Samantabadra 2020-09

Page 1

SAMANTABADRA PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Media informasi, komunikasi, pendidikan, dan pembinaan umat

memiliki dua mata yang baik itu untuk pertama kalinya mencapai kesadaran, disusul manusia dwiyana bermata juling, kemudian mata buta manusia biasa akan terbuka. Bahkan kemudian

manusia Iccantika yang telah buta semenjak lahir, akan dapat membuat suatu jodoh dengan Saddharmapundarika-sutra yang menjamin bahwa mata mereka suatu hari akan terbuka. Kesemuanya ini dapat terjadi karena kebajikan dari satu huruf “Myo�. Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra

gosyo kensyu Surat perihal daimoku dari Saddharmapundarika-sutra gosyo cabang Surat perihal arif bijaksana yang dihadapkan pada kesulitan

09

#317

bulan dari Ajaran Bayangan muncul, maka bodhisatva yang

SAMANTABADRA | SEPTEMBER 2020| NOMOR. 317

K

etika Saddharmapundarika-sutra dikhotbahkan dan cahaya

september

2 0 2 0


D

H

i benua Jambudwipa bagian selatan dunia, terdapat 2.500 sungai yang berkelok-kelok. Mereka berliku-liku seperti jalan pikiran kaum wanita di Jambudwipa. Tapi terdapat sebuah sungai yang disebut Syabaya yang mengalir lurus, selurus tali yang tegang, mengalir langsung kelaut barat. Seorang wanita yang berhati kepercayaan kepada Saddharmapundarika-sutra akan menyerupai sungai ini, berjalan lurus menuju Tanah Suci di dunia barat. Ini adalah kebajikan yang terkandung dalam sebuah huruf “Myo”.

al terpenting dalam sikap kepercayaan adalah selalu memiliki sikap yang ingin maju dan meneguhkan kepercayaan yang lebih kuat dan dalam dari kepercayaan sebelumnya. Kalau memiliki hati yang ragu-ragu dan takut terhadap penderitaan hingga kehilangan kepercayaan terhadap Gohonzon, maka getaran jiwanya melemah dan “iblis” akan menghinggapi dirinya hingga merusak jiwanya dan terjerumus ke dalam ketidakbahagiaan.

Surat perihal daimoku dari Saddharmapundarika-sutra

Surat perihal arif bijaksana yang dihadapkan dengan kesulitan

Dana paramita dapat disalurkan melalui: Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999 Penasihat Dewan Pimpinan Pusat NSI Redaktur Samanta Kontributor Vina Pratiwi, Silviani, Kireyna, Kyanne Virya Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nicirensyosyuindonesia.org/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia Anda dapat menyampaikan bukti transfernya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

Keterangan halaman muka Bunga teratai perlambang hukum sebab akibat


CERAMAH GOSYO_

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja Surat perihal daimoku dari Saddharmapundarika-sutra Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Virtual Wihara Sadaparibhuta NSI 25 Juli 2020

Nammyohorengekyo, Surat ini ditujukan kepada seorang lansia yang baru menganut ajaran Niciren Daisyonin. Terdapat beberapa aspek keagamaan yang bisa kita pelajari dari surat ini. Pertama, Buddha Niciren adil dan tidak membedabedakan umatnya. Beliau menulis surat yang sangat panjang dan detil meskipun ditujukan untuk seorang lansia. Saya rasa pemikiran seperti ini pun seharusnya berlaku pada zaman sekarang. Dunia sudah memasuki revolusi industri 4.0 di mana semua dimudahkan. Sebaiknya kita tidak meremehkan lansia karena mereka pun dapat berupaya agar tidak tertinggal zaman. Di susunan NSI, kita juga membantu mengajarkan lansia menggunakan teknologi.

Dalam kaitannya dengan Gosyo ini, Niciren Daisyonin pun menitikberatkan bahwa lansia seharusnya tidak dikecualikan dari penjelasan rinci. Perlu kita camkan bahwa umur tidak menentukan seberapa dekat seseorang dengan kematian. Anak muda bisa meninggal, lansia yang memiliki penyakit pun bisa jadi berumur lebih panjang. Buddha menginginkan agar semua makhluk hidup bisa berbahagia, jadi semua orang, terlepas dari umur dan jenis kelaminnya, dapat mencapai kesadaran Buddha. Wanita lansia yang merupakan penerima surat ini tadinya menganut ajaran Sekte Nembuce. Buddha Niciren membimbingnya dan menjelaskan bahwa orang yang menyebut Nammyohorengekyo memunculkan kesadaran Buddhanya, sehingga terhindar dari perbuatan karma buruk.

Myo pada Myohorengekyo memiliki tiga makna: (1) bulat sempurna, (2) terbuka, dan (3) hidup kembali. Hal ini berarti ketika menyebut Nammyohorengekyo, jiwa kita menjadi bulat sempurna, kesadaran Buddha kita menjadi terbuka, dan jiwa Buddha kita menjadi hidup kembali. Sehingga, kita tidak membuat karma buruk karena sebabsebab buruk bersumber dari perasaan jiwa yang penuh dengan 3 racun: keserakahan, kemarahan, dan kebodohan. Gosyo ini menekankan pentingnya Daimoku dan penyebutan Nammyohorengekyo dengan perasaan gembira. Perasaan jiwa kita ketika menyebut Daimoku seharusnya ibarat orang buta yang mampu melihat lagi setelah bertahuntahun. Seharusnya, kita merasa gembira dan Samantabadra | September 2020

1


berterima kasih ketika menyebut Daimoku, sebab Nammyohorengekyo adalah mantra yang tepat guna dan tepat waktu. Pada masa akhir darma, 2.000 tahun sesudah Buddha Sakyamuni moksya, Saddharmapundarikasutra yang ada di dasar kalimat merupakan ajaran yang paling tepat. Judulnya adalah Myohorengekyo, rajanya sutra, yang sendirinya sudah mencakup ajaran Buddha selama 50 tahun. Oleh karenanya, hendaknya kita menyingkirkan semua ajaran sebelum Nammyohorengekyo dari Saddharmapundarikasutra. Sikap hati kepercayaan yang benar adalah sikap menghayati, mempelajari, dan mengamalkan Myohorengekyo. Maka itu, kita hendaknya Namu kepada Myohorengekyo. Kesadaran Buddha sudah ada dalam diri kita sendiri. Maka, yang paling utama adalah percaya dan menyebut Nammyohorengekyo, sehingga kita tidak berputar-putar dalam keempat dunia buruk dari ajaran sementara. Buddha Niciren juga memberi bimbingan kepada ibu lansia yang menerima surat ini bahwa pentingnya mantra Nammyohorengekyo 2

Samantabadra | September 2020

terbukti dalam berbagai sutra dari Buddha Sakyamuni. Niciren Daisyonin pun membimbing supaya ibu lansia ini dapat mencapai kesadaran Buddha pada kehidupan kali ini (jobutsu). Perlu disadari bahwa dalam kehidupan kali ini, kita sangat beruntung sebab telah berjodoh dengan agama Buddha dan ajaran Niciren Daisyonin. Ini pun karena adanya ikatan jodoh dari masa lampau kita. Konsep dosa dalam agama lain mungkin sering mengaburkan pemahaman kita. Dalam agama Buddha, cara berpikir kita mengenai dosa tidak seperti agama Kristen atau Islam. Dalam agama kita, sebab-sebab yang kita buat di masa lampau, sekarang, dan akan datang semua saling terkait. Agama adalah ajaran yang membimbing umatnya supaya mereka punya cara berpikir yang benar. Dengan cara berpikir yang benar, umat bisa mengubah cara hidupnya karena cara hidup tergantung dari cara berpikir. Umat NSI dibimbing dengan ajaran agama yang mengenal masa lampau, sekarang, dan akan datang. Maka, kita diajarkan bahwa hukum karma berlaku untuk ketiga masa ini. Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa penyebutan

Nammyohorengekyo akan menghindari kita dari membuat karma buruk. Kita dibimbing untuk merombak sebab-akibat buruk menjadi sebab-akibat yang baik. Ajaran sementara menggunakan perumpamaanperumpamaan seperti adanya beberapa lapisan neraka dan tingkatan surga. Upaya selama ajaran 42 tahun pertama ini diperlukan saat itu, karena sebelum munculnya agama Buddha sudah ada masukan-masukan dari cara berpikir yang lain. Sama halnya seperti ibu lansia yang menerima surat ini, ia sudah mempunyai pemikiran dari sekte lain, maka harus dibimbing secara bertahap dan dijelaskan secara rinci. Saya memilih gosyo ini saat pandemi karena kita tidak tahu kapan wabah penyakit ini berakhir. Uji coba tahap ketiga untuk vaksin Covid-19 akan segera dilaksanakan. Bila diperlukan 3 bulan untuk melakukan uji coba dan bila vaksinnya efektif, administrasinya mungkin baru bisa diurus pada awal tahun 2021. Virus ini adalah makhluk hidup, maka sulit untuk diukur kapan wabah penyakit ini bisa mereda. Jadi, kondisi seperti pandemi global ini adalah satu hal yang memang tidak terjangkau oleh


pemikiran kita. Maka untuk menghadapinya, kita perlu mencamkan kegaiban Myo, menyebut Daimoku dari Saddharmapundarikasutra. Mantra ini merupakan judul dari hukum gaib yang membuat manusianya menjadi agung. Barang siapa yang menghayati dan melaksanakan hukum yang gaib akan berperilaku agung sehingga tanah yang dipijak pun menjadi tanah yang subur dan suci. Kita bisa mendukung bangsa dan negara karena Nammyohorengekyo bisa mengubah perasaan jiwa kita, yakni sumber munculnya virus Covid-19. Sumber penyakit adalah tiga racun: kemaran, keserakahan, dan kebodohan. Jadi, tidak ada penebusan dosa dalam agama Buddha, karena semua sebab yang kita tanam, kita sendiri yang terima hasilnya. Penyebutan Daimoku bisa memutuskan rantai karma buruk karena kesadaran Buddha kita muncul. Sebelum mengenal hukum Myohorengekyo mungkin kita merasa berhasil kalau kita mampu membuat orang lain sulit. Namun, karena kesadaran kita timbul setelah menjalankan Daimoku, maka pemikiran itu berubah: saya belum bahagia jika belum

menyenangkan orang lain. Dengan landasan Nammyohorengekyo dan dengan membuang ajaran sementara, kita dapat menerima kurnia kebajikan yang banyaknya tidak terjangkau oleh pikiran manusia. Judul dari Saddharmapundarikasutra adalah Nammyohorengekyo, maka Saddharmapundarikasutra merupakan raja sutra. Triratna di agama kita terdiri dari Niciren Daisyonin sebagai Buddhanya, Nammyohorengekyo dari Saddharmapundarikasutra sebagai darmanya, dan Nikko Syonin sebagai sanghanya. Kita boleh menghormati biksu tertinggi lainnya, namun sangha dalam triratna hanyalah Nikko Syonin. Untuk menjadi orang yang menjalankan agama Buddha yang sesungguhnya, perlu disadari bahwa ajaran yang diperuntukkan untuk masa akhir darma dan untuk manusia akhir darma adalah Nammyohorengekyo, tidak ada yang lain. Tujuan kita dalam beragama adalah untuk mengubah nasib kita dan orang lain menjadi lebih baik untuk masa akan mendatang. Caranya adalah dengan melaksanakan apa yang diajarkan oleh Buddha Sakyamuni.

Kita perlu memunculkan kesadaran Buddha dengan menyebut Nammyohorengekyo. Kalimat sutra yang menjelaskan bahwa “menyebut Nammyohorengekyo sekali sehari, sekali sebulan, sekali setahun, sekali sedekade, dan sekali seumur hidup merupakan syarat pencapaian kesadaran Buddha” hendaknya tidak dimaknai secara harfiah. Maksudnya, Nammyohorengekyo adalah mantra yang begitu hebat sampaisampai kekuatannya kekal. Ketika menyebut Nammyohorengekyo, hendaknya kita tidak hanya memikirkan diri sendiri tapi juga memikirkan kesadaran orang lain, bahkan seluruh umat manusia. Buddha Niciren mengatakan bahwa kalau kita banyak pengetahuan tapi kurang percaya, akan sulit bagi kita untuk mewujudkan bukti nyata. Buddha Sakyamuni menitipkan ajaran Saddharmapundarikasutra agar disebarluaskan kepada seluruh umat manusia. Maka, pada masa akhir darma ini kita mempunyai tugas untuk memberitahu umat manusia bahwa setiap orang mempunyai jiwa Buddha. Kemudian, dalam Mahaparinirwana Sutra, Buddha Sakyamuni Samantabadra | September 2020

3


berpesan agar sesudah Beliau moksya, manusianya tetap menaati ajaran yang benar. Devadatta, Mahakasyapa, dan Sariputra sama-sama pintar menguasai teori, tapi Devadatta akhirnya masuk ke neraka Avici karena pandai ilmu tapi tidak mempunyai kepercayaan. Mahakasyapa dan Sariputra berbeda dengan Devadatta, mereka akhirnya menjadi Tathagata karena telah sungguh-sungguh melaksanakan dan percaya dengan ajaran Buddha. Saya ingin menekankan sekali lagi bahwa kita sangat beruntung sudah berjodoh dengan Nammyohorengekyo. Tidak semua orang bisa bertemu dengan ajaran agung ini. Buddha Sakyamuni saja memerlukan 42 tahun sebelum membabarkan Saddharmapundarikasutra. Beliau mencapai kesadaran Buddha pada umur 30 tahun dan baru menjelaskan Saddharmapundarikasutra saat beliau berusia 72 tahun. Setelah Buddha Sakyamuni moksa pun, Saddharmapundarikasutra hanya tersebar luas di India selama 1.000 tahun sebelum tersebar luas di Tiongkok dan Jepang. Bila dijumlahkan, diperlukan 2.350 tahun bagi ajaran Saddharmapundarikasutra untuk disebarluaskan dan diambil intisarinya 4

Samantabadra | September 2020

oleh Niciren Daisyonin. Keberuntungan kita bertemu dengan ajaran ini bagaikan kura-kura yang mencari kayu dengan lubang di tengahnya, atau seperti bunga udumbara yang hanya berbunga beberapa tahun sekali. Berjodoh dengan Nammyohorengekyo dari Saddharmapundarikasutra sangat sulit, lebih sulit dibandingkan contohcontoh di atas. Maka, Buddha menegaskan bahwa kita amat beruntung, dan sikap ini harus kita bawa dalam menjalankan hati kepercayaan. Ketika

menyebut Daimoku, seharusnya kita merasa gembira seperti orang buta yang baru bisa melihat lagi. Kebahagiaan kita seharusnya setara dengan tawanan perang yang dibebaskan dan mampu bertemu lagi dengan keluarga mereka. Hal ini hendaknya dicamkan. Mari kita memunculkan kesadaran, saling menyayangi, dan saling mengasihi dan berharap agar pandemi ini cepat berakhir. Mari kita membangun peradaban baru dengan menjadi manusia-manusia yang penuh kesadaran. ***


CERAMAH GOSYO_

Rangkuman Ceramah Darma Duta Ibu Irawati Lukman Surat perihal daimoku dari Saddharmapundarika-sutra Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum Virtual Wihara Sadaparibhuta NSI 25 Juli 2020

Nammyohorengekyo, Gosyo kali ini sangat relevan untuk dibahas selama pandemi Covid-19, di mana kita perlu mengatur perasaan jiwa untuk meningkatkan imunitas. Hendaknya kita menata perasaan jiwa menuju dunia yang baik dengan penyebutan Nammyohorengekyo dari Saddharmapundarikasutra. Gosyo perihal Daimoku dari Saddharmapundarikasutra ditulis pada tahun 1266, dan diberikan kepada seorang wanita lansia yang merupakan pengikut baru Niciren Daisyonin. Ia tinggal di Amace, Propinsi Awa. Dalam Gosyo ini, Niciren Daisyonin menjelaskan mengenai kurnia atau imbalan dari pelaksanaan agama Buddha yang benar, yang tepat waktu dan tepat guna. Nammyohorengekyo

mencakup seluruh potensi Buddha; siapa pun yang menyebut Nammyohorengekyo dapat memunculkan jiwa Buddha yang sudah ada dalam diri kita sendiri. Pertama-tama, Niciren Daisyonin ingin memberi semangat hidup kepada wanita lansia ini agar ia merasa lebih berdaya guna. Ia diimbau untuk tetap semangat dan meneruskan hati kepercayaannya. Begitu pula kita, setelah dua bulan tidak mengadakan pertemuan, akhirnya menggunakan media daring sehingga umat yang tadinya penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan bisa mengikuti pertemuan dengan penuh semangat. Sebelum jam siaran, banyak umat sudah bersiap-siap di depan ponsel untuk mendengarkan gosyo. Bila setiap hari kita

melantunkan Gongyo Daimoku, kita tidak akan kehilangan semangat hidup meskipun menghadapi berbagai kesulitan. Begitupun lansia, yang tadinya tidak memahami teknologi jadi belajar menggunakannya dan beradaptasi pada kemajuan zaman. Ini merupakan kemajuan untuk umat NSI. Gosyo ini ditulis 13 tahun setelah Nammyohorengekyo dikumandangkan pada 28 April 1253. Jadi, Niciren Daisyonin pun menjelaskan pengalamannya sejak Nammyohorengekyo pertama disebarluaskan sampai gosyo ini ditulis. Beliau baru saja dibebaskan dari penganiayaannya di Semenanjung Izu yang berlangsung selama 3 tahun. Setelah Nammyohorengekyo dikumandangkan, Niciren Samantabadra | September 2020

5


Daisyonin tidak berdiam, beliau terus menyebarkan amanat bahwa ajaran ini adalah ajaran Buddha yang benar. Sehingga, muridmurid Sekte Nembuce ikut menjadi murid Niciren Daisyonin. Oleh sebab itu, timbul kekhawatiran di antara murid-murid Nembuce sehingga mereka membuat laporan palsu kepada pemerintah, mengklaim bahwa Niciren Daisyonin mengajarkan filsafat yang sesat. Buddha Niciren tidak mempunyai anggota keluarga di Semenanjung Izu ketika beliau melalui penganiayaannya, tapi justru karena Nammyohorengekyo, di mana pun berada, sebagai penganut Saddharmapundarikasutra, sandang, pangan, dan papan selalu tersedia. Walaupun beliau tidak mempunyai kenalan di tempat pengasingannya, Buddha Niciren menerima bantuan dari Funamori Yasaburo, seorang yang tidak menganut ajaran Saddharmapundarika-sutra tetapi menunjang, memberi makan, dan menjaga beliau. Ketika Gosyo ini ditulis, Niciren Daisyonin baru dibebaskan selama satu tahun. Beliau pulang ke kampung halamannya untuk berjumpa dengan ibunya yang sedang sakit. Pertemuan antara ibu dan anak ini mengubah 6

Samantabadra | September 2020

perasaan ibunya sehingga penyakitnya cepat sembuh, karena bahagia dapat melepas rindu. Akhirnya, ibu dari Niciren Daisyonin pun bisa memperpanjang usianya selama 4 tahun.Â

sampai ajaran ini dianut oleh satu kampung. Lalu, Buddha Niciren kembali ke Kuil Seicho di mana beliau menulis Gosyo ini. Meskipun seseorang tidak memahami ajaran ini sepenuhnya, Tojo Kagenobu, bila ia menyebut penguasa daerah Awa Nammyohorengekyo, maka yang memutuskan ia pasti mendapatkan agar Niciren Daisyonin kurnia. Keinginan dan diasingkan, menyimpan upaya untuk pencapaian dendam dan kemurkaan kesadaran Buddha adalah akan hal ini, sampai aspek kepercayaan yang mencari jalan untuk paling utama. Umat-umat membunuh Niciren baru biasanya ragu-ragu Daisyonin. Saat itu pula, untuk mulai melaksanakan murid Niciren Daisyonin Gongyo Daimoku karena yang bernama Kudo belum memahami Yosyitaka ingin berjumpa maknanya. Tapi, yang dengan beliau. Dalam ditekankan adalah untuk perjalanan Buddha Niciren percaya dan melaksanakan, menuju muridnya tersebut, dengan begitu pasti kelompok Tojo Kagenobu terwujud bukti nyata. menyerang Buddha Niciren Daisyonin juga Niciren dan pengawalnya. menjelaskan kurnia dari Setelah mendengar ini, Nammyohorengekyo. Kudo Yosyitaka dan Terakhir, beliau Kyonin-bo datang untuk menyatakan bahwa hanya menyelamatkan beliau. SaddharmapundarikaNamun pada akhirnya, sutra yang memungkinkan mereka terbunuh sementara kaum wanita mencapai Niciren Daisyonin terluka, kesadaran Buddha, tidak kakinya tergores dan ada sutra yang lain. tangannya patah. Maka, kita diingatkan Peristiwa ini dikenal untuk meninggalkan sebagai peristiwa ajaran-ajaran sementara Komatsubara. Setelah dan hanya menjalankan peristiwa tersebut, Niciren Daimoku dari hukum gaib. Daisyonin menetap di Niciren Daisyonin kampung halamannya merupakan murid dari untuk menjaga suasana. Mahaguru Dengyo, Beliau bukannya merasa Mahaguru yang takut, justru beliau menolak semua aliran tetap menyebarluaskan ajaran sementara dan Nammyohorengekyo,


mencurahkan dirinya untuk penyebarluasan Saddharmapundarikasutra. Hendaknya kita meniru semangat ini. Karena Niciren Daisyonin merupakan pengikut Mahaguru Dengyo, beliau merupakan pewaris yang sah untuk menyebarluaskan Saddharmapundarikasutra, sutra pokok dari semua sutra yang dibabarkan Buddha Sakyamuni. Sekalipun seorang penganut tidak mempunyai pengertian, bilamana ia mempunyai kepercayaan yang tulus, ia dapat mencapai kesadaran Buddha. Hal ini terbukti oleh cerita Suri Handoku yang mencapai kesadaran Buddha dengan ketekunannya merapikan sepatu umat, gestur yang terlihat sepele namun merupakan pelaksanaan ajaran. Bila kita menyebut Nammyohorengekyo, kita dapat mencegah diri dari membuat sebab-sebab jahat yang berskala besar maupun kecil. Dengan begitu, kita tak akan terjatuh ke dalam empat dunia buruk; dunia neraka, kelaparan, kebinatangan, dan kemurkaan. Orang yang menyebut Nammyohorengekyo tidak akan tertarik oleh sebab jodoh yang buruk sehingga tidak akan terjatuh pada keempat dunia buruk.

Saat sekarang ini, banyak orang di PHK dan tidak mendapatkan penghasilan. Banyak pengusaha yang juga menanggung beban ekonomi yang berat. Maka itu, ini adalah saat bagi kita untuk menerima keadaan dengan percaya pada Nammyohorengekyo. Dengan hati kepercayaan yang kuat kepada Hukum Nammyohorengekyo, karma masa lampau yang amat berat pun dapat kita terima dan lewati. Jika menyebut Daimoku dengan tulus, kita pasti dapat mengubah nasib dan melangkah menuju hidup yang bahagia. Memunculkan Dunia Buddha dengan adanya Daimoku dan rasa percaya dapat mewujudkan karma yang baik. Dalam kutipan Gosyo, tertulis bahwa kita cukup menyebut Nammyohorengekyo sekali sehari, sekali sebulan, sekali setahun, sekali sedekade, dan sekali seumur hidup. Ini merupakan syarat pencapaian kesadaran Buddha. Mungkin kalimat tersebut membuat Anda berpikir: jika cukup menyebut sekali, berarti tidak perlu setiap saat menyebutnya. Ini merupakan suatu kekeliruan, kata “sekali” digunakan untuk menegaskan besarnya karunia yang terkandung dalam satu kalimat

Nammyohorengekyo. Kekuatan mantra agung Nammyohorengekyo seluas alam semesta, tidak dapat dijangkau oleh pikiran. Bila senantiasa menyebut Nammyohorengekyo, menjadi tidak mudah bagi kita untuk kalah dengan suasana. Namun, jika jarang melaksanakan Daimoku, maka sifat-sifat yang buruk akan muncul karena tidak ada kesempatan untuk memunculkan Dunia Buddha. Maka itu, diingatkan bahwa menyebut Daimoku dengan hati kepercayaan yang kuat dan mendalam amat penting. Hendaknya kita berusaha menyebut Daimoku sekuat kemampuan kita dan secara berkelangsungan. Jangan hanya mengejar target, misalnya memaksa diri untuk melantunkan Daimoku selama dua jam setiap hari tanpa adanya kesungguhan hati. Selanjutnya, ibu lansia yang bertanya pertanyaanpertanyaan kritis kepada Niciren Daisyonin juga menggunakan sebuah analogi. Ia mempertanyakan kemungkinan bagi seseorang untuk terhindar dari karma buruk bila hanya menyebut Daimoku tanpa mengerti artinya. Ia memberi gambaran: bila tidak meletakkan tangan ke dalam api, anda tidak akan terbakar; begitu Samantabadra | September 2020

7


pula dengan air, bila tidak diminum tidak akan menghilangkan dahaga. Buddha Niciren menjelaskan, tangan bisa terbakar oleh api karena suhunya yang panas. Api memiliki kekuatan yang tidak kelihatan. Jadi, sebaliknya, jika hanya mengucapkan dan memikirkan api tentu tidak terjadi apa-apa. Namun, karena pernah merasakan panasnya api, maka kita tahu bahwa api terasa panas. Nammyohorengekyo adalah hukum pokok yang disadari oleh para Buddha. Jiwa Buddha pada dasarnya memang sudah ada dalam diri kita. Kalau kita menyebut Nammyohorengekyo, kita melakukan perubahan pelaksanaan dalam jiwa kita. Sehingga, ketika kita bersuara, kekuatan Nammyohorengekyo yang ada dalam diri kita akan bangkit. Hal ini bisa kita ilustrasikan seperti memanggil nama seseorang. Jika seseorang memanggil nama kita, pasti kita akan menyahut dan datang. Jiwa Buddha kita pun muncul berupa kekuatan ketika kita “memanggilnya” saat melantunkan Nammyohorengekyo. Diumpamakan pula bahwa burung beo yang dapat mengucapkan empat 8

Samantabadra | September 2020

kesunyataan mulia dari ajaran Hinayana dapat terlahir kembali di surga. Kalimat ini menjelaskan bahwa binatang saja, bila terus menyebut empat kesunyataan mulia secara berkesinambungan, bisa mendapatkan kurnia yang besar. Ini pun baru dengan ajaran sementara. Apalagi, bila kita menanam icinen yang berkesinambungan dan melaksanakan Nammyohorengekyo dari Saddharmapundarikasutra, pasti kurnia yang akan diterima sangat besar, sebab Daimoku adalah inti hakekat dari 84.000 ajaran sutra. Dengan begitu, sebabjodoh karma masa lampau pasti bisa dihancurkan. Tertulis juga sebuah perumpamaan: jika membunyikan kecapi dari senar urat singa, maka segala senar lain akan putus. Senar urat singa adalah senar yang terbaik, hal mana menggambarkan keunggulan Nammyohorengekyo. Dengan Nammyohorengekyo, kita dapat mengubah karma buruk kita menjadi karma baik. Buddha mengatakan bahwa untuk memasuki jalan Kebuddhaan, yang harus diutamakan adalah rasa percaya. Hanya pertapaan percaya yang merupakan pertapaan

yang mencakupi segala lainnya. Jadi, bila seseorang hanya pintar memahami teori tapi tidak percaya dengan hukum Nammyohorengekyo, maka ia disebut sebagai iccantika karena mengikuti pemikiran sendiri. Hendaknya kita menyadari keagungan dari mantra Nammyohorengekyo. Sebagai bukti nyata, seorang anggota NSI melampaui kesulitan karena senantiasa menyebut Daimoku. Karena pandemi Covid-19, usahanya tutup. Meskipun tidak bangkrut, ia perlu membayar hutang. Tentunya, kesulitan ini menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan. Namun, karena ia terus mengikuti pertemuan daring dan ia terus menjalankan Daimoku di susunan, kepercayaannya menjadi semakin kuat. Dengan kekuatan Nammyohorengekyo, ia menjadi lebih tenang sehingga timbul semangat hidup. Akhirnya, karena kegaiban Nammyohorengekyo, ia diberi waktu oleh kreditor untuk membayar hutang dalam tenggang waktu yang lebih lama. Oleh karena itu, sebaiknya kita berhenti meragukan Nammyohorengekyo dan mengingat bahwa kepercayaan adalah unsur


yang terpenting dalam menjalankan Syinjin. Bila kita hanya mengerti tapi tidak percaya maupun melaksanakan, berarti upaya kita sia-sia. Bila kita percaya, artinya kita menerima seluruh ajaran Buddha dengan segenap jiwa raga dan melaksanakannya secara tepat. Niciren Daisyonin menyediakan bukti dari keagungan Nammyohorengekyo dalam sutra Syohokkekyo dan Tembonhokekyo, di mana dikatakan bahwa seseorang yang menganut Saddharmapundarika-sutra akan menikmati karunia di luar batas pikiran. Terdapat juga bukti nyata lain dari anggota kita yang biasanya mendapatkan penghasilan dari menyewakan vila. Sejak Covid-19, jumlah pelanggannya berkurang. Namun, tiba-tiba beberapa orang asing yang tidak bisa pulang ke negaranya menginap di vila anggota ini. Jadi, selama pandemi pun ia masih mendapatkan penghasilan, hal mana menunjukkan kegaiban Nammyohorengekyo. Meskipun percaya adalah aspek Syinjin yang paling utama, bukan berarti kita tidak perlu belajar. 3 pilar kepercayaan mencakupi Syin, Gyo, dan Gaku (percaya, belajar, melaksanakan), tidak ada tawar-menawar.

Selain menyebut Bab 2 dan Bab 16 Saddharmapundarikasutra setiap pagi sore, pelaksanaan pokok yang harus dilaksanakan adalah menjalankan Daimoku. Namun, itu pun harus dilaksanakan dengan dasar Jigyo Keta (memikirkan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain). Kemudian, kita juga diimbau untuk menjaga mereka yang menyebut Nammyohorengekyo, menjaga sesama umat. Selanjutnya, Buddha Niciren menggunakan 4 perumpamaan untuk menjelaskan besarnya kurnia yang diterima jika menyebut Daimoku secara berkesinambungan. Pertama, Nammyohorengekyo digambarkan seperti samudera luas yang tidak menolak seluruh sungai yang mengalir menujunya. Sama halnya seperti penyebutan Nammyohorengekyo yang membuat jiwa kita mampu menerima semuanya. Hawa nafsu yang buruk pun bisa kita ubah menjadi kesadaran (Bonno Soku Bodai) sehingga akhirnya hidupmati adalah nirwana (Syoji Soku Nehan). Kemudian, diumpamakan juga bahwa Nammyohorengekyo adalah seperti bumi besar yang mengandung seluruh makhluk berperasaan dan

makhluk tanpa perasaan. Tanah menerima dan menyokong pertumbuhan semua makhluk, begitu pula Nammyohorengekyo. Dengan Nammyohorengekyo, siapa pun dapat memunculkan jiwa Buddha sehingga memperoleh kekuatan yang kuat, bebas, suci, dan tenang. Nammyohorengekyo juga diibaratkan sebagai permata pengabul kehendak yang dapat mengeluarkan harta pusaka yang tak terhitung. Artinya, Nammyohorengekyo merupakan sumber bagi kita untuk menciptakan nilai. Kita dapat mewujudkan apa yang diinginkan bila memupuk rezeki jiwa dan menyebut Nammyohorengekyo secara berkesinambungan. Selanjutnya, digambarkan juga mengenai Dewa Mahabrahma yang memerintah seluruh Triloka, hal mana menyiratkan bahwa Saddharma melindungi segala sesuatu. Mantra Nammyohorengekyo dibandingkan dengan contoh-contoh ini untuk menerangkan kekuatannya yang memungkinkan umat manusia mencapai kesadaran Buddha. Kita dapat melihat tolak ukur kepercayaan kita dalam kehidupan sehari-hari dengan melihat keadaan lingkungan kita. Samantabadra | September 2020

9


Bila sudah berusaha menciptakan nilai berdasarkan hukum agama dari Buddha Niciren, namun keadaan lingkungan tidak sesuai, berarti sikap kepercayaan kita belum benar. Sama halnya seperti keadaan sekarang selama pandemi. Jika sudah menyebut Daimoku, tapi wabah penyakit semakin meluas, bukan berarti hukum kita tidak unggul, bukan berarti Buddha berbohong. Keluarga yang tidak harmonis atau tanah yang tidak subur disebabkan oleh pelaksanaan hukumnya yang tidak sesuai dengan ajaran Myohorengekyo. Oleh karena itu, mari kita mengintrospeksi

10

Samantabadra | September 2020

diri dan mengutamakan syin, percaya. Kita memikul tanggung jawab untuk mensejahterakan masyarakat, sebagai wujud pelaksanaan kita. Dengan begitu, kita pun akan menghasilkan karunia dan kebajikan yang berlimpah. Bila kita memiliki kepercayaan yang ulet, pasti kita dapat merombak diri sendiri dan lingkungan. Bila kita senantiasa memikirkan masyarakat, bangsa, dan negara, getaran kita pasti terpancar luas dan menggetarkan dunia. Tugas kita sebagai bodhisatwa yang muncul dari bumi adalah untuk membahagiakan orang lain. Saat sekarang, bentuknya berupa kesadaran untuk

merombak sifat jiwa agar memengaruhi lingkungan, mengingatkan protokol kesehatan kepada orang lain, berdonor darah, menyumbang masker, dan sebagainya. Mari kita melaksanakan Daimoku secara rutin untuk memperkuat hati kepercayaan. Meskipun pandemi ini merupakan waktu yang sulit, badai pasti berlalu. Hendaknya kita menjaga keberanian untuk menghadapi badai tersebut dengan prajna Buddha. Musim dingin pasti menjadi musim semi. ***


LIPUTAN_

PERINGATAN HUT RI KE-75 "INDONESIA MAJU!"

Dokyo syodai peringatan HUT RI ke-75 di Wihara Sadaparibhuta NSI dipimpin oleh Ketua Umum NSI.

H

ari ulang tahun Republik Indonesia (HUT RI) yang ke-75 diperingati dengan suasana yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jumlah orang yang melakukan upacara bendera dibatasi. Sebagian besar masyarakat mengheningkan cipta dari rumah masing-masing. Upacara bendera di tingkat negara pun dilakukan secara amat terbatas. Walau tetap dilakukan upacara pengibaran dan penurunan bendera, namun tidak ada hadirin langsung di istana negara. Petugas pengibar bendera

dibatasi. Masyarakat dapat mengikuti upacara secara virtual yang undangannya didapatkan setelah mendaftar ke situs web Kementerian Sekretariat Negara yang jumlahnya sebanya 17.845.

Mengangkat tema nasional “Indonesia Maju�, HUT RI yang ke75 diperingati di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda. Di tengah keprihatinan bangsa terutama di bidang kesehatan dan ekonomi, kita sebagai warga negara Indonesia hendaknya tetap optimis bahwa kondisi bangsa akan segera pulih dan masingmasing dari kita punya andil untuk mempercepat pemulihannya. Senantiasa terapkan protokol kesehatan sebagai bagian dari gaya hidup baru dan seterusnya. Kita menjadi lebih mawas terhadap pentingnya menjaga kebersihan dan disiplin untuk menjaga kesehatan.

Samantabadra | September 2020

11


Dokyo syodai peringatan HUT RI ke-75 di Wihara Vimalakirti NSI Bangka. Dokyo syodai peringatan HUT RI ke-75 di Wihara Vimalakirti NSI Solo Baru.

Di lingkungan NSI, umat secara umum dapat mengikuti dokyo syodai secara daring melalui

kanal youtube yang disiarkan dari Wihara Sadaparibhuta NSI Jakarta dan dipimpin oleh Ketua Umum NSI MPU Suhadi Sendjaja. Di samping itu, dokyo syodai juga dilakukan di wihara-wihara NSI dengan jumlah orang yang dibatasi dan menerapkan protokol kesehatan. Setelah dokyo syodai segenap umat NSI turut mengikuti detik-detik proklamasi dengan sikap sempurna. Walaupun tidak dimeriahkan dengan aneka lomba khas 17 Agustusan, umat NSI memperingati kemerdekaan RI dengan melakukan donor darah, seperti yang dilakukan DPD dan segenap umat NSI di Bekasi pada tanggal 07 Agustus 2020 dan di Muncul pada tanggal 16 Agustus. Donor darah secara umum dapat dilakukan sebanyak 3-4 bulan sekali pada kondisi tubuh yang sehat. Dengan semangat "Indonesia Maju", mari kita sama-sama memaksimalkan segenap potensi diri kita untuk menjadi manusia yang unggul di bidang yang kita tekuni masingmasing. Segala tantangan dan rintangan dalam hidup kita atasi dengan dasar kesadaran Buddha, mengimplementasikan syinjin dalam kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat. ***

12

Samantabadra | September 2020

Dokyo syodai peringatan HUT RI ke-75 di Wihara Vimalakirti NSI Bali.

Dokyo syodai peringatan HUT RI ke-75 di Cetya NSI Sragen.

Dokyo syodai peringatan HUT RI ke-75 di Wihara Vimalakirti NSI Bekasi.


Menyambut detik-detik proklamasi di Wihara Vimalakirti NSI Bogor seusai dokyo syodai.

Dokyo syodai peringatan HUT RI ke-75 di Cetya NSI Jatinegara.

Umat dan pengurus NSI Lampung seusai dokyo syodai peringatan HUT RI ke-75 di Wihara Vimalakirti NSI Lampung. Menerapkan protokol kesehatan.

(kiri, atas) Donor darah umat dan pengurus NSI Bekasi di kantor Palang Merah Indonesia (PMI) kota Bekas. (bawah) Donor darah umat dan pengurus NSI Muncul di Wihara Vimalakirti NSI Muncul.

Samantabadra | September 2020

13


_LIPUTAN

Musyawarah Daerah Forum Umat Buddha Provinsi Banten

Segenap peserta musyawarah daerah Forum Umat Buddha Provinsi Banten.

14

Samantabadra | September 2020

Perwakilan dari NSI Banten mengikuti musyawarah daerah Forum Umat Buddha Provinsi Banten pada tanggal 31 Juli 2020 di STABN Sriwijaya, Serpong - Tangerang Selatan. Hadir mewakili NSI Bapak Djuanda Bapak Ang Yansen, Sdri. Trevani, dan Bapak Jepri. Terpilih kembali Bapak Yahya Santosa, sebagai ketua umum FUB Provinsi Banten untuk periode tahun 2020-2025, dan juga laporan perkenalan pimpinan dan pengurus terpilih dari FUB di Kementerian Agama RI Provinsi Banten pada tanggal 9 Agustus 2020. ***


AJARAN_

Surat Perihal Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra Gosyo Kensyu

(lanjutan bagian akhir)

Latar Belakang

G

osyo ini ditulis tahun 1266, ditujukan kepada seorang wanita lanjut usia. Tiada yang mengetahui mengenai wanita ini selain bahwa ia adalah penganut baru dalam Agama Buddha Niciren Daisyonin dan bermukim di Amace, Propinsi Awa. Dengan kata-kata biasa, Gosyo ini menerangkan imbalan karunia pelaksanaan sederhana dalam Agama Buddha yang benar, dengan mengajarkan bahwa Nammyohorengekyo mencakup seluruh potensi Buddha, dan barang siapa menyebutnya dapat membuka seluruh karunia Buddha tersebut dan membangkitkan kembali semangat hidupnya. Akhir tahun 1264, setahun setelah beliau dibebaskan dari pembuangan di Semenanjung Izu, Niciren Daisyonin kembali ke daerah kelahiran-Nya untuk pulang ke rumah. Namun, Tojo Kagenobu, pengurus daerah itu dan penganut Nembuce yang bernafsu masih menyimpan kemarahan atas maklumat Daisyonin mengenai Agama Buddha yang benar sebelas tahun yang lalu dan tetap menunggu kesempatan membalas dendam terhadap beliau. Tujuan pertama Daisyonin adalah mengunjungi ibunda-Nya. Berkumpulnya mereka kembali terlihat membawa pengaruh besar terhadap ibunda-Nya, sehingga beliau sembuh dengan cepat. Daisyonin menguraikan kejadian ini dalam surat kepada istri Toki Jonin tahun 1279: “Ketika Saya, Niciren berdoa untuk Ibu Saya, bukan saja penyakitnya sembuh, bahkan hidupnya telah diperpanjang selama empat tahun�. (Gosyo Zensyu hal. 985). Kudo Yosyitaka dan murid-murid Daisyonin lainnya di daerah itu juga sangat ingin berjumpa dengan beliau dan memohon beliau untuk mengunjungi puri Yosyitaka. Niciren Daisyonin berangkat pada 11 Nopember 1264, bersama utusan yang Samantabadra | September 2020

15


dikirim untuk mengawal Beliau. Namun ketika rombongan tiba di Komacebara, mereka tiba-tiba diserang oleh Tojo Kagenobu beserta sekelompok penganut Nembuce. Kudo Yosyitaka dan lain-lainnya segera datang menyelamatkan Daisyonin. Pengikut Kagenobu membunuh Yosyitaka dan seorang murid lain, yaitu Kyonin-bo. Daisyonin mendapat goresan pedang di dahi dan tangan kiri-Nya patah. Dengan menanggung resiko pribadi yang besar, Daisyonin tetap tinggal di Awa dari tahun 1264–1267 dan melakukan kegiatan penyebarluasan yang gigih, bekerja di antara rakyat jelata. Usahanya menghasilkan banyak penganut dan awal gerakan keagamaan mulai terbentuk. Di Kazuka sampai bagian utara Propinsi Awa, Beliau telah meraih seluruh suku Sakuma Hyogo. Jakunicibo Nikke yang dikemudian hari membangun Kuil Tanjo di Kominato untuk menandai tempat kelahiran Daisyonin, adalah seorang dari suku tersebut. Tahun 1266, Daisyonin berdiam beberapa saat di Kuil Seico, tempat dan saat ditulisnya Gosyo ini, Beliau juga menulis beberapa uraian mengenai ajaran, mungkin ditujukan untuk kepentingan Bhiksu Gijobo dan Joken-bo, kakak seperguruan-Nya ketika Beliau mempelajari agama Buddha pada masa remaja-Nya. Gosyo ini terdiri dari dua bagian. Pertama, menguraikan imbalan karunia yang diperoleh melalui pengucapan Daimoku dari Saddharmapundarika-sutra, walau seseorang menyebut Daimoku Nammyohorengekyo tanpa mengerti makna dari Saddharmapundarika-sutra, dan menekankan pentingnya keyakinan dalam mencapai kesadaran Buddha. Mengutip contoh tentang Mahakasyapa dan Sariputra, Beliau menyatakan bahwa walau tanpa pengertian, seseorang dapat menghapus segala karma buruk dan menimbun rejeki tak terhingga, selama ia melaksanakan penyebutan Daimoku dengan kepercayaan yang kuat pada agama Buddha yang benar. Kedua, Daisyonin menjelaskan karunia besar yang terkandung dalam lima huruf Myohorengekyo, judul dari Saddharmapundarika-sutra. Beliau menjelaskan ketiga makna dari Myo (Gaib) yaitu: membuka, bulat sempurna, dan hidup kembali. Terakhir, Beliau menyatakan bahwa hanya Saddharmapundarika-sutra yang memungkinkan kaum wanita mencapai kesadaran Buddha, dan menganjurkan penerima surat ini untuk menyebut Nammyohorengekyo, Daimoku dari Hukum Gaib dan menanggalkan keterikatannya pada Nembuce. Pada awal surat ini, Niciren Daisyonin menyebut diri-Nya sebagai seorang “pengikut Mahaguru Dengyo”. Mahaguru Dengyo adalah pendiri sekte Tien-tai di Jepang, aliran ortodoks Agama Buddha. Beliau pergi ke Tiongkok untuk mempelajari ajaran Tien-tai, setelah kembali di Jepang, menolak semua aliran yang berdasarkan pada ajaran sementara Sang Buddha dan mencurahkan dirinya untuk menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra. Kalimat “pengikut Mahaguru Dengyo” berarti Daisyonin adalah pewaris sah ajaran Sang Buddha.

16

Samantabadra | September 2020


Isi Gosyo Sekarang kita meninjau huruf “Myo”, berarti gaib. Saddharmapundarika-sutra mengatakan: “Sutra ini membuka pintu Ajaran Sementara dan mewujudkan aspek sejati dari kenyataan”. Mahaguru Chang-an berkomentar akan hal ini: “Myo berarti mengungkapkan gudang rahasia yang terdapat di kedalaman”. Dan Mahaguru Miao-lo mengatakan: “Mengungkapkan berarti membuka”. Di sini huruf Myo berarti membuka. Seandainya ada sebuah gudang berisi harta pusaka tapi tak ada kuncinya, maka gudang itu tak dapat dibuka, dan jika tak dapat dibuka tentu harta pusaka di dalamnya tak dapat dilihat. Sang Buddha membabarkan Sutra Avatamsaka, tapi Beliau tidak memberikan penjelasan yang dapat dijadikan sebagai kunci untuk membuka sutra ini. Sama halnya selama 40 tahun atau lebih, Beliau mengkhotbahkan sutra-sutra lain, seperti Sutra Agam (Agon), Vaipulya (Hoto), Prajna (Hannya), dan Amitayurdhyana (Kammuryoju), tapi Beliau tidak mengungkapkan maknanya. Pintu sutra itu tetap terkunci, karena itu tak seorang pun dapat mengerti sutra-sutra ini. Walaupun orang berpendapat bahwa mereka mengerti, tapi kenyataannya mereka hanya memiliki pandangan keliru. Tetapi kemudian Sang Buddha mengkhotbahkan Saddharmapundarika-sutra, dan dengan jalan ini membuka gudang dari sutra-sutra. Untuk pertama kali setelah berlalu lebih dari 40 tahun, seluruh umat manusia Sembilan Dunia dapat memandang pusaka yang terdapat dalam gudang sutra tersebut. Sebagai persamaan, walaupun di bumi ini terdapat manusia dan binatang, tumbuhan dan pohon, tanpa cahaya matahari atau rembulan, walaupun memiliki mata, mereka tidak dapat melihat rupa dan warna. Hanya bila matahari atau bulan bersinar, seseorang dapat melihat untuk pertama kalinya bentuk mereka yang sesungguhnya. Sutra-sutra yang mendahului Saddharmapundarika-sutra bagai dibungkus kegelapan malam yang panjang, sedangkan Ajaran Pokok dan Ajaran Bayangan dari Saddharmapundarika-sutra bagaikan matahari dan bulan. Di antara para bodhisatwa yang memiliki dua mata yang baik, manusia Dwiyana yang memiliki mata juling, manusia biasa yang memiliki mata buta atau mereka yang termasuk manusia Iccantika yang telah buta semenjak lahir tak seorang pun dapat melihat rupa dan warna sesungguhnya dari benda-benda melalui sutra-sutra yang terdahulu. Tapi ketika Saddharmapundarika-sutra dikhotbahkan dan cahaya bulan dari Ajaran Bayangan muncul, maka Bodhisatva yang memiliki dua mata yang baik itu untuk pertama kalinya mencapai kesadaran, disusul manusia Dwiyana bermata juling, kemudian mata buta manusia biasa akan terbuka. Bahkan kemudian manusia Iccantika yang telah buta semenjak lahir, akan dapat membuat suatu jodoh dengan Saddharmapundarika-sutra yang menjamin bahwa mata mereka suatu hari akan terbuka. Kesemuanya ini dapat terjadi karena kebajikan dari satu huruf “Myo”.

Samantabadra | September 2020

17


Ada dua “Myo” atau prinsip gaib35 yang diterangkan dalam Saddharmapundarikasutra, yang satu terdapat dalam 14 bab pertama, merupakan Ajaran Bayangan dan satunya lagi ada dalam 14 bab berikutnya, merupakan Ajaran Pokok. Dari sudut pandangan lain terdapat 20 prinsip36, 10 dalam Ajaran Bayangan dan 10 lagi dalam Ajaran Pokok, atau terdapat 60 prinsip gaib, 30 dalam Ajaran Bayangan dan 30 lagi dalam Ajaran Pokok. Dari sudut pandangan lain, 40 prinsip gaib37 lainnya dapat dilihat dalam setiap setengah bagian dari Saddharmapundarika-sutra. Dengan menambahkan ini pada keempat puluh prinsip gaib tentang pengamatan alam pikiran38, huruf tunggal “Myo” dapat dilihat berisi sejumlah 120 “Myo” atau prinsip gaib. Satu huruf “Myo” yang mendasar atau prinsip gaib mendasari setiap huruf dari ke 69.384 huruf yang menjadikan keseluruhan Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian, Saddharmapundarika-sutra terdiri dari 69.384 prinsip gaib. Huruf “Myo” diterjemahkan ke dalam bahasa Sansekerta sebagai “Sad”, dalam bahasa Mandarin diucapkan sebagai “Miao”. Myo berarti “diberkahi sepenuhnya”, yang kemudian beralih menjadi arti “sempurna”. Dalam tiap kata dan tiap huruf Saddharmapundarika-sutra berisi makna ke-69.384 huruf yang menjadikan sutra itu. Sebagai gambaran, dalam setetes air laut terkandung air dari berbagai sungai yang mengalir ke lautan, dan Permata Pengabul Segala Kehendak (cintamani), walaupun tidak lebih besar dari biji mostar, dapat memberikan segala harta pusaka yang diinginkan seseorang. Persamaan lain lagi, rumput dan pohon akan layu dan gundul di musim gugur dan dingin, tapi bila matahari musim semi dan panas menyinarinya, maka akan tumbuh batang dan daun, kemudian berbunga dan berbuah. Sebelum Saddharmapundarikasutra dikhotbahkan, manusia kesembilan Dunia bagaikan rumput dan pohon di musim gugur dan dingin. Tetapi ketika huruf ‘Myo’ dari Saddharmapundarika-sutra menyinari mereka seperti matahari di musim semi dan panas, maka bunga keinginan untuk mencapai kesadaran akan bersemi dan buah Dunia Buddha akan muncul. Bodhisattva Nagarjuna dalam karangannya, Mahaprajna Paramitha Sastra (Daicido-ron) mengatakan, “Saddharmapundarika-sutra seperti tabib pandai yang dapat merubah racun menjadi obat”. Penegasan ini terdapat dalam salah satu kutipan Mahaprajna Paramitha Sastra yang menerangkan kebajikan yang terkandung dalam huruf ‘Myo’ dari Saddharmapundarika-sutra. Mahaguru Miao-lo berkomentar perihal ini: “Karena ini dapat menyembuhkan segalanya yang dianggap tak dapat disembuhkan, maka disebut ‘Myo’ atau gaib”. Secara umum, terdapat empat jenis manusia yang amat sukar untuk mencapai kesadaran Buddha. Pertama, mereka yang ditetapkan menjadi umat Sravaka dan Pratekyabuddha39; kedua, mereka yang termasuk golongan Iccantika; ketiga, mereka yang berpegang teguh pada kekosongan40 dan keempat, mereka yang memfitnah Hukum Sakti. Tapi melalui Saddharmapundarika-sutra, seluruh manusia ini dapat mencapai kesadaran Buddha. Inilah sebabnya mengapa Saddharmapundarika-sutra dikatakan “Myo”.

18

Samantabadra | September 2020


Devadatta adalah putra tertua Raja Dronodana dan keponakan Raja Suddhodana, (ayah dari Buddha Sakyamuni), sehingga ia adalah saudara sepupu Sang Buddha. Ia juga merupakan kakak sulung dari murid Sang Buddha, Ananda, yang patut dimuliakan. Ia sama sekali bukan orang berderajat rendah di Jambudwipa. Ia menjadi murid biksu Sudaya41 dan memasuki kehidupan keagamaan. Dari Ananda ia belajar 18 kekuatan gaib, ia mampu menghafal 60 ribu ajaran non Buddhis dan 80 ribu ajaran Buddhis. Ia menjalankan 5 pelaksanaan42 dan tampaknya lebih saleh dari Sang Buddha sendiri. Dengan berpikir menjadikan dirinya sebagai pemimpin seperti Sang Buddha, dia tak takut membuat kejahatan melanggar vinaya dengan membangun peraturan yang dibuatnya sendiri di Gunung Gaya43 dan mengajak murid-murid Sang Buddha ke pihaknya. Ia bersekutu dengan Pangeran Ajatasatru, “Saya bermaksud membunuh Sang Buddha dan menjadi Buddha baru. Hendaknya Anda membunuh ayah Anda, dan menjadi raja penggantinya!� Setelah Pangeran Ajatasatru benar-benar membunuh ayahnya, Devadatta mengamat-amati kegiatan Sang Buddha dan dengan sebongkah batu besar ia berhasil melukai-Nya hingga berdarah. Ia juga memukul dan membunuh biksuni Utpalavarna44 yang telah mencapai tingkat arahat. Dengan demikian ia telah melakukan 3 dari 5 dosa besar. Di samping itu dengan Kokalika45 sebagai muridnya dan Raja Ajatasatru sebagai pelindungnya, Devadatta mulai menarik para pengikut dari berbagai tempat, sehingga dari kelima wilayah di India dengan 16 negara bagian besar dan 500 negeri bagian sedang, setiap orang berdosa yang telah melakukan satu, dua, atau tiga dosa besar menjadi anggota kelompoknya. Mereka bergabung dengannya seperti berbagai sungai berkumpul dengan Sariputra dan mereka yang memiliki kekuatan gaib berkumpul dengan Maudgalyayana, demikian pula orang-orang yang mempunyai ikatan buruk bergabung dengan Devadatta. Sebagai akibatnya, bumi besar setebal 168.000 yojana dan di dalamnya terdapat pusaran angin46 sekeras intan, terbelah, Devadata jatuh hidup-hidup ke dalam neraka yang tiada terputus penderitaannya. Murid utamanya, Kokalika, juga jatuh hiduphidup ke dalam neraka, sebagaimana juga Brahmana wanita Cincamanavika47, Raja Virudhaka48 dan biksu Sunakshatra. Selain itu, penduduk dari lima wilayah di India dengan 16 negeri bagian besar, 500 negeri bagian sedang dan 10.000 negara bagian kecil, semua menyaksikan hal ini. Demikian pula makhluk-makhluk dari 6 Surga Kamadhatu dan 4 Surga Meditasi49, seluruh makhluk baik dari Rupadhatu maupun Arupadhatu50, termasuk Dewa Maha Brahma, Sakra Devanam Indra, Iblis Surga Keenam dan Dewa Yamaraja, menyaksikan pula nasib mereka. Seluruh makhluk dari seluruh dunia besar dan seluruh alam semesta mendengar hal ini dan secara bulat berkesimpulan bahwa walaupun kalpa jumlahnya sebanyak butiran debu di bumi telah berlalu, Devadata dan lainnya takkan dapat terhindar dari neraka yang tiada terputus penderitaannya dan walaupun batu yang menandai lamanya waktu satu kalpa mungkin telah pupus seluruhnya, mereka tetap terus menderita dalam penderitaan besar benteng Neraka Avici. Namun betapa mengejutkan, dalam Bab Devadata Saddharmapundarika sutra, Buddha Sakyamuni mengungkapkan bahwa Devadata adalah guru-Nya pada kehidupan masa lampau dan meramalkan bahwa dia dapat mencapai kesadaran di masa mendatang sebagai Buddha bergelar Samantabadra | September 2020

19


Tathagata Devaraga. Jika sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra adalah benar, maka Saddharmapundarika-sutra seharusnya suatu bualan yang teramat besar. Tapi bila Saddharmapundarika-sutra adalah benar, maka sutra-sutra lain harus dipersalahkan karena melakukan penipuan besar. Jika Devadatta yang telah melakukan tiga dari lima dosa besar, di samping itu telah melakukan kejahatan besar lain yang tak terhitung dapat menjadi Tathagata Devaraga, maka tidak diragukan lagi, penjahat lain yang hanya melakukan satu atau dua dosa besar pasti dapat mencapai kesadaran. Jika seandainya bumi besar ini dapat dijungkirbalikkan, maka sudah pasti tumbuhan dan pohon juga terjungkir balik. Dan jika batu yang keras dapat dihancurkan, maka pasti rumput yang liat dapat ditekuk. Maka Saddharmapundarika-sutra disebut “Myo”. Sekarang marilah kita membicarakan perihal wanita; kita mendapatkan bahwa mereka sangat dipersalahkan baik dalam tulisan Buddhis maupun non-Buddhis. Karya yang dikenal sebagai 3 Catatan dan 5 Peraturan51 dari 3 Penguasa dan 5 Kaisar Tiongkok kuno menggambarkan mereka sebagai penjilat dan penjahat. Dengan alasan ini, malapetaka dikatakan datang disebabkan oleh tiga wanita jahat di zaman purbakala52. Dengan demikian wanita dibuktikan sebagai penyebab keruntuhan suatu negara dan bangsanya. Dalam Sutra Avatamsaka, ajaran agung pertama yang dikhotbahkan setelah Sang Buddha mencapai kesadaran, dinyatakan: “Wanita adalah utusan neraka yang dapat menghancurkan bibit kebuddhaan. Mereka tampaknya seperti bodhisatwa, tapi dalam hatinya mereka bagaikan iblis yaksa”.53 Dan dalam Sutra Nirvana, ajaran terakhir Sang Buddha yang dikhotbahkan di hutan pohon sal, dikatakan: “Seluruh sungai dan anak sungai pasti berliku-liku dan berkelok-kelok, dan semua wanita pasti penjilat dan penjahat”. Juga dikatakan: “Seandainya seluruh nafsu dan khayalan seluruh pria dari tata surya dijadikan satu, itu takkan lebih besar dari rintangan karma seorang wanita”. Bila Sutra Avamtasaka mengatakan bahwa kaum wanita “dapat menghancurkan bibit kebuddhaan”, berarti, mereka menghanguskan dan membakar benih-benih yang memungkinkan mereka dapat mencapai kesadaran Buddha. Ketika gumpalan awan berkumpul di langit di musim kemarau dan hujan deras turun ke bumi, maka rumput dan pohon-pohon yang layu akan bersemi dan menghasilkan buah. Tapi hal ini takkan terjadi pada benih hangus, mereka takkan bertunas, sebaliknya hujan deras itu akan membusukkannya. Demikianlah Sang Buddha seperti gumpalan awan, ajaran-Nya seperti hujan deras dan tumbuhan dan pohon layu bagaikan seluruh makhluk hidup. Ketika mereka disirami hujan ajaran Agama Buddha, menerima 5 pantangan54, 10 pantangan55 dan pelaksanaan meditasi, semuanya mendatangkan karunia, mereka akan memunculkan tunas dan menghasilkan buah. Tapi bibit hangus takkan bertunas walaupun dihujani, sebaliknya akan membusuk. Hal ini disamakan dengan kaum wanita yang walaupun mengetahui ajaran Agama Buddha, mereka tak dapat melepaskan diri dari penderitaan lahir-mati, sebaliknya berpaling dari hakikat ajaran Agama Buddha dan jatuh ke jalan buruk. Inilah yang dimaksudkan Sutra dengan mengatakan bahwa kaum wanita “dapat menghancurkan bibit kebuddhaan”. 20

Samantabadra | September 2020


Kutipan kalimat Sutra Nirvana di atas mengartikan, seperti seluruh sungai dan anak sungai berliku-liku dan berkelok-kelok, demikian pula kaum wanita suka menentang dan berliku-liku. Karena air adalah cairan, bila kita menghadang alirannya dengan benda keras seperti batu karang atau gunung, maka aliran itu akan terpecah menjadi dua anak sungai atau mengalir ke samping tak tentu arah, sekarang mengalir begini nanti mengalir begitu. Kaum wanita juga demikian, pikiran mereka lembut dan lemah. Walaupun mereka mungkin percaya bahwa tujuan tertentu benar, tapi bila mereka berhadapan dengan keinginan kuat seorang pria dan mendapatkan bahwa cara mereka terhalang, maka mereka akan berpaling ke arah yang sama sekali berbeda dengan tujuan semula. Lagi pula meskipun Anda melukis gambar di permukaan air, tak satu pun yang Anda gambar akan tetap tinggal. Kaum wanita juga sama, pendirian mereka yang kurang teguh merupakan sifat dasar mereka. Bila saat ini mereka berpikir sesuatu, maka pada detik berikutnya mereka mempunyai pandangan lain yang berbeda sama sekali. Sedangkan sifat dasar seorang Buddha adalah jujur dan berterus terang. Dengan demikian kaum wanita, karena pendirian mereka tidak tetap, tak pernah dapat menjadi Buddha. Kaum wanita dihukum dengan 5 rintangan dan 3 jenis kepatuhan56. Karena itu dalam Sutra “Gonjikinyo”57 (Wanita berwarna keperak-perakkan) dikatakan: “Walaupun mata seluruh Buddha masa lampau, sekarang dan akan datang jatuh ke bumi, tak seorang wanita pun dapat menjadi Buddha”. Dan dalam Mahaprajna Paramitha Sastra dikatakan: “Anda dapat lebih cepat menangkap angin daripada memegang pikiran seorang wanita”. Walaupun segenap makhluk wanita begitu dihina dalam berbagai Sutra, namun ketika Bodhisattva Manjusri mengucapkan sepatah kata “Myo”, seorang wanita dapat segera menjadi Buddha. Kejadian ini sangat luar biasa, sehingga Bodhisatwa Jnanakara (Cisyaku), murid terkemuka Tathagata Prabhutaratna di Dunia Kesucian Pusaka, dan Sariputra, yang paling terkenal kebijaksanaannya di antara semua murid Sang Buddha, memprotes hal ini. Mereka mengatakan, menurut seluruh Sutra Mahayana dan Hinayana yang dikhotbahkan selama 40 tahun lebih, Putri Naga takkan mungkin menjadi seorang Buddha. Tapi pada akhirnya, sanggahan mereka sia-sia belaka karena kenyataannya Putri Naga telah menjadi seorang Buddha. Dengan demikian kutipan pada sutra pertama yang mengatakan bahwa wanita “dapat menghancurkan bibit kebuddhaan” dan khotbah terakhir-Nya di hutan pohon sal tentang bagaimana “seluruh sungai dan anak sungai pasti berliku-liku dan berkelok-kelok”, sama sekali berlawanan dan kaca atau kulit penyu peramal58 dalam Gonjikinyo Sutra dan Mahaprajna Paramitha Sastra dibuktikan sebagai bualan. Jnanakara dan Sariputra terpaksa mendiamkan lidahnya dan menutup mulut mereka, sementara seluruh manusia dan makhluk yang hadir pada pesamuan besar ketika Saddharmapundarika-sutra dikhotbahkan bersikap anjali bersama sebagai pernyataan sukanya. Semua disebabkan kebajikan dari sebuah huruf “Myo”. Di benua Jambudwipa bagian selatan dunia, terdapat 2.500 sungai yang berkelokkelok. Mereka berliku-liku seperti jalan pikiran kaum wanita di Jambudwipa. Tapi Samantabadra | September 2020

21


terdapat sebuah sungai yang disebut Syabaya59 yang mengalir lurus, selurus tali yang tegang, mengalir langsung kelaut barat. Seorang wanita yang berhati kepercayaan kepada Saddharmapundarika-sutra akan menyerupai sungai ini, berjalan lurus menuju Tanah Suci di dunia barat60. Ini adalah kebajikan yang terkandung dalam sebuah huruf “Myo”. Makna “Myo” adalah sosei, makna sosei adalah hidup kembali. Ini adalah seperti anak bangau kuning61. Dikatakan bahwa walaupun anak bangau itu mati, tapi bila induk bangau itu memanggil nama Tzu-an62, maka anak burung yang mati itu akan hidup kembali. Atau menyerupai ikan dan kerang yang terbunuh karena sejenis burung beracun masuk ke air, jika mereka disentuh cula badak63, katanya mereka akan kembali hidup. Sama halnya dengan manusia Dwiyana, mereka yang tergolong Iccantika, dan kaum wanita yang digambarkan dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarikasutra yang menghanguskan dan membunuh bibit kebuddhaannya akan dimungkinkan kembali mencapai kesadaran Buddha. Dengan berpegang teguh pada huruf tunggal “Myo” ini, mereka akan menghidupkan kembali bibit kebuddhaan yang telah hangus. Mahaguru Tien-tai menyatakan; “Bagaimana pun Iccantika masih mempunyai hati, karena itu mereka masih mungkin mencapai kesadaran Buddha. Tapi manusia Dwiyana telah membunuh prajnanya, karena itu tak dapat membangkitkan hati yang berkehendak untuk mencapai kesadaran. Tapi, Saddharmapundarika-sutra dapat mengobati mereka. Itulah sebabnya ia disebut ‘Myo’ “. Mahaguru Miao-lo berkomentar akan hal ini: “Sutra-sutra lainnya disebut ‘dai’ atau maha, tapi tidak ‘Myo’ adalah karena mudah mengobati mereka yang memiliki pikiran, tapi sukar mengobati mereka yang tidak memiliki pikiran. Karena Saddharmapundarika-sutra dapat mengobati semua yang dianggap tidak dapat diobati, maka disebut ‘Myo’ atau gaib.” Kutipan kalimat ini menunjuk pada kenyataan bahwa sutra-sutra lain seperti Buddharatamsaka-nama-Mahavaipulya-sutra (Daihokobua Kegon sutra), Mahasanghata-sutra (Daijuku), Mahaprajnaparamitha-sutra (Daibon Hannya) dan Mahaparinirvana sutra (Dai Nehan), semuanya memiliki huruf “Dai” (maha) pada judulnya, tapi bukan huruf “Myo”. Ini disebabkan mereka hanya dapat menyembuhkan yang hidup tapi tak dapat menyembuhkan yang mati. Tapi, Saddharmapundarikasutra dapat mengobati yang mati sebaik yang hidup, maka ia memiliki huruf “Myo” pada judulnya. dengan sutra-sutra lain, manusia yang hendak menjadi Buddha tidak dimungkinkan, tapi dengan Saddharmapundarika-sutra, mereka yang tampaknya tidak mungkin mencapai kesadaran Buddha dapat mencapainya, tidak perlu disebut lagi orang yang lebih mudah kemungkinannya. Dengan alasan ini, semenjak Saddharmapundarika-sutra dikhotbahkan tidak diperbolehkan lagi seorang pun mempercayai sutra lainnya. Kini 2.000 tahun masa Purwaka Dharma dan Madya Dharma telah berlalu, kita telah memasuki masa Akhir Dharma. Masa ini, adalah satu juta milyar kali lebih sukar bagi manusia biasa untuk mencapai kesadaran Buddha dibandingkan manusia Dwiyana dan Iccantika di masa hidup-Nya Sang Buddha. Tapi masih juga orang pada masa ini yakin bahwa dengan mempercayai Amitayurdhyana sutra atau sutra-sutra lainnya yang dikhotbahkan pada masa 40 tahun lebih sebelum dikhotbahkannya Saddharmapundarika-sutra dapat terhindar dari penderitaan lahir-mati. Alangkah sia-sianya, betapa sungguh sia-sia! 22 Samantabadra | September 2020


Kaum wanita, baik mereka yang hidup pada masa hidup Sang Buddha atau dalam masa Purwaka, Madya atau Akhir Dharma tak dapat mencapai kesadaran Buddha melalui ajaran apapun kecuali Saddharmapundarika-sutra. Tak satu pun sutra lain yang dibabarkan oleh seorang Buddha di manapun dapat menolong mereka. Mahaguru Tien-tai, yang mendengar ajaran Sang Buddha di Gridhrakuta64 dan kemudian mencapai kesadaran di tempat meditasi, telah menyatakan dengan terang, “Sutra-sutra lain meramalkan pencapaian kesadaran Buddha hanya untuk pria dan tidak untuk kaum wanita. Hanya sutra ini yang meramalkan kesadaran Buddha untuk seluruh umat”. Buddha Sakyamuni di hadapan Tathagata Prabutaratna dan Buddha-Buddha lain sepuluh penjuru, mengkhotbahkan Saddharmapundarika-sutra selama delapan tahun di tempat yang disebut Gridhrakuta, arah Timur Laut dari Raja Griha, Ibukota kerajaan Magadha. Mahaguru Tien-tai telah hadir dan mendengar khotbah Beliau. “Semasa Aku membabarkan ajaran selama 50 tahun atau lebih” kata Sang Buddha, “Aku telah mengkhotbahkan berbagai ajaran suci, semua untuk mengkaruniai makhluk hidup. Dalam sutra-sutra yang dikhotbahkan selama 42 tahun pertama, Aku mengajarkan bahwa tak mungkin kaum wanita dapat mencapai kesadaran Buddha. Tapi sekarang, dalam Saddharmapundarika-sutra Aku mengumumkan bahwa kaum wanita dapat menjadi Buddha”. Arah Timur Laut Gridhrakuta, pada kejauhan 108.000 ri65 di balik gunung dan lautan, terdapat negara yang disebut Mahacina dalam bahasa Sansekerta. Kita mengenalnya sebagai Tiongkok. Sekitar 1.500 tahun setelah Sang Buddha wafat, di negara tersebut muncul utusan Sang Buddha, bergelar Mahaguru Tien-tai yang menyatakan bahwa kaum wanita tidak dapat mencapai kesadaran Buddha melalui ajaran lain, kecuali melalui Saddharmapundarika-sutra. Tiga ribu ‘ri’ di sebelah Timur Tiongkok terdapat sebuah negara yang disebut Jepang. Kurang lebih dua ratus tahun setelah Mahaguru Tien-tai wafat, beliau dilahirkan kembali di negeri ini dan menyandang nama Mahaguru Dengyo66. Beliau kemudian menulis sebuah karya yang berjudul Hokke Syuku, di dalamnya dinyatakan: “Tiada guru maupun murid yang harus melakukan pertapaan berat melalui kalpa tak terhitung untuk mencapai kesadaran Buddha. Melalui kekuatan Saddharmapundarika-sutra mereka dapat mencapai kesadaran dalam keadaan seadanya”. Dengan demikian ia dapat menjelaskan mengapa Putri Raja Naga dapat menjadi seorang Buddha. Tampaknya ada kesukaran bagi kaum wanita pada masa hidup kita sekarang untuk mencapai kebuddhaan tanpa mengubah bentuk mereka. Tepi bila mereka percaya Saddharmapundarika-sutra, tidak diragukan lagi, mereka akan dilahirkan kembali di Tanah Suci Kebahagiaan Sempurna setelah meninggal. Mereka dapat mencapainya lebih mudah daripada sungai dan anak sungai yang mengalir ke lautan besar atau lebih cepat daripada air hujan yang jatuh dari langit. Namun masih kita temukan bahwa kaum wanita di seluruh Jepang tidak menyebut Nammyohorengekyo. Sebaliknya mereka percaya kepada karya-karya seperti Sukhavativyuha-sutra atau Amitayurdhyana-sutra, tidak mungkin dapat membawa kaum wanita ke Tanah Suci atau kekesadaran Buddha. Mereka menyebut Samantabadra | September 2020

23


nama Buddha Amida 60.000 – 100.000 kali sehari. Amida memang nama seorang Buddha, dan memohon dengan khusyuk kepadanya tampaknya suatu pelaksanaan yang patut dipuji, tapi karena kaum wanita yang melakukannya percaya kepada sutra yang tidak memungkinkan kaum wanita mencapai kesadaran Buddha, maka sebenarnya mereka hanya bagaikan orang yang menghitung kekayaan orang lain. Hal ini terjadi tak lain karena mereka dibuat sesat oleh guru sesat. Kaum wanita di seluruh Jepang menghadapi musuh yang lebih ganas daripada harimau atau serigala, perampok gunung atau perompak lautan, musuh orang tuanya atau selir suaminya. Musuh mereka sesungguhnya adalah orang-orang yang tidak mengajarkan mereka untuk mempercayai Saddharmapundarika-sutra, sebaliknya mengajarkan untuk mempercayai Nembuce. Kaum wanita yang meletakkan kepercayaan terhadap Saddharmapundarikasutra hendaknya menyebut Nammyohorengekyo 60 ribu, 100 ribu atau bahkan 10 juta kali sehari, setelah itu, jika mereka masih mempunyai waktu luang, mereka dapat sewaktu-waktu membisikkan kepada diri sendiri nama Buddha Amida atau salah satu dari Buddha lain. Tapi kaum wanita masa ini memberikan seluruh hidupnya dengan terus menerus menyebut nama Buddha Amida dan menyibukkan diri mereka sendiri dengan hal-hal yang berkaitan dengan Nembuce. Mereka tak pernah membaca Saddharmapundarika-sutra atau berdana kepadanya. Memang benar, ada beberapa dari mereka yang telah mendengar Saddharmapundarika-sutra yang dibacakan oleh para bhiksu yang mengikuti ajarannya, tapi mereka memandang para biksu Nembuce sebagai orang tua atau saudara mereka, dan memperlakukan pelaksana Saddharmapundarika-sutra dengan penghargaan yang kurang daripada perlakuan terhadap pengiring atau pengikutnya. Walaupun demikian, masih juga mereka mengaku dirinya sebagai penganut Saddharmapundarika-sutra. Sebagai contoh yang mencolok, Permaisuri Vimaladatta67 mengizinkan putraputranya, kedua pangeran, memasuki pertapaan kebiksuan (syuke) dan memberi semangat kepada mereka untuk menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra. Lebih jauh lagi, Putri Naga telah mengucapkan suatu prasetya: “Aku akan membabarkan ajaran Kendaraan Agung dan membawa pembebasan atas penderitaan makhluk yang sengsara”. Para wanita ini memang tidak berprasetya untuk melaksanakan sutra-sutra lainnya dan telah lalai melaksanakan Saddharmapundarikasutra. Betapapun demikian, inilah yang dikerjakan oleh kaum wanita masa ini, memperhatikan sepenuhnya pelaksanaan sutra-sutra lainnya tapi tidak satu pun kepada Saddharmapundarika-sutra. Hendaknya Anda mengubah cara hidup Anda secepat mungkin. Nammyohorengekyo, Nammyohorengekyo. Hormat saya, Tertanda, Niciren Selesai ditulis pada Jam Kambing (pukul 14:00) di Kuil Seico68 pada hari ke-enam bulan pertama tahun Bun-ei ketiga (1266); tahun dengan tanda putaran ‘hinoe-tora’. 24

Samantabadra | September 2020


CATATAN KAKI 35. Dua prinsip gaib: Prinsip gaib Ajaran Sementara ialah, Sang Buddha membuang Ajaran Sementara dan mengungkapkan ajaran yang benar, yaitu Saddharmapundarika-sutra, yang mengijinkan umat Dwiyana (Sravaka dan Pratyekabuddha) mencapai kesadaran Buddha. Prinsip gaib Ajaran Pokok ialah Sang Buddha membuang status sementaraNya dan mengungkapkan identitas sebenarnya yaitu Buddha yang telah mencapai kesadaran sejak kalpa-kalpa tak terhitung yang lampau. 36. Dua puluh prinsip gaib: Prinsipprinsip yang dikembangkan Mahaguru Tien-tai dalam Hokke Gengi. Sepuluh prinsip gaib Ajaran Bayangan berdasarkan konsep Wujud Sebenarnya Segenap Gejala (Syoho Jisso) dan Membuka Tiga Kendaraan (Dunia Sravaka, Pratyekabuddha dan Bodhisatva) dengan mewujudkan Satu Kendaraan Buddha (Kai San Ken Ici). Sepuluh prinsip gaib Ajaran Pokok yang dikembangkan atas dasar pengungkapan pencapaian kesadaran Buddha sebenarnya di masa lampau yang jauh pada 500 asamkheya kalpa koti yang dibabarkan dalam Bab Panjang Usia Sang Tathagata. 37. Empat puluh prinsip gaib: Tiga puluh prinsip gaib yang berhubungan dengan kehidupan makhluk hidup (Syujo-ho),

38.

39.

40. 41.

42.

Dharma Agung Buddha (Buppo) dan pola pemikiran seseorang atau Dharma di dalamnya (Syinpo), ditambah sepuluh prinsip gaib yang terdapat baik dalam Ajaran Bayangan atau Ajaran Pokok. Pengamatan alam pikiran: Mengamati atau menyadari kenyataan pokok yang terkandung dalam jiwa masingmasing. Hal ini terutama ditekankan dalam pelaksanaan ajaran Tien-tai, dengan meditasi yang dipusatkan pada sifat hakiki yang sebenarnya dari hati sendiri daripada obyek luar. Ini menunjukkan kepada dua dari kelima golongan umat. Menurut Sekte Hosso, umat manusia dibagi berdasarkan sifat masing-masing. Umat dari kedua golongan ini akhirnya dapat mencapai berturut-turut tingkat Arahat dan Pratyekabuddha. Ini menunjuk kepada mereka yang menyangkal Hukum Sebab Akibat. Sudaya: Seorang guru Brahmana yang mengajar Devadatta kekuatan-kekuatan gaib, menurut keterangan dari Sutra Zoici Agon, jilid 47. Lima Pelaksanaan: pelaksanaan pertapaan yang ditetapkan dan dijalankan Devadata. Menurut Daibibasya Ron, yaitu: (1). Hanya memakai pakaian yang telah dibuang orang, setelah mencuci dan memperbaikinya;

Samantabadra | September 2020

25


43.

44.

45.

46.

26

(2). Memperoleh makanan hanya mula menyebabkan timbulnya dengan mengemis; (3). Makan angin kecil di antariksa. Angin hanya sekali dalam sehari; (4). ini berkembang dan membentuk Selalu duduk dibatu dibawah pusaran angin yang diperkirakan pohon dan (5). Tidak pernah menjadi dasar dari dunia. Pada makan garam atau makanan lain pusaran ini terbentuk pusaran yang diolah dengan lima sari rasa air dan pusaran emas, dan dasar. pada keduanya ini terbentuklah daratan, dengan Gunung Semeru, Gunung Gaya: Sebuah gunung lautan dan gunung-gunung. yang puncaknya menyerupai kepala gajah, terletak + 1,6 47. Cincamanavika: Seorang km sebelah barat kota Gaya wanita yang memfitnah di Magadha. Menurut cerita, Buddha Sakyamuni dengan Devadata menjatuhkan mengikatkan sebuah periuk di sebuah batu bundar besar dari perutnya dan mengumumkan puncaknya ketika rombongan kepada masyarakat bahwa ia Buddha Sakyamuni melewati kaki dihamili oleh Buddha Sakyamuni. gunung ini. Kesalahannya dibuka oleh Dewa Indra yang mengubah Utpalavarna: Seorang pengikut dirinya menjadi seekor tikus dan wanita Buddha Sakyamuni. Ia menggigit tali pengikat periuk dikatakan telah mencapai tingkat sampai putus. arahat dibawah bimbingan Bhiksuni Mahaprajapati. Menurut 48. Virudhaka: Seorang raja di Mahaprajna Paramita-sastra, Kosala pada masa hidupNya ia dipukul sampai mati oleh Buddha Sakyamuni. Ayahnya Devadata ketika memperingatkan adalah Raja Prasenajit dan kejahatan Devadata. ibunya bernama Malika, seorang pelayan dari bangsawan suku Kokalika: Seorang anggota Sakya. Ketika mengetahui bahwa suku Sakya dan yang memusuhi ia adalah seorang anak pelayan Buddha Sakyamuni. Ia dan dihina suku Sakya karena dipengaruhi Devadata, memfitnah kerendahan keturunannya, ia Sariputra dan Maudgalyayana. memutuskan untuk membalas Dikatakan bahwa ia telah jatuh dendam. Setelah merebut tahta hidup-hidup ke dalam neraka. ayahnya, ia memimpin angkatan Pusaran Angin: pusaran angin perangnya menyerbu kerajaan yang mula-mula terbentuk ketika Sakya, membunuh kira-kira 500 terjadinya bumi dan makhluk orang. Sesuai dengan ramalan hidup muncul didalamnya pada Sang Buddha, dikatakan bahwa masa Kalpa Pembentukan. 7 hari kemudian, ia mati terbakar Menurut Kosya Sastra, kekuatan dan jatuh ke dalam neraka karma dari makhluk hidup mulaSamantabadra | September 2020


penderitaan yang tak terputusputus. 49. Enam Surga Kamadhatu dan Empat Surga Meditasi: Surga Kamadhatu dan Rupadhatu. Menurut Mahaprajnaparamithasastra dan Kosya Sastra, keenam surga ini dikatakan berada di antara bumi dan surga Dewa Brahma. Keenam Surga itu adalah surga dari keempat Raja Langit. Surga 33 Dewa, Surga Dewa Yama, Surga Tusita (Surga Kepuasan), Surga Lahir Gembira, dan Surga Mara (Raja Iblis). Keempat Surga Meditasi merupakan Surga Rupadhatu dan selanjutnya dibagi menjadi 18 surga. Dengan melaksanakan keempat tingkat meditasi, ketika seseorang telah membebaskan dirinya dari ikatan Surga Kamadhatu, ia akan dilahirkan kembali di keempat surga meditasi ini. 50. Rupadhatu dan Arupadhatu: Dua bagian dari Triloka (tiga dunia), dunia tempat makhluk yang belum sadar berpindah dalam keenam jalan. Makhluk dari Rupadhatu mempunyai bentuk materi tetapi bebas dari hawa nafsu, dan Arupadhatu bebas dari kedua hawa nafsu dan halhal pantangan. 51. Tiga Catatan dan Lima Peraturan: Tiga Catatan adalah catatan mengenai perbuatan dari ketiga penguasa Tiongkok Kuno yang terkenal (Fu Si, Shen Nung dan Huang Tie) yang sistem

52.

53.

54.

55.

pemerintahannya dijadikan contoh. Lima Peraturan adalah tulisan-tulisan dari Lima Kaisar (Shao Hao, Chuan Hsu, Ti Kao, T’ang Yao dan Yu Shun) yang memerintah sesudah ketiga penguasa. Tiga wanita jahat jaman purbakala: Mo His dari Dinasti Hsia, Ta Chi dari Dinasti Yin dan Pao Hsu dari Dinasti Chou. Ketiganya adalah kesayangan raja dan mendorong kejatuhan dari negara. Yaksa: Berasal dari mitologi Hindu yaitu makhluk yang melayani Kubera, dewa kekayaan. Belakangan dimasukkan ke dalam Agama Buddha sebagai salah satu dari 8 macam makhluk rendah yang bekerja melindungi Agama Buddha. Namun, di dalam beberapa Sutra, mereka dilukiskan sebagai makhluk yang buruk dan buas yang memakan daging manusia. Lima Pantangan (Pancasila): Perintah-perintah dasar yang harus diperhatikan penganut awam, yaitu tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berzinah, tidak berbohong dan tidak meminum minuman keras. Sepuluh Pantangan (Dasasila): Petunjuk-petunjuk bagi penganut awam dari Mahayana, yaitu larangan-larangan terhadap 10 kejahatan: membunuh, mencuri, berzinah, berbohong, menjilat atau berbicara sembarangan dan tidak bertanggung jawab, Samantabadra | September 2020

27


56.

57.

58.

59.

28

memfitnah, bermuka dua, serakah, marah dan memegang pandangan yang salah. Lima Rintangan dan Tiga Kepatuhan: Pembatasan yang dijatuhkan pada kaum wanita dalam ajaran Agama Buddha dan pandangan umum. Kelima rintangan, diajukan dalam beberapa Sutra Agama Buddha, yaitu: wanita tidak dapat menjadi Dewa Brahma, Dewa Indera, Raja Iblis, Raja Chakrawarti atau seorang Buddha. Ketiga kepatuhan berasal dari ajaran Konfusius dan meminta kaum wanita untuk mematuhi orang tua pada masa kecilnya, setelah menikah mematuhi suami dan di masa tua mematuhi anak. Sutra Gonjikinya: “Sutra dari Wanita yang Berwatak Perak� Sebuah sutra yang diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa oleh Buddhashanta, menerangkan mengenai kurnia pelaksanaan menyumbang. Kaca atau kulit penyu peramal: Satu kiasan dalam ajaran Agama Buddha. Kulit penyu digunakan sebagai alat meramal. “Kaca atau kulit penyu peramal� berarti patokan yang digunakan untuk pertimbangan atau suri tauladan yang menjadi dasar bagi segala sesuatu. Syabaya: Sungai dalam dongeng yang terletak di Benua Aparagodaniaya sebelah barat dari Gn. Semeru.

Samantabadra | September 2020

60. Agama Buddha Niciren Daisyonin mengajarkan, percaya pada Saddharmapundarika-sutra akan memungkinkan setiap orang, pria-wanita, mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan sebagai manusia biasa pada masa ini. Namun, karena penerima surat ini masih kuat terikat pada pandangan Nembuce atau Sekte Tanah Suci, maka Daisyonin menerangkan kepadanya kekuatan dari Saddharmapundarika-sutra dengan cara yang dapat mudah dimengerti olehnya. 61. Anak Burung Bangau Kuning: Burung besar dalam legenda Tiongkok, yang dikatakan terbang sejauh 1000 mil dengan membawa seorang pertapa dipunggungnya. Cerita lain mengatakan bahwa itu adalah angsa kuning yang besar. 62. Tzu-an: Seorang tokoh dalam dongeng Cina. Ketika ia melihat seekor bangau kuning dijual dijalan, ia merasa kasihan, menawarkan pakaiannya sebagai penukarnya dan kemudian melepaskannya. Ketika ia meninggal, bangau itu terbang turun kekuburannya dan terus menerus memanggil namanya selama tiga tahun. Sebagai hasilnya, ia kembali hidup kembali. 63. Cula Badak: dihargai sebagai obat manjur sejak dahulu kala di Tiongkok.


64. Dikatakan bahwa Mahaguru aliran Brahma yang tekun dan Tien-tai adalah kelahiran kembali meyakinkan beliau kebenaran dari Bodhisattva Baisyajaraja, ajaran Sang Buddha. Sesuai yang hadir pada pesamuan anjuran sang ibu, kedua pangeran di Gridhrakuta, karena beliau memperagakan berbagai mencapai kesadaran melalui kekuatan gaib, dengan demikian Bab Baisyajaraja (Bab ke-23) membangkitkan keingintahuan Saddharmapundarika-sutra. mengenai Agama Buddha dalam diri Sang Raja. Mereka semua 65. Ri: Ukuran panjang. Satu ri sama pergi bersama menghadap Sang dengan 6 co (0,65 km), tetapi Buddha dan kemudian mencapai semenjak periode Hei-an (794kesadaran. 1185) dan seterusnya, biasa 68. Kuil Seico : Kuil yang terletak di dikenal sepanjang 36 co (3,93 Gn. Kiyosumi, Kominato, Propinsi km). Awa, tempat Niciren Daisyonin 66. Awal abad 9, Mahaguru Dengyo, mempelajari Agama Buddha pergi ke negeri Tang di Tiongkok semasa muda Beliau. Pada dan menerima pewarisan ajaran tanggal 28 April 1253, Beliau Mahaguru Tien-tai. Sekembali ke memproklamirkan berdirinya Jepang, Beliau mendirikan Sekte sekte Niciren melalui penyebutan Tien-tai dan membaktikan dirinya Nammyohorengekyo untuk untuk melestarikan ajaran Agama pertama kali. Buddha dari Tien-tai. Dikatakan oleh Tao-sui, salah seorang guru Mahaguru Dengyo, bahwa beliau adalah kelahiran kembali dari Mahaguru Tien-tai, sesuai dengan ramalan Mahaguru Tien-tai sendiri. 67. Permaisuri Vimaladatta : Istri Raja Subhavyuha, muncul pada Bab 27 Saddharmapundarikasutra (Bab Raja Subhavyuha). Kedua putranya, Vimalagarbha dan Vimalanetra, diajarkan Saddharmapundarika-sutra oleh Buddha Galadhara Gargita dan memohon beliau untuk menjumpaiNya. Permaisuri Vimaladatta menganjurkan mereka untuk mengajak ayah mereka juga, seorang penganut Samantabadra | September 2020

29


Kutipan Gosyo

1

”Myo” berarti gaib. Saddharmapundarika-sutra mengatakan: “Sutra ini membuka pintu Ajaran Sementara dan mewujudkan aspek sejati dari kenyataan”. Keterangan: Di sini mulai dijelaskan secara khusus mengenai kebajikan huruf ‘Myo’ secara lebih rinci dan dari berbagai sudut pandang. “Pintu Ajaran Sementara” ialah ajaran sebelum Saddharmapundarika-sutra, “Aspek Sejati dari kenyataan” ialah akar hukum dasar pokok (akar bibit hukum) atau dasar pokok Saddharmapundarika sutra. Dengan dibukanya pintu ajaran sementara (sebelum Saddharmapundarika sutra), maka ajaran hukum dasar pokok dari Buddha diwujudkan, itulah makna ‘Myo’ dari Myohorengekyo. Keberadaan hakiki yang telah dibuktikan dalam diri Sang Buddha adalah hakekat hukum. Untuk menerangkan hal ini diambil perumpamaan bulan. Keberadaan hakiki yang telah dibuktikan oleh Buddha adalah bulan yang bersinar dilangit dan ajaran sebelum Saddharmapundarikasutra adalah bulan yang tertutup awan. Maka membuka dan memperlihatkan wujud Saddharmapundarika-sutra adalah seperti menyingkirkan awan dan memperlihatkan bulan. Selanjutnya membuka dan memperlihatkan wujud Saddharmapundarika-sutra ialah membuka hakikat hukum yang telah dibuktikan oleh Buddha dan memperlihatkannya. Ini tidak lain Dai Gohonzon dari Sandaihiho masa Akhir Dharma.

2

Mahaguru Chang-an berkomentar akan hal ini: “Myo berarti mengungkapkan gudang rahasia yang terdapat di kedalaman”.

30

Samantabadra | September 2020

GM

Keterangan: “Gudang rahasia yang terdapat di kedalaman” berarti Nammyohorengekyo yang dirahasiakan dan tersembunyi dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra. “Gudang rahasia yang terdapat dikedalaman” dibuka dan mewujudkan dasar pokok Saddharma. Pengungkapan inilah yang disebut Myo atau dengan perkataan lain membuka makna yang terdalam dan mewujudkan dasar pokok Saddharma. Kata “Rahasia” (Himice) dari kalimat “Gudang rahasia yang terdapat di kedalaman” mempunyai tiga arti, yaitu : 1. Hottai no Jinpi: berarti hakikat Hukum Gaib yang terdapat amat dalam dan jauh hingga dapat dikatakan rahasia. Dalam Sandaihiho Syo terdapat kutipan Mahaguru Tien-tai: “Ekakaya yang Trikaya ialah ‘hi’ (rahasia). Trikaya yang Ekakaya adalah ‘mice’ (tersembunyi)”. Dengan kutipan ini menerangkan Saddharma yang sedemikian jauh dan mendalam. 2. Zaisyaku Onpi: berarti sebelum Saddharmapundarika-sutra dibabarkan, hakikat hukum sebenarnya dirahasiakan secara mendalam sekali, dengan demikian Hukum Gaib tersebut tersembunyi, karena itu dinamakan himice (Sejak masa lampau hal ini tidak pernah dijelaskan, disebut hi atau rahasia; hanya Buddha sendiri yang mengerti, disebut mice atau tersembunyi). 3. Kaiken no Syinpi: berarti dengan Saddharmapundarika-sutra barulah rahasia sebenarnya hakikat hukum dibuka dan diterangkan, maka itu dinamakan


himice. Pada kutipan “gudang rahasia yang terdapat dikedalaman” dimaksudkan sebagai perumpamaan Zaisyaku Onpi. Dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarikasutra, Hukum Gaib tertutup dan tersembunyi, hingga disebut “terdapat di kedalaman”, seperti harta yang tersembunyi dalam gudang. Setelah Saddharmapundarika-sutra dibabarkan, baru diungkapkan pertama kalinya gudang rahasia yang terdapat dikedalaman dan inti dari hakikat Hukum Gaib diwujudkan, inilah yang dimaksud dengan kalimat “Myo berarti mengungkapkan gudang rahasia yang terdapat dikedalaman”. “Mengungkapkan” berarti “membuka”. Ini berarti semua penutup badan hakikat pokok ditanggalkan dan melalui proses pelepasan ini baru diwujudnyatakan atau dapat diperlihatkan. Tapi dalam kalimat “Mengungkapkan gudang rahasia yang terdapat dikedalaman” makna pentingnya bukan terletak pada kata “mengungkapkan” yang tersurat, melainkan terletak pada makna tersirat yang terkandung dalam kalimat tersebut, yaitu proses membuka Hukum Gaib yang tertutup dan tersembunyi, sehingga dengan demikian hukum gaib tersebut dapat diperlihatkan. Maka dianjurkan untuk menghayati kalimat “Myo berarti mengungkapkan gudang rahasia yang terdapat di kedalaman”. Dengan pengertian, kalimat ini mewujudkan inti hakikat Hukum Gaib. Melalui kutipan kalimat Mahaguru Chang-an ini jelaslah bahwa makna penting Saddharmapundarika-sutra tidak terletak pada kata-katanya, tapi makna kata-kata Saddharmapundarikasutra yang sebenarnya adalah hukum dasar pokok yang paling penting, yaitu Nammyohorengekyo.

3

Huruf “Myo” berarti membuka.

GM

Keterangan: Dalam bahasa Sansekerta, Gohonzon disebut Mandala, berarti “Kumpulan karunia (Kodokuju)”. Gohonzon sendiri adalah kumpulan pusaka seluas alam semesta. Tujuan kepercayaan adalah membuka kumpulan karunia Gohonzon agar diri sendiri mendapat rejeki yang besar. Karena kekuatan Gohonzon sebesar alam semesta, sebanyak apapun karunia yang diterima, kumpulan karunia dalam Gohonzon takkan habis. Maka tak usah khawatir. Makin bertambahnya bukti nyata yang diterima, kepercayaan harus makin kuat, akhirnya dapat mencapai kebahagiaan mutlak. “Membuka” mempunyai makna filosofis yang mendalam, yang berlainan dengan filsafat sesat. Bila tidak memahami teori ini, orang cenderung berpikir bisa mendapatkan rejeki Hukum Agama Buddha dengan sikap memintaminta saja atau orang berwatak lemah ingin mengandalkan atau bergantung pada kekuatan dari luar. Sungguh merupakan salah pemahaman yang besar sekali. Karunia Hukum Agama Buddha hanya dapat diperoleh dengan membangkitkan kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan yang gigih oleh diri sendiri: membuka, mengambil dan memegang dengan tangan sendiri. Orang yang percaya Saddharma bagaikan mengetahui kandungan emas di dalam bumi dan menggalinya di tempat itu. Orang yang tidak percaya Saddharma bagaikan menggali tanah tanpa mengetahui lokasi kandungan emas, jadi dapat tidaknya emas tersebut hanyalah suatu kemungkinan. Orang tersebut mengeluarkan tenaga dan keringat untuk

Samantabadra | September 2020

31


hal yang belum pasti. Dapat saja emas ditemukan, tapi hasilnya sedikit dan cepat habis. Menggali dan melewati atau hanya mendapatkan bagian tepi sumber emas yang sebenarnya, hingga walaupun dapat akan cepat habis, akhirnya jadi bingung. Kebanyakan demikian. Menentukan pilihan tempat kandungan emas dengan tepat, kemudian dengan cara tepat pula menggali, sesuai peraturan, akhirnya dengan seratus usaha mendapat hasil imbalan berlipat ganda. Sebaliknya bila menggali secara sembarangan, walau telah mengeluarkan seratus tenaga pun, hanya menghasilkan imbalan beberapa persen saja. Kekuatan Gohonzon, yaitu kekuatan Buddha dan kekuatan Dharma adalah pusaka tiada ternilai yang tersimpan secara rahasia dalam kandungan emas yang tak terbatas. Tapi untuk menggali dan menambang keluar, diperlukan tenaga diri sendiri, yaitu kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan. Dengan bersatunya keempat kekuatan ini yaitu kekuatan Buddha, kekuatan Dharma, kekuatan Kepercayaan dan kekuatan Pelaksanaan, barulah rejeki Agama Buddha yang besar dan agung akan timbul nyata. Dengan demikian ajaran Hukum Agama Buddha yang sebenarnya bukan hanya tergantung pada kekuatan luar (Tariki Hongan) atau tergantung pada kekuatan diri sendiri (Jiriki Hongan), tapi kemanunggalan keduanya. Harap dapat memahami makna filosofis yang dalam dan unggul ini.

4

Seandainya ada sebuah gudang berisi harta pusaka tapi tak ada kuncinya, maka gudang itu tak dapat dibuka, dan jika tak dapat dibuka tentu harta pusaka didalamnya tak dapat dilihat.

GM

Keterangan : Meskipun di depan mata kita terdapat gudang dengan harta luar biasa, tapi kalau tidak punya kunci, kita tak dapat membuka 32

Samantabadra | September 2020

dan mengambil pusaka tersebut. Dari sudut pandang kepercayaan, kunci itu adalah kepercayaan yang benar. Tapi dalam gosyo ini Niciren Daisyonin menerangkan, kunci itu adalah Saddharmapundarika-sutra. Untuk dapat membuka gudang ajaran seumur hidup Buddha Sakyamuni yang pada kedalamannya tersimpan secara rahasia pusaka Hukum Gaib (Hoju) yang tak terbatas, amat tergantung pada kunci Saddharmapundarika-sutra. Maka untuk membuka gudang sutrasutra sebelum Saddharmapundarikasutra juga tergantung pada kunci Saddharmapundarika-sutra. Setelah membukanya terlihatlah harta dari inti hakikat badan hukum yang sebenarnya. Selanjutnya bila tidak memahami Saddharmapundarika-sutra, tak dapat sekehendak hati mengambil pusaka dari gudang sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra apalagi menggunakannya. Niciren Daisyonin pun dalam banyak kesempatan mempergunakan kata-kata dari sebelum Saddharmapundarika-sutra untuk menjelaskan gosyo-gosyoNya, tapi semua kata-kata itu dibaca berdasarkan Saddharmapundarikasutra. Inilah makna dari Zettai-myo dan E-nyu no gi.

5

Permata-pengabul-segalakehendak (cintamani), walaupun tidak lebih besar dari biji mostar, dapat memberikan segala harta pusaka yang diinginkan seseorang. Keterangan: Sehubungan perumpamaan “permata-pengabul-segala-kehendak (cintamani)�, Nicikan Syonin berkata: “Setelah memegang pusaka Hukum Gaib, maka harus waspada terhadap hal-hal dari luar maupun dalam�. Berarti


harus memperhatikan dan mencegah dua macam malapetaka. Malapetaka pertama adalah terbakar musnah, berarti terbakar habis oleh api pemfitnahan Dharma dari ketidakpercayaan, kedua adalah malapetaka pencuri, yaitu gangguan raja iblis jahat. Dari dalam jiwa penganut yang telah menerima Gohonzon keluar hati tidak percaya dan dari luar mendapat gangguan musuh, maka camkanlah hal ini dalam hati. Yang terpenting ialah menjaga dan mempertahankan kepercayaan terhadap Gohonzon seumur hidup. Seandainya telah terbakar habis oleh api pemfitnahan Dharma dari ketidak percayaan atau terhasut oleh iblis jahat pemfitnah Dharma hingga melepaskan kepercayaan terhadap Gohonzon, sama seperti petuah emas yang menyatakan: “Selama ratusan kalpa bersusah payah menumpuk rejeki, dalam kesulitan bila melepaskan Gohonzon rejeki akan habis”. Dan “serat jerami kaya (sejenis alangalang) yang bertahan seribu tahun dalam sekejap mata menjadi abu”. Rejeki yang telah ditumpuk sampai saat sekarang ini dalam sekejap kembali menjadi buih-buih air. Harap sadari hal-hal demikian.

6

Secara umum, terdapat empat jenis manusia yang amat sukar untuk mencapai kesadaran Buddha. Pertama, mereka yang ditetapkan menjadi umat Sravaka dan Pratekyabuddha39; kedua, mereka yang termasuk golongan Iccantika; ketiga, mereka yang berpegang teguh pada kekosongan40 dan keempat, mereka yang memfitnah Hukum Sakti. Tapi melalui Saddharmapundarika-sutra, seluruh manusia ini dapat mencapai kesadaran Buddha. Inilah sebabnya mengapa Saddharmapundarika-sutra dikatakan “Myo”.

Anak Cabang

Keterangan: Bagian ini umumnya menerangkan hubungan fungsi karunia kebajikan “Myo” dengan hal yang sukar diperbaiki (nanji) dan yang dapat diperbaiki secara aktif (noji). Di sini untuk menerangkan karunia dari Myo dijelaskan perumpamaan hidup kembalinya pohon dan rumput, obat dan tabib penyembuh penyakit. Perumpamaan pohon dan rumput yang layu dimusim gugur dan dingin, orang sakit yang tak dapat disembuhkan menunjuk kepada orang yang sukar mengakhiri hayatnya dalam keadaan Dunia Buddha, yaitu : 1. Orang yang ditetapkan sebagai Dwiyana: Orang yang tetap berpegang teguh pada ajaran sebelum Saddharmapundarikasutra pasti telah ditetapkan menjadi Dwiyana. Misalnya, berpegang hanya pada ilmu pengetahuan atau keahlian dan seni budaya sendiri, dan bertujuan mencapai keberhasilan tertinggi dalam bidang ini tanpa menghiraukan kesusahan orang lain. Demi tercapainya kepentingan diri sendiri, walau mengorbankan jiwa orang lain pun tidak dirasakan sebagai satu kesalahan; 2. Orang Iccantika: yaitu orang yang berhati tidak dapat percaya kepada Saddharma; 3. Orang yang berpegang teguh pada ajaran kekosongan: berhati kosong, tak dapat mempercayai prinsip Hukum Sebab Akibat Agama Buddha; 4. Pemfitnah Hukum: orang yang memfitnah Hukum sebenarnya. Di antara keempat golongan ini, yang terberat dosanya menurut Hukum Agama Buddha adalah Iccantika dan Pemfitnah Dharma (no. 2 dan 4). Walaupun demikian, kekuatan karunia Hukum Gaib Samantabadra | September 2020

33


dapat menolong mereka. Di hadapan Dai Gohonzon yang bermaitri karuna agung, golongan yang telah ditetapkan sebagai Dwiyana dan berhati kosong masih terlihat sebagai orang berdosa ringan, namun demikian, dapat tidaknya menerima maitri karuna agung ini oleh diri sendiri tergantung tebal tipisnya kepercayaan masing-masing. Pencapaian Kesadaran Buddha Bagi Orang Jahat Seperti Devadatta Dengan Saddharmapundarika-sutra orang jahat dapat mencapai kesadaran Buddha, hal yang tak dapat diperbaiki pun dapat diperbaiki; demikian dahsyatnya kekuatan karunia dan fungsi Hukum Gaib. Pencapaian kesadaran Buddha Devadatta melambangkan teori Baik dan Jahat Tak Terpisahkan (Zen Aku Funi); Kesesatan dan Kebenaran pada Hakikatnya Satu (Zasyo Icinyo). Devadata adalah musuh karma masa lampau Buddha Sakyamuni. Dia bukan saja melanggar lima dosa besar, bahkan seumur hidup dengan sekuat tenaga berusaha menganiaya Buddha Sakyamuni dan memfitnah Dharma sampai melampaui batas, hatinya penuh kebencian dan akal licik. Sebelum menjadi penganut Agama Buddha, Devadata adalah murid salah seorang dari enam guru non-Buddhis. Kelompok non Buddhis ini timbul di pusat perkumpulan para bhiksu dan filsuf, merupakan kelompok penentang aliran lama dari Brahman, mengadakan pembaharuan dalam filosofi Brahman. Devadatta amat mengutamakan ajaran guru non-Buddhisnya dan mempunyai keyakinan kukuh. Karena itu Devadatta memandang Buddha Sakyamuni sebagai seorang kontroversial, hingga ia selalu menekan Buddha Sakyamuni. Ia merasa perbuatannya benar, demikian kukuh pendirian dan kepercayaannya. Sebelum sampai pada pembabaran Saddharmapundarika-sutra, Devadatta merupakan seorang pemfitnah Dharma dan 34

Samantabadra | September 2020

telah melanggar 5 dosa besar, hingga selamanya dibakar api neraka yang tiada terputus penderitaannya dan mutlak tidak dapat tertolong lagi. Tapi dalam Saddharmapundarika-sutra Devadatta mendapat penganugerahan akan menjadi Tathagata Devaraga di masa mendatang. Dalam Bab Devadatta Saddharmapundarika-sutra diceritakan bahwa di masa lampau yang tak terhingga Devadatta adalah seorang pertapa bernama Asita yang memiliki Hukum Saddharmapundarikasutra. Saat itu Buddha Sakyamuni masih menjalankan pertapaan tingkat sebab untuk menjadi Buddha. Beliau menjalankan pertapaan dengan wujud sebagai seorang raja, bernama Suzudan. Beliau berguru serta melayani pertapa Asita selama seribu tahun. Sungguh tak terjangkau alam pikiran manusia bahwa masa lampau Devadatta yang sedemikian jahat adalah pertapa Asita yang memiliki Saddharmapundarika-sutra. Mendengar bahwa kehidupan masa lampau Devadatta adalah pertapa Asita yang melaksanakan Saddharmapundarika-sutra dan di masa mendatang akan mencapai kesadaran Buddha dengan gelar Tathagata Devaraga, umat yang hadir di pesamuan Gridhrakuta mungkin jadi amat terkejut. Ada dua makna yang terkandung dalam kisah Devadatta yang di masa lampau adalah pertapa Asita, pelaksana Saddharmapundarika-sutra dan di masa sekarang menjadi seorang yang jatuh kedalam neraka yang tak terputus-putus, yaitu : 1. Untuk menerangkan teori Sebab Karma dan Akibat Karma (Goin Go-ka) kepada umat. Pada garis besarnya ajaran Agama Buddha menerangkan bahwa sebab karma masa lampau


akan timbul sebagai akibat karma masa sekarang; inilah filsafat kejiwaan. Baik Buddha Sakyamuni maupun Buddha Niciren Daisyonin yakin akan hal ini. Manusia jaman sekarang sukar percaya adanya hidup di masa lampau yang dilanjutkan di masa sekarang dan di masa mendatang pun tetap berkelangsungan kekal abadi. Kekekalabadian jiwa adalah hal yang sukar dipercaya. Sebagai seorang Buddhis kita percaya bahwa kita dilahirkan di masa ini dengan membawa semua sebab karma perbuatan sendiri di masa lampau. Pertapa Asita di masa ini lahir sebagai Devadatta adalah untuk memperjelas Hukum Sebab Karma dan Akibat Karma dalam Agama Buddha kepada umat. Seseorang di masa lampau menjadi guru bisa saja di masa ini lahir sebagai murid. 2. Hubungan kejiwaan antara Buddha Sakyamuni dan Devadatta bukan hanya pada masa sekarang ini saja, melainkan dari masa lampau yang tak terhitung. Di suatu saat lahir sebagai guru, dilain saat dengan wajah orang jahat, tapi semua ini demi membantu penyebarluasan Dharma. Di masa mendatang hubungan ini akan terus berlangsung tanpa terputus. Hal inilah yang ingin diterangkan. Untuk lebih menonjolkan kebaikan besar Buddha Sakyamuni, kalau tak ada kejahatan, kebaikan juga takkan tampak. Dalam Sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra dikatakan: “Dalam mewujudkan kebaikan yang arif, tanpa ada keburukan tidak akan terlihat jelas�. Dari masa lampau tak terhingga, Devadatta selalu berada

bersama Buddha Sakyamuni. Buddha Sakyamuni melaksanakan pertapaan Agama Buddha, sedangkan Devadatta menyimpang dari jalan ini. Tapi keduanya bekerja sama dalam memperlihatkan masalah di atas. Kalau tugas memperlihatkan keburukan ini telah selesai, maka seluruh keburukan pun menjadi kebaikan. Karena itu dalam Saddharmapundarika-sutra dikatakan kebaikan dan keburukan tidak terpisah, kesesatan dan kebenaran pada hakikatnya adalah satu, yang bertolak belakang pun mengikuti kebenarannya. Makna mendalam teori ini belum dijelaskan sebelum Saddharmapundarika-sutra. Walau seseorang terikat hawa nafsu setebal tujuh lapis dan tak dapat keluar dari neraka penderitaan yang tak terputus, namun dengan kekuatan besar Hukum Gaib, pasti ia dapat keluar dari dalamnya. Umat manusia masa Akhir Dharma yang paling kotorpun, bila bertemu Hukum Gaib dan bertobat atas kesesatannya serta sungguh-sungguh menjalankan kebaikan, maka akhirnya dapat mencapai perombakan sifat jiwa yang agung. Inilah makna sebenarnya teori di atas. Perwujudan Hukum Gaib ini tidak lain adalah Gohonzon. Dunia Neraka Yang Mencakupi Dunia Buddha Dilihat dari sudut pandang filsafat jiwa, pencapaian kesadaran Buddha Devadatta membuktikan prinsip Dunia Neraka yang Mencakupi Dunia Buddha. Karena Devadatta melakukan tiga dosa besar, maka bumi terbelah dan Devadatta masuk ke dalam neraka. Cerita ini hanya untuk menggambarkan suasana lingkungan, namun kesungguhan yang dimaksud neraka adalah wujud sebenarnya dari hukum jiwa manusia sendiri. Bila seseorang Samantabadra | September 2020

35


berada dalam keadaan neraka, sesuai teori Kesatuan Subyek dan Lingkungan yang Tak Terpisahkan (Esyo Funi), suasana lingkungannya pun dirasakan sebagai neraka, hingga benar-benar merasakan penderitaan paling berat. Hal-hal yang menggembirakan orang lain malah akan menambah penderitaannya. Siapapun juga mempunyai jiwa Dunia Neraka ini. Tapi karena jiwa sebenarnya adalah Hukum Icinen Sanzen, maka bagaimana pun tertutup Dunia Neraka, dalam dasar jiwa seseorang sudah terdapat Dunia Buddha yang demikian kuat, suci dan agung. Jiwa Devadatta adalah jiwa iblis atau dapat juga dikatakan jiwa buruk. Namun, menurut pandangan Agama Buddha, walaupun gerakan Devadatta menentang agama Buddha seperti iblis, sebenarnya dalam dasar pokok jiwa Devadatta terdapat Hukum Gaib yang Mutlak (Myoho no Totai). Walau gerakannya seperti musuh Agama Buddha, hingga berdasarkan teori Sebab Akibat Satu Saat pasti jatuh ke dalam neraka, tapi dengan meninjau keburukan sendiri dan sungguh-sungguh melaksanakan pertapaan akhirnya melalui kekuatan Hukum Gaib ini dapat tertolong lagi. Dan jiwa seperti Devadatta terkandung dalam jiwa siapa pun. “Devadatta melambangkan rasa cemburu dari kaum pria, Putri Raja Naga melambangkan rasa cemburu dari kaum wanita�. Devadatta telah mengganggu dan bermaksud membunuh Buddha Sakyamuni karena cemburu pada Buddha Sakyamuni atas keunggulan dan pancaran suci wajah Beliau. Prajna dan tenaga Buddha Sakyamuni pun melebihi orang lain, hingga dihormati dan diagungkan oleh berbagai lapisan masyarakat. Penghargaan ini tidak diperoleh Devadatta, padahal ia adalah saudara sepupu Buddha Sakyamuni. Ia merasa iri hati dan cemburu atas kehebatan Buddha Sakyamuni ini. Iri hati wanita disebabkan kecantikan wajah dan materi; iri hati kaum pria timbul oleh kelebihan kepandaian, prajna dan tenaga; ini adalah 36

Samantabadra | September 2020

sifat dasar kaum pria. Jaman sekarang penuh dengan kemarahan, kepicikan, iri hati, penderitaan dan kekalutan hati; karena itu dapat dikatakan juga bahwa seluruh umat manusia masa kini adalah Devadatta. Walau demikian, dengan Saddharmapundarika-sutra Devadatta mendapat penganugerahan sebagai Tathagata Devaraga. Dengan karunia kebajikan Dai Gohonzon jiwa Devadatta pun berubah menjadi Tathagata Devaraga, berarti jiwa Devadatta yang demikian kotor kini telah terpendam. Inilah sebenarnya makna Myo, demikian bukan? Teori Sebenarnya Pencapaian Kesadaran Buddha Bagi Kaum Wanita Pada bagian terdahulu telah dijelaskan hal-hal yang amat sukar untuk diperbaiki, sehingga mengenai pencapaian kesadaran Buddha kaum wanita menjadi jelas. Dalam gosyo ini diterangkan: pertama, baik dalam sutra-sutra Agama Buddha maupun ajaran non Buddhis dijelaskan secara gamblang bahwa kaum wanita tidak disukai. Kedua, dalam berbagai sutra dijelaskan bahwa kaum wanita tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Dengan diterangkannya pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita dalam Saddharmapundarika-sutra, pandangan keliru ini telah diluruskan. Ketiga, “Dalam Jambudwipa� ini wanita yang percaya Saddharmapundarikasutra melalui karunia kebajikan satu huruf Sad dapat mencapai kesadaran Buddha. Pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita diterangkan secara gamblang hanya dalam Saddharmapundarika-sutra. Dalam Bab Devadatta Saddharmapundarika-


sutra dijelaskan, Putri Naga yang berusia delapan tahun setelah dibimbing Boddhisatva Manjusri dapat mewujudkan bentuk dan wajah kesadaran Buddha pada dirinya. Hal ini membuktikan pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita. Ajaran non-Buddhis seringkali mengecam kaum wanita. Dalam ajaran Konfusianis 3 Catatan dan 5 Peraturan, wanita ditetapkan sebagai penjilat dan berhati bengkok, ingin memenuhi keinginan diri sendiri tapi tak ada keyakinan dan pendirian teguh dalam melaksanakan teori yang seharusnya. Inilah watak dasar dan kelemahan terbesar kaum wanita. Pada masa Dinasti Syu terdapat seorang bernama Yung Chi Chi yang mengatakan: “Kegembiraan terbesar diriku adalah tidak terlahir sebagai wanita dalam hidup kali ini�. Dalam ajaran Buddha pun sama. Sutra Avatamsaka, sutra yang pertama kali dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni dikatakan, wanita ditetapkan sebagai utusan neraka, karena mereka memetik tunas sebab pencapaian kesadaran Buddha dari kaum pria yang sedang menjalankan pertapaan. Wajah, tingkah laku dan perbuatannya bagaikan Boddhisatva, tapi dalam hatinya bengis bagaikan Iblis Yaksa. Demikian tajam kecaman terhadap kaum wanita! Dalam filsafat moral Tiongkok Kuno (Konfusianis, Laotze, Mengtze), terdapat tiga hal yang harus dipatuhi kaum wanita, yaitu di masa kecil harus patuh terhadap orang tua, setelah menikah harus patuh terhadap suami dan setelah tua harus patuh terhadap anak. Wanita menderita karena keterikatan terhadap tiga kepatuhan ini, dalam Agama Buddha pun ditentukan bahwa bibit pencapaian kesadaran Buddha kaum wanita telah musnah, hingga selamanya tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Karena selalu hidup menderita, kaum wanita jadi putus asa dan hidup merana. Seandainya tidak dibabarkan Saddharma, kaum wanita

terpaksa menangisi nasib ini selamanya. Pencapaian kesadaran Buddha Putri Naga dalam Saddharmapundarikasutra merupakan teladan untuk seluruh lainnya. Ketika Putri Raja Naga mencapai kesadaran Buddha, pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum wanita menjadi jelas dan pasti. Menurut filsafat Timur, kedudukan wanita lebih rendah dari kaum pria, berada dipihak yang harus selalu patuh pada kaum pria. Filsafat ini berasal dari ajaran Konfusianis: 3 Catatan dan 5 Peraturan. Dapat kita lihat, sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra dengan kuat menguasai pikiran umat. Di belahan Barat pun, kalau kita lihat kembali sejarah kaum wanita, filsafat yang ada telah menyebabkan kedudukan wanita jadi demikian rendah. Kebebasan yang diperjuangkan wanita sejak dahulu adalah ingin bebas dari kaum pria. Jaman sekarang kedudukan wanita dalam masyarakat bukan main majunya, hingga kelihatannya tujuan kebebasan wanita telah tercapai. Tapi bila dipandang berdasarkan teori agung Agama Buddha, dengan memperhatikan adat istiadat dan suasana lingkungan, kebebasan wanita seperti itu bagaikan rumput tanpa akar, karena sedikitpun belum dapat membebaskan diri dari ikatan nasib dalam jiwa masing-masing. Walau suasana lingkungan berubah, tetap diperbudak nasib sendiri dan tetap menangisi hidup merana. Kebanyakan wanita demikian. Hukum Gaib Agama Buddha menekankan keharusan menjadi manusia sesungguhnya bukan hanya membimbing kaum wanita. Dalam Saddharmapundarika-sutra terdapat pencapaian kesadaran Buddha Putri Naga, berarti kaum wanita harus selalu terus-menerus memperkuat dan berpegang pada pandangan hidup yang benar, kemanusiaan yang benar, Samantabadra | September 2020

37


masyarakat yang benar. Dalam keluarga, pekerjaan dan negara pun harus dapat mencipta nilai luhur untuk membimbing menuju kebahagiaan. Harus keluar dari karma sebab kebiasaan masa lampau, mengubah nasib dalam kehidupan dan masyarakat, dengan giat menimbulkan jiwa bersih, serta membangun jaman baru, inilah figur wanita ideal sesuai agama Buddha. Kalau membicarakan teori sebenarnya kebahagiaan wanita, tanpa membahas kesadaran dan kebebasan manusia keseluruhan berdasarkan Hukum Gaib, maka kebebasan wanita sebenarnya tak dapat terwujud. Dasar Hukum Gaib wanita, yaitu bertujuan mencapai kesadaran Buddha pada hidup kali ini, adalah dengan mengatasi rasa keakuan yang besar. Berdiri di atas tujuan agung dengan memupuk kekuatan besar untuk mencipta nilai, hingga terwujud masyarakat dan tanah air yang agung. Potensi ini adalah energi besar yang dapat menciptakan perdamaian dunia. Orang (priawanita) yang berpandangan hidup untuk menjalankan Hukum Gaib berarti pemegang bendera perdamaian Dunia. Wanita yang mendasari hidupnya pada Hukum Gaib adalah pengibar bendera untuk membangun perdamaian dunia dan menjadi pelopor dalam membuka sejarah kebebasan yang sebenarnya bagi kaum wanita.

7

Makna Myo adalah Sosei, makna Sosei adalah hidup kembali.

Anak Cabang

Keterangan: Sampai di sini, dari keempat golongan umat yang sukar mencapai kesadaran Buddha, telah dijelaskan pencapaian kesadaran bagi penjahat dan kaum wanita. Dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra, Devadatta yang telah melakukan 3 dosa besar dan kaum wanita sama sekali tak dapat mencapai kebuddhaan, bagaikan telah divonnis mati. Tapi dengan Saddharmapundarika-sutra, 38

Samantabadra | September 2020

pencapaian kesadaran Buddha bagi Devadatta dan kaum wanita dapat menjadi kenyataan, inilah makna Myo yang sebenarnya. “Makna Myo adalah Sosei�, artinya dengan Saddharmapundarika-sutra, seluruhnya dapat hidup kembali, karena itu Saddharmapundarika-sutra dinamakan Hukum Gaib (Saddharma). Sekarang ini perlu diketahui arti sebenarnya pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum Dwiyana. Dalam Makasyikan jilid 6 dikatakan: “Bagaimana pun orang Iccantika masih mempunyai hati, karena itu mereka masih mungkin mencapai kesadaran Buddha, tapi manusia Dwiyana telah musnah prajnanya, karena itu tak dapat membangkitkan hati yang berkehendak untuk mencapai kesadaran�. Tapi dalam Saddharmapundarika-sutra hal ini sungguh-sungguh dapat diperbaiki, jadi sekali lagi diulang makna Myo sebagai Hukum Gaib. Mengapa hanya pencapaian kesadaran Buddha bagi Dwiyana tidak dijelaskan dengan perumpamaan, sedangkan Iccantika, Devadatta dan kaum wanita terdapat penjelasannya? Hal ini adalah untuk menjelaskan makna Myo dan menerangkan lebih jelas makna Sosei. Bila Iccantika, Devadatta dan kaum wanita yang tergolong lebih rendah dari kaum Dwiyana dapat mencapai kesadaran Buddha, maka pencapaian kesadaran Buddha bagi kaum Dwiyana tidaklah diragukan lagi, yang dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra , dikatakan bahwa bibit kesadaran Buddhanya telah hangus dan mati, tapi dalam Saddharmapundarika-sutra dapat mencapai kesadaran Buddha kembali. Inilah wujud nyata Sosei (hidup kembali) yang sebenarnya.


Perihal Pencapaian Kesadaran Buddha Dari Dwiyana Dwiyana adalah Dunia Sravaka dan Pratekyabuddha, dua dunia dari Sepuluh Dunia. Pada masa Sang Buddha hidup, umat yang tergolong Dwiyana adalah Sariputra, Subhuti, Maha Kasyapa, Katyayana dan lainnya. Merekalah yang tidak disukai dan selalu dikecam dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarikasutra. Mengapa demikian? Karena mereka sendiri merasa telah mencapai kesadaran, padahal sebenarnya belum, tapi menganggap diri sendiri berada pada kesadaran tertinggi dan tidak mau menolong orang yang menderita. Akhirnya mereka pun tidak dapat menolong diri sendiri. Walau telah dikecam sedemikian rupa dengan dikatakan tak dapat mencapai kesadaran Buddha untuk selamanya, namun setelah masuk ke Ajaran Bayangan Saddharmapundarikasutra, mereka mendapat penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha. Demikian jelas diterangkan pencapaian kesadaran Buddha bagi Dwiyana, hingga dengan demikian Sepuluh Dunia yang Saling Mencakupi (Jukkai Gogu) diwujudkan dan dasar pokok Hukum Icinen Sanzen dapat tercapai. Mengapa demikian? Bila dari kesembilan Dunia, dari Dunia Neraka sampai Dunia Bodhisattva, hanya tujuh Dunia yang mencakup Dunia Buddha – sedangkan Dwiyana tidak, maka Sepuluh Dunia yang saling mencakupi takkan terwujud. Karena sembilan Dunia dan Dunia Buddha pun mencakupi Dwiyana, bila Dwiyana tak dapat mencapai kesadaran Buddha, maka semuanya pun tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Jadi, dalam sutra-sutra sebelum Saddharmapundarika-sutra yang tidak mengijinkan pencapaian kesadaran Buddha bagi Dwiyana dengan sendirinya tidak terdapat Sepuluh Dunia yang Saling Mencakupi. Selanjutnya teori Seratus Dunia

Seribu Apek, Tiga Ribu Perbedaan pun tidak dapat diwujudkan. Berarti Ketiga Perbedaan, yaitu Perbedaan Lima Unsur (Go-on Seken), Perbedaan Manusia (Syujo Seken), dan Perbedaan Tempat (Kokudo Seken), yang diterangkan dalam Ajaran Pokok Saddharmapundarikasutra juga tak dapat diwujudkan. Walaupun didalam Ajaran Bayangan Saddharmapundarika-sutra telah diterangkan Seratus Dunia dan Seribu Aspek, namun Icinen Sanzen tidak terwujud. Baru dalam Bab Panjangnya Usia Sang Tathagata Ajaran Pokok Saddharmapundarika-sutra diterangkan kalimat: “Sejak Aku benar-benar menjadi Buddha, sang waktu telah berlalu ratusan ribu koti nayuta kalpa tak terhingga dan tak terbatas (ga jitsu jobutsu irai, muryo muhen hyaku senman noku nayuta ko)”, dengan demikian Hakikat Pokok dari Asal Muasal (Kuon) telah diterangkan dan akar bibit asal mula dapat diketahui. Selanjutnya, “Mulai saat itu dan seterusnya Aku tiada hentinya berkhotbah dan mengajar dalam dunia saha ini (syaba sekai seppo kyoke)”, menerangkan perihal Perbedaan Tempat (Kokudo Seken). Dengan demikian Icinen Sanzen menjadi lengkap dan pencapaian kesadaran Buddha bagi Dwiyana telah ditetapkan. Begitu juga Sariputra, murid Buddha Sakyamuni yang terunggul prajnanya dan terkenal berpengetahuan luas, baru dapat mencapai kesadaran Buddha setelah percaya dan menerima Nammyohorengekyo. Pada jaman sekarang, yang dapat dikatakan tergolong kaum Sravaka adalah orang yang menekuni suatu bidang, ingin mempelajari seluruh ilmu pengetahuan dan meneliti serta menyerap maknanya; antara lain para profesor atau segolongannya. Kaum Pratekyabuddha adalah orang-orang yang sungguh-sungguh menghayati keahliannya masing-masing, dan Samantabadra | September 2020

39


akhirnya mendapatkan penyerapan yang tertinggi, misalnya para profesor termasyur, filsuf dan seniman. Tapi, kebanyakan manusia bila mempunyai pengetahuan sedikit melebihi orang lain menjadi sombong. Sebenarnya, siapapun juga kalau tidak kembali pada dasar Hukum Gaib, takkan dapat mencapai kebahagiaan mutlak. Dalam Catatan Ajaran Lisan (Ongi Kuden) dikatakan, “Baik orang pandai maupun orang bodoh, seluruhnya hanya dengan bertemu dan menyadari Hukum Nammyohorengekyo, baru dapat mematahkan filsafat sesat mereka�. (hal 735). Maka bagaimanapun pintar dan tinggi kedudukan seseorang, bila tidak membuka mata terhadap Hukum Gaib, tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Kalau mereka membuka mata jiwanya, maka seluruh perbuatannya senantiasa didasari untuk kebahagiaan orang lain. Dasar jiwa setiap manusia dari semenjak masa lampau telah terdapat jiwa maitri karuna, hingga dengan menjalankan Hukum Gaib, perasaan maitri karuna dalam jiwa masing-masing dapat dibangkitkan. Dengan bangkitnya Dunia Bodhisattva dalam diri kaum Dwiyana, meskipun sebelumnya mereka hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri saja, sekarang timbul keinginan untuk menolong dan memikirkan kebahagiaan orang lain, mau melaksanakan gerakan kemanusiaan. Ilmu pengetahuan yang dahulu dicari untuk memuaskan nafsu ingin mengetahui untuk kepentingan diri sendiri, setelah mengetahui Hukum Gaib, dapat digunakan untuk menciptakan nilai, yaitu kebahagiaan bagi masyarakat luas. Karena itu, bersatunya seluruh prajna dan keberanian umat atas dasar Hukum Gaib, dapat membantu cepat terciptanya kesejahteraan sosial umat manusia, membimbing dunia yang telah kacau menjadi sejahtera. Maka, Daimoku dari Tiga Hukum Rahasia Agung adalah hukum Hidup Kembali yang sebenarnya.

40

Samantabadra | September 2020

8

Masa ini, adalah satu juta milyar kali lebih sukar bagi manusia biasa untuk mencapai kesadaran Buddha dibandingkan manusia Dwiyana dan Iccantika di masa hidup Sang Buddha. Keterangan: Telah diterangkan bahwa dalam Sutra-sutra sementara yang dibabarkan selama lebih dari 40 tahun pertama oleh Buddha Sakyamuni, Dwiyana, Iccantika, dan kaum wanita tak dapat mencapai kesadaran Buddha. Mereka baru mendapat penganugerahan pencapaian kesadaran Buddha dalam Saddharmapundarika-sutra. Pencapaian kesadaran Buddha bagi umat masa Akhir Dharma adalah ratusan ribu juta kali lebih sukar dari ketiga golongan umat di atas. Tapi umat manusia masa Akhir Dharma selalu percaya filsafat sesat dan dengan itu ingin mencapai kesadaran Buddha. Sungguh tidak masuk akal. Niciren Daisyonin amat bersusah hati dan menyayangkan hal ini. Umat manusia masa Akhir Dharma sulit mencapai kesadaran Buddha karena mereka adalah umat yang Tidak Memiliki Akar Kebaikan dari Masa Lampau (Hon Mi U Zen). Selama perputaran hidup-mati berulang kali mereka mengikuti Hukum Jahat (Zahao) dan Makna Jahat (Zagi), hingga akhirnya jiwanya menjadi kotor dan penuh ketiga racun. Dalam keadaan demikian mereka dilahirkan didunia ini. Umat pada masa hidup Buddha Sakyamuni seperti Sariputra, Devadatta, Dwiyana, Iccantika, telah menanam bibit pencapaian kesadaran Buddha semenjak 3.000 dan 500 asamkheya kalpa koti yang lampau. Selama perputaran hidup-mati semenjak masa lampau yang jauh,


orang-orang ini telah menjalankan pertapaan dan memupuk akar kebaikan, hingga Akar Sifat Kebaikan (Hon I U Zen) telah tertanam pada dasar pokok jiwanya, maka walau pada masa ini dilahirkan sebagai umat Dwiyana yang amat egois atau menjadi penentang Sang Buddha, akar kebaikan mereka dapat timbul dan menjadi harum semerbak. Dengan demikian, mereka mudah mencapai kesadaran Buddha. Dibandingkan orang-orang semacam ini, umat manusia masa Akhir Dharma sama sekali tanpa akar kebaikan, mempunyai debu pemfitnahan Dharma yang tebal dan berat, hingga walau mendengar Hukum yang sebenarnya juga tidak mau percaya, bahkan sebaliknya menghantam Hukum Gaib karena kuatnya ketiga racun, keserakahan, kemarahan dan kebodohan. Untuk menolong umat manusia masa Akhir Dharma yang demikian kotor itu diperlukan Hukum Buddha yang Agung, yakni Dai Gohonzon dari Tiga Hukum Rahasia Agung. ***

Catatan

Samantabadra | September 2020

41


_AJARAN

Surat perihal arif bijaksana yang dihadapkan pada kesulitan Gosyo Cabang

Latar Belakang

S

urat ini ditulis pada tanggal 1 bulan 10 tahun 1279 (Koan 2), yakni 11 hari sebelum Dai Gohonzon dari Honmon Kaidan diwujudkan, ketika Niciren Daisyonin berusia 58 tahun dan diberikan dari Gunung Minobu kepada seluruh murid dan penganut melalui Syijo Kingo. Sejak masa Kenji hingga masa Koan di daerah Suruga (sekarang Provinsi Shizuoka), telah dengan giat dilaksanakan penyebarluasan dialog Hukum agama Buddha yang dipimpin oleh Nikko Jonin, di mana Bhikku-Bhikku Nisshushi, Nichibenshi, dan Nichizenshi dari Kuil Ryusen daerah Atsuhara telah menjadi murid Niciren Daisyonin melalui dialog dengan Nikko Jonin, begitupun muncul Nanjo Tokimitsu, Takahashi Rokuro Hyoe Nyudo yang sedemikian giat, sehingga memunculkan penganut-penganut dari kalangan para petani. Hal ini telah menimbulkan kebencian dan dendam dari Bhikku Gyochi, pemimpin Kuil Ryusen, di samping mengusir Bhikku-Bhikku Nisshushi dan lain-lainnya, juga telah menindas para penganut dari kalangan petani. Pada tanggal 21 September 1279 ketika sedang panenan padi di mana 20 orang penganut, diantaranya Jinshiro telah ditangkap dengan tanpa alasan dan ditahan ke Kamakura dengan paksaan untuk mundur dari kepercayaan terhadap Niciren Daisyonin untuk beralih kepada sekte lain. Akan tetapi, walau mereka disiksa di rumah kediaman pribadi Heino Saemon namun tiada seorang pun yang mundur, oleh karenanya pada tanggal 15 Oktober 1279, ketiga orang, Jinshiro, Yagoro, Yarokuro telah dibunuh, sedangkan 17 orang lainnya telah dibebaskan tanpa kesalahan. Niciren Daisyonin yang melihat sikap para penganut dari kalangan petani itu, yang telah meneruskan kepercayaan yang rela mengorbankan jiwa raga walau dihadapi oleh penganiayaan dan sama sekali tidak gentar, merasakan bahwa telah tiba saatnya untuk mewujudkan maksud kelahiran Beliau yang sesungguhnya di 42

Samantabadra | September 2020


dunia. Dalam gosyo ini menjelaskan mengenai hal tersebut, hingga pada tanggal 12 Oktober telah diwujudkan Dai Gohonzon dari Kaidan Honmon. Isi Gosyonya, pertama-tama mengutip perumpamaan maksud kelahiran dari Buddha Sakyamuni, Mahaguru Tien-tai dan Mahaguru Dengyo di dunia, sebaliknya mengatakan, “Saya selama 27 tahun", hal mana menandaskan bahwa tahun 1279 (Koan 2) merupakan 27 tahun setelah Niciren Daisyonin pertama kali menyebut Nammyohorengekyo (mendirikan baru mewujudkan maksud kelahiran Beliau dunia ini. Selanjutnya, Niciren Daisyonin mengutip kalimat sutra yang berbunyi: "Masa hidup Buddha Sakyamuni sekarang pun sudah terdapat banyak dendam dan kebencian, apalagi setelah wafatnya Sang Buddha", hal mana menandaskan bahwa justru Beliaulah satu-satunya orang yang telah membuktikan dengan membaca jiwa raga perkataan Buddha tersebut, dengan dihadapi oleh berbagai penderitaan besar. Mungkin pada mulanya gerakan dari para dewa Hukum agama Buddha tidak terwujudkan dengan bukti nyata atas hukuman, hal mana merupakan bukti nyata dari perlindungan dewa-dewa hukum agama Buddha. Bersamaan dengan itu Beliau telah memberi dorongan agar seluruh murid dan penganut bergerak bagai anak singa tidak takut terhadap penderitaan besar dengan memperkuat hati kepercayaan setiap saat. Terlebih lagi, melalui perbedaan yang pokok terhadap penderitaan yang terjadi karena hal-hal kemasyarakatan pada umumnya dengan penderitaan besar yang disebabkan karena Saddharmapundarika-sutra, telah mendorong kesadaran atas kepercayaan dari orang-orang daerah Atsuhara, serta menasehati dengan tegas untuk tidak mundur dengan mengutip perumpamaan dari Sanmibo dan Nagoe No Ama. Dan pada akhirnya menasehati agar menjadikan peristiwa Sanmibo sebagai pengalaman, di mana Sanmibo yang teristimewa diantara para murid yang terunggul dengan pengertian pelajaran telah berkhianat, dan sebagai akibatnya telah mati dengan tragis.

Samantabadra | September 2020

43


Isi Gosyo

H

endaknya anda sekalian membangkitkan hati dari sang raja singa, sama sekali janganlah takut terhadap siapapun yang mengancam. Raja dari singa sama sekali tidak takut terhadap segala binatang apapun, begitupun sama halnya dengan anak raja dari singa. Mereka, orang-orang yang memfitnah dan menghina Hukum Sakti sama seperti gonggongan anjing liar. Sedangkan seluruh Niciren, sungguh sama seperti raungan singa. Almarhum Saimyoji Tokiyori membebaskan Niciren dari hukum pembuangan di Semenanjung Izu maupun Hojo Tokimune yang berkuasa sekarang, membebaskan Niciren dari hukum pembuangan Pulau Sado, disebabkan karena mengetahui bahwa hukum pembuangan dijatuhi itu berdasarkan hasutan-hasutan dan fitnahanfitnahan orang dan sama sekali bukan disebabkan karena alasan kesalahan. Jadi, mungkin sekarang kalau orang menghasut dengan hasutan bagaimanapun kalau belum jelas keadaan sesunguhnya, tidak akan terhasut oleh fitnahan orang. Harap yakinilah, seandainya orang kemasukan iblis besar pun, tak akan dapat menghukum Niciren, karena Dewa Brahma, Dewa Indra, raja matahari, raja bulan, keempat raja langit dan sebagainya maupun Tensyo Daijin dan Bodhisattva Haciman selalu melindungi Niciren. Harap kuatIah keyakinan hari demi hari, bulan demi bulan, walau hanya sedikitpun hatinya melemah, maka iblis akan mengambil kesempatan. Teruskanlah kepercayaan yang berani sebagai anak raja dari singa Anda sekalian dengan membangkitkan hati dari sang raja dari singa, sama sekali janganlah takut terhadap siapapun yang mengancam. Raja dari singa sama sekali tidak takut terhadap segala binatang apapun, begitupun sama halnya dengan anak raja dari singa. Mereka, orang-orang yang memfitnah dan menghina Hukum Sakti sama seperti gonggongan anjing liar. Sedangkan seluruh anggota Niciren, sungguh sama seperti raungan singa. Dalam Sado Gosyo pun mengajarkan hahwa "Pada saat bhikku tersesat berpihak pada raja jahat yang hendak membinasakan arif bijaksana, maka orang yang berjuang dengan memiliki hati seperti sang raja dari singa pasti akan mencapai kesadaran Buddha, sebagai umpama Niciren", di mana orang-orang yang terjerumus pada pandangan tersesat dengan bersekongkol pada orang yang berkuasa untuk menindas Hukum Sakti merupakan musuh penguasa dari ketiga musuh yang kuat. Walau dihadapi dengan penindasan demikian, namun orang yang tetap mempertahankan kebenaran Hukum Sakti dengan perjuangan yang penuh 44

Samantabadra | September 2020


keberanian tanpa ragu-ragu, merupakan "Orang yang memiliki hati bagai sang raja dari singa". Sama seperti yang dikatakan: "Sebagai umpama, sama seperti Niciren", sungguh Niciren Daisyonin telah meneruskan pelaksanaan dari sang raja dari singa ini. Dalam Gosyo ini dikatakan kalau menjadi murid dan penganut Niciren Daisyonin sebagai anak sang raja dari singa, maka hendaknya memunculkan hati dari sang raja dari singa yang tidak takut terhadap penderitaan besar apapun dan tetap meneruskan kepercayaan Hukum Sakti ini. Harap diketahui bahwa seperti yang dikatakan dalam Sado Gosyo, justru kepercayaan yang berkeberanian ini adalah kunci dari pencapaian kesadaran Buddha. Yang terpenting adalah meneguhkan kepercayaan yang selalu memperdalam dan memperkuat kepercayaan Harap kuatkanlah keyakinan hari demi hari, bulan demi bulan, walau hanya sedikitpun hatinya melemah, maka iblis akan mengambil kesempatan. Hal terpenting dalam sikap kepercayaan adalah selalu memiliki sikap yang ingin maju dan meneguhkan kepercayaan yang lebih kuat dan dalam dari kepercayaan sebelumnya. Kalau memiliki hati yang ragu-ragu dan takut terhadap penderitaan hingga kehilangan kepercayaan terhadap Gohonzon, maka getaran jiwanya melemah dan iblis akan menghinggapi dirinya hingga merusak jiwanya dan terjerumus ke dalam ketidakbahagiaan. Sama seperti yang terdapat dalam kutipan kalimat di muka yang berbunyi: "Sama sekali bukann disebabkan karena alasan kesalahan�, di mana karena pada diri kita sama sekali tidak terdapat kesalahan sedikitpun, maka tidak mungkin para dewa Hukum agama Buddha tidak melindunginya. Hendaknya milikilah keyakinan bahwa orang yang melaksanakan kepercayaan yang berkeberanian dengan berdasarkan kebenaran pasti akan dilindungi oleh dewa-dewa agama Buddha.

Samantabadra | September 2020

45


_AJARAN

Myoho dalam kehidupan Forum Diskusi

Pertanyaan: Pada waktu menceritakan pengalaman sering kali orang mengatakan suatu kejadian merupakan Myoho. Apakah yang dimaksud dengan Myoho yang sebenarnya? Jawab: Dalam konteks ini, Myoho kerap diasosiasikan dengan bukti nyata hasil dari pelaksanaan syinjin yang sungguh hati. Bukti nyata ini benar-benar sesuatu yang di luar jangkauan akal pikiran manusia biasa, dan ini dikatakan sebagai Myoho. Namun tidak berarti Myoho akan langsung terjadi. Myoho akan muncul secara nyata ketika seseorang benar-benar melaksanakan syinjin dalam kehidupan termasuk menjalankan sikap hidup yang sesuai dengan ajaran Buddha. Kekuatan Myoho atau kekuatan syinjin dapat muncul salah satunya dalam kondisi ketika kita menghadapi peristiwa yang membahayakan hidup (kritis) dan dapat menjadi jodoh bagi penganut baru untuk percaya terhadap Gohonzon melalui bukti nyata yang kita peroleh. Kekuatan Gohonzon memang luas tak terbatas, dalam, dan jauh; sehingga orang yang percaya atau syinjin dengan benar dapat mengalami peristiwa yang tak terpikir. Namun demikian, bukan berarti Gohonzon adalah jimat. Ini adalah hal yang sama sekali berbeda dan bukan makna dari kekuatan Gohonzon.

46

Samantabadra | September 2020

Kekuatan dari GohonzonNammyohorengekyo adalah darma agung hukum alam semesta yang berjalan sesuai dengan kewajaran. Kita sebagai manusia berkeinginan untuk selaras dengan hukum alam semesta ini melalui Nammyohorengekyo dan mandala Gohonzon sebagai jodoh untuk mewujudkan kebuddhaan dari dalam diri kita sendiri. Jadi kekuatan Gohonzon sesungguhnya adalah pembangkitan kesadaran Buddha dari dalam diri. Dengan kesadaran Buddha yang kita miliki, kita dapat mengundang jodoh-jodoh yang menunjang kehidupan kita agar lebih lestari dan bermanfaat. Hal yang keliru apabila misalnya kita berpikir bahwa dengan meminum air yang telah didoakan di depan Gohonzon atau dengan mengoleskan abu sisa pembakaran hio dapat menyembuhkan penyakit. Myoho atau Hukum Gaib yang terkandung dalam Gohonzon tidak akan nyata dengan cara demikian. Sikap hati kepercayaan yang keliru seperti itu malah mengakibatkan pemfitnahan darma. Untuk mendapatkan kekuatan Gohonzon yang tak terjangkau oleh pikiran manusia biasa itu kita perlu memahami hukum-hukum yang berlaku pada Gohonzon. Sama halnya dengan penggunaan sebuah benda, televisi misalnya. Untuk menikmati siaran televisi sebelumnya kita harus memasang frekuensi yang sesuai dengan pemancar. Atau jika kita menghubungkan TV yang


menggunakan tegangan 110 volt dengan listrik yang berkekuatan 220 volt, TV tersebut malah akan rusak alih-alih nyala. Pemahaman yang tepat mengenai hukum yang berlaku pada benda tersebut baru dapat menghasilkan manfaat. Jika tidak, bukan saja tak bermanfaat sama sekali, bahkan dapat menimbulkan kerugian. Gohonzon merupakan perwujudan dari maha maitri karuna Buddha Pokok Niciren Daisyonin. Hukum pokok dari Gohonzon adalah maitri karuna agung yang dapat membimbing setiap umat manusia mencapai kesadaran Buddha. Dahulu orang beranggapan bahwa pencapaian Kesadaran Buddha adalah suatu keadaan istimewa yang hanya dapat diperoleh orang-orang tertentu saja. Dan untuk memperolehnya diperlukan pertapaan berulang kali selama jangka waktu yang amat panjang. Namun, dengan diwujudkannya Gohonzon untuk seluruh umat manusia oleh Buddha Niciren Daisyonin, maka pencapaian kesadaran Buddha dalam keadaan apa adanya menjadi mungkin. Dalam hidup sekarang ini kita dapat membuka Kesadaran Buddha. Hal ini benar-benar sesuatu yang di luar jangkauan pemikiran manusia biasa. Pertapaan kita setiap hari adalah untuk perilaku maitri karuna. Dengan pelaksanaan seperti ini kita akan mewujudkan kekuatan Gohonzon secara nyata, karena inilah Hukum yang selaras dengan Hukum yang ada pada Gohonzon. Maitri karuna bukanlah sesuatu yang aneh dan luar biasa. Jasmani kita sudah menunjukkan keadaan maitri karuna yang luar biasa. Perhatikan saja kulit kita. Dalam kegiatan kita sehari-hari berjuta sel kulit kita rontok setiap hari. Meskipun demikian tak pernah kita kehilangan kulit, karena pada waktu lapisan kulit kita rontok, lapisan di bawahnya sudah siap untuk menggantikannya. Juga kulit tersebut dapat mengatur berapa besar lubang

pori-pori membuka agar suhu tubuh sesuai dengan keadaan cuaca. Fungsi kulit tersebut benar-benar maitri karuna, menjaga agar manusia dapat hidup dengan baik. Walaupun keadaan jasmani kita sudah sedemikian maitri karuna, sayang sekali perasaan jiwa kita belum selaras. Manusia cenderung untuk mementingkan diri sendiri. Suatu sifat yang paling bertentangan dengan maitri karuna. Oleh karena itu, setiap hari kita berusaha untuk meniru perilaku Buddha yang penuh maitri karuna. Pelaksanaan hati kepercayaan yang seperti itu dari hari ke hari akan menumpuk karunia di dalam jiwa. Tanpa terasa dalam hidup kita akan terjadi perubahan. Meskipun kita tidak pernah mendoakan untuk mendapatkan sesuatu, bila hal itu memang diperlukan, kita akan mendapatkannya. Seumur hidup kita akan menikmati kehidupan yang tenang dan senang namun penuh dinamika dan antusiasme. Ini dapat dikatakan sebagai perwujudan Myoho dalam kehidupan kita. Yang terpenting adalah pelaksanaan hati kepercayaan setulus hati untuk maitri karuna agar dapat mewujudkan kekuatan Gohonzon yang tak terhingga. Pertanyaan: Ketika mendengar ceramah atau pengalaman orang lain, dan juga sepulang dari penataran saya bertekad untuk melaksanakan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi tekad ini hanya bertahan beberapa waktu dan setelah itu lenyap begitu saja. Bagaimanakah mengatasi keadaan ini? Jawab: Perasaan hati manusia biasa mudah sekali berubah sesuai dengan suasana yang dihadapi. Buddha Niciren Daisyonin amat memahami hal ini, sehingga beliau dapat memberi perumpamaan yang tepat dalam membimbing umat. Untuk Samantabadra | September 2020

47


menggambarkan sifat manusia yang mudah sekali melupakan tekadnya sendiri beliau memberi perumpamaan Burung Kankucho yang ketika malam hari menderita kedinginan karena tidak punya sarang, namun setelah matahari terbit dan cuaca hangat kembali, ia lalai untuk membuat sarang dan begitu terus hingga akhirnya ia mati. Tidakkah kita yang mudah melupakan tekad sama dengan Kankucho yang akan mati kedinginan? Tekad untuk melaksanakan hati kepercayaan dengan sungguh-sungguh timbul dari suasana pertemuan atau suasana penataran yang merupakan suasana Dunia Buddha. Yang menjadi permasalahan adalah, bagaimana kita dapat mempertahankan suasana Dunia Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa mendasarkan jiwa pada Dunia Buddha, perasaan manusia biasa mudah sekali terbawa oleh suasana yang dihadapi. Jika terus menerus terbawa oleh suasana, kehidupan kita selamanya tidak akan berubah; sama seperti Kankucho yang menderita kedinginan setiap malam. Meskipun kita telah percaya kepada Gohonzon selama bertahun-tahun, bila Dunia Buddha tidak menjadi dasar, maka kita tidak dapat merombak nasib dari akarnya. Buddha Niciren Daisyonin memberi petuah, “Anggaplah pekerjaan Anda sebagai Saddharmapundarika-sutra (Gohonzon) (Gosyo Zensyu halaman 1295)”. Dalam petuah emas ini terkandung bimbingan untuk melaksanakan pekerjaan kita sehari-hari dengan sungguhsungguh. Dengan demikian, jelas bahwa tak ada pemisahan antara hati kepercayaan dengan kehidupan seharihari. Adalah pemikiran yang keliru bila orang beranggapan bahwa pelaksanaan hati kepercayaan hanya pada waktu melaksanakan. Gongyo dan Daimoku serta mengikuti kegiatan susunan; di luar dari itu sama sekali tidak berhubungan 48

Samantabadra | September 2020

dengan hati kepercayaan. Sebenarnya, apapun juga kegiatan yang kita lakukan setiap harinya hendaknya didasarkan pada hati kepercayaan. Sebagai contoh, pelaksanaan dari petuah emas di atas. Dengan berpegangan pada petuah emas tadi kita akan melaksanakan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kita dengan sungguh-sungguh, baik pada waktu majikan ada di tempat atau tidak. Usaha untuk melaksanakan hati kepercayaan secara sungguh-sungguh dalam kehidupan akan mempertebal hati kepercayaan kepada Gohonzon. Tanpa ada pelaksanaan sehari-hari tekad akan tetap tinggal sebagai tekad. Bahkan waktu terus berlalu tanpa menghasilkan perubahan apapun juga. Agar tidak mudah hanyut dalam suasana sehari-hari kita perlu mendalami ajaran Buddha Niciren Daisyonin. Buatlah waktu untuk membaca Gosyo dan bimbingan yang dapat memperkuat hati kepercayaan. Resapi dan hayati baik-baik petunjuk yang dibaca, sehingga petunjuk dari Buddha Niciren dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, bukan sekadar pengetahuan teori semata. Hal ini sesuai dengan petunjuk Niciren Daisyonin dalam Surat Syoho Jisso, “Bergiatlah dalam kedua jalan, yakni pelaksanaan dan belajar. Tanpa adanya pelaksanaan dan belajar, agama Buddha akan punah … pelaksanaan dan belajar timbul dari hati kepercayaan”. Dengan Gongyo dan Daimoku yang berkesinambungan serta pelaksanaan petuah emas Niciren Daisyonin, niscaya kita dapat melaksanakan kehidupan sehari-hari dengan penuh semangat dan lebih sadar sehingga kita tidak lagi menjadi Kankucho yang senantiasa lupa akan janjinya sendiri. ***


SYIN GYO GAKU_

Selaras dengan Darma Melalui Daimoku

Nammyohorengekyo dikumandangkan oleh Buddha Niciren pada 28 April 1253. Nammyohorengekyo belum dikenal sebagai mantera agung sebelum kehadiran Buddha Niciren. Namun Nammyohorengekyo sebagai hakikat darma atau hukum alam semesta agung sejatinya sudah ada sejak awal mula eksistensi alam semesta itu sendiri. Seperti halnya gravitasi bumi. Hukum gravitasi disadari oleh Isaac Newton, namun gravitasi itu sendiri sejatinya sudah ada. Nam (perubahan fonem dari namu), namas

(sansekerta) secara harfiah berarti bakti/ setia/percaya kepada Saddharmapundarikasutra, mendedikasikan atau membaktikan diri kepada Buddha dan darma. Darma dalam hal ini mengacu kepada hukum alam semesta, kebenaran sejati perihal kehidupan yang tercakup di dalam Saddharmapundarikasutra. Berdasarkan Ongikuden (catatan lisan Niciren Daisyonin), sikap “namu� memiliki dua aspek, yaitu menyatu/manunggal dengan darma/hukum alam semesta, dan secara

berkelanjutan memunculkan kebijaksanaan yang tak habis-habisnya yang berfungsi walau keadaan berubah. Myoho secara harfiah berarti hukum gaib. Gaib di sini bukan berarti ajaib, karena hukum atau darma Buddha ini selaras dengan kewajaran. Dikatakan gaib karena melalui darma kita juga berupaya memahami aspek-aspek sunyata seperti perasaan jiwa, perihal hidup-mati, nasib, dan karma. Di samping itu, di dalam Ongikuden juga dijelaskan bahwa myoho juga memiliki makna sebagai ‘kesadaran Samantabadra | September 2020

49


dan kesesatan bukan dua’, renge berarti ‘sebab dan akibat bukan dua’, kyo berarti ‘dunia Buddha dan kesembilan dunia lainnya bukan dua’. Myohorengekyo dengan demikian adalah darma. Dengan percaya dan menyebut Nammyohorengekyo. Secara sederhana, dapat dikatakan inilah suasana kebuddhaan yang ingin kita wujudkan melalui penyebutan Nammyohorengekyo, yaitu menerima fenomenafenomena dalam kehidupan yang seringkali seperti di dalam dua hal yang saling bertentangan, namun sesungguhnya integral.

sesungguhnya tidak selaras dengan hakikat darma. Buddhisme, khususnya ajaran Buddha Niciren, berusaha mengembalikan sifat kebuddhaan yang sesungguhnya secara medasar telah kita miliki dengan menyadari inti hakikat darma agung Nammyohorengekyo.

Kita dibesarkan di masyarakat yang cenderung mempolarisasi segala fenomena; baik dan buruk, sadar dan sesat, benar dan salah, bagus dan jelek, dan sebagainya. Apabila ditelisik lebih jauh, kecenderungan manusia untuk mengkotakkotakkan adalah bagian dari tiga racun, terutama keserakahan dan keakuan. Contoh produknya adalah diskriminasi, sistem kasta, gender. Biasanya akan ada kelompok manusia tertentu yang diuntungkan (yang menciptakan dan melanggengkan kondisi ini).

Penderitaan dan kebahagiaan bukan dua. Bahagia bukan berarti tiadanya penderitaan. Menderita bukan berarti tiadanya kebahagiaan. Lahir, tua, sakit, mati dikatakan adalah penderitaan, namun di dalam proses kehidupan tersebut jugalah kita dapat merasakan kebahagiaan. Kita diajak untuk berperan aktif dan tanggung jawab untuk lebih berdaya terhadap nasib diri sendiri. Salah satu akar ketidakbahagiaan adalah ketidakmampuan diri untuk berdaya, mengambil tanggung jawab atas nasib, menyalahkan faktor di luar diri.

Hal ini kerap menjadi sumber kesesatan berpikir yang berujung pada penderitaan karena 50

Samantabadra | September 2020

Dengan melakukan daimoku yang disertai kesungguhan hati, kita bertekad menyelaraskan irama jiwa kita dengan irama darma agung, yaitu menerima segala fenomena kehidupan secara utuh, dengan hati yang terbuka dan tidak melekat terhadap kondisi tertentu.

Buddha Niciren mengatakan, dalam syinjin kita tidak diharuskan mengerti isi dari Saddharmapundarika-sutra secara keseluruhan, karena yang terpenting dari syinjin adalah kita mau mengikuti bimbingan Buddha Niciren untuk selaras dengan darma di dalam kehidupan kita sehari-hari. Darma ini sudah diintisarikan oleh Buddha Niciren ke dalam mantera agung Nammyohorengekyo dan mewujudkan mandala agung Gohonzon untuk mempermudah kita dalam menyelaraskan. Pada akhirnya, yang menentukan kebermanfaatan dari syinjin yang kita jalani adalah seberapa selarasnya kita menerapkan sikap hidup kita dengan darma, mulai dari cara berpikir, berperilaku, dan bertutur kata. Daimoku yang berlandaskan aspek “percaya” (yang dapat mengubah nasib dan mengatasi karma buruk) berarti ada komitmen di dalam diri/pikiran kita untuk menyelaraskan pikiran, perbuatan/sikap, dan tutur kata kita dengan darma ketika kita menyebut Nammyohorengekyo secara berkelangsungan. (Samanta)


WAWASAN_

Darimana Laksa Berasal? Malaysia, Singapura, atau Indonesia?

S

eorang jurnalis South China Morning Post bernama Vicki Williams pernah membahas perihal klaim yang dilakukan Malaysia, yang menyebutkan bahwa laksa adalah makanan khas dari Malaysia. Tak ayal klaim ini menimbulkan perdebatan. Klaim yang dilakukan oleh Menteri Pariwisata Malaysia saat itu (Ng Yen Yen) pada tahun 2009 bahkan telah memicu kontroversi politik. Ini karena pihak Malaysia menyebutkan bahwa negara-negara tetangga, terutama Singapura. Selama ini kita mengenal bahwa laksa menjadi salah satu makanan khas Singapura. Di beberapa media lokal, pihak Malaysia juga menuduh Singapura telah melakukan ‘’pembajakan’’ atau istilahnya ‘’hijacked their dishes’’. Meski belakangan, pihak Malaysia menganulir pernyataan Menteri Ng tersebut. Asal Usul Nama Laksa Ada banyak versi mengenai nama ‘’laksa’’. Pasalnya nama laksa sendiri dianalisis bisa berasal dari beberapa bahasa. Redaksi Asian Inspirations di

Australia pernah mengkaji hal ini. Satu teori menyebutkan bahwa ‘’laksa’’ diambil dari bahasa Hindi atau Persia, yaitu ‘’lakhshah’’. Ini adalah sebutan untuk jenis mie licin yang sering digunakan dalam sup. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ‘’lakhshah’’ juga diduga merupakan serapan kata dari bahasa Sansekerta yaitu ‘’laksha’’, yang artinya ‘’seratus ribu’’. Arti kata ini yang kerap menjadi acuan mengapa semangkuk mie kuah itu disebut dengan ‘’laksa’’ karena cita rasanya yang memang kaya akan rempah. Atau dalam artian menggunakan ''seratus ribu'' rempah. Teori lainnya menyebutkan bahwa ‘’laksa’’ berasal dari bahasa Kanton, yaitu "letsa" yang artinya ‘’pasir pedas’’. Hal ini mengacu pada bumbu kaldu kuah laksa yang kerap berasal dari udang kering yang memberikan tekstur kuahnya seolah berpasir. Sensasi pedas pada laksa juga menambah keyakinan bahwa asal usul kata ‘’laksa’’ berasal dari bahasa Kanton. Satu lagi teori yang cukup menguatkan perihal asal usul dari makanan laksa itu sendiri

bahwa ‘’laksa’’ berasal dari kata ‘’hokkien’’ yang artinya ‘’kotor’’ atau ‘’lup sup’’. Hokkien adalah keturunan masyarakat yang berasal dari Fujian yang terkenal sering menjadi imigran. Para Hokkien ini menyebar ke Taiwan, Malaysia, dan Indonesia. Khusus di daerah Melayu, para keturunan Hokkien yang sudah tersebar ini disebut dengan Peranakan. Dari sinilah diduga kuat bahwa para Hokkien atau Peranakan ini yang telah menyebarkan dan memperkenalkan laksa yang kini sangat terkenal menjadi makanan khas Asia Tenggara, khususnya wilayah Melayu seperti Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Bahkan laksa juga diketahui kerap ditemukan di kawasan bagian selatan Thailand. Salah satu ciri khas laksa adalah cita rasa mint atau sensasi pedas yang berasal dari daun laksa atau Persicaria odorata. Meski sebenarnya jenis tumbuhan bukan bagian dari jenis tumbuhan mint. Fakta menariknya, daun laksa yang menjadi bumbu utama laksa itu justru berasal dari Vietnam. Itulah mengapa daun ini juga sering disebut dengan daun mint Vietnam. Samantabadra | September 2020

51


Jika tidak ada daun mint Vietnam, maka bisa diganti dengan jahe obor atau Etlingera elatior. Semangkuk Cinta dari Pedagang China Jalur Sutra yang dibentuk dari para pedagang China dari awal abad ke-15 ke kepulauan Melayu lah yang membuat laksa sangat dikenal menjadi makanan khas negara-negara Melayu. Saat mereka menjatuhkan sauh di Singapura, Malaka, dan Penang untuk beristirahat dari perniagaan, tak bisa dihindarkan bahwa mereka kepincut gadis Melayu. Kemudian terjadilah perkawinan antara orang China dengan penduduk setempat yang kita kenal keturunannya sebagai Peranakan sekarang. Di Indonesia sendiri, mereka disebut dengan Kiau-Seng. Para istri pedagang ini kemudian dikenalkan dengan salah satu makanan kesukaan para suami, yaitu mie berkuah khas yang mereka sebut laksa. Seiring berjalannya waktu, para istri pun melakukan improvisasi dalam bumbu sup. Ada yang menambahkannya dengan berbagai rempah, santan, dan lainnya sehingga membuat rasa laksa yang ‘’sempurna’’. Seiring berjalannya kisah cinta antara pedagang China dan gadis pribumi itu, laksa akhirnya berevolusi dan telah menciptakan tiga variasi utama laksa yaitu Kari, Siam, dan Assam yang terkenal kelezatannya dari kepulauan Melayu. Awal Penyebaran Laksa di Indonesia Sebenarnya dari Tangerang Dipercaya bahwa laksa sudah

52

Samantabadra | September 2020

berkembang dan menjadi salah satu masakan favorit masyarakat Tangerang sejak ratusan tahun lalu. Meski hingga kini belum ada juga yang mengukuhkan bahwa Laksa menjadi salah satu makanan khas kota Tangerang. Dalam sejarahnya, beberapa orang tua atau kakek-nenek pasti ada yang familiar dengan pedagang keliling yang meneriakan, ‘’Laksa… Laksa…’’. Sampai tahun 1970-an, diketahui bahwa pedagang keliling yang menjual laksa masih eksis menjajakan jualannya dari kampung ke kampung. Kala itu mie laksa menjadi salah satu kudapat favorit dan paling dinanti oleh masyarakat kota Tangerang. Ada dua jenis laksa Tangerang yang terkenal, yaitu Laksa Nyai dan Laksa Nyonya. Perbedaannya ada pada siapa yang membuat laksa tersebut. Laksa Nyai dibuat oleh kaum pribumi Tangerang, sedangkan Laksa Nyonya dibuat oleh kaum Peranakan China di Tangerang. Namun pada tahun 1990an, sekitar 20 tahun kemudian, keberadaan pedagang keliling mie laksa lambat laut mulai menghilang. Ini karena mereka kalah pamor dengan jenis makanan cepat saji yang proses memasaknya lebih mudah, kemasannya yang memudahkan untuk dijual bebas, dan harganya yang lebih murah. Melihat kisah sejarah kuliner tersebut. pemerintah Kota Tangerang pada tahun 2000 diketahui telah melakukan upaya untuk pengenalan dan mengangkat kembali nama mie laksa yang sempat menjadi makanan khas dan makanan favorit wilayahnya. Bahkan Pemkot Tangerang sengaja memberikan dukungan dengan

memberikan fasilitas berupa wilayah khusus penjual mie laksa. Hingga kini, para pedagang mie laksa sangat mudah ditemui di Jalan Muhammad Yamin, di depan Lapas Wanita Kota Tangerang. Tempat ini juga dinamakan sebagai spot Wisata Kuliner Laksa Tangerang. Beberapa dari para pedagang itu juga tak jarang memilih untuk kembali berkeliling dari kampung ke kampung. Seiring berjalannya waktu, kepopuleran Laksa Tangerang mulai dikenal sampai ke Jakarta dan Bogor yang kini banyak dikenal dengan jenis Laksa Bogor dan Laksa Betawi. Perbedaan antara ketiganya adalah dalam Laksa Bogor terdapat kuat kental yang berasal dari potongan oncom, dengan campuran ketupat, dan biasa dimakan dengan sambal cuka. Pada Laksa Betawi tambahannya disertai dengan daun kemangi, kucai, bihun, dan perkedel. Sedangkan Laksa Tangerang memiliki khas dari bahan baku mienya, yaitu terbuat dari tepung beras putih yang sudah direbus dan diberi kuah kuning yang kental. Selain itu juga kerap ditambahkan parutan kepala yang disangrai dan kacang hijau sehingga memberi kesan rasa manis yang menjadi ciri khas. Laksa Tangerang juga sering dipadukan dengan opor ayam dan tahu. Sumber: https://www. goodnewsfromindonesia.id/2020/07/27/ sebenarnya-laksa-makanan-khas-manasingapore-malaysia-atau-indonesia


KESEHATAN_

Manfaat bayam bagi kesehatan

B

ayam adalah sayuran yang mudah ditemui di Indonesia. Sayuran hijau ini juga memiliki harga terjangkau di semua kalangan masyarakat. Meski mudah dan murah, sayuran ini ternyata memiliki kandungan gizi yang besar. Berbagai nutrisi dalam bayam membuatnya tergolong dalam superfood atau pangan super. Tak hanya itu, nutrisi-nutrisi dalam bayam juga diketahui membuatnya memiliki berbagai khasiat bagi kesehatan tubuh. Setidaknya ada 10 manfaat yang bisa kita nikmati dari mengonsumsi bayam. Apa saja? 1. Kesehatan tulang Bayam diketahui kaya akan berbagai vitamin, termasuk vitamin K. Konsumsi vitamin K sangat baik untuk tulang

karena bertindak sebagai pengubah protein matriks tulang, meningkatkan penyerapan kalsium, dan dapat mengurangi jumlah kalsium yang keluar dari tubuh. Hal ini membuat vitamin K dikaitkan dengan rendahnya risiko patah tulang. Dikutip dari Live Science, The National Osteoporosis Foundation merekomendasikan makan bayam karena kandungan vitamin K dan magnesiumnya. Hanya satu cangkir bayam yang dimasak mengandung 987 persen kebutuhan vitamin K harian Anda. 2. Mencegah anemia Zat besi merupakan mineral yang penting dalam pembentukan sel darah merah. Tanpa zat besi yang cukup, darah tidak dapat menghasilkan cukup

hemoglobin atau protein dalam darah yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Salah satu mineral yang terkandung dalam bayam adalah zat besi. Konsumsi satu cangkir bayam memenuhi 36 persen kebutuhan zat besi harian Anda. Dengan mengonsumsi bayam, Anda bisa mencegah anemia defisiensi zat besi. 3. Kesehatan kulit dan rambut Merangkum dari Medical News Today, bayam memiliki sejumlah besar vitamin A yang berfungsi untuk menyeimbangkan produksi minyak di pori-pori kulit dan rambut. Selain itu, bayam juga kaya akan vitamin C. Jenis vitamin ini juga sangat baik untuk kesehatan kulit dan rambut. Vitamin C dapat Samantabadra | September 2020

53


membantu menjaga kulit tetap tampak awet muda dan membantu penyembuhan luka. 4. Mencegah kanker Dilansir dari Healthline, bayam mengandung komponen Monogalactosyldiacylglycerol (MGDG) dan Sulfoquinovosyl diacylglycerol (SQDG). Kedua komponen tersebut dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker. Penelitian yang dipublikasikan dalam Bioactive Foods in Promoting Health dan Current Medical Chemistry menunjukkan, senyawa tersebut membantu memperlambat pertumbuhan tumor leher rahim. Tak hanya itu, senyawa tersebut juga diketahui dapat mengurangi ukuran tumor. Dalam beberapa penelitian lain, konsumsi bayam pada manusia menunjukkan hasil menggembirakan dalam pengurangan risiko kanker prostat dan kanker payudara. 5. Mencegah asma Bayam juga diketahui memiliki kandungan betakaroten yang tinggi. Senyawa ini dapat membantu penderita asma mengurangi gejala yang dialami. Selain itu, sayuran hijau ini juga mengandung magnesium. Magnesium dapat menjadi pengobatan darurat yang efektif untuk serangan asma.

6. Baik bagi penderita diabetes Bayam mengandung antioksidan yang dikenal sebagai asam alfa-lipoat. Jenis antioksidan ini yang telah terbukti menurunkan kadar glukosa, meningkatkan sensitivitas insulin, dan mencegah oksidatif, perubahan yang diinduksi stres pada pasien dengan diabetes. 7. Kesehatan jantung dan tekanan darah Kandungan kalium dalam bayam diketahui baik untuk kesehatan jantung dan tekanan darah. Asupan kalium yang tinggi dikaitkan dengan penurunan risiko stroke, tekanan darah rendah, dan risiko kematian akibat penyakit jantung. Selain itu, efek penurunan tekanan darah dalam bayam juga didapatkan dari kandungan nitrat di dalamnya. 8. Kesehatan mata Bayam adalah sumber karotenoid lutein dan zeaxanthin yang baik. Kedua senyawa ini berhubungan dengan membantu mencegah degenerasi makula dan katarak yang berkaitan dengan usia. Menurut The Scripps Research Institute, penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang makan bayam tiga kali seminggu memiliki risiko 43 persen lebih rendah terkena degenerasi makula. 9. Baik untuk kehamilan Kebutuhan asam folat

54

Samantabadra | September 2020

dalam kehamilan terbilang cukup besar. Itu karena asam folat dapat membantu janin mencegah cacat tabung saraf pada awal kehamilan. Bayam adalah salah satu sumber pangan yang mengandung asam folat tinggi. Satu cangkir bayam dapat membantu memenuhi asam folat hingga 66 persen kebutuhan harian. 10. Kesehatan sistem pencernaan Kandungan serat dan air pada bayam diketahui memiliki manfaat pada sistem pencernaan. Konsumsi bayam dipercaya dapat membantu mencegah sembelit dan meningkatkan saluran pencernaan yang sehat. Sumber: https://health.kompas.com/ ead/2020/07/24/073500368/10-manfaatkonsumsi-bayam-untuk-tubuh?page=all


RUANG ANAK_

Hai anak-anak NSI! Sepertinya kedua dokter di bawah ini kesulitan menemukan jalan menuju rumah sakit. Mau kah kamu bantu mereka agar dapat sampai ke rumah sakit dan menyembuhkan orang yang sedang sakit?

Sumber: Dreamstime.com

Samantabadra | September 2020

55


Berita Duka Cita Ibu Lenny Tirta Widjaja

Ibu Lani Surja

Meninggal pada usia 48 tahun 17 Juli 2020

Meninggal pada usia 79 tahun 25 Juli 2020

Umat NSI daerah Tangerang Banten

Umat NSI daerah Karawaci Banten

Bapak Suharbi (Ong Wat Bie)

Meninggal pada usia 55 tahun 07 Agustus 2020 Umat NSI daerah Tangerang Banten

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Resep Pangsit Goreng Viral Bahan Pangsit: 150 gram ayam fillet 20 lembar kulit pangsit siap pakai 1 siung bawang putih 1 butir telur 1 sdm tepung tapioka 1 batang daun bawang, iris tipis 1 sdt garam 1 sdt gula pasir 1 sdt saus tiram 1 sdm minyak wijen Bumbu iris: 5 siung bawang putih 3 siung bawang merah 2 batang daun bawang dan sledri, iris

Bumbu campuran: 2 sdm minyak wijen 2 sdt saus tiram 3 sdm kecap asin 5 sdm kecap manis 1/2 sdt kaldu sapi bubuk, jika suka 1/2 sdt lada putih bubuk Bumbu lainnya: 3 sdm minyak cabe/cabe rawit iris 100 gram ayam fillet, iris kecil kecil 6 bakso, belah 4 2 butir telur Secukupnya kecap manis 1 gelas belimbing air 5 sdm minyak goreng

Cara membuat: 1. Pertama siapkan bahan-bahan untuk membuat pangsit. Haluskan jadi satu semua bahan, kecuali kulit pangsit dan daun bawang. 2. Bahan isian pangsit dihaluskan, masukan daun bawang iris. Aduk rata. Kemudian, siapkan 1 lembar kulit pangsit beri 1 sdt bahan di isian. 3. Setelah itu, olesin pinggiran kulit pangsit dengan air agar mudah merekat. Lipat kulit pangsit sesuai dengan selera. 4. Panaskan air mendidih. Rebus pangsit hingga mengapung. Kalau sudah mengapung rebus 5 menit lagi agar pangsit matang sempurna. Setelah matang, angkat. Tiriskan.

56

Samantabadra | September 2020

Sumber: https://cookpad.com/id/resep/13238710pangsit-goreng-legino-enak-banget-harus-coba

Bahan sayuran: 1 ikat sawi hijau, iris 1/4 bonggol kol, iris 2 genggam tauge

5. Siapkan bahan-bahan lainnya untuk bumbu dan isian pangsit goreng 6. Panaskan minyak goreng, tumis bawang merah dan bawang putih sampai harum. 7. Kemudian masukan telur dan daun bawang. Aduk rata, masak hingga telur matang. 8. Masukan irisan ayam, bakso, air, bumbu campuran, dan minyak cabe. Masak hingga ayam matang dan mendidih. 9. Tambahkan sawi, kol, dan tauge. Aduk rata. Masak hingga layu. 10. Setelah itu masukan pangsit rebus, tambahkan kecap manis. Aduk rata. Masak hingga pangsit tertutup dengan bumbu matang. Koreksi rasa. 11. Pangsit goreng siap dihidangkan.


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan September 2020 Tanggal 1 2 3 4 5 6

Hari Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu

7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

24 25 26 27 28 29 30 31

Kamis Jumat Sabtu Minggu Senin Selasa Rabu

Jam

Kegiatan

19.00

Pendalaman Gosyo DPW DKI Jakarta

19.00

Pertemuan Ceramah Gosyo Daerah

14.00

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul

19.00

Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang

19.00

Pertemuan Pria Umum

19.00

Pertemuan Cabang

14.00 19.00

Pertemuan Ibu Umum Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang

19.00

Pertemuan Anak Cabang

10.00 19.00

Pertemuan Generasi Muda Daerah Pertemuan Empat Bagian

13.00 19.00

Pendalaman Gosyo Dharma Duta & Luar Daerah Rapat DPW-DPD NSI Jabotabekcul

13.00 16.00 13.00

Gosyo Kensyu Materi Oktober 2020 sesi 1 Gosyo Kensyu Materi Oktober 2020 sesi 2 Pendalaman Gosyo Darma Duta & Luar Daerah

Untuk sementara waktu seluruh kegiatan pertemuan NSI dilakukan secara virtual atau disiarkan secara daring (online). Kanal youtube: https://www.youtube.com/user/NicirenSyosyuIndo Samantabadra | September 2020

57


Buddha Dharma Wihara & Cetya Parisadha Niciren Syosyu Indonesia

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

58

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | September 2020

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.