya kita semakin rajin dan lebih sungguh-sungguh lagi menjalankan hati kepercayaan. Walaupun Gohonzon adalah pusaka, bukan berarti kita dapat meminta-minta kepada Gohonzon untuk mendapatkan kurnia, mulai dari kesehatan sampai harta. Tetap diperlukan upaya sendiri


untuk mewujudkan rezeki. Orang yang “menyerahkan segalanya kepada Gohonzon� dan tidak menjalankan usaha sendiri adalah orang yang berwatak lemah. Karunia Gohonzon hanya bisa kita dapatkan dengan kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan. Niciren Daisyonin menggambarkan ini dengan perumpamaan pekerja tambang yang mencari emas. Bila berdasarkan hati kepercayaan yang kuat, pada waktu yang tepat dan dengan tepat guna, pasti emas itu dapat ditemukan. Jadi, kurnia Gohonzon pun dapat terwujud sebagai bukti nyata bila berdasarkan hati kepercayaan yang tulus. Diumpamakan bahwa umat yang tidak sungguh hati sama seperti pekerja tambang yang mendapatkan hasil emas yang sedikit. Kita pun bisa mempertanyakan hati kepercayaan karena merasa tidak puas dengan karunia yang diterima. Sesungguhnya, hati kepercayaan adalah yang paling utama. Orang yang percaya hanya mengeluarkan tenaga sedikit tapi

dapat mendapatkan kurnia yang banyak. Sebaliknya, orang yang tidak percaya mungkin saja mengeluarkan tenaga yang banyak yang akhirnya menjadi sia-sia. Kita diajak untuk menjalankan hati kepercayaan sesuai dengan ajaran sang Buddha, dengan ketulusan, dan tidak dengan menggunakan pikiran diri sendiri. Gohonzon adalah pusaka emas yang sesungguhnya karena dapat memunculkan kekuatan Buddha dan kekuatan Dharma. Kita diajak untuk menjalankan hati kepercayaan dengan benar, laksanakan sesuai dengan ajaran sang Buddha tanpa mengharapkan keuntungan bagi diri sendiri. Dengan demikian, kekuatan hukum dan kekuatan Buddha yang ada pada Gohonzon akan menjadi jodoh untuk memunculkan kekuatan dari dalam jiwa kita, yang akan memperoleh kurnia nyata. Kemudian, dikatakan bahwa seandainya terdapat sebuah gudang berisi harta, tanpa kuncinya gudang tersebut tidak dapat dibuka dan

harta pusaka di dalamnya tidak bisa dilihat. Walaupun sang Buddha membabarkan Sutra Avatamsaka, sutra yang dijunjung tinggi setelah Buddha Sakyamuni baru mencapai kesadaran Buddha, sutra tersebut tidak menjadi kunci untuk membuka jiwa Buddha kita. Akhirnya, Buddha Sakyamuni membabarkan sutra-sutra lainnya, tanpa menjelaskan maknanya, sehingga Dunia Buddha tidak dapat dimunculkan. Orang yang kelihatannya memahami banyak sutra dan menganggap dirinya sudah menguasai pemahaman atas ajaran Buddha pun tidak akan mencapai kesadaran bila tidak memegang kepercayaan yang tulus. Akhirnya, pelaksanaan yang dijalankan oleh orang-orang dulu untuk mendapatkan kurnia (misalnya menyumbang lilin dan minyak) semua merupakan paham yang salah, yang hanya mengharapkan kekuatan luar dan belum memahami adanya kekuatan jiwa Buddha dari diri sendiri. Setelah Buddha Sakyamuni membabarkan Saddharmapundarikasutra, kunci untuk membuka gudang karma, Samantabadra | Oktober 2020

7


orang-orang yang berada dalam 9 dunia selain Dunia Buddha menjadi sadar akan adanya Dunia Buddha dalam jiwa mereka. Kemudian, Buddha Niciren juga memperjelas perbedaan antara Ajaran Bayangan dan Ajaran Pokok. Diumpamakan bahwa tanpa cahaya matahari dan bulan, manusia di bumi tak akan bisa melihat warna karena semua tertutup oleh kegelapan. Ajaran Bayangan, Bab 1-14 Saddharmapundarikasutra, diumpamakan sebagai bulan, sedangkan Bab 15-28 (ajaran Honmon) diumpamakan sebagai matahari dan bulan, yang memberi cahaya agar kita dapat melihat dengan jelas. Bodhisatwa yang bermata baik, Dwiyana yang bermata juling (menggunakan akal sendiri), manusia biasa yang buta oleh 5 racun dan manusia Iccantika yang sudah buta sejak lahir hanya dapat melihat dengan baik (mencapai kesadaran Buddha) melalui Saddharmapundarikasutra. Semua ini dapat terjadi karena satu huruf “Myo.� 8

Samantabadra | Oktober 2020

Semua orang, yang baik maupun yang jahat, mempunyai jiwa Buddha. Maka, semua orang pun bisa mencapai kesadaran Buddha. Kemudian, Sang Buddha sebetulnya sudah mencapai kesadaran Buddha pada masa lampau, sejak Kuon (asal muasal). Keseluruhan 69.384 huruf yang tertera dalam Saddharmapundarikasutra mempunyai kegaiban. Arti “Myo� yang kedua adalah sempurna. Seperti lautan yang menerima aliran air dari berbagai sungai, Saddharmapundarikasutra tidak membedabedakan potensi makhluk, karena semuanya mempunyai jiwa Buddha. Gohonzon diartikan seperti permata yang bisa mengabulkan segala kehendak. Meskipun betul bahwa kita bisa mendapatkan apa yang diinginkan bila sungguh-sungguh menjaga sikap kepercayaan, hendaknya kita tidak salah mengartikan Gohonzon untuk meminta harta, karena Gohonzon bukan obyek berhala. Justru, karena sungguhsungguh percaya dan menjalankan, maka

timbul kesadaran untuk berusaha meraih apa yang ingin dicapai, sehingga seseorang bisa memperoleh kurnia. Kurnia tidak diberikan oleh Gohonzon, tapi terwujud karena adanya kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan. Perlu dicamkan bahwa kurnia di sini tidak hanya berbentuk materi, tapi juga merujuk pada rezeki jiwa sehari-hari. Mungkin masih ada beberapa anggota yang mempertanyakan kekuatan Gohonzon karena tidak merasa mendapatkan kurnia yang berkelanjutan atau belum merasakan perkembangan dalam kondisi kehidupan walau sudah lama menganut kepercayaan kepada Nammyohorengekyo. Dengan pemikiran demikian, seseorang menjadi tidak percaya, memfitnah Dharma, dan mudah terpengaruh dengan ajaran luar. Dengan adanya berbagai macam pengaruh buruk, yang terpenting adalah untuk mempertahankan Gohonzon. Jiwa Buddha kita tidak akan pernah terkikis; selama-lamanya sifatnya adalah kuat, bebas, suci, dan tenang, dan penuh


maitri karuna. Maka, ketika kita menghadapi kesulitan, jangan sampai kita melepaskan Gohonzon dan mundur dari hati kepercayaan. Bila kita tidak melanjutkan Syinjin, maka Prajna Buddha pun tidak akan timbul, sehingga kita cenderung membuat karma-karma buruk. Arti “Myo� yang ketiga adalah hidup kembali. Terdapat 4 jenis manusia: orang Dwiyana, kaum yang tetap berpegang teguh pada ajaran sebelum Saddharmapundarikasutra, yang tidak menghiraukan kesulitan orang lain demi tercapainya kepentingan diri sendiri, para Iccantika yang tidak dapat percaya kepada Saddharmapundarikasutra, orang yang berpegang teguh pada ajaran kekosongan dan para pemfitnah hukum. Dalam Ajaran Sementara, dikatakan bahwa keempat golongan manusia ini tidak dapat mencapai kesadaran Buddha. Tetapi, melalui Saddharmapundarikasutra, mereka dapat mencapai kesadaran Buddha. Keempat golongan manusia ini awalnya digambarkan

seperti pohon yang sudah layu, tanpa harapan hidup. Tetapi, dengan adanya Nammyohorengekyo, timbul semangat hidup yang baru. Hal ini sama seperti beberapa teman-teman sedharma kita yang mengalami kesulitan keuangan selama pandemi. Saat itu, beberapa umat kita putus asa dan sulit memenuhi kecukupan sehari-hari. Namun, dengan adanya kebijakan dari pusat, gerakan seperti menyumbang masker menunjukkan sikap maitri karuna dan menimbulkan kembali semangat dalam umat karena kita masih bisa berguna untuk orang lain. Lalu, kita diajak untuk mengikuti Daimoku bersama setiap hari dengan serempak untuk memunculkan prajna Buddha dan memunculkan getaran di alam semesta. Untuk masing-masing umat pun, yang tadinya mengalami kesulitan akhirnya dapat menemukan jalan keluar. Nagarjuna juga mengatakan bahwa Saddharmapundarikasutra dapat mengubah racun menjadi obat. Mungkin, selama Covid,

kita menderita karena tidak bisa melakukan banyak hal. Tetapi, karena kekuatan Daimoku, penderitaan kita bisa dimaknai secara positif. Misalnya, orang tua yang biasanya pergi pagi dan pulang malam untuk bekerja sekarang bisa bekerja dari rumah, sehingga keluarga bisa berkumpul. Kemudian, dengan adanya ceramah melalui media daring, umat-umat di luar Jabodetabek pun bisa ikut belajar kata-kata Buddha dan menambah Prajna. Tapi, hendaknya kita tetap menjaga disiplin ketika mendengar Gosyo. Kemudian, dibahas mengenai pencapaian kesadaran Buddha untuk orang jahat seperti Devadata. Pada umumnya, mungkin kita memikirkan bahwa orang jahat tidak mungkin bisa mencapai kesadaran. Tetapi, dengan “Myo�, yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kejahatan Devadatta tercermin dalam niatnya untuk membunuh Buddha Sakyamuni. Karena manusia zaman sekarang penuh kepicikan, penderitaan, iri hati, dan kemarahan, dapat dikatakan juga bahwa seluruh umat Samantabadra | Oktober 2020

9


manusia masa ini adalah Devadatta. Namun, dengan Nammyohorengekyo, kita bisa mencapai kesadaran Buddha. Maka, kita tidak perlu khawatir sebab kita masih bisa mendapatkan kurnia dari Gohonzon dengan merombak sifat jiwa. Jiwa sebenarnya adalah hukum Icinen Sanzen. Semua orang mempunyai 10 dunia dan perasaan jiwa kita selalu berubah dalam sekejap. Apabila kita menjalankan kepercayaan dengan berkesinambungan sesuai dengan kata-kata Buddha, pasti kita dapat merombak sifat jiwa. Kemudian, Gosyo ini juga menjelaskan tentang wanita dan pencapaian kesadaran Buddha. Dikatakan bahwa wanita mengalihkan perhatian pria dalam pelaksanaan pertapaan dan karenanya berhati bengkok. Dengan makna “Myo” yang ketiga, Sosei (hidup kembali), Dunia Buddha yang tertutup dalam jiwa manusia yang keruh pun dapat timbul kembali. Diumpamakan bahwa burung yang sudah mati pun bisa hidup kembali bila namanya dipanggil. Makna “hidup kembali” di sini hendaknya tidak 10

Samantabadra | Oktober 2020

dipahami secara harfiah, karena yang hidup kembali adalah jiwa kesadaran Buddha yang tadinya tertutup tapi bisa memunculkan kesadaran dengan kekuatan “Myo.” Sutra-sutra selain Saddharmapundarikasutra semua memiliki huruf “Dai” (maha) pada judulnya. Saddharmapundarikasutra mengandung kata “Myo”, yang memungkinkan umat manusia mutakhir dharma yang tidak mempunyai akar kebaikan, untuk mencapai kesadaran Buddha. Sayangnya, masih sulit bagi manusia masa akhir dharma untuk percaya kepada Nammyohorengekyo dari Saddharmapundarikasutra. Perlu disadari bahwa rezeki yang masih sedikit berarti pelaksanaan Syinjin belum dijalankan dengan tepat. Menjalankan hati kepercayaan dengan lebih sungguh hati berarti meninggalkan perilaku dan kebudayaan dari filsafat sebelum Saddharmapundarikasutra. Perlu kita camkan juga bahwa tujuan kita

sebagai Bodhisatwa yang muncul dari bumi adalah untuk menyebarluaskan Dharma, dan membuat karma yang baik demi kebahagiaan umat manusia - bukannya mengutamakan harta, tahta, dan wanita. Meskipun kita sudah tidak percaya ajaran lain, tetapi masih lalai melaksanakan kepercayaan, maka sikap kepercayaan kita belum tepat. Hendaknya, kita tidak meremehkan jiwa kita. Niciren Daisyonin mengajak penerima surat ini dan kita semua untuk mengubah cara hidup kita. Tinggalkan filsafat-filsafat dari Ajaran Sementara dan jalankanlah ajaran Buddha Niciren dengan tulus, hanya memegang Nammyohorengekyo dari Saddharmapundarikasutra. ***


LIPUTAN_

SEREMONI VIRTUAL PENERIMAAN MAHASISWA BARU STAB SAMANTABADRA NSI

Tangkapan layar seremoni virtual penerimaan mahasiswa baru STAB Samantabadra NSI tahun ajaran 2020/2021. Dirjen Bimas Buddha Bapak Caliadi hadir secara virtual memberikan sambutan dan arahan.

S

elasa, 25 Agustus 2020 pukul 17.00 WIB, Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) SamantabadraNSI melalukan seremoni penerimaan dan penyambutan mahasiswa baru angkatan 2020/2021 program Studi Dharma Acarya/ Pendidikan Keagamaan Buddha. Upacara penyambutan mahasiswa baru ini dihadiri oleh Dosen dan Pimpinan STAB Samantabadra NSI serta Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI, Bapak Caliadi, S.H.,M.H. Dalam sambutannya, Bapak Caliadi selaku pribadi maupun atas nama lembaga Ditjen Bimas Buddha Kemenag RI mengucapkan selamat dan sukses bagi mahasiswa

baru yang telah diterima di STAB Samantabadra-NSI. Sebagaimana kita pahami bahwa dunia pendidikan saat ini sedang mengalami kejadian luar biasa yaitu pandemi covid 19 yang Sangat berpengaruh luas bagi para mahasiswa dan institusi pendidikan. Pada masa pandemi ini sistem pembelajaran tidak lagi dilakukan secara tatap muka, semua Institusi perguruan tinggi di setiap zona diwajibkan melaksanakan pembelajaran secara daring. Semua pimpinan tinggi pada semua zona hanya dapat mengizinkan aktivitas mahasiswa di kampus jika mematuhi protokol kesehatan.

Konsep belajar dari rumah digaungkan dan pada akhirnya memaksa para pelaku menerapkan pembelajaran dalam jaringan atau daring. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan model interaktif berbasis internet dan learning management system atau LMS. pembelajaran daring akan memiliki banyak keunggulan jika ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, oleh karenanya pembelajaran daring tidak sekadar menjadi metode pengganti melainkan dapat dioptimalkan untuk saling melengkapi dengan metode belajar lain secara berkelanjutan. Momentum Penanggulangan covid-19 saat ini adalah saat yang tepat bagi pemerintah dan institusi pendidikan untuk meningkatkan kemampuan teknologi agar pembelajaran daring dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan guna menunjang hal tersebut maka Di akhir sambutannya, Dirjen Bimas Buddha menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh civitas akademik STAB Samantabadra NSI dalam menjalani tahun akademik 2020/2021 yang masih Samantabadra | Oktober 2020

11


dalam kondisi covid-19. “Kita harus tetap semangat dalam melaksanakan proses pembelajaran perkuliahan dan menjaga kesehatan, keselamatan dengan disiplin melaksakan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah, dan senantiasa berdoa agar terbebas dari penyebaran covid 19,” tutur beliau. Sementara itu, Ketua STAB SamantabadraNSI, MPU Suhadi Sendjaja dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas atensi dan perhatian dari Dirjen Bimas Buddha Kemenag RI kepada umat NSI dan STAB Samantabadra NSI. “Kiranya ini merupakan sebuah dorongan morel yang sangat besar terhadap peningkatan mutu pendidikan formal di sekolah tinggi agama Buddha.” Tahun ini juga sekaligus menjadi angkatan pertama yang menggunakan metode kuliah jarak jauh atau metode dengan sistem modul. program pembelajaran jarak jauh ini merupakan program yang sangat tepat waktu dan tepat guna digunakan dalam dunia pendidikan. STAB SamantabadraNSI juga sedang terus berupaya di tengah kemajuan teknologi yang semakin terus berkembang . Tentunya dalam pendidikan formal di agama Buddha 12

Samantabadra | Oktober 2020

Simbolis penyematan jaket almamater STAB Samantabadra NSI kepada mahasiswa baru oleh Ibu Irawati Lukman.

STAB Samantabadra-NSI terus berusaha melakukan penyesuaian-penyesuaian nanti di dalam era 4.0 ini. Ke depannya misi STAB Samantabadra NSI adalah menjadi sebuah sekolah teologi agama Buddha yang berpedoman bahwa agama adalah sebuah keadilan yang universal. STAB SamantabadraNSI akan memfasilitasi mahasiswanya dalam memperoleh pengetahuan tentang prinsipprinsip Buddhis dari

Saddharmapundarika-sutra dalam perspektif akademik. MPU Suhadi Sendjaja juga mengucapkan selamat dan sukses untuk mahasiswa baru STAB Samantabadra-NSI angkatan 2020/2021. Beliau berharap agar kiranya para mahasiswa baru ini bisa membawa nama baik bagi Saddharmapundarika-sutra dan menjadi sumber daya manusia yang berkualitas untuk membangun bangsa dan negara. ***


KETUA UMUM NSI DALAM SIMPOSIUM NASIONAL STUDI DAN RELASI LINTAS AGAMA BERPARADIGMA (SIGMA) PANCASILA

S

abtu, 12 September 2020, bertempat di Hotel Horison, Serang, Banten, Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja menjadi Narsumber dalam acara yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Republik Indonesia “Simposium Nasional Studi dan Relasi Lintas Agama Berparadigma (SIGMA) Pancasila’’. Dalam forum tersebut Ketua Umum NSI menyampaikan Paradigma Pancasila Dalam Perspektif Agama Buddha Niciren Syosyu dalam Seminar Sesi VII: Studi dan Relasi Lintas Agama Berparadigma Pancasila dalam Perspektif Buddha dan Multikultur Indonesia Dalam Kesempatan ini Mpu Suhadi Sendjaja menyampaikan beberapa poin pembahasan yakni: - Arti kata Bangsa secara umum dalam perspektif akademis menurut Ernest Renan adalah Jiwa yang mengandung kehendak untuk Bersatu atau hidup Bersama, le desir d’etre ensamble. Bangsa

-

-

menurut Otto Bauer: Kesatuan karakter, eineSchiksalgemeinshaft erwachsene Karaktergemeinschaft. Himpunan manusia sebagai satu kesatuan karakter. (Lemhannas, 2015). Sedangkan pengertian Bangsa dalam perspektif Buddhis adalah Ikatan Jodoh Karma Masa Lampau yang Sejenis, Kesamaan Sifat Kecenderungan Hakikat Jiwa Di Dalam Tubuh yang Berbeda Sehingga Bisa Berkumpul Dalam Lingkungan yang Sama. Kaitannya dengan agama: agama adalah sebuah kehadiran a=tidak, gama= sembrono, kacau. Karena kemunculan suatu agama itu adalah satu kemunculan dimana situasi itu adalah tidak baik, dalam bahasa sansekerta a itu “tidak” dan gama itu “sembrono, kedangkalan, kacau”jadi agama itu adalah suatu kemunculan ketika suasana kacau dan sebenarnya agama hadir untuk mewujudkan perdamaian (menyelesaikan masalah). Tujuan Agama Buddha Niciren Syosyu adalah Manunggal (Namu/Namas) Dengan Hakikat Hukum/Dharma Alam Samantabadra | Oktober 2020

13


-

-

-

-

14

Semesta (Myohorengekyo). Arti kata Buddha dalam Bahasa Sansekerta adalah Bud= mengetahui, siuman (bangun), Sadardha=yang sempurna,utuh. Sehingga Buddha= Sadar Utuh, Sadar Sempurna. Sehingga dapat menjadi manusia yang sadar seutuhnya dalam kehidupan kali ini. Berbicara Pancasila yang menjadi filosofi bangsa harus disepakati bersama bahwa dalam melihat pancasila sebagai landasan kehidupan, akan menjadi satu pemikiran bahwa pancasila ini mestinya bukan hanya tingkat dihayati dan diamalkan, tetapi harus manunggal. Bagi bangsa Indonesia harus manunggal dengan Pancasila posisinya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila terdiri dari 5 sila yang pertama harus kita sangat pahami bahwa kelima sila ini adalah satu kesatuan. Pancasila harus dilihat secara utuh, tidak bisa secara terpisah-pisah karena Pancasila adalah satu kesatuan badan. Sila pertama harus menjadi landasan. Agama dalam konteks Pancasila adalah sumber energi Untuk Mewujudkan Keempat Sila Lainnya. Begitu juga Pancasila tanpa adanya Sila pertama pancasila, maka tidak akan ada jiwa nya. Para pendiri bangsa Indonesia menggali nilai-nilai ini di tengah-tengah masyarakan Indonesia, ditengah-tengah masyarakat banyak kearifan yang sudah mengakar, sehingga lahirlah Pancasila. Negara Indonesia memang bukanlah negara agama, tetapi memposisikan agama sebagai pedoman untuk menyelenggarakan negara dan pemerintahan. Sila kedua itu output dari pengamalan dari sila pertama. Semua agama punya konsep ketuhanannya masing-masing, yang perlu dipahami, tidak ada agama yang mengajarkan keburukan. Agama tidak pernah konflik, tidak ada satu agamapun yang mengajarkan konflik. Semua agama menuju pada satu titik temu, yaitu kemanusiaan/ kebahagiaan/ perdamaian. Sila ketiga adalah pengamalan dari sila pertama dan sila kedua secara komperhensif. Samantabadra | Oktober 2020

-

-

Sila keempat adalah teknis dasar menyelenggarakan negara kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan. Hikmah kebijaksanaan itu tidak akan muncul jika tanpa dasar landasan dunia Buddha. Pemikiran dan kearifan dari agama Buddha, begitu pun pada agama lain. Sehingga ada kekuatan spritual yang melandasi perasaan jiwa yang baik sehingga dalam menyelenggarakan negara juga bisa berlandaskan hikmah kebijaksanaan. Sila kelima yakni, Keadilan sosial bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam agama Buddha kebahagiaan mutlak adalah mencapai kesadaran Buddha. Dengan membahagiakan orang lain, maka kita juga membahagiakan diri sendiri.

Di akhir pemaparannya, Ketua Umum NSI menyampaikan bahwa kita sebagai umat beragama harus betul-betul menghayati ajaran agama yang kita yakini. Perlu pemahaman dan penghayatan yang baik terhadap ajaran agama, sehingga jika ajaran agama dijadikan landasan kehidupan maka akan menjadi kebaikan serta kerukunan dan keutuhan bangsa. Peran tokoh agama juga harus dengan sungguh-sungguh membimbing umatnya untuk paham dan melaksanakan ajaran agama nya. Sehingga dengan menghayati dan mengamalkan ajaran dapat membawa manfaat untuk membuka kesadaran, menghidupkan kesadarannya dan menyempurnakan perasaan jiwa manusianya. Sehingga dengan demikian, kita meletakkan ajaran agama sebagai dasar untuk menjalankan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. ***


KETUA KARITRA NSI MENJADI NARA SUMBER WEBINAR KPPPA RI

HARMONISASI DAN KETAHANAN KELUARGA DI MASA PANDEMI COVID-19 Seperti layaknya badan dan bayangan yang ada dalam setiap jiwa. Karena bunga teratai adalah bunga yang begitu berbunga langsung berbuah atau ada bijinya. Jadi sebab akibat ini berlaku di dalam ucapan, pikiran dan perbuatan kita. Yang membuat kita mawas diri dan waspada. Tidak ada akibat tanpa sebab, tidak ada juga juga bayangan tanpa badan. Ini merupakan suatu kebenaran yang memang ada dan berlaku di alam semesta ini.

P

ada tanggal 24 Agustus 2020, Ketua Karitra NSI, Ibu Tristina Handjaja menjadi Narasumber Webinar Harmonisasi Dan Ketahanan Keluarga Ditinjau Dari Perpspektif Berbagai Agama Serta Dampak Bagi Perempuan Dan Anak Di Masa Pandemi Covid-19 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) secara daring memalui zoom meeting. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-75 RI. Kegiatan tersebut menjadi kesempatan yang baik dalam memberikan pandangan secara Buddhist mengenai

peran Ibu dalam Harmonisasi dan Ketahanan Keluarga Ditinjau Dari Perpspektif Agama Buddha Niciren Syosyu di masa Pandemi Covid-19. Ibu Tristina dalam kegiatan tersebut memberikan pemahaman bahwa dalam perayaan HUT Kemerdekaan ini di tengah pandemi Covid 19, kita harus tetap merdeka. Kita harus bisa melewati dan mengatasi pandemi covid 19 di negara kita Indonesia dengan suasana jiwa yang berkesadaran. Tentunya kita harus mempunyai suasana jiwa yang sadar yaitu jiwa yang kuat, bebas, suci dan tenang. Agama Buddha mengambil bunga teratai sebagai simbol hukum sebab akibat langsung.

Teratai tumbuh semakin subur di kolam yang kotor atau berlumpur, begitu pula kesulitan atau tantangan hidup dalam diri kita menjadi jodoh untuk memunculkan kesadaran. Bagaimana kita bisa bisa mempertahankan ketahanan dalam keluarga jika di dalam jiwa kita sendiri tidak harmonis. Jadi kita bisa mengharmoniskan lingkungan jika diri kita sendiri harmonis. Jika diri kita snediir tidak harmonis yang perasaan jiwanya selalu penuh ketakutan , kekacauan, mengeluh, kesal, marah dan benci pada lingkungan dan selalu menyalahkan orang lain, hal-hal seperti ini adalah sebab-sebab membuat karma buruk yang mendatangkan Samantabadra | Oktober 2020

15


penderitaan. Dalam perspektif Buddhis, memang banyak faktor yang menyebabkan timbulnya penyakit dan untuk menangkal penyakit manusia perlu meningkatkan daya tahan tubuh, dengan memunculkan kesadaran spiritual dan diperlukan perombakan sifat jiwa untuk mengatasi pikiran atau perasaan jiwa yang dikuasai oleh tiga sebab penderitaan yaitu keserakahan, kemarahan, dan kebodohan/kegelapan batin. Untuk mengatasi keserakahan kita harus belajar berbagi, dan diri kita merasa cukup. Mengatasi kemarahan yang cenderung selalu menolak, kita harus meningkatkan empati dan merasa bahagia melihat orang lain senang, serta merasa susah jika orang lain menderita. Sedangkan untuk mengatasi kebodohan/ kegelapan batin, kita harus melatih berpikir kritis dan bijaksana tahu baik dan buruk atau benar dan salah dan tidak hanya ikut-ikutan saja. Disampaikan oleh Ketua Karitra NSI bahwa sebagai manusia yang Pacasilais, keyakinan pada agama kita masing-masing sila Ketuhanan Yang Maha Esa, ajaran agama hendaknya yang menjadi dasar kesadaran dalam berpikir, berucap maupun berperilaku untuk menjadi manusia yang adil dan beradab. Sehingga kita mau yang bersatu,

16

Samantabadra | Oktober 2020

tidak ada toleransi tapi atau menerima seutuhnya sebagai sesama bangsa dan sesama manusia. Kita sebagai rakyat yang bisa berpikir harus bisa berpikir kritis bijaksana tidak sekedar ikut-ikutan, sehingga keadilan sosial bagi seluruhnya bisa dirasakan secara nyata dalam kehidupan seharihari. Sebagai Penghayatan Pancasila kita memang harus cinta tanah air dengan perilaku. Kesetaraan laki-laki dan perempuan adalah samasama manusia. Jadi peran

sosial di dalam rumah tangga harus dikomunikasikan antara suami dan istri. Rumah tangga bisa lestari dan keluarganya bahagia, bila suami dan istri berjalan bergandengan serta masing-masing bisa meningkatkan kualitas diri, bukan hanya mencari atau menerima dan berhadapan saling menyalahkan. Dalam berumah tangga baik suami atau istri semua punya potensi dan juga pola pola asuh terhadap anak yang akan menentukan masa depan bangsa. Sebab anak adalah agen perubahan yang layak kita hargai, dan tidak perlu adanya kekerasan. Begitu pula

segala sesuatu yang terjadi dalam hidup menurut Agama Buddha adalah sesuai dengan karmanya masing-masing. Tidak ada gunanya untuk menyalahkan orang lain atau. Yang terpenting adalah masa sekarang ini, karena akan menentukan masa depan. Di mana kita bisa belajar dari masa lampau. Pikiran, perbuatan dan ucapan kita harus selaras sehingga kita menjadi orang yang harmonis, bisa menerima, bisa tahu arti cukup dan bisa menerima kenyataan dan proaktif melakukan perubahan. Pada kesimpulannya, Ibu Tristina menyampaikan bahwa dalam perspektif agama Buddha situasi pandemi seperti ini diibaratkan seperti kita sedang ada di musim dingin. Walaupun negara kita tidak ada musim dingin, namun maknanya setelah musim dingin akan menjadi musim semi, demikian kebenaran alam semesta, tidak mungkin kembali ke musim gugur. Kita semua harus yakin pandemi covid-19 ini bisa berlalu dan kita bisa mengatasinya di negara Indonesia tercinta, untuk bisa menjadi manusiamanusia yang kuat dan unggul sehingga negara pun maju. Kita harus memaknai peringatan hari kemerdekaan sebagai sebuah kegembiraan bagi diri kita untuk terus maju dengan jiwa yang kuat, suci, bebas dan tenang.***


PENGUKURAN LAHAN UNTUK KRK WIHARA VIMALAKIRTI CENGKARENG BAGIAN DARI PROSES IMB RUMAH IBADAH

Ketua Umum NSI bersama DPD dan umat NSI Cengkareng.

S

udah enam bulan Covid-19 mewabah di Indonesia, sehingga semua kegiatan di wihara pun saat ini diadakan secara daring (dalam jaringan)/online, belum ada pertemuan tatap muka. Walaupun saat ini wihara belum dipergunakan untuk berkegiatan secara massal, NSI tetap terus melakukan proses rencana pembangunan wihara di wilayah di Indonesia, di antaranya renovasi/ pembangunan kembali wihara sekaligus melakukan penyesuaian IMB Rumah Ibadat. Seperti pada proses untuk mendapatkan IMB Rumah Ibadah Wihara Vimalakirti Cengkareng, setelah diajukan kepada Walikota Jakarta

Diskusi dan ramah tamah dengan tim juru ukur kecamatan Cengkareng.

Barat, dilanjutkan dengan pembuatan Surat Ketetapan Rancangan Kota (SKRK). Pada hari Jumat, 14 agustus 2020, Wihara Vimalakirti Cengkareng yang beralamat di Jalan Semboja No.49, Cengkareng Barat mendapat kunjungan tim juru ukur dari Kecamatan Cengkareng untuk melakukan survey lapangan pengukuran lokasi wihara yang akan direnovasi. Kegiatan pengukuran lapangan/bangunan yang akan direnovasi merupakan rangkaian dari beberapa tahapan proses untuk mendapatkan IMB mendirikan atau merenovasi rumah ibadah. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 2020, SKRK untuk Wihara Vimalakirti

Cengkareng sudah terbit, dan tahapan selanjutnya adalah mengurus kelengkapan berkas untuk permohonan IMB, seperti kelengkapan detail GPA (Gambar Perencanaan Arsitek), struktur, perhitungan, IPTB (Ijin Pelaku Teknis Bangunan), dan sebagainya. Kiranya umat NSI selalu bersama-sama semakin semakin satu hati, saling menjaga, dan semakin bersemangat dalam membuat sebab-sebab baik sehingga menghasilkan akibat yang baik dalam proses renovasi Wihara Cengkareng maupun wiharawihara lainnya dan penerbitan IMB rumah ibadahnya dapat berjalan dengan baik dan lancar. ***

Samantabadra | Oktober 2020

17


NSI PEDULI KONTRIBUSI NSI PADA LINGKUNGAN KELURAHAN DOMISILI KANTOR PUSAT NSI sebagai organisasi keagamaan Buddha merupakan bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan masyarakat di mana NSI berkembang. Hal ini juga adalah bentuk pengamalan dari syinjin dan ajaran Buddha Niciren Daisyonin. Pada tanggal 11 September 2020 di domisili kantor pusat NSI, yaitu kelurahan Pasar Manggis, Jakarta Selatan, NSI yang diwakili oleh staf NSI Ibu Vina Pratiwi menyalurkan seribu buah masker kain buatan anggota NSI kepada pejabat kelurahan untuk didistribusikan kepada warg sekitar yang membutuhkan. Pada bulan sebelumnya NSI juga menyampaikan bantuan semen untuk korban kebakaran di RT 07 Keluarahan Pasar Manggis. ***

RAPAT KOORDINASI PENCEGAHAN PENYEBARAN COVID-19 DI PROVINSI BANTEN NSI berperan aktif dalam mengendalikan penyebaran wabah Covid-19, salah satunya dengan turut serta dalam rapat koordinasi Pencegahan Penyebaran Covid 19 di provinsi Banten bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi Banten, sekaligus penandatanganan pakta integritas oleh lembaga/organisasi di bawah naungan BPBD Banten. *** 18

Samantabadra | Oktober 2020


PROGRES RENOVASI KANOPI DI MAHAWIHARA SADDHARMA NSI

P

andemi Covid-19 membuat seluruh kegiatan susunan NSI dialihkan ke media daring. Momen ini dimanfaatkan NSI untuk merenovasi kanopi Mahawihara Saddharma NSI yang sudah mulai usang dan bocor. Progresnya terlihat seperti foto-foto di halaman ini. Walau pandemi melanda, mari kita semua umat NSI dapat bersatu hati untuk tetap berdana paramita agar dapat menunjang perkembangan susunan NSI secara berkelangsungan. Semoga kita dapat segera berjumpa kembali secara langsung di Mahawihara Saddharma. ***

Samantabadra | Oktober 2020

19


_AJARAN

Gosyo Kensyu

Surat Perihal Tiga Harta Pusaka

Latar Belakang

S

urat ini ditulis pada tanggal 11 September 1277 (kenji ke-3), diberikan kepada Syijo Kingo yang berada di Kamakura. Isinya menegaskan bahwa penyakit yang diderita majikannya, Ema, pada umumnya merupakan akibat imbalan karena menganiaya Syijo Kingo sebagai pelaksana Hukum Sakti. Di samping itu, menasehati Syijo Kingo untuk menahan diri dan berhati-hati agar tidak mudah emosi hingga melakukan sesuatu yang ceroboh. Kemudian mengajarkan bahwa ketabahan merupakan sesuatu hal yang penting. Oleh karena dalam surat ini menarik cerita Kaisar Susyun yang telah dibunuh akibat emosi, maka surat ini diberi nama “Surat Kaisar Susyun�. Dalam surat yang diberikan kepada Syijo Kingo pada bulan 7 tahun yang sama tertera. “Karena tanah milik yang diperoleh adalah bantuan dari obat mujarab Saddharmapundarika-sutra yang telah menyembuhkan majikan Anda, maka kalau tanah milik itu disita penyakitnya akan kambuh lagi�. Hal mana ditujukan kepada orang yang menjalankan tugas. Karena meragukan kata-kata Syijo Kingo akan terjadinya ramalan yang tepat seperti tersebut diatas, sehingga akan menimbulkan kemarahan dari majikan dan karena khawatir terhadap kawan sekerja yang ingin membunuh Syijo Kingo maka Niciren Daisyonin menulis surat ini dengan tegas menasehati Syijo Kingo. Bagian pertama menjelaskan Hukum pembangkitan dari dalam dan perlindungan dari luar. Bagian ke dua menunjukkan akibat imbalan bagi orang yang menghalanghalangi Hukum Sakti.

20

Samantabadra | Oktober 2020


Bagian ke tiga menegaskan pentingnya perlindungan keselamatan diri sendiri. Bagian ke empat menandaskan persatuan dan kesatuan hati dari kawan seperjuangan. Bagian ke lima menunjukkan bahwa memperoleh kepercayaan dari majikan adalah karena kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra. Bagian ke enam perihal bersama-sama jatuh ke neraka Bagian ke tujuh perihal menimbun harta dari jiwa. Bagian ke delapan perihal Kaisar Susyun. Bagian ke sembilan menujukkan pentingnya perilaku manusia.

Isi Gosyo

S

ehelai baju kosode putih, satu renceng uang, juga surat dari Toki Dono berikut buah-buahan pir dan kesemak serta berbagai makanan telah Saya terima dengan baik.

Bagaimana pun perihal majikan Anda, Ema, adalah sesuatu yang menyedihkan. Walau kelihatannya majikan Anda tidak menganut Saddharmapundarika-sutra, namun karena budi dan perhatiannya terhadap Anda sebagai pegawainya, sehingga Anda telah dapat menyumbang kepada Saddharmapundarika-sutra. Maka dengan demikian, kurnia kebajikan tersebut harus dengan sepenuhnya didoakan demi kesembuhan penyakit majikan Anda. Pohon kecil yang berada di bawah pohon besar dan rumput yang tumbuh di tepi sungai, walau tidak memperoleh curahan air hujan dan air sungai secara langsung, namun dengan wajar akan dibasahi oleh embun dan memperoleh air sungai. Begitu pun halnya hubungan Anda dengan majikan. Walau Raja Ajatasatru adalah musuh dari Buddha Sakyamuni, namun karena menterinya, Giba, percaya dan selalu menyumbang kepada Sakyamuni sehingga dikatakan kurnia kebajikannya telah dikembalikan kepada Raja Ajatasatru. Dalam Hukum Agama Buddha terdapat hukum yang penting yang dikatakan sebagai “Pembangkitan dari dalam dan perlindungan dari luar”. Inilah prinsip agama Buddha yang penting sekali. Dalam Bab Sadaparibhuta Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Saya sungguhsungguh menghormati Anda sekalian”. Dalam Parinirvana-sutra dikatakan “Seluruh umat manusia tidak tertinggal seorang pun, memiliki jiwa Buddha”. Dalam ‘Sastra pembangkitan’ karangan Bodhisattva Avagosya dikatakan; “Karena Hukum yang kekal dan hakikat selalu dilaksanakan dengan tekun dan teguh, sehingga memusnahkan Samantabadra | Oktober 2020

21


hati yang tersesat dan memunculkan Dharma Kaya”. Dalam ‘Sastra Yoga’ karangan Bodhisattva Maitreya juga dijelaskan perihal yang sama. Walau pelaksanaan terpendam yang tak terlihat namun terwujud sebagai kebajikan. Oleh karenanya, walau para pegawai keluarga Ema telah di hinggapi oleh iblis, namun karena prinsip “Pembangkitan dari dalam dan perlindungan dari luar” dapat mengetahui bahwa seluruh keluarga Ema akan menjadi keluarga Hukum Sakti. Untuk menghalang-halangi Anda dalam memberi sumbangan kepada Saddharmapundarikasutra, kali ini Ryuzobo dan lain-lain telah mengungkapkan bualan besar mereka. Namun demikian, karena hati kepercayaan Anda mendalam sekali sehingga menjadi berat dan berkepanjangan. Dan juga Ryuzobo yang diandalkan mereka sebagai tiang, sebenarnya telah tumbang terlebih dahulu. Begitupun orang-orang yang selalu memfitnah akan diserang dengan penyakit yang sama. Karena Ryokan adalah seorang yang memiliki dosa besar dalam Hukum Agama Buddha, maka mungkin akan menghadapi peristiwa besar dan dijatuhi hukuman. Namun demikian, hal tersebut belum tentu akan berakhir di situ saja. Sehubungan dengan dirasakan adanya bahaya yang akan menyerang diri Anda, sudah pasti musuh sedang mencari kesempatan. Kalau batu dari permainan Sugoroku keduanya berdampingan, maka tidak dapat dikalahkan. Begitupun kalau pada kendaraan terdapat dua roda maka tidak akan mudah terbalik. Dengan demikian, kalau musuh berhadapan dengan dua orang ia pun akan ragu-ragu untuk menyerang. Oleh karena demikian halnya, apabila anak buah Anda membuat kesalahan apapun bentuknya, hendaknya Anda memberi kelonggaran dan jangan memisahkan diri dari mereka. Ketika keadaan Anda sedang marah akan terwujud dengan nyata dalam wajah. Walau dipikirkan betapa penting pun, hendaknya Anda mengetahui bahwa orang pemarah tidak akan dilindungi oleh dewa-dewa pelindung Agama Buddha. Kalau Anda terbunuh, walau mencapai kesadaran Buddha pun, mereka akan merasa gembira. Namun sebaliknya, di pihak Anda akan mengeluh dengan penuh penyesalan. Kalau hal ini sampai terjadi, sungguh sangat disayangkan sekali. Mereka sedang berupaya agar Anda terjerumus, karena sejak dahulu Anda telah memperoleh kepercayaan dari majikan Anda. Walau kelihatannya mereka berdiam diri, namun di dalam dada mereka kiranya sedang mempersiapkan suatu siasat. Oleh karenanya, hadapilah mereka sehari-hari dengan sikap sewajarnya dan bahkan hormatilah anggota keluarga Ema melebihi masa-masa sebelumnya, juga ketika mendapat kunjungan dari para pejabat dan mendapat panggilan dari majikan pun hendaknya selalu bersikap waspada. Seandainya sesuatu hal atas diri Ema Nyudo, maka mereka pun akan menjadi penganggur. Sehinggga kalau Anda tidak dapat meninjau kembali dan membedakan kewajaran yang ada, sebaliknya malahan Anda lebih menonjolkan diri dari mereka, hal ini pasti akan membakar iri hati dan mengakibatkan kebencian yang sulit dipadamkan. Seandainya istri para pejabat dan penguasa menanyakan keadaan penyakit majikan Anda, maka tanpa membedakan kedudukan si penanya, hendaknya menjawab dengan sikap membungkuk dan sopan. “Walau kekuatan saya tidak melampaui penyakitnya, 22

Samantabadra | Oktober 2020


namun karena ada permintaan yang keras agar mengobatinya, dan di samping itu juga karena saya seorang petugas sehingga mengobatinya dengan cara demikian”. Dalam menghadapi mereka hendaknya memakai pakaian yang sederhana dan tidak menyolok, serta dengan sikap penuh perhatian. Berulang-ulang, agar dapat memahami sebaik-baiknya hal mengenai keadaan Masa Akhir Dharma, maka Buddha mengatakan bahwa: “Dalam masyarakat yang kotor dan jahat ini, walau arif bijaksana pun, untuk berada di dunia ini merupakan sesuatu hal yang amat sulit. Sama seperti batu yang berada dalam kobaran api, walau sementara dapat menahan panas, namun pada akhirnya akan terbakar hancur menjadi abu”. Para arif bijaksana pun selalu mengatakan: “Kelima prinsip dari ketulusan, kesetiaan dan lain-lain, namun hal tersebut sulit dilaksanakan oleh diri sendiri”. Begitupun pepatah mengatakan “Kalau menduduki jabatan yang tinggi, jangan menetap terlalu lama”. Walau banyak orang yang ingin menjatuhkan Anda, namun tidak dapat terjatuhkan, sehingga Anda akan semakin memperoleh kemenangan. Seandainya Anda tidak dapat menahan emosi, maka akan jatuh dan terjerumus ke dalamnya. Hal mana sama seperti yang dikatakan dalam masyarakat luas, bahwa perahu yang terselamatkan dari bahaya, malah terbalik dan tenggelam di dekat pantai, dan juga sama seperti setelah makan tidak dapat minuman, sungguh sangat disayangkan sekali. Di rumah majikan, Anda memperoleh sebuah kamar dan selama berada di situ tidak akan terjadi hal apa pun. Namun ketika pergi dan pulang kerja pada pagi dan sore hari, pasti mereka mencari kesempatan untuk menyerang pintu rumah Anda, ruang sembahyang, lantai dan langit-langit harus diperhatikan dengan baik-baik. Kali ini siasat mereka lebih hebat daripada sebelumnya. Bagaimana pun juga tiada seorang pun dari orang yang beronda malam di Egara Kamakura yang memiliki kekuatan seperti itu. Walau hati tidak sesuai pun hendaknya dapat berhubungan lebih akrab dengan mereka. Minamoto Yosyicene sama sekali tidak mengalami kesulitan untuk menghancurkan keluarga Heike, yakni dengan menarik Taguci Syigeyosyi, seorang bangsawan dan kawan dari pihak Heike, sebagai sekutunya, sehinggga berhasil memusnahkan keluarga Heike. Sedangkan Yoritomo karena menganggap Osada Tadamune sebagai musuh dari keluarganya, hingga keluarga Heike hancur pun, tidak berhasil memenggal kepalanya. Apalagi keempat orang yang meronda malam, kalau dipandang dari sudut yang jauh adalah demi Saddharmapundarika-sutra; dan kalau dipandang secara dekat adalah demi Niciren, di mana telah mengorbankan jiwa raga hingga rumahnya disita oleh penguasa. Terhadap orang-orang yang sedemikian percaya kepada Niciren dari Saddharmapundarika-sutra, walau sebelumnya telah dihadapi oleh berbagai hal, harap berilah kehangatan hati kepada mereka. Terlebih dari itu, kalau orang-orang tersebut selalu keluar masuk rumah Anda, maka musuh pun segan untuk menyerang di malam hari. Begitu pun, karena Anda bukan musuh yang membunuh orang tua mereka, maka kiranya mereka tidak berani menyerang secara terang-terangan. Bagi orang yang selalu

Samantabadra | Oktober 2020

23


menghindari perhatian orang lain, justru keempat orang ini dapat diandalkan untuk hal itu. Hendaknya jalinlah hubungan yang akrab, karena Anda adalah seorang pemarah, maka walau Saya mengatakan demikian pun, mungkin tidak mau mendengarnya. Seandainya demikian, maka kekuatan doa Niciren pun tidak dapat mengatasinya. Ryuzobo dan kakak Anda adalah orang jahat bagi Anda. Dengan perlindungan dewa-dewa agama Buddha, semuanya akan terjadi sesuai dengan apa yang Anda pikirkan. Sesungguhnya, apakah terpikirkan bahwa Anda telah menentang hati dari para dewa agama Buddha? Sebagai umpama, walau Anda memperoleh puluhan juta pusaka namun kalau Anda dibuang oleh majikan, bukankah sama sekali tidak ada artinya? Sebetulnya, Anda telah merasakan bahwa majikan sebagai orang tua Anda, hal mana sama seperti air yang mengikuti bentuk dari bejana; anak sapi yang selalu mengikuti induknya dan juga sama seperti orang yang lanjut usia mengandalkan tongkat. Kepercayaan majikan kepada Anda adalah tidak lain karena kekuatan perlindungan yang sangat besar dari Saddharmapundarika-sutra. Kawan sekerja Anda kiranya pasti akan mengagumi Anda. Hendaknya secepat mungkin berdialog dengan keempat orang ini hingga terjalin hubungan sebagai kawan; dan perkembangan selanjutnya harap laporkan kepada Saya, Niciren. Kalau demikian halnya, demi Anda Niciren pun akan memperkuat doa atas perlindungan dewa-dewa agama Buddha. Dan juga kedua almarhum orang tua Anda telah Saya sampaikan kepada dewa-dewa agama Buddha, bahwa “Saemonnojo sangat menyesal�. Pasti pikiran Buddha Sakyamuni (Gohonzon) pun akan mengucapkan selamat. Hal yang tak terlupakan hingga saat ini adalah pada tanggal 12 bulan ke-9 tahun 1271 (Bun-ei 8) ketika Niciren sedang menjalankan hukuman penggal kepala di Tacenokuci, Anda telah bersama saya dan memegang tali les kuda sambil menangis dengan penuh kesedihan. Hal ini tidak mungkin akan terlupakan walau dalam keadaan yang bagaimanapun. Seandainya dosa Anda berat hingga menyebabakan Anda jatuh ke dalam Neraka, maka walau betapapun Buddha Sakyamuni membujuk Niciren untuk menjadi Buddha, namun Saya tidak akan mengikuti-Nya, dan Saya akan bersamasama Anda masuk ke dalam neraka. Kalau Niciren bersama Anda masuk ke dalam neraka, maka sudah pasti tidak diragukan lagi bahwa Buddha Sakyamuni dan Saddharmapundarika-sutra pun akan jatuh ke dalam neraka. Dengan demikian, sama seperti di dalam kegelapan bulan memancarkan sinar kecemerlangannya; sama seperti air panas yang dimasukkan ke dalam air dingin maka akan menjadi dingin adanya; sama seperti es yang dibakar dengan api akan meleleh; dan juga sama seperti sinar matahari yang menyinari kegelapan akan menghilangkan kegelapan. Maka itu, akan menjadikan “Neraka adalah tanah suci pencapaian kesadaran Buddha�. Seandainya terdapat sedikitpun penyelewengan hingga tidak berhasil menyelesaikan masalah, maka jangan sekalikali membenci Niciren. Sekarang wabah penyakit yang melanda dalam masyarakat adalah sesuai dengan apa yang Anda katakan, di mana dengan berlalunya waktu, orang yang berkedudukan tinggipun akan terjangkit. Bukankah ini perbuatan dari Dasaraksasi? Sekarang untuk sementara waktu perhatikanlah perkembangan masyarakat.

24

Samantabadra | Oktober 2020


Begitu pun juga, jangan beritahukan kepada orang lain atas keluhan Anda dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat. Seandainya terjadi hal demikian, maka hal ini tidak akan dapat dikatakan sebagai seorang yang bijaksana. Seandainya hal demikian dilaksanakan, maka anak istri yang ditinggalkan kemudian, walau mereka tidak bermaksud untuk membicarakan hal yang memalukan, tetapi karena mengenang perpisahan dengan suaminya, mereka akan membicarakan hal yang memalukan bagi suaminya kepada orang lain. Ini sama sekali bukanlah kesalahan sang istri, namun sesungguhnya karena perilaku sang suami yang kurang bijaksana. Dapat dilahirkan sebagai seorang manusia adalah hal yang sulit sekali. Hal mana sama seperti pasir di atas kuku, merupakan kehadiran yang sedikit sekali. Dan juga seandainya dapat dilahirkan sebagai seorang manusia pun namun untuk mempertahankan dirinya adalah sulit sekali. Sama seperti sesuatu yang sulit diperkirakan bagai embun di atas rumput yang akan menguap hilang karena disinari matahari. Sebagai umpama, daripada kita hidup sampai usia 120 tahun dan mati dengan nama buruk, maka lebih baik hidup hanya satu hari dengan meninggalkan nama baik. Nasacekasaburo, Saemonnojo, hendaknya Anda bersedia memperoleh julukan nama baik dan orang-orang di Kamakura selalu mengatakan bahwa ‘’Anda demi majikan, demi Hukum Agama Buddha maupun dalam menghadapi hal-hal kemasyarakatan selalu dihadapi dengan hati yang sungguh-sungguh hingga merupakan sesuatu yang menakjubkan sekali”. Camkanlah dalam hati. Daripada menimbun harta benda di dalam gudang, lebih unggul menimbun harta badan, daripada menimbun harta badan, lebih unggul mengutamakan harta jiwa. Setelah membaca surat ini timbunlah harta jiwa. Di sini Saya akan menulis suatu cerita yang di rahasiakan dan merupakan sesuatu yang penting sekali. Sejak negeri Jepang didirikan, terdapat dua orang raja yang dibunuh bawahannya, salah seorang adalah Kaisar Susyun. Kaisar Susyun adalah putra mahkota dari Kaisar Kinmei, paman dari putra mahkota Syotoku yakni Kaisar keturunan ke-33. Pada suatu waktu, ia memangil putra mahkota Syotoku dengan berkata: ‘’Dikatakan bahwa Anda adalah orang yang arif bijaksana. Coba lihatlah wajah saya untuk meramal nasib saya”. Walau putra mahkota Syotoku telah tiga kali menolaknya, namun betapa pun tidak dapat mengelaknya sehingga pada akhirnya dengan hati-hati ia melihat wajah sang kaisar untuk meramal nasibnya. Kemudian berkata: ‘’Paduka mempunyai wajah yang akan dibunuh orang”. Mendengar demikian, wajah sang kaisar berubah dan berkata: “Dengan bukti yang bagaimanakah sehingga saya dapat menaruh kepercayaan atas kebenaran hal tersebut di atas?” Putra mahkota menjawab dengan berkata: “Urat mata paduka yang berwarna merah menonjol keluar, itulah wajah untuk dibenci orang”. Selanjutnya sang kaisar menanyakan: “Dengan usaha bagaimanakah agar kesulitan ini dapat dihindari?” Sang putra mahkota berkata: “Sulit untuk menghindari hal ini. Hanya di dalam kelima prinsip dari ketulusan dan kejujuran terdapat ksatria, kalau hal ini dapat ditinggalkan dari badan paduka, maka kesulitan ini kiranya dapat Samantabadra | Oktober 2020

25


dihindarkan. Dalam Hukum Agama Buddha ‘ksatria’ ini dikatakan sebagai ‘Kshanti Paramitha’, yakni salah satu dari keenam paramitha”. Sejak saat itu, selama beberapa waktu sang kaisar telah mempertahankan Kshanti Paramitha, namun sang kaisar adalah seorang pemarah sehingga mudah sekali gagal dalam melaksanakan pertapaan Kshanti Paramitha. Pada suatu waktu, di hadapan orang yang mempersembahkan anak babi hutan, sang kaisar melepaskan mahkotanya dan dengan sengit menusuk-nusuk mata anak babi hutan itu seraya berkata: “Bilamana budak yang saya benci itu dapat saya perlakukan seperti demikian...” Putra mahkota Syotoku yang berada pada kejadian tersebut diatas berkata: “Ah... suatu hal yang menyedihkan. Paduka yang mulia pasti akan dibenci orang. Kata-kata hari ini akan menjadi pedang yang membunuh diri sendiri”. Agar orang-orang tidak membocorkan hal tersebut, mereka telah diberi berbagai barang berharga sebagai imbalan. Akan tetapi, salah seorang di antaranya telah membocorkan hal tersebut kepada seorang menteri yang bernama Souganoumako, karena Umako merasa apa yang dikatakan kaisar adalah menunjuk dirinya sehingga ia memerintahkan Ataikoma anak dari Azumanoayanotaiiwai untuk membunuh sang kaisar. Dengan demikian, walau dirinya sebagai seorang kaisar pun, tidak boleh seenaknya mengutarakan kata-kata yang dipikirkan dalam hatinya. Orang arif bijaksana, Kong Fu Chu mengatakan: “ku si ichi gon; sembilan kali berpikir kemudian baru dikatakan”. Dan juga dikatakan bahwa “Siu Kun Tan ketika mencuci rambutnya pun kalau kedatangan tamu, selalu berhenti mencuci rambutnya yang belum selesai untuk menyambut tamunya; sedangkan kalau ia sedang makan pun akan mengeluarkan makanan yang ada di mulutnya untuk menyambut kedatangan tamu”. Hal ini hendaknya dicamkan dalam hati. Kalau kata-kata saya tidak Anda dengarkan hingga mengalami kegagalan, jangan menyalahkan saya. Yang dikatakan Hukum Agama Buddha adalah hal ini. Inti hakikat seluruh ajaran seumur hidup Buddha Sakyamuni adalah Saddharmapundarika-sutra, sedangkan inti hakikat pertapaan Saddharmapundarikasutra terdapat dalam Bab Sadaparibhuta. Apakah makna sesungguhnya Bodhisattva Sadaparibhuta yang selalu menghormati orang-orang? Maksud pokok kelahiran Buddha Sakyamuni di dunia ini adalah menjelaskan perilaku seorang manusia. Camkanlah baik-baik. Yang mewarisi prajna kebijaksanaan dinamakan manusia, yang bodoh dinamakan binatang. Hormat saya, tertanda Niciren

26

Samantabadra | Oktober 2020


Kutipan Gosyo

1

Dalam Hukum Agama Buddha terdapat hukum yang penting yang dikatakan sebagai “Pembangkitan dari dalam dan perlindungan dari luar”. Inilah prinsip Agama Buddha yang penting sekali. Keterangan: “Nai Kun Gego” berarti “pembangkitan dari dalam dan perlindungan dari luar”. Hal ini tertulis dalam Bab Sadaparibhuta Saddharmapundarika-sutra, Maha Parinirvana-sutra, dan Sastra Pembangkitan Kepercayaan yang menunjukkan prinsip pemunculan jiwa Buddha dalam jiwa setiap manusia. Di dalam jiwa seluruh umat manusia sejak asal mula telah memiliki jiwa Buddha, dan dengan dibangkitkannya jiwa Buddha dalam jiwa manusia, sehingga orang-orang disekitarnya akan berfungsi membantu memperkokoh jiwa Buddha yang diwujudkan. Hal yang terpenting pada dasarnya adalah pembangkitan dari dalam, yakni perombakan dan pengembangan jiwa sendiri yang akan tercerminkan sebagai perlindungan diri sendiri dalam segi perwujudan perlindungan dari luar. Kalau berpikir bahwa karena Syijo Kingo bekerja sebagai pegawai keluarga Ema, sehingga dapat mempertahankan kehidupannya, begitupun karena perlindungan Ema sehingga Syijo Kingo dapat menyumbang kepada Saddharmapundarika-sutra, maka sesungguhnya Ema pun mementingkan Syijo Kingo. Dengan kata lain Ema telah menunaikan fungsi perlindungan dari luar terhadap kepercayaan dari Myoho (Saddharma). Kesungguhan hati berterimakasih dari hati Kepercayaan yang muncul dalam jiwa Syijo Kingo telah menimbulkan fungsi jiwa suci Ema untuk melindungi dari luar.

Oleh karenanya hati dari Niciren Daisyonin seperti yang dikatakan dalam kutipan yang berbunyi: “Bagaimanapun perihal penyakit majikan Anda, Ema, adalah sesuatu yang menyedihkan”. Jadi sama sekali tidak ‘menggembirakan karena tepatnya ramalan’ beliau, maupun karena terwujudnya akibat imbalan yang nyata. Betapapun ‘Beliau secara mendalam merasakan dan merisaukan penderitaan orangorang yang menentang Hukum Agama Buddha sebagai penderitan diri sendiri. Justru, kita harus belajar semangat dari orang yang melaksanakan dan percaya terhadap Hukum Agama Buddha yang sesungguhnya’. Hal yang dapat dipelajari di sini menunjukkan prinsip yang terdapat dalam masyarakat sekarang ini, bahwa kurnia kebajikan pelaksanaan kepercayaan seorang manusia akan tercermin sebagai kemakmuran seluruh masyarakat. Bukti nyata perseorangan dari pelaksanaan Hukum Agama Buddha tidak akan berakhir di situ saja melainkan akan mempengaruhi keluarga, masyarakat dan lingkungan maupun seluruh umat manusia. Kiranya perlu diketahui bahwa kehadiran seorang manusia dapat dipertahankan dengan budi kebajikan yang tak ternilai dari masyarakat.

2

Oleh karenanya, walau para pegawai pada keluarga Ema telah dihinggapi iblis.

Keterangan: Bagian ini menjelaskan bahwa Ema yang kembali jatuh sakit adalah disebabkan oleh hasutan yang menyesatkan dari pegawainya. Samantabadra | Oktober 2020

27


Dan merupakan akibat imbalan atas penganiayaan terhadap Syijo Kingo yang membimbing majikannya menuju jalan yang benar. Hal mana mengisyaratkan kemenangan Syijo Kingo telah semakin mendekat. Para pegawai yang menghasut Ema dikatakan: “Telah dihinggapi iblis”, kalau dipandang dengan pengertian masa sekarang ini, seakan-akan bersifat tahayulan. Namun demikian, di sini terdapat pandangan tuntas dari Hukum agama Buddha, yakni tidak terpukau pada hal-hal kecil namun terdapat prajna untuk kesadaran terhadap kebenaran yang sesungguhnya. Kalau dikatakan berdasarkan “Prajna” maka yang jahat tidak hanya jiwa orang itu sendiri, melainkan sedikitnya sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan yang jahat, yakni menindas dan menganiaya hukum sakti. Kalau sumber pokok kejahatan adalah jiwa itu sendiri, maka hal mana tidak lain akan membangkitkan rasa benci dan permusuhan orang itu. Justru pandangan hukum agama Buddha merupakan fungsi yang meredakan pertentangan yang timbul karena kebencian dan pertentangan antar manusia. Dan juga, kalau berdasarkan pada pandangan yang tuntas ini maka hati yang membenci kepercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra, bukan dimiliki sebelum mereka dilahirkan. Namun sesungguhnya merupakan akibat dari pikiran, ideologi serta pandangan hidup yang tersesat. Jadi sumber pokok kejahatan sama sekali bukan jiwa orang itu sendiri, karena jiwa itu merupakan sesuatu yang netral yang dapat terpengaruhi oleh kejahatan maupun kebaikan. Oleh karenanya pandangan masyarakat dan penilaian terhadap sesuatu itu sendiri diwujudkan oleh Niciren Daisyonin sebagai iblis atau “iblis jahat” sebagaimana adanya. 28

Samantabadra | Oktober 2020

3

Walau dipikirkan betapa pentingpun, hendaknya Anda mengetahui bahwa orang pemarah tidak akan dilindungi oleh dewa-dewa pelindung Agama Buddha. Keterangan: Dalam bagian ini Niciren Daisyonin menasehati dengan tegas bahwa, “Walau orang yang betapa pentingpun yang harus menyebarluaskan dengan menerima dan mempertahankan Hukum Agama Buddha, namun kalau tidak dapat menahan diri dan bertindak dengan tidak hati-hati serta emosional, maka tidak akan memperoleh perlindungan dari dewa-dewa Hukum Agama Buddha”. Kutipan kalimat Gukece dari Mahaguru Miao Lo yang berkaitan dengan hal ini menjelaskan: “Pasti kalau hatinya teguh, perlindungan dari dewapun semakin kuat”. Pada keadaan ini, yang dikatakan ‘hati yang teguh’ berarti dengan teguh mendisiplinkan diri, justru orang demikianlah yang akan memperoleh perlindungan dewa-dewa yang kuat. Kalau memiliki pandangan bahwa karena telah percaya terhadap Gohonzon atau karena merasa dirinya memiliki tugas dalam Hukum Agama Buddha, sehingga walau diri sendiri tidak bersungguhsungguh pun masih akan memperoleh perlindungan dari dewa-dewa Agama Buddha, berarti telah mengentengkan kepercayaan dan sama sekali bukan cara pelaksanaan yang sesungguhnya. Pada kesimpulannya, walau dikatakan sebagai perlindungan dari dewadewa Hukum Agama Buddha namun tergantung pada sikap icinen dari pelaksanaan yang akan terwujud sebagai pencerminan dalam lingkungan manusia sekeliling, masyarakat dan alam semesta. Pelaksana Hukum Agama Buddha harus belajar hukum kejiwaan yang tegas ini, maka hendaklah


diketahui bahwa cara pemikiran yang tidak mengindahkan hal ini, berarti sejak langkah pertama telah menyimpang sebagai pelaksana Hukum Agama Buddha yang sesungguhnya.

4

Dalam masyarakat yang kotor dan jahat ini, walau arif bijaksanapun, untuk berada di dunia ini merupakan sesuatu hal yang amat sulit. Sama seperti batu yang berada dalam kobaran api, walau sementara dapat menahan panas, namun pada akhirnya akan terbakar hancur menjadi abu. Para arif bijaksanapun selalu mengatakan: “Kelima prinsip dari ketulusan, kesetiaan dan lainlain, namun hal tersebut sulit dilaksanakan oleh diri sendiri.

GM

Keterangan: Perihal arif bijaksana dan orang bijaksana sering dipergunakan dalam cerita-cerita tradisi Tionghoa maupun di dalam suratsurat Niciren Daisyonin. Pada umumnya arif bijaksana berarti perilaku seseorang yang diwujudkan dengan sendirinya sebagai manusia yang memiliki cita-cita agung dan luhur. Dan kehadirannya dikemudian hari menjadi suri tauladan bagi generasi selanjutnya. Sedangkan orang bijaksana berarti seseorang yang menerima, melanjutkan, dan menyampaikan ajaran serta cita-cita para arif bijaksana kepada orang lain. Jadi, arif bijaksana dinamakan sebagai perwujudan kebajikan agung dan luhur dari perilaku yang mencakupi jasmani dan rohani. Sedangkan orang bijaksana belum tentu terdapat kesatuan dari perkataan dan gerakan. Dengan berdasarkan pada perbedaan ini Niciren Daisyonin menjelaskan hal tersebut diatas. Jadi, pertama-tama orang yang dikatakan arif bijaksana yang harus memiliki kebajikan agung dalam perilaku, kehadirannya sulit diperoleh dalam masyarakat yang hati manusianya kacau dan jiwanya kotor.

“Walaupun sementara” berarti pada makna tertentu dapat dibaca sebagai “Masa remaja yang berkobar-kobar dengan cita-cita dan semangat berjuang yang meluap-luap”. Masa muda selalu berkobar-kobar dengan perjuangan yang penuh dengan citacita, namun setelah mencapai usia 4050 tahun, semangat maupun cita-cita telah lenyap dan hanya semata-mata giat berjuang demi mencari nama dan reputasi diri sendiri saja, yakni sama seperti yang dikatakan dalam kutipan yang berbunyi : “Pada akhirnya akan terbakar hancur menjadi abu”. Begitupun karena bagi orang bijaksana dalam menjelaskan cita-cita hanya terbatas dengan perkataan saja, itu berarti sampai kapanpun dapat dilaksanakan oleh orang bijaksana. Akan tetapi, dalam dunia yang kotor ini, pada umumnya apa yang dikatakan adalah sulit dan tidak dapat dilaksanakan oleh dirinya masingmasing, begitupun orang-orang memahami bahwa hal itu tidak mungkin dilaksanakan. Jadi, mereka bersifat acuh tak acuh terhadap kata-kata orang bijaksana tersebut di atas. Sesuai dengan hal-hal tersebut di atas, Niciren Daisyonin mengajarkan bahwa dalam masyarakat yang sedemikian kotor, “Keuletan dan ketabahan” merupakan hal yang penting sekali. Dalam mempertahankan pendirian diri sendiri seperti kemarahan, akan mengundang serangan yang keras dari masyarakat yang jahat hingga akan menghancurkan diri sendiri. Dalam mempertahankan kebenaran, sikap “Keuletan dan ketabahan” mungkin kelihatannya seakan-akan lemah dan hina, namun seperti yang diajarkan dalam Enam Paramitha terdapat keuletan dan ketabahan. Begitupun sama seperti yang diajarkan dalam kutipan yang berbunyi Samantabadra | Oktober 2020

29


“memakai jubah ketabahan�, maka dalam mempertahankan kebenaran dan keluhuran, keuletan dan ketabahan merupakan sesuatu yang penting sekali.

5

Terhadap orang-orang yang sedemikian percaya kepada Niciren dan Saddharmapundarika-sutra walau sebelumnya telah dihadapi oleh berbagai hal, harap berilah kehangatan hati kepada mereka.

GM

Keterangan: Niciren Daisyonin adalah Buddha Masa Akhir Dharma yang merupakan perwujudan Kesatuan Manusia dan Hukum (Ninpo Ikka), oleh karenanya Saddharmapundarika-sutra, Hukum Agung Nammyohorengekyo bersatu dengan nama Niciren. Jadi orang yang memiliki kepercayaan dengan mengorbankan jiwa raga demi Saddharma (Myoho) adalah agung dan luhur, dan yang dikatakan orang sedemikian agung dan luhur ini tidak lain hanya Niciren Daisyonin. Jiwa manusia adalah agung dan mulia, siapapun juga mengagungkan jiwanya. Jiwa yang dikorbankan demi Myoho merupakan perbuatan yang paling agung sebagai manusia. Akan tetapi orang yang mempunyai hak dan kemampuan untuk mengatakan demikian hanyalah Buddha dari Kesatuan Manusia dan Hukum. Seandainya terdapat seseorang selain Buddha Niciren Daisyonin untuk memaksakan orang lain melaksanakan hal tersebut, maka orang itu sama seperti diktaktor Hitler. Kehadiran semua manusia adalah adil dan agung, namun kalau mengorbankan keagungan jiwa manusia demi seseorang betapapun tidak dapat dibenarkan. Justru hanya dengan kemanusiaan yang mendasar dari Hukum Agama Buddha dapat mencegah bahaya fasisme.

30

Samantabadra | Oktober 2020

6

Karena Anda adalah seorang pemarah, maka walau saya mengatakan demikian mungkin tidak mau mendengarnya. Seandainya demikian, maka kekuatan doa Niciren pun tidak dapat mengatasinya.

GM

Keterangan: Maitri karuna Niciren Daisyonin yang mencintai murid-Nya adalah tidak terbatas, dan kekuatan yang mendoakan kebahagiaan umat manusia adalah sangat besar. Akan tetapi, kalau murid yang menerima maitri karuna-Nya tidak dengan sungguh-sungguh percaya dan melaksanakan ajaran Niciren Daisyonin, maka tidak akan dapat mewujudkan maitri karuna dan kekuatan doa Beliau. Yang dikatakan maitri karuna dari Niciren Daisyonin adalah kekuatan Buddha, kekuatan doa adalah kekuatan Hukum; kekuatan kepercayaan dari murid terhadap Niciren Daisyonin adalah kekuatan kepercayan. Kekuatan pelaksanaan sesuai ajaran Niciren Daisyonin adalah kekuatan pelaksanaan. Karena kekuatan Buddha dan kekuatan Hukum yang terpendam adalah sesuatu yang mutlak, namun seberapa besar kekuatan tersebut dapat diwujudkan adalah tergantung pada kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan, merupakan sesuatu yang relatif. Kalau tidak memahami hubungan ini dengan baik dan tidak mau berusaha, maka fungsi kekuatan Buddha dan kekuatan Hukum tidak akan muncul dengan sendirinya. Sifat khas agama Buddha adalah agama yang berdasarkan kemanusiaan yang menitik beratkan jiwa manusia.


7

Sebagai umpama, walau Anda memperoleh puluhan juta pusaka namun kalau Anda dibuang oleh majikan, bukankah sama sekali tidak ada artinya?

GM

Keterangan: “Kalau dibuang oleh majikan” berarti kehilangan kepercayaan dari majikan Ema. Pendirian Syijo Kingo yang mengabdi pada majikan, dalam masyarakat feodal kalau dibuang, tidak memperoleh kepercayaan dari majikan berarti ia kalah dalam kehidupan. Oleh karena itu sekarang jangan menimbulkan kemarahan, sehingga pada akhirnya majikan Ema pun harus mengandalkan diri pada Syijo Kingo. Di sini terutama mengajarkan pentingnya menimbun setiap hasil kemenangan hingga sekarang. Dan juga kalau dipandang berdasarkan pendirian masa sekarang “majikan” tidak lain berarti masyarakat. Jadi “kalau dibuang oleh majikan” berarti kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Hal ini mengajarkan bahwa bagi seorang manusia, kepercayaan dari masyarakat lebih penting dari kemakmuran yang berbentuk kebendaan.

8

Seandainya dosa Anda yang berat menyebabkan Anda jatuh ke dalam neraka, maka walau betapa pun Buddha Sakyamuni membujuk Niciren untuk menjadi Buddha, namun Saya tidak akan mengikuti-Nya, dan Saya akan bersama-sama Anda masuk ke dalam neraka.

Anak Cabang

Keterangan: Bagian ini merupakan perwujudan kesungguhan hati dari Niciren Daisyonin sebagai balasan kesungguhan hati Syijo Kingo terhadap Beliau ketika dianiaya di Tacenokuci, hal mana merupakan pertemuan arus kesungguhan hati sebagai manusia yang sederajat. Pandangan guru dan murid dari Niciren Daisyonin berpijak pada dasar

kederajatan sebagai manusia, di mana sesamanya mencurahkan kesungguhan hati. Hendaklah diketahui bahwa di sini terdapat semangat Hukum Agama Buddha yang berdasarkan pada keagungan kemanusiaan. Hubungan guru dan murid, di sini memiliki makna sikap murid yang menuruti guru di mana “kalau guru jatuh ke dalam neraka, diri sendiri pun masuk ke dalam neraka”. Selain itu terdapat makna maitri karuna dari guru terhadap murid di mana “kalau murid jatuh ke dalam neraka gurupun masuk ke dalam neraka”. Hubungan kedua belah pihak ini merupakan kesatuan guru dan murid yang sesungguhnya, di mana kalau guru mengharapkan pencurahan jiwa raga dari murid dan memaksakannya, sama sekali bukan pandangan guru dan murid dari Hukum Agama Buddha. Dan juga hubungan ini telah ditandaskan dalam kutipan yang berbunyi “kalau para arif tidak dapat menghancurkan makna ajaran Saya, maka tetap akan dipertahankan” di mana penandasan ini justru harus diliputi dengan keyakinan yang berdasarkan Hukum yang tepat. Ketika dengan jelas guru menganut Hukum Agama Buddha yang salah, maka jangan menurutinya, melainkan harus menuntut Hukum yang benar. Kemudian sebaliknya membimbing sang guru menuju Hukum Sakti, hal ini merupakan perilaku murid yang sesungguhnya. Karena hubungan Niciren Daisyonin dengan Dozenbo mengutamakan hubungan guru dan murid yang berdasarkan Hukum Agama Buddha. Maka dapat dikatakan bahwa Niciren Daisyonin tidak terpisah dari gurunya, Dozenbo. Bagaimana pun juga merupakan hubungan guru dan murid demi menuntut hukum sakti. Dalam Samantabadra | Oktober 2020

31


menuntut hukum sakti hubungan guru dan murid adalah sederajat, satu kesatuan dan tidak terpisahkan.

9

Sebagai umpama daripada kita hidup sampai usai 120 tahun dan mati dengan nama buruk, maka lebih baik hidup hanya satu hari dengan meninggalkan nama baik.

Anak Cabang

Keterangan: Bagian ini mengajarkan bahwa sebagai seorang lelaki maupun ksatria jangan sekali-kali meninggalkan hal-hal yang tercela setelah meninggal. Orang yang berusia panjang belum tentu agung. Namun walau berusia pendek, yang terpenting adalah bagaimana mengisi kehidupan itu. Jadi bukan mementingkan berapa lamanya dapat hidup, melainkan yang paling penting adalah dengan sikap yang bagaimana mengisi kehidupan itu. Kalau berdasarkan prinsip Hukum Agama Buddha, panjangnya usia tergantung pada karma masa lampau. Mengenai usia manusia, orang itu sendiri tidak dapat berbuat apa-apa. Namun demikian, karena itu ditetapkan oleh gerakan itu sendiri di masa lampau, maka sesuatu yang melampaui kebebasan keinginan diri sendiri, dapat dikatakan sebagai sesuatu yang telah ditetapkan. Di dalam batas-batas kehidupan yang ditetapkan ini, hal yang dapat dilaskanakan dengan kebebasan keinginan diri sendiri adalah sejauh mana dalam kehidupan itu diisi dengan ketulusan, semangat dan prajna. Kemudian dengan keberisian demikian akan dapat menjadikan jiwa sendiri dalam kehidupan sebagai sesuatu yang agung tak terbatas. Bila sebaliknya akan memperoleh sesuatu yang buruk sekali. Kutipan kalimat yang berbunyi: “Nama menjadi buruk” atau “Nama menjadi harum”, sama sekali bukan nama dan reputasi dalam masyarakat melainkan dikatakan keagungan sebagai manusia. 32

Samantabadra | Oktober 2020

Perihal yang dialami Syijo Kingo sesungguhnya ia tidak bersalah malah karena iri hati dan kebencian dari orang disekelilingnya, sehingga ia dihadapi dengan berbagai penderitaan dan penganiayaan. Untuk itu, Niciren Daisyonin menasehati untuk tidak membenci lingkungan, dendam terhadap majikan maupun menanggapi fitnahanfitnahan dari masyarakat, karena hal tersebut sebaliknya akan meninggalkan sesuatu yang tercela bagi diri sendiri. Dalam keadaan demikian, walau biasanya mengatakan dengan mulukmuluk, namun ketika dihadapi dengan penderitaan langsung membenci, dendam, dan mencaci maki keadaan lingkungan. Akan tetapi, kalau menilik karma sendiri berdasarkan filsafat jiwa dari ketiga masa, sesungguhnya segala sesuatu terdapat dalam sebab yang berada dalam jiwa sendiri. Justru dengan menjadikannya sebagai ujian untuk menggosok jiwa sendiri, sehingga mencapai kemajuan yang lebih besar. Di situlah terdapat cara hidup manusia yang seutuhnya dan merupakan cara hidup pelaksana Hukum Agama Buddha. Kiranya hal ini akan lebih diperjelas dalam kutipan kalimat mengenai “Harta pusaka, harta badan, dan harta jiwa”.

10

Dari pada menimbun harta benda di dalam gudang, lebih unggul menimbun harta badan, dari pada menimbun harta badan, lebih unggul mengutamakan harta jiwa. Setelah membaca surat ini, timbunlah harta jiwa.

Anak Cabang

Keterangan: Hal apakah yang terpenting dari ketiga harta bagi kehidupan manusia? Itu bukan harta pusaka, maupun harta badan, melainkan harta jiwa. Akan tetapi kekayaan dalam kebendaan merupakan salah satu syarat kebahagiaan sebagai


manusia. Harta badan adalah kesehatan, kedudukan di dalam masyarakat, keahlian dan sebagainya. Walau itu adalah syarat untuk menuju kebahagiaan, namun itu tidak mencakupi keseluruhan. Harta jiwa berarti kekayaan yang dibina di dalam jiwa sendiri. Seberapa jauhkah kita telah berjuang demi kebahagiaan orang banyak? Seberapa banyak kemajuan yang telah dicapai secara kemanusiaan dalam diri sendiri? Terlebih dari itu, yang paling mendasar adalah memahami secara kejiwaan Hukum Agama Buddha yang kekal abadi serta menyadari jiwa seluas alam semesta. Hanya dengan inilah akan memperoleh kebahagiaan sebagai manusia yang tak tergoyahkan dan dapat memberikan kehangatan yang tak terbatas kepada orang lain, dan akan menimbun kekayaan yang sesungguhnya, walau dihadapi kematian akan menjadi harta yang tanpa penyesalan. Jadi hendaklah dapat membedakan bahwa daripada apapun juga, yang sebenarnya harus dituju adalah menimbun harta jiwa. Harta pusaka maupun harta badan tidak lain merupakan sarana untuk memperkaya harta jiwa itu sendiri. Harta pusaka dan harta badan akan menjadi harta sesungguhnya setelah memperoleh harta jiwa. Sebaliknya, hendaknya diketahui bahwa ketika harta jiwa telah habis, maka harta pusaka dan harta badan akan menjadi racun.

11

Inti hakikat ajaran seumur hidup Buddha Sakyamuni adalah Saddharmapundarikasutra, sedangkan inti hakikat pertapaan Saddharmapundarika-sutra terdapat dalam Bab Sadaparibhuta. Keterangan: Inti hakikat pengkhotbahan Hukum selama 50 tahun dari seluruh kehidupan Buddha Sakyamuni adalah Saddharmapundarikasutra, sedangkan inti hakikat yang mengajarkan cara pertapaan dari Saddharmapundarika-sutra adalah Bab

Sadaparibhuta. Oleh karenanya, mengapa Bab Sadaparibhuta dikatakan sebagai inti hakikat pertapaan Saddharmapundarikasutra? Pertama, Saddharmapundarikasutra yang terdiri dari ke-24 kata yang diucapkan oleh Bodhisattva Sadaparibhuta bermakna bahwa di dasar jiwa seluruh umat manusia terpendam jiwa Buddha. Oleh karenanya tidak boleh meremehkan dan harus menghormati. Hal yang mudah terjerumus dalam suatu ajaran adalah bahwa seorang pemimpin agama menganggap dirinya sebagai suatu wewenang khusus. Dan menganggap rakyat biasa sebagai kelompok yang harus mengikuti kemauan dari pemimpin agama itu. Di sini sama sekali tidak terdapat keagungan dan kemuliaan jiwa manusia, melainkan keagungan hanya terdapat pada diri pemimpin agama itu saja. Justru Hukum Agama Buddha yang sesungguhnya dengan tuntas merombak pandangan yang tersesat itu, dan bertitik tolak pada keagungan jiwa yang terdapat di dalam jiwa manusia. Kedua, pelaksanaan dari Bodhisattva Sadaparibhuta adalah mengakui dan menghormati keagungan jiwa sebagai manusia, untuk memberikan kesadaran demi memunculkan keagungan jiwa yang terdapat di dalam diri masingmasing. Sehingga telah berhadapan langsung dengan jiwa manusia, hal mana telah menimbulkan tentangan berupa caci maki, dan berbagai penganiayaan antara lain dilempari batu dan dipukul dengan tongkat. Akan tetapi, karena Bodhisattva Sadaparibhuta menyadari sedalamdalamnya bahwa di dalam jiwa orangorang tersebut memiliki hakikat jiwa yang agung, sehingga ia dengan Samantabadra | Oktober 2020

33


ulet dan tabah memahaminya. Walau mengalami penganiayaan demikianpun tidak membenci, malah dengan berdasarkan pada kekuatan Hukum Agama Buddha telah mengayomi mereka dengan maitri karuna agung. Ketiga, orang yang menentang Hukum Sakti dan menganiaya pelaksananya walau akan menerima akibat imbalan, namun kemudian pasti akan diselamatkan. Penyelamatan ini berarti pencapaian kesadaran Buddha yang merupakan sesuatu hal yang sangat mendalam. Kalau dibandingkan dengan akibat imbalan yang sedemikian dahsyat dari neraka Avici selama ribuan kalpa tahun pun, masih merupakan sesuatu yang ringan sekali. “Demi penyelamatan� yang dikatakan sebagai pencapaian kesadaran Buddha kepada orang-orang, maka walau orang yang menentang pun hendaknya disampaikan berdasarkan penjelasan Hukum Agama Buddha. Prinsip pelaksanaan dari pertapaan yang ditunjukan dalam Bab Bodhisattva Sadaparibhuta sesungguhnya tidak lain merupakan pelaksanaan dari pertapaan Hukum Agama Buddha yang diajarkan oleh Buddha Niciren Daisyonin pada Masa Akhir Dharma.

12

Apakah makna sesungguhnya Bodhisattva Sadaparibhuta yang selalu menghormati orang-orang? Maksud pokok kelahiran Buddha Sakyamuni di dunia ini adalah menjelaskan perilaku seorang manusia.

Anak Cabang

Keterangan: Dikhotbahkannya Saddharmapundarikasutra yang merupakan inti hakikat ajaran seluruh kehidupan Buddha Sakyamuni adalah dengan bagaimanakah dapat memunculkan jiwa Buddha yang terdapat dalam jiwa seluruh umat manusia. Di samping itu, walau sudah memunculkan jiwa Buddha namun sama 34

Samantabadra | Oktober 2020

sekali bukan suatu kehadiran yang istimewa, melainkan kesembilan dunia berkesinambungan adanya dan sama sekali tidak ada perbedaan dengan manusia biasa. Yang dikatakan mencapai kesadaran dengan memunculkan jiwa Buddha, merupakan penyempurnaan sebagai seorang manusia. dan manusia itu sama sekali tidak berubah menjadi sesuatu yang istimewa. Sifat khas jiwa yang diwujudkan sebagai dasar kesadaran dari jiwa Buddha ini, seperti telah dilambangkan pada bab terakhir dan bab penutup Samantabadra dari Saddhramapundarika-sutra. Boddhisattva Sadaparibhuta merupakan perwujudan prajna kebijaksanaan yang dikembangkan dalam seluruh segi dari jiwa dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin menyimpulkan surat ini dengan mengatakan “Yang mewarisi prajna kebijaksanaan dinamakan manusia, sedangkan yang bodoh dinamakan binatang�. ***


Samantabadra | Oktober 2020

35


36

Samantabadra | Oktober 2020


Samantabadra | Oktober 2020

37


38

Samantabadra | Oktober 2020


Samantabadra | Oktober 2020

39


_AJARAN

Hukum ajaran yang mengubah karma berat diterima dengan ringan (tenju kyoju no honmon) Gosyo Cabang

Isi Gosyo

S

uri - Handoku adalah nama dari kedua orang kakak beradik. Ketika hanya seorang saja juga dipanggil demikian. Ketika terdapat tiga orang juga demikian, sekarang walau Anda hanya seorang diri datang di sini, namun seakan-akan saya berjumpa dengan ketiga orang kawan-kawan Anda. Di dalam Nehangyo (Parinirvana sutra) terdapat Hukum Ajaran Tenju Kyoju. Yakni walau karma masa lampau sangat berat, hingga kehidupan sekarang belum terhapuskan, sehingga masa kehidupan akan datang pasti akan menerima penderitaan dari neraka, walau pada kehidupan sekarang ini dihadapkan dengan penderitaan berat sedemikian, namun penderitaan neraka dengan sendirinya akan terhapuskan. Setelah kematian akan memperoleh kurnia untuk dilahirkan di dunia kemanusiaan dan surga serta Triyana dari Sravaka, Pratekya Buddha dan Boddhisattva, bahkan manfaat dari Ekayana. Boddhisattva Sadaparibhuta yang menerima penganiayaan berupa caci-maki dan dipukul oleh tongkat kayu dan lemparan bebatuan, bukan tanpa alasan. Yakni karena pada masa lampau telah memďŹ tnah Hukum kebenaran. Dalam sutra dikatakan “semua dosa karmanya sudah habis terhapuskan,â€? adalah karena Boddhisatva Sadaparibhuta sekarang ini menghadapi penganiayaan sehingga dapat menghapuskan seluruh dosa karma masa lampau. Kemudian ke-25 orang Fuhojo (biksu tinggi penerus pitaka) terkecuali Buddha Sakyamuni, semuanya merupakan orang-orang yang menjalankan ajaran dari sang Buddha. Di antaranya Fuhojo ke-14, Boddhaisattva Deva telah dibunuh oleh orangorang non Buddhis, Shishisonja yang merupakan Fuhojo ke-25 yang terakhir telah dipenggal kepalanya oleh Raja Damitsu. Sedangkan yang lainya seperti Buddha Mita, Boddhisattva Nagarjuna dan lain-lain, juga mengalami banyak penderitaan, begitu pun ada yang sama sekali tidak mengalami penderitaan, bahkan raja 40

Samantabadra | Oktober 2020


yang berkuasa turut menganut ajaran sang Buddha serta menjadi seorang yang menyebarluasakan Ajaran sang Buddha. Di dunia ini terdapat Negara yang jahat dan negara yang baik. Karenanya terdapat ajaran berupa syakubuku dan syoju. Pada masa apakah hal tersebut di atas dapat menjadi alasan? Pada masa Syoho dan Joho sudah sedemikian rupa, begitu pun di negara Tiongkok adalah sama halnya, bahkan di sini adalah negara pinggiran dan merupakan awal dari masa mappo, sudah dapat dipastikan akan terjadi penganiayan besar, hanya tinggal menunggu waktu akan terjadinya hal itu. Hukum Ajaran tersebut sebelumnya telah terjadi tepat seperti yang telah diajarkan, sehingga sama sekali bukan merupakan hal yang mengherankan. Di dalam Kang Gyo soku (tingkat pemahaman dan pelaksanaan yang setara) dari Rokusoku (6 tingkat kesadaran) dari Enkyo (Ajaran Sempurna) adalah “yang dilaksanakan sama seperti yang diucapkan, yang diucapkan sama seperti yang dilakasanakan.” Sedangkan orang-orang dari Risoku (tingkat pemahaman teori saja walau merupakan orang-orang yang menganut Enkyo, mereka hanya ada ucapanya saja namun tidak ada pelaksanan, sebagai umpama membaca seluruh ajaran non Buddhis yang jumlahnya tidak terhitung banyaknya namun yang dapat mengatur kehidupan bermasyarakat sesuai yang diajarkan dalam non Buddhis hanya sangat sedikit sekali dapat diibaratkan seperpuluhan juta saja. Sungguh sangat sulit diiaksanakan, oleh karena itu sangat sulit untuk mengatur masyarakat dengan baik. Selanjutnya walau dapat membaca Saddharmapundarika-sutra dengan mengeluarkan suara yang baik, namun orang yang dapat melaksanakannya sesuai kalimat sutra adalah sangat sulit sekali. Di dalam Hiyubon: “Ketika melihat orang membaca, menghafal, menulis dan mempertahankan sutra, sehingga menimbulkan perasaan yang iri, menghina, membenci, bahkan memdendam secara mendalam.” Di dalam Hoshibon (Bab Dharmaduta) mengajarkan: “Masa hidup Tatagatha sekarang ini saja sudah sedemikian banyak kebencian dan iri hati, apalagi masa setelah wafatnya Sang Buddha.” Di dalam Kanjibon (Bab Penegakan), mengajarkan: “Dianiaya dengan tongkat dan pedang .... berkali-kali. Diusir dari tempat pertapaan.” Di dalam Anraku Gyo Bon (Bab pelaksanaan yang tenang dan menyenangkan) mengajarkan: “Seluruh keadaan masyarakat terdapat banyak dendam benci dan sulit saling mempercayai.” Kutipan kalimat tersebut di atas sedemikian rupa membabarkanya namun bila hal-hal tersebut akan dihadapi tidak jelas adanya. Boddhisatva Sadaparibhuta, biksu Katoku masa lampau telah membaca dengan jiwa raganya. Sekarang telah berlaiu dari 2.000 tahun masa Syoho dan Joho, bahkan telah memasuki Masa Mappo di negara Jepang yang telah membaca dengan jiwa raga hanya Nichiren seorang diri saja. Pada masa lampau ketika raja jahat berkuasa, banyak biksu suci mengalami penganiayaan sedangkan para penganutnya, sanak keluarga dan murid-

Samantabadra | Oktober 2020

41


murid dan lain-lain walau sedemikian sedih dan bersusah hati, namun tidak berdaya sama sekali. Dari, penganiayaan yang Saya alami sekarang ini dapat diperkirakan dengan baik, bahwa hari ini Niciren telah melaksanakan seluruh 28 bab Sadharmapundarika-sutra. Sedangkan walau hanya membaca satu kalimat dan maupun satu bait dari Sadharmapundharika-sutra dengan jiwa raga telah memperoleh jaminan pencapaian Kesadaran Buddha di masa akan datang. Apalagi telah membaca dengan jiwa raga ke 28 bab. Tiada yang lebih berbahagia dari pada hal ini, sehingga lubuk hati saya sedemikian mantap teguh dan kokoh. Walau saya tidak memiliki kekuatan namun saya tetap terus-menerus mendoakan ketenangan dan ketentraman tanah air. Memang masyarakat tidak mempercayainya, saya tidak berdaya apapun juga. Demikianlah saya menulis surat ini sampai di sini saja. Tertanda Niciren Kepada: Otta Saimonnojo Soyadono Kimbara Hokyo

42

Samantabadra | Oktober 2020


Keterangan Gosyo Gosyo Tenju Kyoju Homon ditulis pada tanggal 5 Oktober 1271 (Bun ei 8) ketika Niciren Daisyonin berusia 50 tahun dan diberikan dari daerah Echi kepada ke-3 orang, yaitu Otta Saemonojo, Soyadono dan Kimbara Hokyo yang berada di daerah Shimofusa. Langsung setelah peristiwa penganiayaan Tatsunokuchi pada tanggal 12 September yang karena pemerintah Kamakura kebingungan untuk menempatkan Niciren Daisyonin, sehingga Niciren Daisyonin dititipkan di rumah Honma di daerah Echi. Namun sesungguhnya karena bersekongkolnya orang di Kamakura yang sebelumnya telah menetapkan dengan Hukum Pembuangan ke Pulau Sado. Salah seorang penerima surat ini, Otta Saemonojo adalah Otagoro Saemonojo Jumyo, pejabat dari kejaksaan pemerintah Kamakura, disyakubuku oleh kawan sekerjanya, Toki Jonin. Soyadono adalah Soya Nyudo Hyoejo Kyoshin yang mulai menganut pada tahun 1260. Ia telah banyak menerima Gosyo penting dari Niciren Daisyonin, Kimbara Hokyo adalah orang di daerah Shimofusa, namun keadaan sesungguhnya tidak jelas adanya. Sebab-sebab terjadinya peristiwa penganiayaan Tatsunokuchi dimana pada asal mulanya disebabkan karena thesis Rissyo Ankokuron, yang mendambakan ketentraman dan kebahagiaan umat manusia serta meluruskan pandangan yang sesat. Namun akhir-akhir ini sebelum terjadinya peristiwa Tatsunokuchi dimana Ryokan telah gagal dalm doa untuk menurunkan hujan, sehingga Ryokan dengan licik telah bersekongkol untuk membunuh Niciren Daisyonin. Dan sebagai akibat hasutan dari Ryokan kepada pemerintah Kamakura sehingga Heino Saemonojo pada tanggal 10 September telah memanggil dan memeriksa

Niciren Daisyonin. Selanjutnya pada tanggal 12 September Heino Saemonojo telah memimpin ratusan serdadu untuk menyerang gubuk di Matsubagaya dan menangkan Niciren Daisyonin dengan maksud untuk memenggal kepalaNya di Tatsunokuchi. Karena muncul sinar gaib dari meteor sehingga Hukuman Pemenggalan kepala dibatalkan. Namun Niciren Daisyonin dalam persitiwa Tatsunokuchi telah menanggalkan pendirian sementara dan mewujudkan pendirian sesungguhnya (Hosshaku Kempon) Gosyo ini pada mulanya menjelaskan Hukum yang merubah karma berat dan menerimanya dengan ringan (Tenju Kyoju) dari Sutra Nirwana, yang menjelaskan bahwa karma penderitaan berat yang harus diterima karena pemfitnahan terhadap Hukum Agama Buddha di masa lampau, namun karena menganut Sutra Bunga Teratai, maka dapat menghapus karma buruk tersebut dan menerimanya dengan ringan. Selanjutnya dengan menarik perumpamaan Bodhisattva Fugyo dan Bhiksu-Bhiksu Penerus hukum (Fohoso) untuk mewujudkan bahwa dalam penyebarluasan Hukum Agama Buddha sewajarnya terdapat penderitaan, sehingga Niciren Daisyonin menjelaskan semangat mencurahkan jiwa raga demi penyebarluasan Hukum Agama Buddha (Shishin Guho). Terlebih lagi menandaskan bhawa pada masa Mappo yang jahat dan kotor ini, di mana hanya Niciren Daisyonin seorang diri yang telah membaca Sutra Bunga Teratai dengan jiwa raga. Oleh karena itu tidaklah diragukan lagi bahwa pasti akan dianugerahi dengan Juki Pencapaian Kesadaran Buddha yang menerangkan pendirian sebagai Buddha Masa Mappo. ***

Samantabadra | Oktober 2020

43


44

Samantabadra | Oktober 2020


Samantabadra | Oktober 2020

45


_AJARAN

Forum Diskusi

Makna Kesulitan dalam Syinjin

1

Mengapa timbul kesulitan dan “iblis�, sedangkan sesungguhnya kalau kita menganut Gohonzon bisa memperoleh kebahagiaan? Jawab: “Iblis� yang dimaksud dalam hal ajaran kita adalah kecenderungan kesesatan jiwa diri sendiri dan jodoh atau pengaruh buruk di sekeliling kita, bukan suatu sosok, makhluk, atau arwah jahat. Sudah pasti kalau kita menganut Gohonzon dari Ketiga Hukum Rahasia Agung, dan menjalankan kepercayaan sepenuh jiwa raga, maka dapat mencapai kebahagiaan. Namun kebahagiaan itu bukan berarti tidak ada kesulitan apapun. Kebahagiaan ada di dalam proses meneguhkan kepribadian diri kita yang berdasarkan Dharma dan tak tergoyahkan menghadapi kesulitan dan penderitaan apapun. Untuk mewujudkan kebahagiaan sikap hidup kita harus pro-aktif, bukannya berdiam diri dan hanya mengharapkan ketenangan hidup, melainkan kita harus mengambil sikap, beraksi, melangkah maju, menantang batas-batas kemampuan diri sendiri untuk menjadi manusia yang lebih maju dan bijaksana, mengatasi penderitaan dan kesulitan. Hal ini 46

Samantabadra | Oktober 2020

akan berlangsung terus semasa hidup. Karena kebahagiaan bukanlah sebuah titik pencapaian, melainkan terdapat di dalam proses kehidupan itu sendiri, mengatasi satu demi satu tantangan hidup. Melalui perjuangan menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan, kita dapat mencapai kemajuan sebagai seorang manusia dan juga dapat kita memunculkan kekuatan dan keunggulan kita. Prinsip ini berlaku untuk segala segi kehidupan. Terlebih lagi prinsip kita adalah perombakan sifat jiwa dan issyo jobutsu yang merupakan tujuan hidup pokok yang belum dapat dicapai di masa lampau, dan hanya dapat kita wujudkan dari dalam diri kita sendiri. Oleh karena itu, kita perlu memunculkan kesadaran jiwa untuk menghadapi berbagai kesulitan dan rintangan. Bukti nyata yang kita alami akan sekaligus mendukung kita dalam menyebarkan Hukum agama Buddha Nammyohorengekyo, yang menjelaskan jalan langsung untuk mencapai kebuddhaan. Timbulnya kesulitan setelah menjalankan kepercayaan adalah membuktikan kebenaran ajaran agama Buddha. Selanjutnya, menerima kesulitan pada atau setelah menyebarkan Myoho, berarti kita menghapus kekotorankekotoran jiwa kita yang disebabkan


oleh kesesatan dan karma-karma buruk kita di masa lampau. Dalam Gosyo dikatakan: “Semakin saudara-saudara sekalian percaya Saddharmapundarikasutra secara mendalam, dapat mengeluarkan dosa-dosa besar di masa lampau”. (Gosyo, hal. 1082). Sungguh suatu kesulitan dapat dikatakan pintu gerbang yang tak dapat dihindari untuk merombak nasib. Niciren Daisyonin mengajarkan: “Dengan datangnya kesulitan, harus dianggap itu sebagai ketenangan hidup”. (Gosyo, hal. 750). Malah karena kita menghadapi kesulitan dan penderitaan, maka kita akan berusaha dan berdoa sepenuh jiwa raga, serta mengeluarkan tenaga dan hikmat untuk melatih dan memperkuat diri sendiri. Bilamana kita teguhkan diri kita yang kokoh dan terlatih melalui kelangsungan kepercayaan kita yang kuat, maka kesulitan dan penderitaan seperti apapun dapat kita atasi dengan tenang seperti bermain ombak.

2

Dalam Gosyo dikatakan: “Kalau giat melaksanakan kepercayaan, Ketiga Rintangan Empat Iblis akan bermunculan secara ganas dan beruntun”. Namun di samping itu dikatakan: “Asalkan ada hati yang lengah sedikitpun, iblis akan mengambil kesempatan”. Kalau begitu bagaimana kita dapat membedakan iblis yang timbul karena kita giat menjalankan kepercayaan, dengan iblis yang timbul karena kita lalai dalam kepercayaan?

sendiri. Rintangan yang timbul ketika kita giat dalam perombakan sifat jiwa menuju issyo jobutsu dengan menggelorakan semangat untuk maju dalam kepercayaan yang kuat, bisa muncul dari orang-orang terdekat kita, misalnya cibiran dari anggota keluarga, teman, rekan kerja. Iblis yang muncul ketika kita lalai biasanya dapat kita identifikasi dari kemalasan dan mundur pelan-pelan dari keaktifan di susunan. Semangat kita lama-lama akan digerogoti oleh kesesatan jiwa diri sendiri hingga kehilangan kegembiraan dan keberanian dalam kepercayaan, dan dalam pelaksanaannya pun akan makin lalai. Kita sering tidak sadar bahwa kita dipengaruhi iblis. Di sinilah pentingnya kita berada dalam susunan NSI yang itai dosyin, untuk saling memberi dorongan, serta memperoleh bimbingan Buddha Niciren dan pedoman hidup yang baik melalui pembabaran para pimpinan dan dhama duta yang disiplin dalam menekuni ajaran. Ketika kita menghadapi permasalahan hidup, baik yang sumbernya dari kesesatan jiwa diri sendiri maupun pengaruh buruk lingkungan, kehadiran pimpinan dan dharma duta bagaikan oase di gurun pasir yang memberi dorongan dan semangat dengan maitri karuna yang mendalam serta daya bimbing yang luas dan berkeyakinan mantap untuk memandu kita dalam mengidentifikasi akar permasalahan kita. ***

Jawab: “Iblis” yang timbul karena kita giat atau lalai, adalah kita sendiri yang paling mengetahuinya. Pada dasarnya itu adalah masalah kesadaran diri Samantabadra | Oktober 2020

47


_SYINGYOGAKU

Makna kekuatan dari Saddharmapundarika-sutra

S

emasa hidup Buddha Sakyamuni, beliau membabarkan ajaran Buddha yang begitu luas. Buddha Niciren Daisyonin sebagai Buddha Pokok memiliki tugas kelahiran untuk menyadari hakikat dari ajaran Buddha Sakyamuni yang sesuai dengan karakteristik manusia masa mutakhir dharma. Di dalam gosyo perihal Daimoku dari Saddharmapundarikasutra, Buddha Niciren menjelaskan 48

Samantabadra | Oktober 2020

perbandingan ajaran Buddha sebelum dan pada Saddharmapundarikasutra. Dijelaskan bahwa pada ajaran Saddharmapundarikasutra, seluruh umat manusia dapat mencapai kesadaran Buddha, termasuk manusia kesembilan dunia (para bodhisatwa, dwiyana, manusia biasa, iccantika), perempuan, manusia yang berpegang pada kekosongan, serta manusia yang memfitnah hukum sakti.

Sebelum Saddharmapundarikasutra, hanya manusia dengan syarat dan kondisi tertentu saja yang dapat mewujudkan kebuddhaan. Namun setelah penerangan agung paripurna Sang Buddha yang tertuang dalam Saddharmapundarikasutra, tidak ada lagi pembedaan derajat manusia, seluruh umat manusia dapat mencapai kesadaran Buddha. Perkembangan ajaran dari sebelum menuju ke Saddharmapundarika-


sutra juga merefleksikan perkembangan cara berpikir dan kebijaksanaan Sang Buddha yang semakin mendalam dan berorientasi pada “penyelamatan” seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Perempuan termasuk di dalam kelompok yang tidak dapat mencapai kebuddhaan karena perempuan dianggap lebih rendah derajatnya daripada laki-laki, mempunyai sifat-sifat yang lebih buruk dari laki-laki. Secara historis, hal ini dipengaruhi oleh peradaban manusia yang melakukan pembagian peran sosial dan budaya patriarki dan mempengaruhi perkembangan agama, termasuk Buddhisme. Disebutkan dalam gosyo bahwa Devadatta yang telah melakukan tiga dari lima dosa besar dapat terselamatkan dan mencapai kebuddhaan. Hal ini menandaskan bahwa semua orang bisa mencapai kesadaran Buddha, termasuk kita yang telah banyak berbuat karma buruk. Namun bukan lantas kita bisa seenaknya melakukan karma buruk,

karena karma bersifat adil; kita tuai apa yang kita tabur. Penyelamatan yang dimaksud adalah “tobat” untuk berhenti berbuat karma buruk dan berbuat lebih banyak kebajikan agar karma berat dapat diterima secara ringan. Dalam memahami ajaran Saddharmapundarikasutra, Buddha Niciren memberikan bimbingan bahwa kita tidak harus memahami keseluruhan teks Saddharmapundarikasutra atau memiliki inteligensi seperti Sariputra. Walau Sariputra begitu cerdas dan memahami Saddharmapundarikasutra, namun hal yang membuatnya dapat mewujudkan kebuddhaan adalah karena kepercayaannya kepada ajaran Buddha. Yang harus digarisbawahi bahwa dalam aspek “percaya” secara otomatis terkandung aspek sikap pelaksanaan (cara berpikir, perbuatan, tutur kata) dan belajar (pertemuan, kensyu, diskusi dharma). Kita bisa mengklaim diri kita percaya

kepada Gohonzon karena menyebut Nammyohorengekyo, namun apabila sikap hidup kita tidak mencerminkan sikap dan perbuatan yang sesuai dengan nilainilai Buddhisme, sesungguhnya kita belum menjalankan aspek “percaya” secara tepat, dan hal inilah yang menyebabkan muncul pernyataan seperti, “sudah syinjin bertahun-tahun, tapi kok hidup saya masih susah?” Walaupun mulut kita menyebut Nammyohorengekyo, namun kita tidak membuka pikiran kita agar selaras dengan ajaran ini. Tidak ada perubahan pola pikir yang menyebabkan tidak ada perubahan sikap hidup. Dengan demikian, kita tidak merasakan manfaat dari syinjin. Saddharmapundarikasutra diibaratkan sebagai obat mujarab yang dapat menjangkau dan menyembuhkan akar pokok kesesatan jiwa manusia. Obat mujarab ini harus diminum agar penyakitnya dapat sembuh. Seampuh apapun obatnya, apabila hanya dilihat Samantabadra | Oktober 2020

49


dan tidak diminum, maka penyakitnya tidak akan sembuh. Menyebut Nammyohorengekyo atau melantunkan daimoku dan gongyo tanpa disertai upaya untuk mengubah pola pikir dan perilaku sesuai ajaran Buddha, ibarat hanya melihat obat mujarab dan tidak meminumnya. Penyakitnya tidak dapat sembuh. Buddha Niciren menekankan aspek mendasar agar memperoleh manfaat dari beragama Buddha Niciren Syosyu adalah sikap “percaya” terhadap Saddharmapundarikasutra. Melantunkan daimoku dan gongyo memberikan manfaat dari keseluruhan Saddharmapundarikasutra tanpa perlu memahami keseluruhan isinya karena “Myo” dari ”Nammyohorengekyo” mengandung karunia kebajikan dari seluruh Saddharmapundarikasutra. Hal ini diumpamakan seperti setetes air laut yang mengandung air dari berbagai sungai yang mengalir ke lautan. Ketika melantunkan daimoku secara berkelangsungan, 50

Samantabadra | Oktober 2020

sesungguhnya kita melakukan upaya untuk menyelaraskan pikiran kita dengan sifat alami alam semesta yang terbuka dan bulat sempurna. Pada saat otak kita terasa buntu dalam menghadapi masalah hidup, kita dapat sadar (pikiran kembali jernih seolah lahir kembali), menyadari bahwa kita punya potensi untuk berubah menjadi lebih baik atau memulai hal-hal baru. Tidak ada kata terlambat atau batasan usia tertentu untuk “hidup kembali” dan melanjutkan hidup dengan antusias dan gembira setelah mengalami kejatuhan dan keterpurukan, karena hidup itu dinamis. Kita pun dapat menyikapi pandangan orang lain yang terkadang malah menghambat kita untuk maju dengan bijak dan mampu berfokus pada aspirasi dan pengembangan diri. Kerap kali kita berharap hidup kita berubah menjadi lebih sejahtera, sehat, mengklaim “percaya” pada Nammyohorengekyo namun tidak disertai aksi nyata untuk mewujudkan hal tersebut. Akhirnya

kita menyalahkan Gohonzon karena tidak ada perbaikan dalam hidup. Padahal kesalahan terdapat pada pemahaman beragama yang keliru. Manfaat yg dapat diperoleh dari gongyo dan daimoku adalah kebijaksanaan berpikir. Ketika melantunkan gongyo dan daimoku, pikiran kita berupaya untuk selaras dengan Dharma, kita dapat berpikir secara lebih meluas dan menyeluruh, mencakupi lebih banyak aspek, dan teringat kembali pada hakikat kehidupan, tidak melekat pada hal-hal yang fana. Bersikaplah pro-aktif, jangan malas berpikir, bergiat melakukan perbuatan baik yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Niscaya kita dapat merasakan kebahagiaan yang tidak tergantung pada kondisi, mampu bangkit kembali setelah terjatuh, lebih menghargai hidup, menerima secara utuh hidup dan diri kita apa adanya dan berbahagia bersamanya. (Samanta)


ITAI DOSYIN_

Kesatuan Hati Umat NSI Cengkareng

Wujud Pelaksanaan Syinjin dengan Saling Bantu dan Peduli Sesama Umat

P

ada tanggal 31 Agustus 2020, salah satu umat NSI Daerah Cengkareng, ibu Warti namanya, meninggal dunia. Ibu Warti merupakan umat yang sudah lama melaksanakan srada/ keyakinan (syinjin) Agama Buddha NSI bersama almarhumah suaminya. Ibu Warti memiliki dua orang anak, anak pertamanya laki-laki yang beragama Islam dan anak yang kedua perempuan bernama Feby ikut menganut agama Buddha NSI. Pada saat ibu Warti meninggal, anak tertua Ibu Warti menyampaikan kepada pimpinan di daerah bahwa almarhumah Ibunya berpesan pada saat ajal,

ia ingin menggunakan upacara ritual kematian secara agama Buddha NSI, tapi juga menyampaikan bahwa keluarganya ada keterbatasan materi karena anak tertua hanya berprofesi sebagai ojek online sehingga menyatakan tidak punya cukup biaya untuk pengurusan dan pemakaman jenazah almarhumahah ibunya. Akhirnya, Pimpinan NSI Cengkareng langsung berkomunikasi untuk kordinasi kepada Ibu Wilayah NSI DKI Jakarta Ibu Irawati Lukman, lalu melaporkan kepada Ketua Umum NSI, Maha Pandita Utama (MPU) Suhadi Sendjaja untuk minta arahan

dan petunjuk, dan arahan dari pusat adalah koordinasi Rumah Duka Jabar Agung. Prinsipnya NSI memang sudah menjalin hubungan kerjasama atau kesepakatan dengan rumah duka Jabar Agung, bahwa ada catatan jika ada umat NSI meninggal dunia yang tidak mampu atau tidak ada keluarga yang mengurusi serta direkomendasikan oleh NSI maka komitmennya adalah pihak rumah duka akan menanagani mengurus jenazah sampai dikebumikan (termasuk transportasi jenazah), namun rumah duka menerima uang duka (pepao) berapa pun adanya yang didapat dari umat yang datang melayat. Sehingga

Samantabadra | Oktober 2020

51


Upacara kematian almarhumah Ibu Warti didukung penuh oleh DPD dan umat NSI Cengkareng.

akhirnya jenazah Ibu Warti bisa disimpan selama semalam di rumah duka tersebut dan diupacarakan dengan ritual kematian secara agama Buddha NSI. Di samping itu keluarga almarhumah juga bergotong royong untuk keperluan untuk biaya pengurusan jenazah (seperti biaya IGD di Rumah Sakit, biaya trasportasi keluarga untuk ke kampung halaman, dan biaya lainnya). Ada permasalahan karena almarhumah Ibu Warti hingga akhir hayatnya masih tertera beragama Islam di KTP, sehingga jenazahnya tidak bisa dikremasi. Keesokan pagi harinya, tanggal 1 September 2020, jenazah Ibu Warti dibawa ke kampung halamannya. Kebetulan Ibu Warti adalah orang Parung, Bogor yang mana orang keturunan tionghoa sudah turun temurun tinggal di sana dan sudah sangat menyatu dengan masyarakat sekitar, sehingga sudah menjadi penduduk asli daerah tersebut sejak lama, dan jika ada yang meninggal dapat dimakamkan di halaman rumahnya. Sehingga jenazah Ibu Warti dikebumikan di pemakaman keluarga di belakang rumah kampung halamannya. Yang istimewa, bapak-bapak dan ibu NSI Cengkareng ikut turun tangan dari awal hingga selesai. Mulai proses ritual upacara kematian, dokyo dan daimoku, hingga mengantar jenazah dikebumikan, hingga akhir nya selesai dan semua berjalan lancar.

52

Samantabadra | Oktober 2020

Ada hikmah baik dari peristiwa ini yakni anak dari almarhumah, Feby menjadi lebih aktif di susunan NSI dan sudah mengajukan untuk pengurusan pembuatan KTP dengan kolom agama sesuai dengan Agama Buddha sekaligus memperbaiki data keterangan agama pada Kartu Keluarga. Ada beberapa pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa ini yaitu: 1. Walaupun NSI bukan yayasan sosial (seperti panti jompo/ panti asuhan), jika ada anggota NSI yang membutuhkan pertolongan pasti NSI akan memberikan dukungan dan pelayanan. 2. NSI bersifat sentralisasi dalam 3 hal yaitu ajaran, kebijakan dan keuangan. Koordinasi dari daerah ke wilayah hingga ke pusat seperti pada peristiwa inilah merupakan salah satu wujud benar jalannya sentralisasi kebijakan di NSI. 3. Harus menjadi perhatian dan menjadi catatan untuk seluruh pimpinan DPW/ DPD NSI di mana ada umat Buddha NSI yang sampai akhir hayatnya masih tertera bergama lain di KTP nya. Jika masih ada, harus segera diurus di Disdukcapil setempat untuk diperbaiki/ diganti sehingga di kemudian hari tidak timbul masalah ketika akan dikremasi/ dimakamkan. 4. Ini adalah salah satu bentuk pelayanan dari NSI kepada umatnya dan contoh kesatuan hati (itai dosyin) pimpinan dan umat NSI Cengkareng yang dengan tulus peduli kepada saudara se-Dharma. Tentu tidak lepas dari sebab-sebab kebajikan yang almarhumahah lakukan semasa hidup maka ada getaran kepada umat NSI Cengkareng, yang pastinya akan menjadi tumpukan karma baik di gudang karma masing-masing. Kiranya dengan adanya peristiwa ini kedepannya kita harus semakin bersemangat untuk menjadi pribadi yang baik dan unggul yang mana bisa terbuka kesadaran, hidup kembali kesadaran, dan bulat sempurna perasaan jiwanya berdasarkan dunia buddha. ***


WAWASAN_

Samantabadra | Oktober 2020

53


54

Samantabadra | Oktober 2020


WAWASAN_

Cara Menggunakan Masker yang Benar

M

enggunakan masker menjadi salah satu kewajiban yang harus dilakukan saat kita berada di luar rumah selama pandemi COVID-19. Bahkan, saat kita masih sering beraktivitas di luar rumah ada baiknya pula kita tetap menggunakan masker selama di dalam rumah guna mencegah penularan COVID-19 pada keluarga yang ada di rumah. Namun, bagaimana cara memakai masker yang benar untuk mencegah penularan COVID-19? Melansir laman resmi Satuan Tugas Penanganan COVID-19, berikut cara benar dalam menggunakan masker. 1. Sebelum memasang masker, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir (minimal 20 detik) atau bila tidak tersedia, gunakan cairan pembersih tangan (minimal alkohol 60 persen). Samantabadra | Oktober 2020

55


2. Pasang masker untuk menutupi mulut dan hidung dan pastikan tidak ada sela antara wajah dan masker. 3. Hindari menyentuh masker saat digunakan; bila tersentuh, cuci tangan pakai sabun dan air mengalir minimal 20 detik atau bila tidak ada, cairan pembersih tangan (minimal alkohol 60 persen). 4. Ganti masker yang basah atau lembab dengan masker baru. Masker medis hanya boleh digunakan satu kali saja. 5. Masker kain dapat digunakan berulang kali. 6. Untuk membuka masker: lepaskan dari belakang. Jangan sentuh bagian depan masker; Untuk masker 1x pakai, buang segera di tempat sampah tertutup atau kantong plastik. Untuk masker kain, segera cuci dengan deterjen. Untuk memasang masker baru, ikuti poin pertama. Menurut Dokter Spesialis Paru di Rumah Sakit Akademik UGM Yogyakarta, dr. Siswanto, saat menggunakan masker pastikan agar menutup hidung dan mulut. Serta pastikan masker terpasang secara benar atau tidak ada celah serta tak longgar saat digunakan. Jenis masker yang sebaiknya digunakan Dokter Siswanto, saat dihubungi melalui sambungan telepon mengatakan bahwa bagi masyarakat sebaiknya menggunakan masker kain dengan minimal dua lapis. “Ada penelitiannya, 56

Samantabadra | Oktober 2020

soal efektivitas masker kain yang paling bagus yang minimal dua lapis dan salah satunya itu dari katun, misalnya digabung dengan flanel dan sebagainya, disebutnya ini masker kain hybrid,” ujarnya. Ia menambahkan, dengan menggunakan masker kain minimal dua lapis ini agar lebih maksimal untuk menyaring virus maupun partikel debu. “Karena minimal dua lapis itu tidah hanya efek penyaringan secara mekanik tapi ada efek elektrostatis yang menghalangi virus dihirup. Jadi minimal dua lapis atau tiga lapis karena ada efek elektrostatis yang menghalangi filtrasinya itu,” katanya. Selain itu ia juga mengatakan agar masyarakat tak menggunakan masker jenis scuba dan buff. Menurutnya, hal tersebut karena masker jenis buff atau scuba hanya memiliki satu lapisan dan tidak efektif untuk mencegah penularan virus Corona. “Masker buff dan scuba hanya satu lapis dan itu hanya kain semua. Scuba dan buff kurang efektif karena dua lapis, fitting tesnya itu yang dipertanyakan, karena engga bisa menutup efektiif,” ujar Siswanto. (Nur Hidayah Perwitasari, “Cara Pakai Masker yang Benar untuk Cegah COVID-19”, https://tirto.id/f4HVhttps://tirto.id/f4HV)


RUANG ANAK_

Hai anak-anak NSI! Bisakah kalian membantu buah nanas, apel, dan anggur, masuk ke kotaknya masing-masing?

Hubungkanlah titiktitik pada gambar di samping sesuai urutan hurufnya, mulai dari A hingga Z. Jika berhasil, kalian akan membuat rumah untuk si Dogi.

Sumber: https://www.thesprucecrafts.com Samantabadra | Oktober 2020

57


Berita Duka Cita Bapak Nursjamsi

Ibu Abe

Bapak Djoni Karjo

Meninggal pada usia 80 tahun 05 Maret 2020

Meninggal pada usia 70 tahun 18 Mei 2020

Meninggal pada usia 63 tahun 30 Juli 2020

Umat NSI DKI Jakarta

Umat NSI daerah Bangka Kep. Bangka Belitung

Umat NSI daerah Jelambar DKI Jakarta

Ibu Yap Shin Nio

Ibu Warti

Meninggal pada usia 98 tahun 24 Agustus 2020 Umat NSI daerah Tangerang Banten

Ibu Oey Yang Nio

Ibu Suryati

Meninggal pada usia 63 tahun 31 Agustus 2020

(Ibunda dari Ibu Maria) Meninggal pada usia 82 tahun 12 September 2020

(Ibunda dari Bapak Andi Kusnadi) Meninggal pada usia 76 tahun 13 September 2020

Umat NSI daerah Cengkareng DKI Jakarta

Umat NSI daerah Tangerang Banten

Umat NSI daerah Tangerang Banten

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Dana paramita dapat disalurkan melalui: Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia Anda dapat menyampaikan bukti transfernya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

58

Samantabadra | Oktober 2020


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Oktober 2020 Tanggal 1 2 3 4

Hari Kamis Jumat Sabtu Minggu

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

22 23 24 25

Kamis Jumat Sabtu Minggu

26 27 28

Senin Selasa Rabu

Jam

Kegiatan

19.00

Pertemuan Ceramah Gosyo Daerah

14.00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul

19.00

Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang

19.00

Pertemuan Pria Umum

19.00

Pertemuan Cabang

14.00 19.00

Pertemuan Ibu Umum Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang

19.00

Pertemuan Anak Cabang

10.00 19.00

Pertemuan Generasi Muda Daerah Pertemuan Empat Bagian

13.00 19.00

Pendalaman Gosyo Dharma Duta & Luar Daerah Rapat DPW-DPD NSI Jabotabekcul

13.00 16.00 13.00

Gosyo Kensyu Materi November 2020 sesi 1 Gosyo Kensyu Materi November 2020 sesi 2 Pendalaman Gosyo Darma Duta & Luar Daerah

19.00

HUT ke 56 NSI Pendalaman Gosyo DPW DKI Jakarta

29 Kamis 30 Jumat 31 Sabtu waktu seluruh kegiatan pertemuan NSI Untuk sementara

dilakukan secara virtual atau disiarkan secara daring (online). Kanal youtube: https://www.youtube.com/user/NicirenSyosyuIndo Samantabadra | Oktober 2020

59


Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

60

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | Oktober 2020

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.