Samantabadra 2018-01

Page 1

Samantabadra

e Begitu juga Sang Buddha bersemayam pada jiwa kita, sebagaimana adanya api pada batu, serta adanya harta pada permata.

SAMANTABADRA | JANUARI 2018 | NOMOR. 288

Surat Musyimoci e

gosyo kensyu SURAT PERIHAL DOA gosyo cabang PERIHAL WAKTU YANG TEPAT UNTUK MENYEBARKAN DHARMA liputan KESENIAN NSI DALAM PAGELARAN PERAN PEREMPUAN BUDDHIS NUSANTARA

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Januari

2 0 1 8

01 # 288


Partisipasi anggota NSI dalam kegiatan Swayamvara Tripitaka Gatha Tingkat Nasional X tahun 2017 di Magelang, Jawa Tengah. November 2017.

Ketua Umum NSI berbagi pesan damai dalam talkshow dengan tema �Merawat Toleransi, Melintas Sekat Religi� dalam acara Diversity Dinner SabangMerauke: 5 Tahun Merawat Toleransi. Jakarta, 24 November 2017.


Samantabadra Samantabadra

e Begitu juga Sang Buddha bersemayam pada jiwa kita, sebagaimana adanya api pada batu, serta adanya harta pada permata.

SAMANTABADRA | JANUARI 2018 | NOMOR. 288

Surat Musyimoci e

daftar isi

gosyo kensyu gosyo cabang liputan

MEDIA INFORMASI, KOMUNIKASI, PENDIDIKAN, DAN PEMBINAAN UMAT

SAMBUTAN TAHUN BARU Ketua Umum NSI CERAMAH GOSYO Ketua Umum NSI Dharma Duta

LIPUTAN Kesenian NSI dalam Pagelaran Perempuan Buddhis Nusantara GM NSI dalam Kegiatan Bela Negara Nasional Deklarasi Lintas Agama KU NSI dalam FGD Judicial KU NSI Saksi Ahli Buddhis Silaturahmi Tokoh Agama KU NSI dalam Kegiatan SabangMerauke Simposium Peran Ibu dan Ulama Perempuan MATERI AJARAN Gosyo Kensyu Surat Perihal Doa Gosyo Cabang Surat Perihal Waktu yang Tepat Gosyo Suplisi Surat Musyimoci

2 4 8

PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Januari

2 0 1 8

# 288

Forum Diskusi Meningkatkan Mutu Sifat Jiwa CERMIN KEHIDUPAN Ibu Soernijati Susilo

11 12 14 16 20

WAWASAN Makanan Khas Palembang

25 57 62

Untuk saran, masukkan, dan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi: Alamat Jl. Minangkabau No. 23A-25 Jakarta Selatan 12970, Indonesia Telepon (+62 21) 8306059, 8311844 Fax (+62 21) 8314959 E-mail samantabadra.nsi@gmail.com Website http://www.nsi.or.id/ Facebook page http://www.facebook.com/nicirensyosyuindonesia

S

ambut awal tahun dengan semangat yang lebih menggebu. Pemandangan matahari terbit di tepi pantai.

01

10

23

Halaman Muka

SURAT PERIHAL DOA PERIHAL WAKTU YANG TEPAT UNTUK MENYEBARKAN DHARMA KESENIAN NSI DALAM PAGELARAN PERAN PEREMPUAN BUDDHIS NUSANTARA

TOKOH Yudi Latif

22

Januari 2018

KESEHATAN Waspada Difteri

68 70 74 76

10

78

REFLEKSI Tips Menulis Resolusi Meningkatkan Minat Baca

80 82

RUANG ANAK

86

DUKA CITA

87

TTS

88

JADWAL KEGIATAN

89

VIHARA DAN CETYA NSI

90

11

23

PENERBIT Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) PELINDUNG Dewan Pimpinan Pusat NSI PENANGGUNGJAWAB Suhadi Sendjaja PEMIMPIN REDAKSI & EDITOR Samanta TATA LETAK Samanta KONTRIBUTOR Arya, Silviani, Vina P, Kyanne, Phopy. STT No.: 2578/SK/DITJEN PPG/STT/1999

Januari 2018 | Samantabadra

1


sambutan SAMBUTAN TAHUN BARU 2018 KETUA UMUM PARISADHA BUDDHA DHARMA NICIREN SYOSYU INDONESIA

Nammyohorengekyo, Umat NSI yang saya banggakan, Semakin berkembangnya peradaban manusia ternyata tidak membuat kita semakin baik dalam berinteraksi sosial dengan sesama. Hingga saat ini, sentimen sosial yang melibatkan isu perbedaan suku, agama, ras, dan golongan (SARA), masih menggelora di tengah-tengah kita. Bisa jadi karena pengalaman pribadi kita yang tidak mengenakan ketika berinteraksi dengan orang lain dengan latar belakang sosial yang berbeda, atau hanya karena pelabelan yang diwariskan dari orang-orang di sekitar kita walau belum pernah berinteraksi langsung. Di tambah lagi, para oknum aktor politik yang dengan piawai menggunakan isu-isu tersebut untuk mencapai sasaran politiknya. Di tengah situasi politik Indonesia yang makin menghangat menuju pemilihan presiden di tahun 2019, kita sebagai umat Buddha, perlu bersikap dewasa dalam menyikapi pemberitaaan di media massa dan sosial media yang diramaikan dengan penyimpangan fakta dan penyebaran informasi yang tidak akurat (hoax), terutama yang perlu kita waspadai adalah informasi-informasi yang bersinggungan dengan unsur SARA. Dengan kedewasaan berpikir dan dilandasi ajaran Buddha, hendaknya kita bangun ketahanan pikiran kita untuk tidak membiarkan emosi kita tersulut yang dapat mengakibatkan prasangka buruk, sikap-sikap diskriminatif, maupun hal lain yang membuat hubungan sosial kita dengan orang lain menjadi buruk. Umat NSI yang saya hormati, Tahun baru menandai bertambahnya usia. Namun hal tersebut tidak selalu sejalan dengan bertambahnya kedewasaan dan kebijaksanaan kita. Adanya orang-orang yang sudah bertemu dengan hukum agung Nammyohorengekyo, namun perilakunya tidak mencerminkan kebijaksanaan; mengutamakan kesenangan pribadi dengan mengorbankan orang lain, bergunjing, berprasangka buruk yang menghasilkan perbuatan tidak menyenangkan terhadap orang lain, hanya bisa berarti belum mampunya seseorang untuk mengamalkan nilai-nilai Buddhisme di dalam kehidupannya. Hal ini tentu disayangkan, karena waktu terus berjalan, sedangkan kesempatan kita untuk menjadi mewujudkan kebuddhaan terus berkurang tahun demi tahun. Di tahun baru ini, saya juga ingin menyoroti perlunya peningkatan kewaspadaan para pimpinan NSI di tingkat wilayah, daerah, cabang, dan anak cabang, terhadap penguatan pembinaan umat NSI di ranahnya masing-masing. Terutama di tingkat anak cabang dan cabang, perangkat pengurus NSI hendaknya lebih proaktif dalam memberikan layanan tanpa pamrih, memberikan perhatian yang proporsional terhadap kondisi kehidupan anggotanya, menyampaikan ajaran Buddha Niciren Daisyonin dengan pendekatan kemanusiaan, sehingga mereka bisa memberdayakan diri mereka untuk menerima kenyataan dan mengatasi tantangan hidup. Pelayanan ritual seperti upacara pemberkahan pernikahan, upacara kematian, juga perlu dilakukan secara memadai dan meninggalkan kesan yang baik bagi pihak umat yang bersangkutan. 2

Samantabadra | Januari 2018


Umat NSI yang berbahagia, Waktu adalah suatu perjalanan unik. Bagi sebagian orang, setahun bisa terasa seperti sewindu. Bagi sebagian lainnya, mungkin terasa seperti sejentikan jari. Padahal, satuan waktu tersebut berlaku sama bagi kita semua. Waktu 24 jam sehari, bisa diisi dengan berbagai kegiatan dan keputusan penting oleh seorang presiden. Di sisi lain, waktu 24 jam bisa dihabiskan dengan tidur dan berleha-leha. Waktu tidak pernah bergerak mundur, tidak dapat pula diputar kembali. Pengalaman demi pengalaman di masa lalu hendaknya menjadikan kita sebagai manusia yang lebih bijaksana. Oleh karena itu, saya mengimbau kepada umat NSI sekalian untuk lebih menghargai waktu. Melakukan hal-hal yang bermanfaat dan memberikan dampak sosial positif terhadap keluarga, susunan NSI, dan lingkungan tempat kita bermasyarakat. Jangan biarkan kebodohan menguasai diri dan membuat kita menghabiskan waktu dengan hal-hal yang menjauhkan kita dari jalan kebuddhaan. Hidup manusia cenderung dikuasai dengan keserakahan, kemarahan, dan kebodohan. Hal ini membuat kita angkuh dan terperangkap dalam ilusi keabadian hidup. Namun kita akhirnya melihat perubahan di sekitar kita yang begitu cepat; kerutan di wajah, rambut yang memutih, penyakit yang datang silih berganti, melihat orang-orang di sekitar kita datang dan pergi dari kehidupan kita. Perlahan kita menyadari bahwa hidup tidak selamanya. Bahkan Buddha mengingatkan bahwa setiap saat bisa jadi adalah saat ajal kita. Apabila kita dihadapkan pada ajal saat ini, mungkin ketiga racun sekejap menciut dan memaksa kesadaran kita untuk timbul. Saat itu, kita baru bisa benar-benar mendefinisikan makna hidup sesungguhnya yang kita jalani dan hal-hal apa yang paling berarti bagi kita. Namun sebelum kita benar-benar tiba pada saat ajal, ada baiknya sekarang kita melatih kesadaran kita pada saat daimoku dan gongyo, merefleksikan arti hidup kita bagi diri sendiri dan orang lain sehingga tidak ada terlalu banyak penyesalan dalam hidup di kemudian hari. Hidup menawarkan kesempatan yang tidak terbatas. Seringnya, kesesatan diri kita yang membatasi diri kita sendiri untuk maju dan berkembang. Egoisme menghalangi kita untuk hidup berdampingan dan berbagi. Padahal, itu adalah cara terbaik untuk mengeksplorasi hidup dengan penuh makna dan mempraktikkan dharma dalam kerangka welas asih dan maitri karuna. Oleh karena itu, senantiasa perkuat hati kepercayaan kita kepada Gohonzon. Bukan semata-mata aktivitas ritualnya, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa menerapkan Buddhisme ke dalam sikap dan perilaku hidup sehari-hari, sehingga membuat lingkungan dan orang-orang di sekitar kita merasakan kenyamanan dan manfaat dari kehadiran kita. Selamat tahun baru 2018. Mari semakin giat mengamalkan Buddha dharma di dalam pikiran, ucapan dan perilaku kita. Jakarta, 01 Januari 2018 MPU. Suhadi Sendjaja Ketua Umum

Januari 2018 | Samantabadra

3


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Ketua Umum NSI Maha Pdt. Utama Suhadi Sendjaja Surat Perihal Bukti Terang Saddharmapundarika-sutra Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 26-27 November 2017

Nammyohorengekyo, Kalau kita beragama, khususnya agama Buddha, kita harus percaya dengan adanya tiga masa, yaitu masa lampau, sekarang dan yang akan datang. Ketiga masa ini sambung-menyambung dan saling berkaitan. Oleh karena itu, kita mempunyai kisah dan karma masa lampau. Gosyo ini secara khusus diberikan kepada ayah dari Nanjo Syiciro Jiro Tokimitsu, yang mau menjalankan hati kepercayaan tetapi mendapatkan banyak rintangan. Gosyo ini secara mendalam menceritakan tentang “iblis”, yang mana bermakna kelemahan atau kesesatan yang ada di dalam diri kita sendiri. Perlu diketahui, di dalam diri kita ini terdapat dua kehadiran, yaitu jiwa Buddha atau kesadaran, dan jiwa iblis atau kesesatan. Agama Buddha mengajarkan kita untuk membangkitkan kekuatan 4

Samantabadra | Januari 2018

dari dalam diri sendiri, dan melemahkan kesesatan pokok jiwa. Kita hendaknya tidak kalah dengan kelemahan yang ada dalam diri kita sendiri, tetapi menonjolkan jiwa Buddha kita. Cara memunculkannya, yaitu dengan percaya kepada Nammyohorengekyo. Hanya dengan Nammyohorengekyo, kita akan memiliki kekuatan untuk mengalahkan kesesatan. Maka, ayah dari Nanjo pun kemudian dapat mengalahkan penyakitnya dan “bangkit” kembali. Gosyo ini kemudian juga disebut surat perihal mati dan hidup kembali. Agama bukanlah suatu tujuan, tujuan kita adalah mencapai kesadaran Buddha. Agama Buddha mengantar kita untuk mencapai kesadaran Buddha dengan kendaraan Sapi Putih Agung. Gosyo ini sesungguhnya saling melengkapi dengan gosyo tentang Kereta Sapi Putih Agung. Kereta Sapi Putih Agung merupakan kiasan yang

menggambarkan kendaraan yang mengantarkan kita sampai ke kesadaran Buddha. Kendaraan ini dihiasi berbagai macam permata. Permatanya adalah sama seperti menara pusaka yaitu tujuh pusaka. Kita menyadari bahwa agama bukanlah tujuan, melainkan sebuah upaya atau jalan penghidupan yang benar, sehingga kita bisa hidup harmonis dengan manusia lainnya. Walaupun agama Buddha Niciren Syosyu lahir dan berkembang di Jepang, NSI memiliki identitas sebagai agama nusantara. Di luar konteks ritual, budaya NSI adalah budaya Indonesia. Maka dari itu kita adalah Niciren Syosyu Indonesia, bukan Niciren Syosyu di Indonesia. Semua agama mengajarkan umatnya untuk hidup berdampingan dengan harmonis dengan umat lainnya. Tujuan dari ajaran agama sesungguhnya


adalah agar manusia bisa mengembangkan sifat kemanusiaan, membimbing kita sehingga rasa kemanusiaan kita semakin tinggi. Dengan demikian, kita bisa hidup berdampingan dengan manusia lainnya dengan latar belakang agama dan budaya apapun. Dalam menjalankan ritual agama atau ibadah, masingmasing pemeluk agama tetap menjalankannya masing-masing menurut kepercayaannya, tanpa intervensi dari pemeluk agama lain. Hal ini sesuai dengan UUD 1945 yang menyatakan warga negara Indonesia dapat menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing. Kita harus bisa membedakan, waktu kita beragama, jalankan masing-masing sesuai dengan agamanya. Namun ketika kita hidup dalam bermasyarakat kita dapat berteman dengan siapa saja, dari agama manapun, dari Sabang sampai Merauke, bahkan kita dapat berteman dengan orang berbeda bangsa. Agama seharusnya dapat membuat kita menjadi pintar, sehingga kita bisa meningkatkan kesadaran dan kecerdasan kita. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan intelektual, dengan dasar agama Buddha.

Agama bukanlah tujuan, agama merupakan dasar supaya kita menjadi manusia yang terus meningkat kualitasnya. Menjadi manusia yang semakin baik dari hari ke hari. Jika kualitas diri kita meningkat, maka tingkat kebahagiaan kita pun ikut meningkat. Hal tersebut juga akan meningkatkan kesehatan tubuh kita. Kualitas hubungan sosial kita juga meningkat. Kesadaran Buddha dapat meningkatkan kualitas segala aspek dalam hidup kita, seperti kebahagiaan, kesehatan, hubungan sosial, sehingga kita dapat menjalani hidup yang berkualitas. Yang dimaksud karma tetap adalah umur. Dalam hidup, umumnya hal yang paling kita pertahankan adalah umur. Saat rumah kita kebakaran, kita lebih memilih lari menyelamatkan diri daripada menyelamatkan berlian serta emas. Kita lebih memilih menyelamatkan hidup kita dari pada menyelamatkan harta. Ini salah satu bukti bahwa kita lebih menyayangi diri kita. Umur lebih berharga daripada berlian, dan emas. Kita senantiasa mengupayakan agar umur atau jiwa kita bertahan lebih lama. Sebagai contoh, setiap hari mengikuti senam pagi, taichi, kalau sakit segera ke dokter. Semua usaha kita lakukan untuk memperpanjang usia. Di samping itu, apabila kita melakukan usaha-usaha

kosenrufu, otomatis umur atau karma tetap (usia) kita akan diperpanjang. Ketika misalnya kita dihadapkan dengan sakit keras, kita punya rejeki jiwa untuk sembuh dan kembali menjalankan usahausaha kosenrufu tersebut. Niciren Daisyonin tidak semata-mata memarahi Raja Yama tanpa dasar yang kuat. Bukan karena semata-mata Nanjo Tokimitsu merupakan penganut lalu kemudian diusahakan untuk memiliki umur panjang. Buddha Niciren Daisyonin melihat cara hidup dari ayahnya Nanjo Tokimitsu (Ueno Dono). Ayahanda dari Nanjo merupakan umat yang mempertahankan Saddharmapundarika-sutra. Saat Ayah Nanjo syinjin, masalah yang berkaitan dengan tekanan-tekanan terhadap penganut maupun agama Buddha Niciren Syosyu itu sedang gencar-gencarnya. Kemudian saat ia syinjin, ia tidak hanya mendapat tekanan dari pemerintah saja, hidupnya sehari-haripun terancam. Ia mengalami ancaman, penyiksaan, barangbarangnya miliknya diambil. Dalam tekanan seperti itu, ia tetap menjalankan syinjin dan malah mendukung Buddha Niciren Daisyonin. Maka itu Buddha Niciren Daisyonin berdasarkan cara hidup Ayah Nanjo Tokimitsu yang bersungguh-sungguh menjalankan syinjin, Buddha akan menegur Raja Yama. Januari 2018 | Samantabadra

5


Buddha Niciren menegur Raja Yama untuk mengingatkan Raja Yama akan janjinya. Raja Yama berjanji di hadapan Buddha dalam persamuan agung bahwa ia akan melindungi orang-orang yang sungguhsungguh menjalankan syinjin dan penyebarluasan Nammyohorengekyo. Bila Raja Yama tidak melakukan hal tersebut, kepalanya akan pecah menjadi tujuh, dan ia akan menelan pedang tanpa sarung. Hal ini terdapat dalam Gohonzon sebelah kanan, tertulis menjadi tujuh bagian kepalanya. Maka itu Buddha Niciren Daisyonin mengingatkan Raja Yama, untuk memperpanjang karma tetap dengan mengamati cara hidup dari Ayah Nanjo Tokimitsu. Hidup kita harus digunakan untuk mengembangkan susunan, kosenrufu, maka usia kita akan diperpanjang. Usaha penyebarluasan dharma ini harus kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan rajin. Jika kita sungguhsungguh melakukan usaha kosenrufu, umur kita otomatis akan diperpanjang. Jadi tergantung cara hidup kita digunakan untuk apa, baru usia kita bisa diperpanjang. Kembali lagi ke tujuan kita yang sebenarnya, yaitu mencapai kesadaran Buddha. Sungguh luar biasa agama ini, dapat menjamin pencapaian kesadaran Buddha dan dapat 6

Samantabadra | Januari 2018

menjamin perpanjangan usia. Nammyohorengekyo adalah rajanya sutra. Kita beruntung dan berejeki dapat berjodoh dengan Nammyohorengekyo. Kalau kita menjalankan dengan sungguh-sungguh laksanakan dan kita hayati, kita pasti bisa mencapai kesadaran Buddha, menjadi orang yang paling istimewa. Dalam keluarga Nanjo Tokimisu, anggota keluarganya rata-rata hanya berusia hingga 40 tahun. Nanjo Tokimitsu sudah diperpanjang usianya selama beberapa tahun. Bahkan adiknya Nanjo Tokimitsu meninggal lebih dulu, padahal usianya lebih muda dari pada kakaknya. Tetapi Nanjo Tokimitsu umur 70 tahun lebih baru meninggal. Orang yang bertemu Sadharmapundarikasutra dalam kehidupan kali ini pasti dalam kehidupan lampau pernah menyumbang kepada ribuan bahkan milyaran Buddha. Menyumbang kepada ribuan dan milyaran Buddha merupakan karma baik yang besar. Berdasarkan perbuatan baik tersebut imbalannya, dapat bertemu Saddharmapundarika-sutra dalam kehidupan kali ini. Ketika Buddha Sakyamuni dan Buddha Niciren masih hidup, menyumbang Buddha-Buddha adalah perbuatan karma baik, seperti menyumbang kepada ribuan milyaran Buddha. Namun apakah yang sesungguhnya

dimasud dengan menyumbang “Buddha�? Buddha itu adalah kesadaran. Lalu ada di manakah Buddha? Ada dalam jiwa kita. Dengan demikian, “menyumbang kepada ribuan Buddha� berarti menyumbang kepada ribuan manusia, dengan menyumbang hukum, menyumbang tenaga dan menyumbang materi, atau berdana paramita. Kita lakukan hal tersebut dulu dalam setiap kehidupan kita, penyebarluasan Dharma. Pimpinan NSI sesungguhnya memiliki kesempatan yang luar biasa untuk berbuat baik, karena sebagai pengurus memiliki kesempatan untuk menyumbangkan hukum, menyebarluaskan Nammyohorengekyo. Hal tersebut merupakan sumbangan terbesar untuk Buddha. Walaupun kita sudah menyumbang kepada ribuan Buddha, apabila kita masih melakukan pemfitnahan dharma sesungguhnya kita belum benar-benar mempercayai Saddharmapundarika-sutra. Hal ini yang menyebabkan kita walaupun berjodoh dengan Nammyohorengekyo tetapi masih belum bisa menghadapi kesulitan hidup dengan bijak. Apa yang dimaksud dengan memfitnah Saddharmapundarika-sutra? Yang dimaksud dengan memfitnah dharma adalah dengan tidak mempercayai


Saddharmapundarika-sutra. Kita memang datang kensyu dan pertemuan, namun sudahkah kita sungguhsungguh percaya dengan Saddharmapundarika-sutra? Gongyo rutin setiap hari bukan satu-satunya ukuran kepercayaan seseorang. Jika menghadapi masalah, apakah kita selalu mengacu ke Sadddharmapundarikasutra untuk penyelesaiannya? Kemudian ada ukuran lain mengenai ketidakpercayaan terhadap Saddharmapundarika-sutra yaitu kita menjalankan 14 pemfitnahan dharma, antara lain seperti meremehkan orang, benci, iri hati dan sebagainya. Niciren Daisyonin berkata kita tidak perlu kecil hati apabila kita masih sering terjatuh dalam kesesatan jiwa. Beliau menjelaskan bahwa ketika kita terjatuh karena memfitnah Saddharmapundarika-sutra, kita pun dapat bangkit lagi karena Saddharmapundarikasutra. Kita jatuh ke tanah, kita mampu menjejak tanah untuk bangkit kembali. Maka itu dalam kehidupan kali ini berkesempatan bertemu dengan Saddharmapundarikasutra, ayo kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas kehidupan kita. Walaupun dulu pernah melakukan banyak pemfitnahan dharma, kalau

sekarang kita menjalankan dengan sungguh-sungguh, semua akan terhapuskan dengan kekuatan Nammyohorengekyo, yaitu dapat membuka kesadaran Buddha kita, hidup kembali serta bulat sempurna. Tiga makna Myo adalah Syo Sei (Hidup Kembali), Bulat Sempurna dan Kai (Dapat membuka kesadaran Buddha kita). Dalam Nammyohorengekyo terdapat 3 makna gaib Myo yang luar biasa yaitu pertama dapat membuka jiwa Buddha kita. Kedua, bisa hidup kembali, seperti ayahnya Nanjo Tokimitsu, yang harusnya sudah meninggal, diperpanjang usianya. Dan ketiga, makna Myo yang terakhir adalah bulat sempurna, kita dapat menjadi manusia yang bulat sempurna. Di alam semesta ini bentuk yang paling sempurna adalah lingkaran. Membuka, hidup kembali dan bulat sempurna, jika kita menjalankan dengan sungguh-sungguh pasti kesadaran Buddha akan tercapai. Nammyohorengekyo. Kepercayaan yang sungguhsungguh kepada Gohonzon adalah kepercayaan yang total, di antaranya dengan turut aktif dalam kegiatankegiatan susunan NSI. Tahun 2018 NSI berencana untuk memperingati hari jadinya di Senayan. Selain itu, KGM yang akan diadakan Desember ini NSI akan mengundang Yudi

Latief, untuk menjelaskan perihal pengamalan Pancasila. Dia bersedia untuk datang ke NSI. Sebelumnya, tokohtokoh nasional Indonesia telah hadir di kegiatan NSI untuk memberikan pandangan dan wawasannya, seperti Imam Prasojo, Komarudin Hidayat, Rhenald Kasali, Radhar Panca Dahana, Sarlito Wirawan. Beberapa waktu yang lalu, saya juga bertemu dengan anggota yang tinggal di Papua. Saya mengajak dia untuk membangun susunan di sana. Kita akan mulai gerakan membangun susunan di Papua. Tanggal 15 Desember kita akan berkunjung ke Kuching, Malaysia. Kita menjalin persahabatan dengan teman-teman kita di Kuching, serta di Johor. Kunjungan ini merupakan sebuah gerakan kemanusiaan. Kunjungan ke Kuching merupakan fasilitasi dari susunan supaya umat NSI dapat menjalankan pertapaan yang sungguh-sungguh, yaitu mengagungkan dharma. ***

Januari 2018 | Samantabadra

7


ceramah gosyo

Rangkuman Ceramah Dharma Duta Ibu Irawati Lukman Surat Perihal Bukti Terang Saddharmapundarika-sutra Disampaikan pada Kensyu Gosyo Umum, Mahavihara Saddharma NSI 26-27 November 2017

Gosyo ini berjudul Surat Perihal Bukti Terang Saddharmapundarika-sutra. Bukti terang berarti semua hal yang tercantum di dalam sutra memiliki bukti nyata, terutama mengenai setiap umat memiliki jiwa Buddha dan dapat mencapai kesadaran Buddha. Gosyo ini diberikan kepada Syiciro Jiro Tokimitsu, yang ditulis pada tanggal 28 bulan 2 tahun 1282 di Gunung Minobu. Syiciro Jiro Tokimitsu, adalah murid Buddha Niciren yang teladan. Pada awalnya, Syiciro Jiro Tokimitsu, mengenal hukum Nammyohorengekyo dari ayahnya yang pada saat itu sedang sakit dan dijenguk oleh Buddha Niciren. Setelah sang ayah meninggal dunia, Syiciro Jiro Tokimitsu tetap menjalankan hati kepercayaannya dengan dukungan dan semangat dari ibunya. Pada saat Syiciro Jiro Tokimitsu, berusia 16 tahun, 8

Samantabadra | Januari 2018

keluarganya mendengar kabar bahwa Buddha Niciren berada di Gunung Minobu, maka setiap tahun Syiciro Jiro Tokimitsu selalu mengirimkan sumbangan untuk dipersembahkan ke Buddha Niciren. Semangat dana paramita Syiciro Jiro Tokimitsu yang tidak pernah putus membuat Buddha Niciren mengutus Nikko Syonin untuk menjenguk, yang kemudian terjadi dialog, dan timbul semangat Syiciro Jiro Tokimitsu untuk melaksanakan penyebarluasan Dharma atau syakubuku. Kemudian muncul tiga orang petani yang mau menyumbangkan jiwa raga untuk Gohonzon, yang akhirnya dipenggal karena lebih memilih meneruskan hati kepercayaannya. Karena kasus ini Buddha Niciren mewujudkan Dai Gohonzon karena percaya bahwa

kepercayaan umat sudah tepat. Pada waktu sebelum surat ini ditulis, tiga hari sebelumnya, Syiciro Jiro Tokimitsu sudah jatuh sakit karena kelelahan, kemudian Niciren menuliskan surat untuk terus menyemangati Syiciro Jiro Tokimitsu agar tidak kalah dengan suasana. Pada isi gosyo ini, Niciren Daisyonin mempertanyakan apa buktinya orang yang benar-benar percaya dan melaksanakan pertapaan kebuddhaan. Buddha Niciren menerangkan bahwa orang yang dapat terlahir sebagai manusia dan bertemu dengan hukum Nammyohorengkeyo adalah orang yang telah menyumbang puluhan milyar kepada Buddha di masa lampau. Namun, jika kita telah terlahir sebagai


manusia dan bertemu hukum agung ini, tetapi tidak menjalankan sesuai dengan Saddharmapundarika-sutra, maka kita telah memfitnah Dharma. Kita terkadang lupa dengan tugas kita sebagai Boddhisatva yang muncul dari bumi, maka dari itu terkadang hidup kita masih mengalami kesulitan. Akan tetapi, karena kita pada kehidupan sebelumnya telah menyumbang kepada seribu Buddha, kita juga akan mendapatkan uluran bantuan dari Saddharmapundarika-

sutra, kemudian kita pasti dapat tersadarkan lagi, dan kemudian akan dapat mencapai kesadaran Buddha. Kita hendaknya sadar bahwa kita sangat beruntung telah bertemu dengan hukum agung yang ini karena hanya hukum ini yang dapat membahagiakan semua umat dan kita semua dapat mencapai kesadaran Buddha. Tanpa kepercayaan kepada Gohonzon, tidak mungkin kita dapat menghapuskan karma dosa tetap. Tak seorang pun yang dapat membantu kita untuk

meringanan kesulitan yang sedang kita hadapi. Namun, jika kita sungguh-sungguh percaya dan melaksanakan ajaran, kita dapat mengubah nasib dari akar pokok. Selain itu kita juga dapat memunculkan Prajna Buddha dan mencapai kesadaran Buddha. ***

Catatan

Januari 2018 | Samantabadra

9


liputan

GRUP KESENIAN NSI DALAM PAGELARAN PERAN PEREMPUAN BUDDHIS NUSANTARA Penampilan Tarian Ampun Teuing oleh Umat NSI Banten

Penampilan Grup Angklung Pundarika NSI

P

ada Hari Sabtu, 18 November 2017 NSI diundang dalam Pagelaran Peran Perempuan Buddhis Nusantara dan berksempatan mempersembahkan kesenian pada acara tersebut yang diselenggarakan di Emporium Pluit Mall. Dalam kegiatan tersebut NSI diundang untuk menampilkan 2 tarian daerah yaitu Tari Ampun Teuing dan Tarian Lenggang Jakarta yang dibawakan oleh 16 orang dan pertunjukkan musik Angklung yang dibawakan oleh segenap umat NSI dari wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten yang berjumlah 55 orang. Grup Angklung Pundarika NSI mengalunkan 5 buah lagu yaitu Indonesia Pusaka, Wanita, Island Capuli, Alusiau, dan Tanah Air. 10

Samantabadra | Januari 2018

Ketua Umum NSI beserta Ibu foto bersama dengan anggota Tim Tarian Ampun Teuing

Kegiatan ini menindaklanjuti pertemuan tentang kegiatan pengembangan seni, budaya dan ekonomi kreatif yang diselenggarakan oleh Ditjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI serta menggali potensi yang ada dan keja sama antara organisasi Wanita Buddhis Indonesia. Grup kesenian NSI tampil dengan penuh semangat bergelora dan wajah penuh antusias mengikuti pagelaran peran perempuan Buddhis Nusantara tersebut. Bagi umat NSI, makna mengikuti kesenian adalah bagian dari iman sebagai pengalaman untuk Buddha Dharma dan hukum Myohorengekyo sebagai Bodhisatva yang muncul dari bumi yang turut serta menjaga warisan dan cinta tanah air agar

Penampilan Tarian Lenggang Jakarta oleh Umat NSI DKI Jakarta

membawa kemakmuran dan kebahagiaan untuk orang lain maupun diri sendiri sebagai salah satu revolusi mental dan perombakan sifat jiwa untuk hidup mandiri merubah karma berat menjadi ringan. Semangat dan kegembiraan yang dirasakan oleh grup kesenian NSI tidak lain adalah untuk memajukan bangsa dan menyebarluaskan Dharma. Semangat ini yang harus senantiasa dijaga sehingga melalui kesenian ini timbul getaran-getaran dalam menyebarluaskan Dharma seperti tugas Bodhisatva Gadgaswara. (vp)


Generasi Muda NSI Ikut Berpartisipasi dalam kegiatan Beneran Indonesia (BEla NEgaRA Nasional INDONESIA)

S

abtu, 18 November 2017 Generasi Muda NSI ikut serta dalam kegiatan Beneran Indonesia© (BEla NEgaRA Nasional INDONESIA) yang dilaksanakan di Perpustakaan Nasional RI Lt. 4, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, Gambir, Jakarta Pusat. Kegiatan ini diikuti oleh peserta siswa/i SLTA dari berbagai latar belakang suku dan agama dan NSI mendelegasikan 10 (sepuluh) orang siswa/i SMA untuk megikuti kegiatan tersebut. Kegiatan Beneran Indonesia© adalah Sistem/ Aplikasi yang menyajikan pelajaran karakter dan kewarganegaraan dalam bentuk interaktif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat untuk mendorong peserta dari berbagai latar belakang berkerja sama untuk berkontribusi bagi kesejahteraan serta menciptakan solusi bagi permasalahan yang ada di komunitasnya, dan menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan semangat generasi muda bangsa yang mengobarkan persatuan dalam identitas keberagaman bangsa, mengadopsi fakta diri bangsa sebagai negara kepulauan yang

terikat dalam sebuah semangat, Indonesia. Perkenalan Sistem/ Aplikasi Beneran Indonesia©, dilaksanakan dalam bentuk sebuah kegiatan: A C I - Aku Cinta Indonesia yakni dengan seminar kebangsaan interaktif yang diadakan sehari penuh dengan menyajikan pelajaran karakter dan kewarganegaraan dalam bentuk permainan dan kompetisi, sehingga relevan buat generasi milenial yang dikemas menjadi 5 pos (di tempat-tempat historis di sekitar Jakarta) yang mana pada disetiap pos, peserta akan menyelesaikan berbagai kuis dan permainan yang berkenaan dengan Pancasila Sila Pertama hingga Sila Kelima, serba serbi Indonesia serta menganalisa masalah yang berkenaan dengan lokasi pos tersebut. Generasi Muda NSI telah menunjukkan sikap yang baik serta semangat yang tetap mengalir sampai acara Beneran Indonesia© selesai. Avia, Wakil Ketua Penyelenggara acara mengatakan bahwa “GM NSI luar biasa, sikap, semangat, dan partisipasinya di dalam acara tersebut telah memberi warna indah dan getaran baik untuk rekan-rekan dari agama lain.” Arya Prasetya, sebagai pendamping delegasi siswa/i GM NSI yang mengikuti

acara tersebut mengatakan bahwa “Jika pada acara tadi bertujuan untuk mencari dan menemukan pusaka-pusaka, sebetulnya Buddha Niciren sudah membimbing kita bahwa Pusaka yang paling berharga sudah ada di dalam diri kita, dengan Nammyohorengekyo kita adalah Stupa Pusaka sejati”, pungkasnya. (vp)

Suasana diskusi dalam kegiatan Beneran Indonesia© yang diikuti oleh siswa/i SMA dari berbagai latar belakang suku dan agama.

Keceriaan dan kegembiraan GM NSI tetap mengalir sampai acara Beneran Indonesia© selesai.

Januari 2018 | Samantabadra

11


Deklarasi Bersama Lintas Agama Untuk Menuntut Israel Menghentikan Penjajahan Atas Bangsa Palestina

Suasana pertemuan para pemimpin lintas agama Indonesia sikapi penjajahan Israel atas Palestina di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Jumat (03/11/2017).

T

okoh Lintas Agama di Indonesia Jumat (03/11/2017), Organisasi Lintas Agama Indonesia. Sejumlah tokoh lintas agama bersama Amnesty International melakukan dialog sekaligus menyatakan sikap serta membuat deklarasi bersama terkait 50 Tahun Pendudukan Israel atas Palestina. Mereka mengecam pendudukan yang selama ini terjadi karena banyak merampas hak kemanusiaan warga Palestina dan juga menuntut agar Israel menghentikan segala kekerasan terhadap warga Palestina. Dialog Lintas Iman yang digelar di Kantor PBNU, Jl 12

Samantabadra | Januari 2018

Kramat Raya, Jakarta Pusat ini dihadiri oleh Tentrak Siagian dari Persekutuan Gereja-gereja Indoesia (PGI), Romo Agus Ulahayan dari Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Nengah Darmawan selaku Sekretaris Hukum dan HAM (PHDI), Arya Prasetya mewakili Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Peter Lesmana selaku Sekretaris Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin), Ketua Umum Besar Nahdatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqil Siradj, Duta Besar Palestina untuk Indonesia Taher Ibrahim, dan Lina dari Perwakilan Amnesty Intrnasional.

“Sejak pendudukan tersebut terjadi pada Juni 1967, kebijakan Israel yang kejam terkait perampasan tanah, pembangunan perumahan ilegal ditambah dengan perlakuan diskriminatif telah membuat warga Palestina dari beragam latar belakang agama yang tinggal di wilayah pendudukan semakin menderita karena kehilangan hak dasar mereka,� kata salah satu perwakilan dari agama Buddha, Arya Prasetya. Oleh sebab itu, katanya, Organisasi Lintas Agama Indonesia mengecam dengan keras pendudukan Israel di wilayah Palestina dan meminta agar


semua bentuk pelanggaran yang terjadi di wilayah pendudukan dihentikan,” katanya. “Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, Israel telah merampas tanah milik ribuan warga Palestina dan menempati wilayah milik Palestina secara ilegal. Dengan mendirikan pemukiman ekslusif bagi warga Yahudi Israel,” tuturnya. Dengan itu, katanya, hampir semua komunitas masyarakat Palestina tergusur akibat pembangunan pemukiman tersebut. “Rumah warga Palestina dan mata pencaharian mereka telah hilang. Mereka juga telah dibatasi ruang geraknya dan akses untuk mendapatkan air, tanah dan kekayaan alam dipersempit,” tandasnya. Gerakan lintas agama di Indonesia, kata Arya, meminta pemerintah Indonesia untuk berpegang pada kewajibannya menurut hukum internasional. “Untuk tidak mengakui pendudukan Israel dan juga ikut aktif bekerjasama dengan negara-

negara lain di dunia untuk menghentikan pendudukan tersebut,” tegasnya. “Kami, perwakilan dari organisasi lintas agama Indonesia, mengecam keras pendudukan Israel di wilayah Palestina dan meminta agar semua bentuk pelanggaran yang terjadi di wilayah pendudukan dihentikan,” ucap para pemuka agama dalam deklarasi bersama dalam acara ‘Calling to End Israeli’s Occupation on Palestinian Territories’. “Sebagai gerakan lintas iman di Indonesia, kami meminta pemerintah RI berpegang pada kewajibannya menurut hukum internasional untuk tidak mengakui pendudukan Israel dan juga ikut untuk bekerja sama dengan negara-negara lain di dunia untuk menghentikan pendudukan tersebut,”. Sejak awal, Indonesia selalu mendukung perjuangan bangsa Palestina dalam mendirikan negara independen dan berdaulat. Dukungan disampaikan semua elemen

bangsa Indonesia. Jika tidak ada langkah konkret di kancah global untuk menghentikan pelanggaran Israel, maka penderitaan warga Palestina bisa semakin memburuk. Pendudukan Israel di tanah Palestina mengarah pada kejahatan perang berdasarkan hukum internasional. Hal ini menciptakan tanggung jawab bagi negara-negara di dunia untuk menghentikan pendudukan tersebut. Selama beberapa dekade terakhir, Israel secara terbuka melanggar hukum internasional dengan cara memperluas permukiman bagi warganya di wilayah pendudukan. Deklarasi tersebut ditandatangani oleh Nahdhatul Ulama (NU), Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI), Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI), dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin). Referensi: https://www.youtube.com/ watch?v=QiOEm0HKvXY https://20.detik.com/embed/171103056

Januari 2018 | Samantabadra

13


Ketua Umum NSI Menjadi Narasumber Dalam FGD Judicial Corruption Watch

Ketua umum NSI bersama narasumber lainnya berfoto bersama seusai acara FGD

K

etua umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja, diundang menjadi narasumber/expert dalam FGD yang bertajuk “Agama Dan Keadilan Dalam Perspective : Judicial Corruption Watch� yang di gelar di Kantor Komisi Yudisial, Jalan Kramat Raya No 57 Jakarta, Jakarta pada Selasa, 14 November 2017. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Komisi Yudisial Republik Indonesia Sekretariat Jenderal dalam rangka melaksanakan tugas 14

Samantabadra | Januari 2018

menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Dengan adanya contoh fakta yang terjadi akhir-akhir ini: tangkap tangan unsur pengadilan seperti Ketua Pengadilan, Hakim, Panitera yang dilakukan oleh KPK, telah mencoreng lembaga peradilan yang tentunya berimbas pada penegakkan hĂźkum di Indonesia. Moralitas dari unsur pengadilan menjadi sangat dipertanyakan. fakta tentang

operasi tangkap tangan yang dilakukan oleh KPK terhadap dunia peradilan di Indonesia seharusnya menjadi keprihatinan bersama. Bagaimana tidak, institusi yang menjadi pengawal terakhir dalam penegakan hukum telah melakukan perbuatan yan tidak hanya melanggar hukum namun juga melanggar moral, etika, serta agama,yakni menerima suap. Kegiatan FGD ini dihadiri oleh Buya Ahmad Syafii Maari, KH Masdar


F Masudi, KH Nazaruddin Umar, Komaruddin Hidayat, Yunahar Ilyas, Ibu Alissa Wahid, Romo Benny Susetyo, Wisnu Bawa Tama (Ketu Umum PHDI), Suhadi Sendjaja (Ketua Umum Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia), Sekjen Kantor Wali gereja Indonesia (KWI) dan Sekjen Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia. Tujuan kegaiatn ini adalah membuat visi keadilan Indonesia melalui gerakan anti korupsi bersama dengan komunitas lintas agama merumuskan konsepkonsep pencegahan korupsi dan ketidakadilan sesuai perspektif agama-agama di Indonesia, memperoleh masukan dan penjaringan aspirasi dalam penanganan judicial corruption watch, membuat komitmen bersama dan partisipasi para pemuka lintas agama dan komunitasnya, membuat strategi terpadu dan terkoordinasi dalam mengawasi dunia peradilan. Setelah acara pembukaan, diskusi ini diawali dengan dengan pemaparan latar belakang pemikiran agama dan keadilan dalam perspektif judicial watch. Setelah itu dilanjutkan dengan masukkan dan input dari narasumber/expert mengenai perspektif agama dan politik dalam mendukung

gerakan reformasi hukum dan peradilan di Indonesia. Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja memberikan perspektif dari sudut pandang Buddha, bahwa “seseorang yang korup adalah manusia yang landasan perasaan jiwanya berada dalam dunia buruk kebodohan dan kelaparan yang mana keadaan jiwanya dikuasai oleh hawa nafsu, sehingga ketika keinginannya tidak terpenuhi ia akan merasa kelaparan atau tidak puas sehingga bilamana pemuasan nafsu menjadi tujuan utama kehidupan seseorang, maka bukan hanya membuat orang itu tidak bahagia akan tetapi juga merugikan orang lain karena adanya rasa ingin menang sendiri, perasaan selalu tidak puas sehingga hanya memikirkan diri sendiri saja�. Selain itu moralitas manusianya yang belum melaksanakan tugasnya dengan berpijak pada nilainilai agama dan perspektif agama belum dipahami dengan baik dan dijadikan arah dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh negara, sehingga tercermin dalam perilaku yang korup dan tidak akuntabel. Padahal penegak hukum di Indonesia telah memiliki kode etik yang jelas, dan seharusnya

menjadikan agama sebagai titik pijak masing-masing. Bila pemahaman agama sudah baik maka akan tercermin pada perilaku dan dengan sendirinya akan menjadi jalan hidup bagi profesi hakim maupun institusi peradilan untuk melaksanakan tugas yang diberikan dengan baik dan amanah. “Karena agama Buddha itu dasarnya hukum karma, hukum sebab akibat. Jadi siapa yang menanam benih, maka ia juga yang akan menuai dan hukum karma akan jalan. Sehingga seseorang yang melakukan kecurangan-kecurangan juga akan mendapat imbalan dari sebab yang diperbuatnya masing-masing�, lanjutnya. Agama bukan hanya sebagai ibadah ritual saja namun juga sebagai pedoman hidup semangat dan penjaga dalam melaksanakan tugas-tugas negara. Bila agama hanya di maknai sebagai ibadah ritual saja namun tidak ada pengamalan agama sendiri dalam kehidupan sehari hari, maka akan berdampak pada peristiwa yang akhirakhir ini sering terjadi, yakni tertangkap tangannya profesi hakim dan institusi pengadil dalam menerima suap oleh KPK. (vp)

Januari 2018 | Samantabadra

15


Ketua Umum NSI Menjadi Saksi Ahli Agama Buddha

Penyidik AKBP Hujra Soumena, S.I.K sedang serius mendengarkan penjelasan mengenai konsep ketuhanan Agama Buddha

P

ada tanggal 16 November 2017, Ketua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja diwawancarai oleh Penyidik AKBP Hujra Soumena, S.I.K dari Bareskim Porli sebagai saksi ahli Agama Buddha untuk penyelidikan tentang dugaan tindak pidana dimuka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian, atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan dan atau diskriminasi ras dan etnis dan atau setiap orang dengan sengaja tanpa hak menyebarkan informasi yang bertujuan untuk menimbulkan kebencian atau permusuhan dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas Sara,Agama,Ras dan 16

Samantabadra | Januari 2018

Antargolongan (SARA) yang diduga dilakukan oleh Dr. Eggi Sudjana, SH.,MH. Dalam Kesempatan ini beliau menyampaikan menyampaikan Konsep Ketuhanan dalam ajaran Buddha yang sebenarnya seperti apa. Agama Buddha merupakan agama kesadaran, Buddha merupakan manusia yang sadar, dan semua Orang bisa menjadi Buddha karena semua orang memiliki kesadaran di dalam jiwanya. Ketuhanan agama Buddha adalah Hukum Sebab Akibat (karma) itu sendiri. Siklus Lahir-TuaSehat-Meninggal. Menyadari Hukum Sebab Akibat dan menjaga keselarasan serta keseimbangan di dalam

kehidupan. Di dalam agama Buddha tidak ada penciptaan jadi semua itu adalah proses lahir-Tua-Sehat-Meninggal dan semua itu tercipta tidak ada yang menciptakan. Berikut ini beberapa pertanyaan yang diajukan kepada Ketua Umum NSI yang ditunjuk sebagai Saksi Agama Buddha: Jelaskan tentang konsep Tuhan menurut agama/ ajaran Buddha sebagaimana yang tertulis dalam kitab suci agama ajaran Buddha. Jawab : Tuhan sendiri dalam pengertian Agama Buddha, makna Tuhan secara umum adalah dalam kamus Buddha Dharma Mahayana mengenai hakekat Tuhan Yang Maha Esa, Buddha Gautama/Buddha Sakyamuni menjelaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak tercipta dan merupakan suatu yang mutlak hal ini diungkapkan dalam kitab suci Udana 8.3 sebagai berikut : “Ketahuilah para Bhiksu bahwa ada sesuatu yang tidak dilahirkan yang tidak menjelma, yang tidak tercipta, yang mutlak. Duhai para Bhiksu, apabila tidak ada yang tidak dilahirkan yang tidak menjelma yang tidak tercipta yang mutlak maka tidak mungkin kita dapat bebas dari kelahiran dari penjelmaan, pembentukkan, kemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi para Bhiku karena tidak ada


yang tidak dilahirkan yang tidak menjelma yang tidak tercipta yang mutlak maka ada kemungkinan untuk bebas dan dari kelahiran penjelmaan, pembentukan, kemunculan dari sebab yang lalu.” Kemudian dalam kitab suci Agama Buddha aliran Niciren Syosyu yaitu Saddarmapundarika-sutra dijelaskan “makna yang tak terhingga dimana Hyang Buddha antara lain membabarkan bahwa maknamakna yang tidak terhigga bersumber dari hukum tunggal.” Jadi di dalam Agama Buddha Tuhan itu adalah Hukum. Tuhan itu Dharma. “Dengan sabda didalam sutra tersebut Hyang Buddha ingin mengungkapkan bahwa segala kejadian dan segala didalam alam semesta bersumber dari Yang Maha Esa dan Hyang Buddha menyebutnya sebagai Hukum Tunggal”. Ini adalah kutipan dari pedoman P4 dari umat Buddha Departemen Agama tahun 1983/1984. Kemudian dalam buku BUDDHISM: A Non-Theistic Religion dikatakan bahwa : “All morally positive or negative actions are subject to it, so that each good action reaps its own rewards and each evil meets its punishments” (hal.49) yang artinya “Semua perbuatan, baik itu positif ataupun negatif berjalan sesuai dengan hukum sebab-akibat, sehingga setiap kebaikan akan berakibat

kebajikan dan setiap kejahatan akan melanggar hukum dan menjadi karma buruk”. “The Cosmic Law in Buddhism is often similar to the personal God of Theist religions, for it conditions the origin, existence, and end of the world, rewrds good deeds and punishes evil ones” (hal.52). Yang artinya “Hukum kosmis/alam semesta dalam Buddhisme kerap serupa dengan sosok Tuhan dalam agama-agama teis, yang mengondisikan asal-mula terbentuknya dunia, eksistensinya, dan kiamat, memberikan pahala pada kebaikan dan menghukum kejahatan.” Jadi memang dalam Agama Buddha Tuhan itu bukan sosok. Beda dengan agama Islam dan Kristen. Tetapi di dalam Agama Buddha Tuhan itu adalah Hukum itu sendiri. Jadi kita Non-teis. Kita bukan ateis tapi non-teis. Sedangkan agama Islam, Kristen agama teis. Sedangkan pengertian Tuhan dalam KBBI: “Sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, MahaEsa, dsb.” Jelaskan tentang “Amitaba” menurut agama/ ajaran Buddha sebagaimana yang tertulis dalam kitab suci agama/ajaran Buddha. Jawab : Dalam agama Buddha di jelaskan bahwa

Buddha Sakyamuni membabarkan ajaran/dharma itu selama 50 tahun dan ajarannya terbagi dalam ajaran Theravada yang babarkan selama 42 tahun (ajaran yang dibabarkan sebagai jawaban Sang Buddha atas pertanyaan dari murid dan umat yakni ajaran Dharma yang isinya merupakan jawaban atas pertanyaan atau kehendak/ keinginan dari para murid dan umat), dan ajaran Mahayana yang dibabarkan dalam 8 tahun terakhir (ajaran yang dibabarkan tanpa pertanyaan dan permintaan dari para murid melainkan isi kehendak hati seadanya dari Sang Buddha, yakni ajaran tanpa diminta dan dipertanyakan oleh umat dan langsung dibabarkan isi seadanya dari Sang Buddha). Buddha Sakyamuni menjelaskan dalam ajaran Mahayana/ Saddarmapundarika-sutra Bab VII “Rasa Taat dan Bhakti Di Jaman Dahulu” bahwa dalam hidup manusia itu terdiri dari 3 masa yaitu lampau, sekarang dan akan datang yang saling menyambung dan menjelaskan bahwa jiwa itu kekal abadi. Dijelaskan dulu ketika pada kalpa yang kesekian (ukuran 1 kalpa diperkirakan 16 juta tahun), ada seorang Raja yang telah mencapai kesadaran Buddha bernama Mahabignagnanabhibu yang memiliki 16 anak/pangeran dan kesemua pangeran Januari 2018 | Samantabadra

17


tersebut juga telah mencapai kesadaran. Pangeran yang ke 9 inilah Amitabha dan Sakyamuni adalah pangeran ke 16. Kamus Buddha Dharma Mahayana menjelaskan mengenai Buddha Amitabha bahwa, “Buddha Amitabha, dengan gelar Buddha Yang Bercahaya Tidak Terbatas atau Buddha Yang Berkehidupan Tak Terbatas, mencapai keBuddha-an atau SamyakSambuddha atau kesadaran Agung-Nya pada suatu kalpa yang tidak terhitung. Sukhavativyuha-sutra (teks panjang) menjelaskan bahwa Beliau adalah Buddha yang Transendental atau di luar pengetahuan dan pengalaman manusia. Buddha yang telah mengatasi alam Duniawi, di hormati dan di puja di India, Nipel, Tibet, dan Mongolia sebagai salah satu dari PancaDhyani-Buddha. Buddha Amitabha dianggap sebagai penjelmaan dari Dharmakaya, mengatasi segala persaingan dan pada-Nya menyerap semua atribut kesempurnaan. Beliau memancarkan kebijaksanaan dan welas asih yang tiada terbatas. Beliau merupakan transenden tertinggi dan tetap ada sepanjang waktu. Pada-Nya realitas Absolut ber-manifestasi sebagai Yang Teragung dari Welas asih yang tak terbatas.” (hal.379) Dalam Saddarmapundarikasutra Bab VII “Rasa Taat dan Bhakti Di Jaman Dahulu” 18

Samantabadra | Januari 2018

juga menjelaskan tentang Amitabha bahwa beliau bertugas di dunia sebelah barat dan Sakyamuni tugasnya di dunia Saha ini. Buddha Sakyamuni menjelaskan “Dulu sebelum jadi Buddha di dunia, sebenarnya beliau sudah mencapai kesadaran Buddha sama-sama dengan Amitabha. Amitabha sebagai pangeran yang ke 9, saya sebagai pangeran yang ke 16.” Jadi kalau Eggy bicara orang Buddha hanya menyebut Amitabha, itu dilakukan antara lain oleh sekte/aliran Agama Buddha Mahayana Tanah Suci. Menyebutnya juga bukan Amitabha, itu depannya harus ada Namu. Namu Amitabha yang artinya ingin memanunggalkan diri dengan Amitabha. Jadi semua orang Buddha tidak semuanya menyebut Amitabha karena agama Buddha memiliki banyak Aliran/sekte. Kalau dalam sekte Mahayana Niciren Syosyu menyebutnya Nammyohorengekyo. Namu kepada Saddharmapundarikasutra. Konsep Ketuhanan Yang Maha Esa di Agama Buddha adalah Trikaya yang Ekakaya, Ekakaya yang Trikaya (Nirmanakaya, Sambhogakaya, Dharmakaya). Dalam Buddhisme Niciren Syosyu, konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini terwujud dalam Mandala Pusaka Pemujaan Gohonzon dari Sandaihiho,di tengah-tengah

Gohonzon, tertulis Namu Myohorengekyo-Niciren. Namu MyohorengekyoNiciren menunjukkan konsep Trikaya yang Ekakaya. Niciren menunjukkan aspek Nirmanakaya, Buddha Masa Akhir Dharma yang membabarkan dan menyebarluaskan Hukum. Dan Hukum (dharma) yang dibabarkan adalah Nammyohorengekyo. Jadi tidak benar kalau dibilang Agama Buddha itu tidak ada Ketuhanan Yang Maha Esa. Bagaimana memahami konsep Ketuhanan Yang Maha Esa Yang Maha Esa sebagaimana yang dimaksud dalam sila pertama Pancasila dari persfektif/sudut pandang agama/ajaran Buddha, Jelaskan! Jawab: Di dalam agama Buddha memang kita tidak menyebut Tuhan sebagai person. Sila pertama dalam pancasila itu bunyinya bukan Tuhan yang Maha Esa, namun Ketuhanan Yang Maha Esa Yang Maha Esa. Sebetulnya itu sangat pas dengan agama Buddha karena agama Buddha tidak mempersonifikasikan tetapi itu adalah sifat-sifat. Konsep Ketuhanan Yang Maha Esa Yang Maha Esa yang dimaksud dalam Sila pertama dari Pancasila yaitu kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa Sansekerta ataupun


bahasa Pali. Jadi kitab-kitab suci agama Buddha ada dua bahasa dari India itu, Pali dan Sansekerta. Kalau yang Mahayana itu pakai bahasa sansekerta. Banyak diantara kita yang salah paham mengartikan makna dari sila pertama ini. Baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum kita diajarkan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Satu, atau Tuhan yang jumlahnya satu. Jika kita membahasnya dalam bahasa Sansekerta ataupun Pali, Ketuhanan Yang Maha Esa Yang Maha Esa bukanlah Tuhan yang bermakna satu. Ketuhanan Yang Maha Esa berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan berupa awalan ke- dan akhiran –an. Penggunaan awalan ke- dan akhiran –an pada suatu kata dapat merubah makna dari kata itu dan membentuk makna baru. Penambahan awalan ke- dan akhiran – an dapat memberi makna perubahan menjadi antara lain: mengalami hal, sifat-sifat. Kata Ketuhanan Yang Maha Esa yang beasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an bermakna sifatsifat tuhan. Dengan kata lain Ketuhanan Yang Maha Esa berarti sifat-sifat tuhan atau sifat-sifat yang berhubungan dengan tuhan. Kata Maha berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali yang bisa berarti

mulia atau besar (bukan dalam pengertian bentuk namun mencangkup semua). Kata Maha bukan berarti sangat. Kata “esa” juga berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini” (this- Inggris). Sedangkan kata “satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sansekerta atau bahasa Pali adalah kata “eka”. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang satu, maka kata yang seharusnya digunakan adalah “eka” bukan kata “esa”. Ketuhanan Yang Maha Esa Yang Maha Esa dari Konteks pancasila dari perspektif/ sudut pandang agama Buddha memang pas sekali dengan ini bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan mengacu pada suatu individual yang kita sebut Tuhan yang jumlahnya satu. Tetapi sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa Yang Maha Esa berarti sifatsifat Luhur atau Mulia Tuhan yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini adalah sifat-sifat luhur atau mulia dari Tuhannya. Jadi, Ketuhanan Yang Maha Esa Yang Maha Esa dalam agama Buddha adalah hukum yang

berlaku secara universal di dalam alam semesta ini yang bersifat mutlak. Dalam ajaran Buddha melihat segala sesuatu tidak pernah dalam perspektif yang buruk/jelek. Jadi kemunculan Eggy ada hikmah baiknya. Pernyataan Pak Eggy yang tidak sesuai dengan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha karena kelihatannya beliau belum paham, sehingga Ketua Umum NSI bisa menjelaskan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebenarnya. Mengenai Eggy melakukan penistaan atau tidak, itu menjadi keputusan hukum nantinya, dan urusan pengadilan/hakim yang menentukan. Karena agama Buddha itu dasarnya hukum karma, hukum sebab akibat. Tapi perspektif pendirian kita sebagai seorang Buddhist, apa yang menjadi ungkapan Eggy itu semua jadi hikmah baik dalam artian sehingga kita bisa menjelaskan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebenarnya. (vp)

Januari 2018 | Samantabadra

19


Silahturahmi Tokoh Lintas Agama seKota Administrasi Jakarta Selatan

Foto Bersama Ketua Umum NSI dengan para peserta Silahturahmi Tokoh Lintas Agama se-Kota Administrasi Jakarta Selatan

K

etua Umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja, pada Hari Kamis, 16 November 2017 menghadiri Silahtrrahim Tokoh Lintas Agama se-Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan Tema “Silahtrahmi Tokoh Lintas Agama, Memperkuat Persaudaraan Antar Umat Beragama di Kota Administrasi Jakarta Selatan� yang dilaksanakan di Ruang Pola kantor Walikota Jakarta Selatan Jalan Prapanca Raya Nomor 9 Kebayoran Baru Jakarta Selatan yang dihadiri antara lain oleh Wakil Wali Kota Administrasi 20

Samantabadra | Januari 2018

Jakarta Selatan, Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Iwan Kurniawan, Kasuban Kesbangpol Jakarta Selatan M.Matsani, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jakarta Selatan H.Abdul Mufti, serta perwakilan Kementerian Agama RI, organisasi masyarakat, dan tokoh lintas agama di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Serta narasumber dari pemuka agama yaitu KH. Usman Umar anggota FKUB Prov DkI Jakarta, Romo Yohanes Situmeang FKUB

Prov DKI Jakarta, Ketua Umum NSI, serta dari Polres Jakarta Selatan. Silahturami dibuka kata sambutan oleh Walikota Jakarta Selatan yang diwakili oleh Wakil Walikota Jakarta Selatan Bpk H. Arifin M.AP. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa keberagaman umat beragama di Jakarta menjadi salah satu potensi dan penopang dalam proses integrasi dan pembangunan. Hal ini, didasarkan pada ajaran agama yang mewajibkan umatnya untuk mencintai sesama dan hidup


Ketua Umum-Mpu Suhadi Sendjaja sednagn memberikan beberapa arahan dan pandangan serta perspektif dalam agama Buddha dalam acara Silahturahmi Tokoh Lintas Agama se-Kota Administrasi Jakarta Selatan

rukun. “Untuk mewujudkan kerukunan beragama, perlu tindakan komunikasi sebagai landasan dialog agar diperoleh pemahaman secara komprehensif tentang toleransi beragama di tengah kehidupan yang semakin beragam. Inilah makna penting dari Silaturahmi Lintas Agama”. Beliau juga mengatakan perkembangan toleransi antar umat beragama di Jakarta terbilang sangat baik. Ini didasarkan pada minimnya konflik yang disebabkan hubungan antar umat beragama. “Hal tersebut menciptakan harmoni kehidupan dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara, guna menjaga tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia,”.

Pada kesempatan ini juga Bapak Arifin mengimbau kepada para tokoh lintas agama, untuk terus membangun, melestarikan, dan mengimplementasikan semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan juga spirit berkorban kepada negara Indonesia. “Dengan spirit berkorban, berarti masyarakat memiliki kebesaran jiwa untuk menanggalkan partikularisme, agar tercipta kehidupan yang harmonis dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.” Acara Selanjutnya Ketua Umum NSI sebagai narasumber forum Silahturahmi ini memberikan beberapa arahan dan pencerahan, serta pandangan atau persprektif dalam

agama Buddha. Mpu Suhadi Sendjaja mengemukakan dalam suasana damai, karena negara Indonesia adalah negara yang agamis artinya semua orang-orang Indonesia adalah orang yang beragama dan agama yang dilayani oleh Pemerintah Indonesia itu ada 6 yaitu Kristen, Islam, Katholik ,Buddha, Hindu dan yang terakhir Konghucu. Oleh karena itu suasana damai bisa diartikan dengan satu suasana dari rukunnya semua umat beragama, kalau semua umat beragama rukun, internalnya rukun, antar umat beragamanya rukun, dengan pemerintahnya rukun, berati suasana itu akan menjadi suasana yang damai. artinya damai itu sebagai modal yang penting. (vp)

Januari 2018 | Samantabadra

21


Pesan Damai Ketua Umum NSI dalam Talkshow Diversity Dinner SabangMerauke: 5 Tahun Merawat Toleransi ini juga dihadiri oleh Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin. Beliau mengutarakan bahwa “siapa hidup berdampingan secara damai, mereka adalah pemenang”. “Bagi bangsa Indonesia, kemajemukan ini adalah kekuatan. Kita harus siap hidup berdampingan secara damai dengan inklusif. Orang lain ada untuk kita. Kita ada bukan Indonesia dalam memahami untuk diri kita sendiri, tapi juga pentingnya toleransi antar suku untuk orang lain dan hal ini ataupun antar agama bagi masa relevan dengan situasi Indonesia depan bangsa. saat ini di mana isu intoleransi Acara Diskusi panel yang dipandu oleh Kak Ayu kartikadewi terlebih yang dipolitisasi merebak di berbagai daerah,” lanjutnya. ini menghadirkan 6 narasumber Tokoh-tokoh lintas agama yg merupakan pemuka agama dalam diskusi tersebut, berbagi Islam, Katolik, Kristen, Hindu, pandangan mengenai menjaga Budha, dan Khonghucu. Acara yang menghadirkan tokoh-tokoh toleransi di Indonesia. Maha Pandita Utama Suhadi Sendjaja lintas agama ini penting sebagai pengingat bahwa tidak ada sekat- memberikan perspektif dari sudut pandang Buddha, bahwa sekat sesama umat beragama di Tanah Air. Bertemakan “Merawat agama bukanlah tujuan akhir, kesempurnaan menjadi manusia Toleransi, Melintas Sekat Religi”, acara ini menghadirkan: I Wayan yakni kebahagiaan adalah tujuan, Kantun Mandara (Ketua Parisada dan kebahagiaan hanya akan Hindu Dharma Indonesia Jakarta tercipta dalam suasana damai. Pusat), Pdt. Jose Carol (Penasihat Beliau mengungkapkan “Sejak Sinode Jemaat Kristen Indonesia), kecil anak-anak harus tahu pemahaman agamanya, tujuan Ketua Umum NSI, Muchlis M. akhir bukan agama, adalah Hanafi (Wakil Direktur Pusat pencapaian kesempurnaan diri Studi Al-Qur’an), Peter Lesmana sendiri. Kalau dirinya sempurna, (Sekretaris Umum Majelis Tinggi dia bisa menghormati yang Agama Khonghucu Indonesia), lain,”. Beliau juga menyampaikan Romo Antonius Benny Susetyo bahwa “Agama hadir untuk (Rohaniawan, Penasihat Unit Kerja Presiden untuk Pembinaan membela umat manusia, bukan sebaliknya”, pungkasnya. Ideologi Pancasila). Acara

Sebelum acara Diversity Dinner ini ditutup, para tokoh 6 agama di Indonesia, para donor, dan para co-founder SabangMerauke bersama-sama menyiram pohon kopi yg nantinya pohon ini akan ditanam di istana negara.

K

etua umum NSI, MPU Suhadi Sendjaja, diundang dalam acara Diversity Dinner SabangMerauke: 5 Tahun Merawat Toleransi, dan diberi kepercayaan untuk berbagi pesan damai yang di gelar di Upperrroom Jakarta-Annex Building Lt. 12, Jakarta pada Jumat, 24 November 2017. Kegiatan ini merupakan program SabangMerauke atau Seribu Anak Bangsa Merantau Untuk Kembali (SabangMerauke) yakni program pertukaran pelajar antardaerah di Indonesia yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, pendidikan dan keindonesiaan yang diikuti oleh adik-adik SabangMerauke (ASM) dengan beragam latar belakang agama dan budaya mengikuti kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, pendidikan dan keindonesiaan serta membuka cakrawala anak-anak Indonesia sebagai sebuah momen untuk merayakan keberagaman dan bangga menjadi bagian dari

22

Samantabadra | Januari 2018


Ketua Kartitra NSI Berdialog dengan First Lady Afganistan dan Menghadiri Simposium “Peran Ibu dan Ulama Perempuan sebagai Pencipta dan Penggerak Perdamaian dalam Keluarga dan Masyarakat”

Foto bersama dengan First Lady Afganistan, Ibu Sinta Nuriyah A. Wahid, Menteri KPPPA RI, bersama seluruh peserta pertemuan dialog seputar isu perempuan pdengan beberapa organisasi keagamaan di Indonesia.

P

ada tanggal 4 Desember 2017, Ketua Karitra NSI, Ibu Tristina Handjaja menghadiri kegiatan Simposium “Peran Ibu dan Ulama Perempuan sebagai Pencipta dan Penggerak Perdamaian dalam Keluarga dan Masyarakat” yang dibuka langsung oleh Ibu Negara, Iriana Joko Widodo. Kegiatan ini digelar sebagai rangkaian Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-89 yang digagas Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan kunjungan kenegaraan First Lady Afganistan yaitu Ibu Negara Republik Islam Afganistan, Y. M. Rula Ghani ke Indonesia yang juga menjadi keynote speech dalam kegiatan tersebut.

Ketua Karitra NSI memberikan kenang-kenangan kepada First Lady Afganistan setelah pertemuan dialog seputar isu perempuan.

Dalam simposium tersebut, Menteri PPPA RI, Yohana Yembise dan First Lady Afganistan, Rula Ghani mengajak agar kaum perempuan dapat berperan dalam pembentukan karakter dan menumbuhkan rasa cinta perdamaian di keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini diikuti 500 peserta yang mayoritas adalah perempuan dari berbagai organisasi masyarakat, organisasi perempuan dan Kepala Dinas di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dari seluruh Indonesia, akademisi dan peneliti. Keesokan harinya tanggal 5 Desember 2017, First Lady Afganistan juga melakukan

pertemuan dialog seputar isu perempuan dengan beberapa organisasi keagamaan di Indonesia, kelompok agama, para pemimpin agama perempuan parlementer dan juga aliansi perempuan. First Lady Afghanistan, Rula Ghani tertarik untuk mempelajari Pancasila dan kebhinekaan karena mampu mempersatukan Bangsa Indonesia. Kegiatan tersebut menjadi kesempatan yang baik dalam memberikan pandangan Buddhis mengenai peran Ibu dan Ulama Perempuan sebagai Pencipta dan Penggerak Perdamaian dalam Keluarga dan Masyarakat. Ketua Karitra NSI dalam kegiatan tersebut memberikan ulasan bahwa Hukum

Januari 2018 | Samantabadra

23


Foto bersama Ketua Karitra NSI dengan Ketua Umum Kowani, Ibu Giwo (atas) dan bersama Yenni Wahid & Ibu Giwo (kanan).

Karma bekerja sebagai dasar Buddhisme. Alih-alih penghargaan dan hukuman, Buddhisme mengjarkan kesadaran kepada kita bahwa tindakan apa pun akan menghasilkan reaksi, apakah itu pemikiran, kata-kata yang diucapkan, atau sikap. “Kita sepenuhnya bertanggung jawab atas hal-hal yang terjadi pada kehidupan kita. Untuk tingkat yang lebih luas, memiliki kehidupan antaragama yang harmonis di sekitar kita dapat dimulai dari pemikiran sekecil apa pun dari pikiran kita. Kita perlu mempromosikan kesadaran diri dari waktu ke waktu dalam bentuk empati dan kasih sayang, mengatasi kemarahan, keserakahan, dan kebencian kita dengan mempraktikkan dharma. Kami juga sangat percaya pada ideologi nasional kita, Pancasila (lima sila), sebagai nafas bersama kita untuk menyatukan bangsa; 24

Samantabadra | Januari 2018

bersatu dalam perbedaan” pungkasnya. Di Indonesia, kita memiliki panduan nasional yang kuat, “Trilogi Kerukunan” untuk memperkuat ikatan antara orang-orang religius, sebagai berikut: 1. Hubungan yang harmonis antar umat Budha 2. Hubungan yang harmonis antar sesama umat 3. Hubungan yang harmonis dengan pemerintah NSI adalah bagian dari ajaran Mahayana, dan “Indonesia” merupakan bagian integral dari identitas NSI sebagai dewan Buddhis Indonesia. Kami percaya dharma murni (Buddhisme) yang diajarkan oleh Niciren Daisyonin. Meskipun sekte ini muncul dan

berkembang di Jepang, NSI tidak secara khusus mengadopsi budaya Jepang. “Kita sepenuhnya menyadari identitas kita sebagai Buddha Indonesia dan hanya mengikuti dharma Buddha. Karena iman kepada agama tertentu adalah kebebasan dan hak asasi manusia, kita mengerti dan setuju untuk tidak campur tangan atau memaksa agama tertentu kepada seseorang. Kebebasan beragama juga dilindungi oleh hukum kita. Dengan memperdalam iman kita kepada dharma sebagai umat Buddha, kita bertujuan untuk mempromosikan toleransi dan menjadi seorang nasionalis yang dapat memberi kontribusi positif bagi bangsa kita” lanjutnya. (vp)


materi ajaran | gosyo kensyu

Gosyo Kensyu

Surat Perihal Doa

Pilihan Niciren, Sramana Negeri Ini

LATAR BELAKANG |

S

urat ini ditulis di Pulau Sado pada tahun 1272 (Bun-ei ke-9). Diberikan kepada Sairenbo yang juga tinggal di Pulau Sado, dan merupakan balasan terhadap pertanyaan Sairenbo. Surat aslinya sekarang sudah tak ada lagi. Isi surat ini pertama-tama menjelaskan bahwa doa dari berbagai sutra pada umumnya adalah doa, namun yang berdasarkan percaya kepada Saddharmapundarika-sutra pasti terkabulkan. Kemudian, karena seluruh Buddha, Boddhisattva, Dwiyana, Manusia, Surga, dan lainnya telah mencapai Jalan kesadaran Buddha melalui Saddharmapundarika-sutra, maka demi membalas budi tersebut, mereka melindungi orang yang berdoa dengan menerima dan mempertahankan Saddharmapundarika-

sutra. Oleh karena itu, doa atau keinginan pelaksana Saddharmapundarika-sutra pasti terkabulkan. Demikian dikatakan oleh Niciren Daisyonin. Terlebih lagi, diajarkan dan dinyatakan bahwa doa berdasarkan hukum Sesat Syingon dan lainnya tidak ada buktinya, bahkan orang yang berdoa maupun orang yang menyuruh berdoa akan memusnahkan badan sendiri. Sebagai contoh nyata diambil peristiwa pemberontakan Syokyu, yang mengakibatkan kekalahan besar karena penguasa kerajaan berdoa berdasarkan Sekte Syingon.

Januari 2018 | Samantabadra

25


ISI GOSYO | Para Bodhisattva sebanyak debu-debu bumi besar yang dihancurkan telah mencapai tingkat tokaku hanya tertinggal kesesatan dasar pokok jiwa (gampon no mumyo), setelah bertemu dengan Buddha Sakyamuni berharap dapat memecahkan batu besar kesesatan pokok jiwa tersebut. Tetapi Buddha Sakyamuni mengatakan, “Harus membabarkan bagian sebab tetapi tidak membabarkan bagian akibat. Perkataan ini berarti, Beliau selama 40 tahun lebih tidak membabarkan dan mewujudkan karunia kebajikan myokaku, sehingga tidak seorang pun mencapai tingkat myokaku; dengan demikian tidak ada maknanya. Akan tetapi, karena selama delapan tahun di Gunung Suci Gridhrakuta dibabarkan dan diwujudkan “yang dijadikan bagian akibat hanyalah yang dinamakan Ekayana”, seluruh Bodhisattva tersebut dapat naik ke tingkat myokaku, sehingga mendapat kesadaran yang sederajat dengan Buddha Sakyamuni; sama seperti dengan mendaki puncak Gunung Semeru dapat melihat keempat penjuru, atau terbitnya bulatan matahari membuat malam yang panjang menjadi terang. Maka, tanpa dianjurkan oleh Sang Buddha pun, tentu tidak ada orang yang berpikir bahwa mereka tidak menyebarkan Saddharmapundarika-sutra atau menggantikan pelaksananya. Oleh karena itu, para Bodhisattva tersebut berprasetya, “Tidak akan menyayangi diri sendiri, hanya menyayangi Jalan yang tiada taranya,” atau “Tidak menyayangi jiwa,” atau “Sungguh membabarkan sutra ini secara luas,” dan lain sebagainya. Tambahan pula, Buddha Sakyamuni adalah ayah yang maitri, Tathagata Prabhutaratna adalah Ibu yang karuna. Dan para Buddha sepuluh penjuru yang membantu pembuktian seperti ayah-ibu yang maitri karuna, semua hadir berbaris dalam pesamuan seperti bulan yang berkumpul dengan bulan, matahari berjajar dengan matahari. Pada saat itu Buddha Sakyamuni memperingatkan sebanyak tiga kali, “Aku umumkan kepada seluruh peserta pesamuan, setelah kemoksyaanku nanti, siapakah yang dapat menjaga dan mempertahankan, membaca dan menyebut sutra ini? Sekarang di hadapanku, hendaknya mengucapkan prasetyanya!” Maka para mahabodhisattva yang memenuhi delapan penjuru yang berasal dari 400 milyar nayuta negeri, seluruhnya menundukkan kepala, membungkukkan badan, dan mengatupkan tangan, secara serentak mengeluarkan suara, “Kami dengan sungguh hati melaksanakan seluruh amanat sang Buddha.” Demikian mereka berjanji sebanyak tiga kali tanpa menyayangi suara. Dengan demikian, bagaimana mungkin mereka tidak menggantikan pelaksanaan Saddharmapundarika-sutra? Orang yang bernama Fan Ie Cie menyerahkan kepalanya kepada Hui-kuo, orang yang bernama Chi-cha telah menaruh pedang di makam Raja Hsu. Mereka melakukannya secara sungguh hati agar tidak melanggar janji sendiri. Dalam hal ini, orang yang tinggal di tempat tandus di Tiongkok pun menepati janji kepada teman dengan mengorbankan nyawanya; pedang yang dirasakan sebagai jiwa sendiri juga ditaruh di sebuah makam. Apalagi para mahabodhisattva yang semenjak semula telah memiliki maitri karuna agung ingin menggantikan umat manusia dalam menerima seluruh penderitaan. Prasetya ini amat mendalam, sehingga sekalipun tak diperingatkan oleh Sang Buddha bagaimana mungkin mereka membuang pelaksana Saddharmapundarika-sutra? Tambahan pula, sutra tersebut membuat tercapainya kesadaran Buddha bagi diri sendiri dan Sang Buddha telah memperingatkan dengan sungguh hati, pasti di hadapan Sang Buddha mereka bermaksud menegakkan prasetya sesungguh hati; tak diragukan lagi mereka pasti menolong pelaksana Saddharmapundarika-sutra. 26

Samantabadra | Januari 2018


Buddha adalah majikan manusia dan surga, ayah bunda seluruh umat manusia, dan bahkan guru yang membuka dan membimbing. Sekalipun menjadi orang tua, ayah bunda yang hina tidak mencakupi makna majikan. Meskipun majikan, kalau bukan ayah bunda suatu saat akan merasa ketakutan. Walaupun dapat menjadi majikan dan ayah bunda, belum tentu dapat menjadi guru. Para Buddha adalah orang yang paling dihormati (Bhagavat), sehingga merupakan majikan akan tetapi, karena tidak muncul di dunia saha ini mereka tidak menjadi guru. Dan juga, karena tidak mengatakan bahwa seluruh umat yang ada di dalamnya adalah anak sendiri, maka hanya Buddha Sakyamuni seorang yang mencakup ketiga makna sebagai majikan, guru, dan ayah bunda. Akan tetapi, bagaimanapun, karena selama 40 tahun lebih beliau mengecam Devadatta, mencerca para Sravaka, menyembunyikan hukum bagian akibat kebodhisattvaan, maka sekalipun telah menjadi seorang Buddha kadang kala diragukan sebagai iblis surga atau orang buruk dan lainnya yang menyusahkan hati kita. Meskipun keragu-raguan ini tidak diutarakan kepada orang lain, tetap dirasakan di dalam hati. Keraguan hati ini lenyap selama 40 tahun lebih sampai pembabaran dharma Saddharmapundarikasutra. Walaupun demikian, selama delapan tahun di Gridhrakuta timbul menara pusaka di antariksa dengan kedua Buddha; Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna yang duduk bersanding bagaikan matahari dan bulan. Seluruh Buddha menempati tanah besar dan terhimpun seperti gunung besar, bodhisattva dari 1000 dunia yang muncul dari bumi kelihatan seperti bintang di angkasa. Ketika itu dibabarkan karunia kebajikan bagian akibat para Buddha. Hal ini kelihatan seperti membuka gudang pusaka untuk dibagikan kepada orang miskin, sama seperti menghancurkan Gunung Kunlun. Orang-orang tersebut hanya mengambil permata selama delapan tahun, sesuatu yang agung dan langka ini dapat meresap hingga ke kedalaman jiwa. Maka, para bodhisattva tanpa menyayangi jiwa sendiri, dengan kata-kata yang tegas menegakkan prasetyanya. Karena itu, di dalam Bab Akhir Pesamuan Buddha Sakyamuni keluar dari menara pusaka dan menutup pintunya. Selanjutnya seluruh Buddha kembali ke negeri-Nya masing-masing, dan para bodhisattva serta lainnya mengikuti para Buddha kembali pulang. Kembalinya seluruh peserta pesamuan ini lama kelamaan membuat hati menjadi sedih. Saat itu Sang Buddha mengatakan, “Tiga bulan mendatang Saya benar-benar akan meninggalkan dunia dan mencapai paranirvana.� Pernyataan ini benar-benar mengejutkan dan membuat suasana semakin mencekam. Para Bodhisattva, Dwiyana, manusia, dewa serta lainnya, yang benar-benar mendengar Saddharmapundarika-sutra, melukiskan kebajikan budi Sang Buddha di dalam jiwa sendiri. Mereka bersedia membuang jiwa raga demi Saddharmapundarika-sutra dan ingin memperlihatkannya kepada Sang Buddha. Seandainya Sang Buddha moksya seperti yang dikatakan beliau, terpikir betapa susah hatinya, maka kegelisahan melanda jiwa mereka. Ketika Sang Buddha berusia 80 tahun, pada waktu harimau-kelinci tanggal 15 bulan 2 di tepi Sungai Ajitavati, Istana Kusyinagara, di negeri Sravasthi, India Timur beliau telah memasuki nirvana. Berita ini bergema ke langit hingga mencapai Surga Akanistha yang tertinggi dan secara vertikal meliputi 3000 dunia besar, membuat pandangan mata menjadi gelap, perasaan hati menjadi hampa dan lenyap. Di seluruh India – yang terdiri dari 16 negeri besar, 500 negeri menengah, 10.000 negeri kecil, serta negeri-negeri kecil yang tak terhitung bagaikan debu – tak seorang pun yang mempunyai waktu untuk merapikan makanan dan pakaian mereka; begitupun, tanpa perbedaan derajat tinggi Januari 2018 | Samantabadra

27


dan rendah, semua mengumpulkan sapi, kuda, anjing, kucing, burung-burung, serangga dan lainnya hingga 52 jenis. Satu jenis saja jumlahnya sama dengan debu halus dari bumi besar yang dihancurkan, apalagi 52 jenis, jumlahnya tidaklah terhitung. Seluruh jenis mahluk ini beserta bunga-bungaan, dedupaan, makanan, dan pakaian akan dipersembahkan sebagai persembahan terakhir. Gema kesedihan yang terdengar bergemuruh bagaikan meruntuhkan jembatan pusaka, mencabut lepas mata dari seluruh umat manusia, menyerupai wafatnya orang tua, majikan, dan guru seluruh umat manusia. Peristiwa ini tidak hanya membuat seluruh bulu tubuh merinding, tidak hanya menyebabkan air mata keluar, bahkan membuat kepala serasa terpalu dan dada terpukul, mengumandangkan teriakan lantang tanpa menyayangi suara, sehingga air mata darah dan keringat darah tercurah di Istana Kusyinagara bagaikan hujan yang lebat dan mengalir lebih deras daripada aliran sungai besar. Hal ini semata-mata dikarenakan mereka dapat menjadi Buddha dalam Saddharmapundarika-sutra dan tidak dapat membalas budi Sang Buddha. Meskipun berada dalam penderitaan dan kesedihan seperti itu, dikumandangkan dengan lantang bahwa musuh Saddharmapundarika-sutra harus dipotong lidahnya dan tidak diperkenankan mengikuti pesamuan. Bodhisattva Kasyapa berprasetya bahwa di negara yang memusuhi Saddharmapundarika-sutra ia akan mengubah diri menjadi hujan es dan salju. Pada saat itu Sang Buddha bergembira dan bangkit dari peraduan-Nya sambil memuji, “Baik sekali, baik sekali.� Para bodhisattva merenungkan dan memperkirakan keinginan hati Sang Buddha bahwa kalau mengatakan akan menghantam musuh Saddharmapundarika-sutra sedikitnya dapat memperpanjang usia Beliau. Karena berpikir demikian, setiap orang menegakkan prasetyanya. Oleh karena itu, para bodhisattva, para dewa, dan lainnya untuk memenuhi prasetya mereka di hadapan Sang Buddha memanggil keluar musuh-musuh Saddharmapundarika-sutra. “Sesudah berprasetya di hadapan Sang Buddha, merek berharap Buddha Sakyamuni Tathagata Prabhutaratna para Buddha, dan lainnya berpikir bahwa mereka tidak menyayangi jiwa dan reputasi sendiri demi Saddharmapundarika-sutra. Tetapi, mengapa bukti keinginan yang didoakan terlambat menjadi nyata? Seandainya luput memanah bumi besar, meskipun seseorang dapat mengikat awan dengan awan, sekalipun tak terjadi arus pasang surut, atau matahari terbit dari arah barat, tidak mungkin ada doa pelaksanaan Saddharmapundarika yang tak terkabulkan. Sekalipun hanya ada satu di antara ribuan pelaksana Saddharmapundarika-sutra, bila para bodhisattva, manusia, surga, delapan kelompok umat dan lain-lain, dua suci, dua dewa, Dasaraksasi, serta lainnya tidak datang untuk menjaga dan melindunginya, maka ke atas mereka membuat dosa meremehkan Buddha Sakyamuni, para Buddha, dan lainnya ke bawah membuat dosa membohongi Sembilan Dunia. Oleh karena itu, pasti tak ada hal serupa itu. Sekalipun seorang pelaksana sejati memiliki prajna yang tidak bijak, badan yang tidak suci, tidak memiliki wibawa kebajikan, tetapi semata-mata menyebut Nammyohorengekyo dengan sungguh hati, bagaimanapun pasti akan dijaga dan dilindungi. Janganlah membuang emas karena kantungnya kotor. Bila tidak dapat menghilangkan bau yang tidak disukai tak akan tercium harumnya cendana. Bila tidak menyukai telaga di lembah yang kotor, tentu tidak akan dapat mengambil bunga teratai. Seandainya tidak menyukai seorang pelaksana sehingga tidak melindungi dan menjaganya, maka tidak melaksanakan prasetya yang diucapkan di hadapan sang Buddha. 28

Samantabadra | Januari 2018


Setelah Masa Saddharma dan Pratirupadharma berlalu, mencari bhikku yang mempertahankan sila bagaikan mencari harimau di dalam kota. Sukarnya menemukan orang bijaksana sama seperti menginginkan tanduk jerapah. Sebelum bulan keluar, obor dipergunakan. Di tempat yang tak ada permata, pusaka emas dan perak menjadi pusaka. Karena ada perumpamaan budi angsa putih dibalas kepada burung yang hitam, demikian pula budi bhikku yang suci dibalas kepada bhikku manusia biasa. Bila berdoa dengan sungguh-sungguh agar segera datang dan mendapatkan manfaat keuntungannya, bagaimana mungkin tidak tercapai doa yang diinginkan? Pertanyaan: Melihat kalimat bukti tentang teori kewajaran yang tertulis di atas, jika matahari dan bulan benar ada di langit, pohon dan rumput memang tumbuh di bumi besar, kalau ada siang dan malam di tanah negeri ini, bumi besar tidak terbalik dan tenggelam, atau air pasang dan surut terjadi di samudera luas, maka doa dan keinginan orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra pada masa kini pasti terkabulkan dan tidak diragukan lagi di masa akan datang, akan terlahir di tempat yang baik. Akan tetapi, selama 20 tahun lebih orang-orang yang terkenal, para bhikku dan sarjana Sekte Tien-tai, Sekte Syingon dan lainnya telah melakukan banyak doa yang sangat penting, tetapi saya rasa tak ada bukti yang jelas. Bahkan, rasanya lebih rendah daripada yang dipertahankan oleh kaum non-buddhis. Apakah hal ini menunjukkan kalimat Saddharmapundarika-sutra merupakan bualan belaka, atau pelaksanaan pertapaannya yang tidak sesungguh hati, atau waktu dan bakatnya tidak tepat? Begitulah keragu-raguan yang melanda orang banyak. Merenungkan hal-hal ini semakin timbul keragu-raguan mengenai masalah yang sangat penting di masa akan datang. Permasalahan ini untuk sementara tidak dibahas. Benarkah Anda mempelajari ajaran Gunung Hiei? Dikatakan, dosa sang Ayah dapat memengaruhi anak, dosa guru dapat memengaruhi murid para bhikku Gunung Hiei telah membakar Kuil Onjo dan juga pintu gunung, patung Buddha, stupastupa, dan beribu-ribu jilid sutra milik mereka. Hal ini benar-benar membahayakan dan menjadi topik pembicaraan yang meresahkan masyarakat. Akhirnya para bhikku Gunung Hiei tidak disukai. Bagaimanakah pandangan mengenai hal ini? Memang dahulu hal ini telah didengar sekilas, tetapi sekarang ingin mendengar hingga hal yang rinci. Akan tetapi saya sendiri merasa ragu-ragu, mungkin karena para bhikku buruk dan lainnya tidak sesuai dengan makna keinginan Triratna; Buddha, Dharma, dan Sangha. Dewa langit dan bumi tidak dapat menerima, sehingga keinginan doa tersebut tak terkabulkan. Bagaimanakah tanggapan kita mengenai hal ini? Jawab: Dahulu hal ini telah diterangkan sedikit, tetapi sekarang ingin diperjelas secara keseluruhan. Hal ini benar-benar merupakan permasalahan yang penting Bagi negeri Jepang, tetapi banyak orang yang tidak mengetahuinya, sehingga membuat bermacam-macam dosa karma mulut Sekarang. Kuil Enryaku di Gunung Hiei dibangun oleh Mahaguru Dengyo pada 200 tahun lebih setelah Hukum Buddha masuk ke negeri kita, yaitu pada masa pemerintahan Kaisar Kammu. Kota Kyoto dahulu diperkirakan orang akan dijadikan sebagai ibukota kerajaan oleh Pangeran Syotoku, tetapi kerena menanti datangnya sekte Tien-Tai, kota tersebut tidak dapat dibangun. Di dalam Catatan mengenai Pangeran Syotoku tertera, “Setelah 200 tahun lebih berlalu semenjak saya meninggal, hukum Buddha akan tersebar di Jepang.“ Mahaguru Dengyo dalam tahun Enryaku Januari 2018 | Samantabadra

29


bermaksud membangun kuil Enryaku di Gunung Hiei, sedangkan Kaisar Kammu ingin membangun kota Heian, sehingga catatan Pangeran Syotoku terbukti kebenarannya. Dengan demikian, hubungan antara Gunung Hiei dengan keluarga kaisar menyerupai hubungan antara pohon cemara dengan pohon ek, anggrek dan rumput. Bila cemara meranggas, pohon ek pun turut kering pula; jika anggrek layu, rumput pun menjadi layu juga. Kemajuan dan kemakmuran Hukum Raja merupakan kegembiraan Gunung Hiei. Runtuhnya keluarga kaisar menjadi kesusahan hati Gunung Hiei. Demikian kuat hubungan antara keduanya. Akan tetapi, setelah zaman beralih ke Timur, Kanto, hukum raja menjadi merosot dan hal ini menjadi buah pikiran keluarga kaisar. Pada tanggal 19 bulan 4 tahun Syokyu ke-3, timbul kerusuhan antara Kyoto dengan daerah Timur, Kanto. Berdasarkan perintah Kaisar Oki, 41 orang yang melaksanakan hukum rahasia pertama-tama berdoa berdasarkan hukum rahasia 15 tingkat dengan tujuan untuk menundukkan Kanto. Dilaksanakanlah Hukum Cakra Emas Satu Aksara, Hukum Caturmaharajakayika, Hukum Arya Acalanatha, Hukum Agung dan Wibawa Kebajikan, Hukum Raja Cakravarti, Hukum Wibawa Kebajikan Agung 10 tingkat, Hukum Pemutaran Roda Cintaman, Hukum Vaisravana dan dengan membangun pusaka-pemujaan dalam satu hari dilaksanakanlah hukum-hukum doa untuk menaklukkan, yaitu Hukum Saddharma Ragaraja, Hukum Mata Buddha, Hukum Enam Aksara, Hukum Ragaraja, Hukum Acala, Hukum Wibawa Agung dan Kebajikan Hukum Putra Vajra, hingga selesailah seluruh hukum rahasia 15 tingkat. Tanggal 15 bulan 5, Igataro Hankan Mitsukoki tertangkap di Kyoto. Pihak Kamakura mengetahui hal ini pada tanggal 19 bulan yang sama sehingga pada tanggal 21 terdengar berita bahwa sejumlah besar tentara akan menyerang Kyoto. Maka, Hukum pertapaan selebihnya yang belum dilaksanakan mulai dilaksanakan pada tanggal 8 bulan ke-6 yaitu, Hukum Raja Bintang Agung Hukum Tagen, Hukum Kelima tingkat: Hukum Sutra Syugo dan lainnya. Tanggal 21 bulan 5 Musashi-mori Dono datang dari arah timur laut, Tokaido. Pasukan keluarga Kabi Minamoto datang dari jurusan gunung timur, Shikibu-dono akan menyerbu dari arah utara. Tanggal 5 bulan 6 tentara Kyoto yang menjaga kota Ootsu sudah dikalahkan oleh keluarga Kahi Minamoto. Pada tanggal 13 dan 14 bulan 6 pihak Kyoto juga mengalami kekalahan pada pertempuran di Ujibasyi. Demikian pula, pada tanggal 15 bulan yang sama Musasyimori Dono beserta lain-lainnya menyerang dan menduduki daerah Rokujo. Tanggal 11 bulan 7, mantan kaisar utama dibuang ke negeri Oki, yang tengah dibuang ke negeri Awa, dan yang ketiga dibuang ke negeri Sado. Selanjutnya, tujuh orang pejabat tinggi dibunuh. Dengan demikian, hukum keburukan besar tertumpuk dari tahun ke tahun dan lambat laun menyebar di daerah timur, Kanto. Bhikku penanggung jawab berbagai kuil disumbang untuk melaksanakan hukum ini terus menerus. Pada dasarnya mereka tidak mengetahui sesat benarnya, unggul dan rendahnya ajaran hukum. Hanya merasa telah menghormati Triratna, sehingga mereka terus menggunakan hukum buruk ini. Hal ini tidak terjadi di negeri Timur saja, bahkan para penanggung jawab Kuil To dan Kuil Onjo di Gunung Hiei sudah dikuasai oleh orang-orang dari Timur, sehingga semua turut menganut hukum tersebut. Pertanyaan: Mengapa ajaran Syingon dikatakan sebagai hukum sesat? Jawab : Mahaguru Kobo mengatakan bahwa yang pertama adalah Sutra Mahavairocana, kedua Sutra 30

Samantabadra | Januari 2018


Avatamsaka, dan ketiga adalah Saddharmapundarika-sutra. Urutan semacam ini harus dipikirkan kembali secara lebih mendalam. Di sutra manakah Sang Buddha mengajarkan dan menentukan unggul rendahnya ketiga sutra tersebut? Seandainya ada sutra yang membabarkan bahwa yang pertama adalah sutra Mahavairocana, kedua Sutra Avatamsaka, dan ketiga Saddharmapundarikasutra, maka perkataan ini memang benar. Tetapi, jika tidak mengandung makna seperti itu, perkataan ini tidak dapat dipercaya. Di dalam Saddharmapundarika-sutra Sang Buddha mengatakan, “Wahai Baisyajaraja, sekarang Aku sampaikan kepada Anda, di antara seluruh sutra yang Aku babarkan, yang terunggul adalah Saddharmapundarika-sutra.” Dengan demikian Sang Buddha menandaskan bahwa di antara seluruh sutra yang dibabarkan, Saddharmapundarika-sutralah yang terunggul. Jelas bahwa antara pembabaran Hukum Sang Buddha dengan tulisan Mahaguru Kobo terdapat perbedaan yang bagaikan air dengan api. Untuk menentukan yang mana yang benar, haruslah diselidiki dan diketahui hakikatnya. Selama ratusan tahun catatan Mahaguru kobo ini dipelajari baik oleh bhikku-bhikku biasa maupun bhikku yang berkedudukan tinggi, baik orang yang unggul maupun rendah, atas maupun bawah; semua percaya bahwa di antara seluruh sutra, Sutra Mahavairocanalah yang terunggul dan semua mementingkannya. Sebenarnya hal ini tak sesuai dengan arti pokok Sang Buddha. Orang yang berperasaan akan merenungkan hal ini dengan sungguh-sungguh. Kalau catatan hal ini bukan arti Pokok Sang Buddha, bagaimana mempercayainya, tidak mungkin dapat mencapai kesadaran Buddha. Bila berdoa demi negeri berdasarkan Hukum tersebut pasti timbul hal-hal yang membahayakan. Dan juga, Mahaguru Kobo mengatakan, “Seluruh guru-guru di Tiongkok berebut mencuri rasa sarpimanda.” Kalimat ini berarti, Mahaguru Tien-tai dan lainnya mencuri rasa sarpimanda ajaran Syingon dan menamakan sarpimanda itu sebagai ajaran Saddharmapundarika-sutra. Hal ini merupakan hal utama yang terpenting. Pertanyaan: Mengenai penamaan sarpimanda kepada Saddharmapundarika-sutra, Mahaguru Tientai memikirkan kalimat Sutra Nirvana, kemudian menetapkan nama sarpimanda kepada Saddharmapundarika-sutra. Ajaran Syingon masuk ke Tiongkok dari India setelah 200 tahun berlalu semenjak kelahiran Mahaguru Tien-tai. Dengan demikian, bagaimana mungkin sarpimanda yang dinamakan pada Saddharmapundarika-sutra dicuri dari Syingon yang tersebar 200 tahun belakangan? Alangkah anehnya. Di manakah buktinya orang-orang pada 200 tahun sebelum ajaran Syingon tersebar dapat menjadi pencuri? Manakah yang harus dipercaya; catatan Mahaguru Kobo atau pembabaran sarpimanda Saddharmapundarika-sutra oleh Sang Buddha sendiri di dalam Nirvana-sutra? Kalau Mahaguru Tien-tai menjadi pencuri, bagaimana memahami kalimat Nirvana-sutra? Seandainya kalimat Nirvana-sutra benar, tentu catatan Kobo bermakna sesat. Bagaimanakah dengan orang yang mempercayai hukum makna sesat tersebut? Hanya dengan merenungkan keduanya, catatan Mahaguru Kobo dan pembabaran Hukum Buddha, baru dapat mempercayai makna Sakti. Hanya demikian yang dapat Saya terangkan. Dengan ragu-ragu berkata, “Sutra Mahavairocana adalah hukum ajaran yang dibabarkan oleh Buddha Mahavairocana.” Dengan demikian, bila berdasarkan hukum pembabaran Buddha Sakyamuni memecahkan dan mematahkan ajaran Buddha Mahavairocana, tentu tak sesuai dengan teori kewajaran. Januari 2018 | Samantabadra

31


Jawab: Siapakah yang menjadi ayah bunda Buddha Mahavairocana? Di negeri manakah Beliau muncul ketika membabarkan Sutra Mahavairocana? Seandainya hadir di dunia tanpa ayah bunda, kalimat sutra manakah yang menerangkan bahwa setelah kemoksyaan Sang Buddha, pada pertengahan waktu 5 milyar 700 juta tahun sebelum munculnya Buddha Maitreya, ada Buddha yang hadir di dunia ini untuk membabarkan Hukum Buddha. Jika tidak ada bukti, siapakah yang dapat mempercayainya? Sungguh hal yang menyimpang, yang hanya dipikirkan selintas dan dadakan, sehingga dapat dikatakan sebagai ajaran sesat. Masih banyak lagi kesalahan yang bila diungkapkan tak akan ada habisnya, yang sekarang Saya kemukakan hanya satu dua saja. Bukan hanya ajaran Syingon yang merupakan ajaran sesat, demikian pula yang digunakan oleh Sekte Zen, Sekte Nembuce dan lainnya. Tetapi semua ajaran tersebut masih termasuk dalam ajaran sementara yang belum mewujudkan yang sebenarnya, sehingga karma pelaksananya adalah terjatuh ke dalam neraka yang tak terputus-putus penderitaannya. Para pelaksana tersebut merupakan orang-orang yang menghina Hukum Sakti, sehingga bagaimana mungkin doa dan keinginannya dapat tercapai? Seorang yang sekarang menjadi raja negeri disebabkan pada masa lampau mempertahankan Hukum Sakti dan mengikuti Sang Buddha. Berdasarkan karunia kebajikan ini, dengan pengaturan Dewa Mahabrahma, Sakradevanam Indra, Dewa Surga, Dewa Candra, Raja Surga dan lainnya, ia menjadi Maharaja atau raja, mendapat daerah besar atau kecil. Mengenai hal ini dikatakan dalam sutra, “Sekarang, dengan kelima mata Saya dapat melihat ketiga masa secara jelas. Seluruh raja negeri pada masa lampau menyumbang dan mengikuti 500 Buddha. Dari sini mereka mendapat karunia kebajikan sebagai penguasa negara atau raja.� Tetapi, karena sekarang mengikuti guru sesat Sekte Syingon, Zen, Nembuce, serta lainnya dan menantang Saddharmapundarika-sutra meskipun menumpuk karma baik sebanyak apapun, sama sekali tidak sesuai dengan keinginan sang Buddha serta menentang para dewa. Hendaknya hal ini dipikirkan secara sungguh-sungguh. Terlahir sebagai manusia merupakan kesempatan yang amat langka. Sekarang setelah beruntung terlahir sebagai manusia, seorang yang tidak ingin mengetahui benar sesatnya hukum dan tidak ingin menjalankan demi tercapainya kesadaran di masa akan datang, berulang kali dirasakan sebagai orang yang tidak mengikuti keinginan pokok. Mahaguru Jikaku pergi ke Tiongkok dan setelah kembali menentang guru pokok Mahaguru Dengyo dengan berdoa dan berkeinginan untuk menyebarkan Syingon di Gunung Hiei. Ia bermimpi memanah bulatan matahari dan melihatnya terputar balik. Tetapi, di negeri Jepang impian ini paling tidak disukai. Raja Chu dari negeri Yin memusnahkan badan sendiri karena memanah matahari. Oleh karena itu, sekalipun impian dikatakan sebagai kebenaran sementara, haruslah dipikirkan dan direnungkan dengan sungguh-sungguh. Hal yang dicatat karena ditanyakan hanyalah sehelai bulu di antara sembilan ekor sapi.

32

Samantabadra | Januari 2018


|KUTIPAN GOSYO

1

Para Bodhisattva sebanyak debu-debu bumi besar yang dihancurkan telah mencapai tingkat tokaku – hanya tertinggal kesesatan dasar pokok jiwa (gampon no mumyo).

Gridhrakuta selama 8 tahun, yaitu pembabaran hukum Saddharmapundarika-sutra. Buddha Sakyamuni membabarkan dan mewujudkan hukum bagian akibat, yaitu Hukum Tunggal Ekayana. Di dalam Hokke Syuku Mahaguru Dengyo menerangkan hukum bagian akibat ini Keterangan: sebagai berikut, “ Di dalam SaddharmapundarikaBodhisattva adalah orang yang berkeinginan sutra terdapat kalimat bahwa hukum yang telah mendapat akibat kebuddhaan, yaitu kesadaran dibuktikan dan diperoleh Sang Buddha sukar terunggul tiada taranya. Pada awal pelaksanaan, dipercaya dan sukar dimengerti. Hanya Sang seluruh bodhisattva mengucapkan Empat Buddha yang dapat menjalankan hakikat ini Prasetya bodhisattva. Dengan mempertahankan hingga sedalam-dalamnya.” Ini berarti, di dalam sila kebodhisattvaan dan menumpuk pertapaan Saddharmapundarika-sutra Buddha Sakyamuni Enam Paramita serta lainnya, mereka mendapat sendiri menjelaskan bahwa suasana kesadaran bukti akibat kebuddhaan. Selain itu, dalam seadanya yang dicapai oleh para Buddha dari Ajaran Khusus (bekkyo) diterangkan bahwa dari sepuluh penjuru hanya terdapat dalam ajaran mulai timbulnya keinginan sampai mencapai Hukum Tunggal Ekayana, yakni dengan membuka tujuan tersebut diperlukan 52 tingkat pertapaan. Hukum Triyana yang dibabarkan dalam berbagai Ditentukan bahwa tingkat bodhisattva adalah Sutra Ajaran Sementara dan membabarkan tingkat tokaku, tingkat ke-51, yaitu tingkatan Hukum yang terunggul yang tiada taranya, yang setara dengan Sang Buddha. Akan tetapi, Ekayana Saddharmapundarika-sutra, Hukum di dalam tingkat tokaku ini masih tertinggal yang terunggul tiada yang melebihinya. Maka, kesesatan akar pokok jiwa. melalui Saddharmapundarika-sutra-lah seluruh Setelah mencapai tingkat tokaku, bila dapat bodhisattva dapat naik tingkat myokaku, tingkat menimbulkan prajna myokaku dalam hati kesadaran yang sederajat dengan Buddha terakhir sebelum memasuki nirvana, maka Sakyamuni, sehingga memperoleh suasana jiwa dapat mematahkan kesesatan pokok jiwa. Buddha. Sebelumnya setelah mematahkan dua dari Oleh karena itu ,sekalipun Sang Buddha tak tiga kesesatan, yaitu kesesatan padangan dan menganjurkan, mereka pasti akan menyebarkan pikiran, serta kesesatan yang bagaikan butirSaddharmapundarika-sutra yang memberi budi butir pasir, baru bodhisattva memasuki tingkat besar kepada mereka dan bersedia menggantikan tokaku mendambakan untuk mencapai tingkat penderitaan serta kesulitan yang diterima olek akibat kebuddhaan yang telah dicapai Buddha pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Tentu Sakyamuni dengan memecahkan kesesatan demikianlah yang mereka rasakan. pokok jiwa. Oleh karena itu, di dalam Bab XIII Tetapi, selama 40 tahun lebih Buddha Saddharmapundarika-sutra, Bab Penegakkan, Sakyamuni hanya membabarkan bagian sebab para Bodhisattva tersebut berprasetya, “Untuk dan tidak dapat membabarkan bagian akibat. membabarkan sutra ini tidak akan menahan Dengan demikian, meskipun para bodhisattva seluruh penderitaan, tidak akan menyayangi telah menerima dan memahami pelaksanaan Jalan Terunggul yang tiada taranya.” Dan pertapaan tingkat sebab yang dibabarkan, karena di dalam Bab XVI, Bab Panjang Usia Sang tidak dibabarkan suasana jiwa kesadaran Buddha, Tathagata, dikatakan,”Sepenuh perasaan hati tidak seorang pun dapat mencapai tingkat ingin melihat Sang Buddha, tanpa menyayangi myokaku. Akan tetapi, di dalam pesamuan di jiwa sendiri.” Di dalam Bab XXI, Bab Kekuatan

GM

Januari 2018 | Samantabadra

33


Gaib Sang Tathagata, para Bodhisattva ini juga berjanji, “Para Bodhisattva yang muncul dari bumi, sejumlah debu dari 1000 dunia, setelah kemoksyaan Sang Buddha, akan menyebarkan sutra ini seluas-luasnya.” Seluruh kutipan di atas menunjukan bahwa seluruh bodhisattva berjanji akan menjaga pelaksana Saddharmapundarikasutra. Bagaimanapun, seluruh bodhisattva ini berprasetya bahwa demi menyebarkan Saddharmapundarika-sutra mereka tidak akan menyayangi jiwa. Tentu saja prasetya tersebut berarti bahwa para bodhisattva akan melindungi pelaksana Saddharmapundarika-sutra di Masa Akhir Dharma.

2

Buddha Sakyamuni adalah ayah yang maitri, Tathagata Prabhutaratna adalah ibu yang karuna.

Keterangan : Selanjutnya Buddha Sakyamuni menganjurkan dan menitahkan para bodhisattva untuk menyebarluaskan Sutra setelah kemoksyaan Beliau. Sebagai jawaban, seluruh bodhisattva berjanji untuk menyebarluaskan ajaran Beliau. Di dalam Bab XI Saddharmapundarika-sutra. Bab Menara Pusaka, di tanah besar timbul terwujud menara tujuh pusaka. Dari dalam menara tersebut Tathagata Prabhutaratna membuktikan kebenaran Saddharmapundarika-sutra dan kemudian para Buddha dari sepuluh penjuru beserta seluruh keluarganya berkumpul. Kedua Buddha, Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna duduk bersanding di dalam Menara Pusaka. Di hadapan keempat kelompok umat Sang Buddha Sakyamuni bertanya dengan lantang, “Siapakah yang di dalam dunia saha ini akan membabarkan Saddharmapundarika-sutra secara luas? Sekarang adalah saat yang tepat. Tak lama lagi Sang Buddha akan memasuki parinirvana. Sang Buddha ingin mewariskan tugas Saddharmapundarika-sutra ini.” Kemudian dikatakan, “Diumumkan kepada seluruh umat, setelah kemoksyaan-Ku, siapakah yang akan menjaga dan mempertahankan, menjaga dan menyebut Sutra ini? Sekarang di hadapan Sang 34

Samantabadra | Januari 2018

Buddha, ucapkanlah prasetya masing-masing.” Dengan demikian diulangi lagi anjuran untuk menyebarluaskan setelah kemoksyaan Sang Buddha. Selanjutnya, sebanyak tiga kali anjuran tersebut kembali diulang, “Putra-putra-Ku yang baik, siapakah yang benar-benar akan menerima dan mempertahankan Sutra ini, membaca dan menyebutnya? Sekarang, di hadapan Sang Buddha ucapkanlah prasetya diri sendiri.” Di dalam Bab Menara Pusaka sebanyak tiga kali Buddha Sakyamuni mengulangi anjuran untuk menyebarluaskan ajaran setelah kemoksyaan beliau. Hal ini disebut sebagai Tiga Amanat Penugasan. Sebaliknya, di dalam Bab XXII, Bab Akhir Pesamuan, para bodhisattva mengatakan, “Kami semua akan melaksanakan dan menyumbang semua yang Engkau amanatkan, janganlah Engkau khawatir!”, berjanji sebanyak tiga kali sesuai titah Sang Buddha untuk menyebarkan ajaran. Di dalam Hukum masyarakatpun terdapat contoh orang yang selalu memenuhi janji, meskipun harus mengorbankan jiwa raga. Apalagi para bodhisattva yang berprasetya untuk menghilangkan dan menggantikan penderitaan umat manusia. Sekalipun Sang Buddha tak memperingatkan, mereka tidak akan membuang pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Lagi pula budi sutra tersebut sangat besar karena memberi mereka pencapaian kesadaran Buddha. Apalagi Sang Buddha selalu bersungguh hati menganjurkan serta memperingatkan untuk menyebarkan hukum ini setelah kemoksyaan Beliau dan mereka yang telah berjanji dengan sesungguh hati di hadapan Sang Buddha, tak diragukan lagi para Boddhisattva tersebut akan membantu pelaksana Saddharmapundarika-sutra.

3

Buddha adalah majikan manusia dan surga, ayah bunda seluruh umat manusia, dan bahkan guru yang membuka dan membimbing.

GM

Keterangan: Kekuatan Buddha Sakyamuni untuk menjaga dan melindungi umat merupakan kebajikan majikan, prajna untuk mengajar


dan membimbing umat merupakan kebajikan guru, dan perilaku maitri karuna kepada umat merupakan kebajikan ayah bunda. Ketiga kebajikan ini sekarang tercakup secara keseluruhan karena beliau membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Di dalam Bab III Saddharmapundarikasutra, Bab Perumpamaan, Buddha Sakyamuni menerangkan kepada seluruh umat Dunia Saha mengenai tercakupnya ketiga kebajikan ini. “Sekarang, seluruh Triloka ini adalah milik-Ku (kebajikan majikan), seluruh umat di dalamnya adalah anak-anak-Ku (kebajikan orang tua), bermacam-macam penderitaan di dunia, hanya Aku seorang diri yang dapat melindungi dan menyelamatkan (kebajikan guru). Para Buddha lainnya selain Buddha Sakyamuni, seperti Buddha Amitabha, tidak mempunyai jodoh dengan umat dunia saha karena tidak pernah dilahirkan di dunia saha. Dengan demikian, mereka tidak lengkap dalam kebajikan guru, sehingga tidak dapat dikatakan sebagai Buddha yang mengandung tiga kebajikan. Oleh karena itu, sama sekali tak ada manfaatnya mengikuti Buddha semacam itu. Di dalam Surat Balasan Kepada Nanjo Hyoe Siciro, setelah Niciren Daisyonin menerangkan kalimat “Sekarang, seluruh Triloka ini” yang terdapat di dalam Bab Perumpamaan, selanjutnya Beliau mengatakan, “Hati kalimat ini adalah bagi kita, umat manusia, Buddha Sakyamuni merupakan orang tua, guru, dan majikan Buddha Amitabha, Buddha Baisyajaguru, dan lainnya dapat menjadi majikan bagi kita umat manusia, tetapi tidak dapat menjadi orang tua dan guru. Satu-satunya Buddha yang mengandung budi yang sedemikian mendalam, yang memiliki tiga kebajikan secara lengkap, hanya Buddha Sakyamuni seorang diri.” (Gosyo, hal -1494) Akan tetapi, sebelum membabarkan Saddharmapundarika-sutra Buddha Sakyamuni mengecam Devadatta dan mencerca Dwiyana dengan mengatakan bahwa para murid golongan Dwiyana tidak akan dapat mencapai kesadaran Buddha untuk selama-lamanya. Dan juga, kepada para bodhisattva tidak dibabarkan hukum

untuk mendapatkan bukti bagian akibat. Maka, ada di antara para Bodhisattva dan Sravaka yang mendengar hal itu merasa ragu-ragu dan berpikir bahwa mungkin iblis surga tertarik merasuk ke dalam tubuh Sang Buddha untuk menyusahkan mereka. Di dalam Bab Perumpamaan Saddharmapundarika-sutra dikatakan, ketika pertama kali mendengar pembabaran Sang Buddha, timbul keragu-raguan dan keterkejutan yang amat sangat di dalam hati sehingga terpikir, sungguh-sungguh iblis telah menjelma menjadi Buddha untuk mengacaukan dan menyesatkan perasaan hati kita. Akan tetapi, di pesamuan Saddharmapundarika-sutra di Gridhrakuta, selama delapan tahun terakhir, terwujud nyata Menara Pusaka dengan kedua Buddha. Buddha Sakyamuni dan Tathagata Prabhutaratna, duduk bersanding dengan diikuti para Buddha dari sepuluh penjuru, dan juga bermunculan para bodhisattva yang muncul dari bumi sejumlah 1000 dunia. Beliau membabarkan hukum karunia kebajikan bukti bagian akibat para Buddha. Seluruh Umat berhasil memperoleh mutiara pusaka pencapaian kesadaran dan merasa bagaikan membuka gudang pusaka untuk dibagikan kepada orang miskin, atau runtuhnya Gunung Kunlun yang mengandung permata. Untuk itu, para Bodhisattva telah berprasetya tidak menyayangi jiwa demi menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra. Di dalam Bab XXII, Akhir Pesamuan, Buddha Sakyamuni mengucapkan tangan-Nya di atas kepala para bodhisattva yang tak terhitung dan mengatakan, “Kalian semua benar-benar bersungguh hati untuk menyebarluaskan hukum ini dan semakin menambah dan meluaskan manfaatnya.” Demikian Sang Buddha menugaskan penyebarluasan setelah kemoksyaan Beliau. Setelah para bodhisattva menjawab amanat Sang Buddha tersebut dengan berprasetya akan menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra, selanjutnya dikatakan, “Pada saat itu Buddha Sakyamuni menitahkan para Buddha emanasi sepuluh penjuru untuk kembali ke tanah pokok negeri masing-masing seraya berkata. Wahai para Januari 2018 | Samantabadra

35


Buddha sejahteralah kalian. Biarlah Menara Pusaka Tathagata Prabhutaratna kembali ke tempat asalnya.” Oleh karena itu, Buddha Prabhutaratna, para Buddha emanasi 10 penjuru dan bodhisattva yang berkumpul itu kembali ke tanah pokok.

4

Saat itu Sang Buddha mengatakan, “Tiga bulan mendatang Saya benarbenar akan meninggalkan dunia dan mencapai parinirvana.” Pernyataan ini benarbenar mengejutkan dan membuat suasana semakin mencekam. Keterangan: Di dalam Sutra Hukum Pelaksanaan Bodhisattva Samantabadra dijelaskan mengenai keadaan Buddha Sakyamuni setelah selesai membabarkan Saddharmapundarika-sutra, “Ketika Sang Buddha berada di negeri Vaishali di Vihara Mahavana di aula jugace, Beliau mengatakan di muka para Bhikku, “Tiga bulan mendatang Saya akan memasuki parinirvana.” Demikian Beliau meramalkan diri sendiri bahwa tiga bulan mendatang akan meninggalkan dunia ini. Ramalan ini kemudian terbukti. Sang Buddha Sakyamuni meninggal dunia dalam usia 80 tahun pada tanggal 15 bulan 2 di negeri Kusyinagara, India Timur di tepi Sungai Ajitavati, di sisi barat Syararin. Kesedihan umat ketika Sang Buddha moksya diterangkan di dalam Nirvana sutra, “Hal yang teramat sulit adalah membalas budi Sang Buddha, karena dapat tercapainya kesadaran Buddha hanya dengan Saddharmapundarikasutra.“ Dengan demikian seluruh umat bersusah hati dan bersedih karena sukar sekali membalas budi agung Sang Buddha yang telah mewujudkan Jalan untuk mencapai kesadaran Buddha. Di dalam Sutra Nirvana dikatakan, “Bodhisattva Kasyapa berjanji di muka Buddha Sakyamuni, “Saya telah selesai mempelajari ajaran, dan kini akan membabarkan makna ini secara luas kepada orang lain. Seandainya banyak orang yang benar-benar percaya dan menerima, haruslah diketahui bahwa orang-orang tersebut telah melakukan pertapaan selama jangka waktu 36

Samantabadra | Januari 2018

yang panjang. Untuk orang-orang seperti itu saya akan mengubah diri menjadi hujan es.” Buddha Sakyamuni yang mendengar hal ini memujinya, “Baik sekali, baik sekali. Anda sekarang benar-benar menjaga Hukum Sakti. Penjagaan hukum seperti ini tidak akan membohongi orang. Karena memiliki jodoh karma baik tidak membohongi orang, maka berumur panjang dan benar-benar mengetahui nasib sendiri.” Dari hal-hal tersebut di atas, para bodhisattva, para dewa, dan lainnya merenungkan dan mengetahui keinginan Sang Buddha. Maka, setiap dari mereka berprasetya akan menghantam musuh Saddharmapundarika-sutra, agar meskipun sedikit, dapat memperpanjang umur Sang Buddha. Untuk memenuhi prasetya tersebut mereka memanggil datang musuhmusuh Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian, para Buddha dan Buddha Sakyamuni akan berpikir bahwa mereka tidak menyayangi jiwa raga. Oleh karena itu, orang yang melaksanakan Saddharmapundarika-sutra di Masa Akhir Dharma, akan benar-benar dilindungi oleh para dewa dan lainnya, berarti doa dan keinginannya pasti tercapai.

5

Seandainya luput memanah bumi besar, meskipun seseorang mengikat awan dengan awan, sekalipun tidak terjadi arus pasang surut atau matahari terbit dari arah barat tidak mungkin ada doa pelaksana yang tak terkabulkan.

GM

Keterangan: Dalam bagian ini melalui perumpamaan diterangkan bahwa doa dan keinginan pelaksana Saddharmapundarika-sutra pasti tercapai. Tidak akan pernah meleset orang yang memanah bumi besar, tidak pernah ada orang yang dapat mengikat angkasa, tidak akan tidak terjadi pasang surut air laut, dan tidak mungkin matahari terbit dari arah barat. Semua hal ini pasti tidak akan pernah terjadi. Tetapi, seumpamanya terjadi hal tersebut, doa dan keinginan pelaksana Saddharmapundarikasutra pasti tetap tercapai. Pengungkapan ini


lebih mempertegas bahwa doa dan keinginan pelaksana Saddharmapundarika-sutra pasti tercapai. Pada bagian terdahulu telah diterangkan bahwa pelaksana Saddharmapundarika-sutra pasti dijaga dan dilindungi oleh para Buddha, para dewa dan lain-lainnya. Lebih dari itu, mengenai rupa pelaksana Saddharmapundarikasutra sama sekali tidak berkaitan dengan ada tidaknya prajna, wibawa, dan kebajikan; pokoknya bila menyebut Nammyohorengekyo dengan sungguh hati pasti doa dan keinginannya tercapai. Hal ini disebabkan karena bila para bodhisattva dan para dewa tidak menjaga atau tidak menyukai pelaksana Saddharmapundarikasutra, mereka mengingkari janji yang diucapkan sendiri di hadapan Sang Buddha. Apalagi sekarang, telah berlalu Masa Saddharma dan Masa Pratirupadharma, dan memasuki Masa Akhir Dharma. Mahaguru Dengyo menerangkan di dalam Catatan Mappo Tomyo, “Di Masa Akhir Dharma, orang yang mempertahankan sila merupakan hal yang aneh, bagaikan harimau di tengah kota. Siapakah yang akan mempercayai hal tersebut?” Oleh karena itu, di Masa Akhir Dharma sama sekali tidak ada orang yang mempertahankan sila, dan sukar sekali bertemu dengan orang berprajna, bagaikan mendambakan tanduk jerapah. Ini berarti, pelaksana Saddharmapundarika-sutra di Masa Akhir Dharma tidak berwujud sebagai orang yang mempertahankan sila atau orang yang berprajna, sebagaimana yang dikatakan oleh Niciren Daisyonin, “Buddha Masa Akhir Dharma adalah manusia biasa, bhikku manusia biasa. Dharma adalah Daimoku, Sangha adalah kita yang melaksanakannya. Karena itu meskipun dikatakan sebagai Buddha, tetap adalah bhikku manusia biasa.” Pelaksana Saddharmapundarika-sutra pada khususnya adalah Niciren Daisyonin. Dalam rupa bhikku biasa, Niciren Daisyonin adalah Buddha. Hal ini menerangkan bahwa tidak boleh merendahkan pelaksana Saddharmapundarikasutra hanya dengan melihat rupanya. Kalimat “Karena ada perumpamaan budi angsa putih dibalas kepada burung yang

hitam, demikian pula budi bhikku yang suci dibalas kepada bhikku manusia biasa”, berarti para bodhisattva dan lainnya yang mendapat budi agung dari Buddha Sakyamuni akan membalasnya kepada pelaksana Saddharmapundarika-sutra Masa Akhir Dharma. Di sini diterangkan alasan mengapa doa pelaksana Saddharmapundarika-sutra pasti tercapai, dan kalimat, “Bila berdoa dengan sungguh-sungguh agar segera datang dan mendapatkan manfaat keuntungannya, bagaimana mungkin tidak tercapai doa yang diinginkan?” menganjurkan untuk semakin memperkuat dan mengobarkan hati kepercayaan. Di dalam surat ini memang diterangkan para bodhisattva, para dewa, dan lainnya melindungi pelaksana Saddharmapundarika-sutra. Hal ini menjadi alasan mengapa doa pelaksana Sutra tersebut pasti tercapai. Tetapi, bagaimanapun akar pokok hal ini tergantung pada Kekuatan Buddha dan Kekuatan Hukum dari Gohonzon. Bhikku Tertinggi ke-26 Kuil Pusat Taiseki-ji, Nicikan Syonin, mengatakan di dalam Kanjin no Honzon Syo Bundan, “Karunia kebajikan para Buddha sepuluh penjuru ketiga masa yang bagaikan jumlah butir-butir pasir Sungai Gangga, karunia kebajikan sutra-sutra yang bagaikan debu sepuluh penjuru ketiga masa, semuanya bertitik tolak pada Pusaka-pemujaan yang tersirat di dasar kalimat pembibitan (Honzon montei gesyu), seperti halnya seratus ribu cabang dan daun timbul dari satu akar. Oleh karena itu. karunia kebajikan Gohonzon ini tak terhitung dan tak terbatas. Fungsi gaibNya sangat luas, dalam dan jauh. Oleh karena itu, bila sungguh-sungguh percaya kepada Gohonzon ini dan menyebut Nammyohorengekyo, tiada doa yang tak terkabulkan, tiada dosa yang tak musnah, tiada rejeki yang tak datang, dan setiap teori kewajaran pasti terwujud nyata.” Gohonzon dari kalimat yang tersirat di dasar kalimat (montei gesyu) berarti, Dai Gohonzon dari altar-sejati Ajaran Pokok yang diwujudkan Niciren Daisyonin pada tanggal 12 bulan 10 tahun Ko-an ke-2. Bila sungguh-sungguh percaya Dai Gohonzon secara mendalam dan Januari 2018 | Samantabadra

37


dapat diragukan. Akan tetapi, dalam bagian ini diberi petunjuk dengan mengutip keragu-raguan sebagai pertanyaan, yakni mengapa doa yang sangat penting selama 20 tahun lebih oleh orangorang terkenal para guru besar sekte Tien-tai, Sekte Syingon, tidak menunjukkan adanya bukti yang jelas. Seandainya surat ini ditulis pada tahun Bunei ke-9 (1272), maka “20 tahun lebih” yang dimaksudkan dalam surat ini adalah kira-kira sejak tahun kenco ke-5 (1253), saat Niciren Daisyonin mendirikan sekte ini. “Doa yang sangat penting” yang dimaksud di sini adalah doa untuk mengusir wabah penyakit menular yang telah dilakukan beberapa kali selama 20 tahun ini. Akan tetapi, doa yang terbesar dan terpenting adalah doa untuk mengusir Mongolia yang ingin menyerbu Jepang. Pada tahun Bun-ei ke-5 , ketika datang surat dari Mongolia untuk pertama kalinya, keluarga kaisar atau pemerintah memerintahkan kuilkuil dan kelenteng-kelenteng mengadakan doa untuk mengalahkan Mongolia. Akan tetapi, pada selanjutnya pada tahun Bun-ei ke-6, ke-7 dan ke-8 berturut-turut datang surat ultimatum Pertanyaan: Melihat kalimat bukti dari Mongolia, maka walau pada tahun Bun-ei tentang teori kewajaran yang tertulis ke-9 tentara Mongolia belum menyerbu Jepang, diatas, jika matahari dan bulan benar sudah dapat dipastikan mereka akan datang ada di langit, pohon dan rumput memang tumbuh di bumi, kalau ada siang dan malam di menyerang. Peristiwa ini merupakan fakta, sehingga tanah negeri ini, bumi besar tidak terbalik dan tenggelam, atau air pasang dan surut terjadi di Niciren Daisyonin dapat memastikan bahwa doa yang dipanjatkan tidak menunjukkan bukti nyata samudera luas, maka doa dan keinginan orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra pada dan mempermasalahkan apakah doa tersebut masa kini pasti terkabulkan dan tidak diragukan tidak tercapai karena kalimat sutra merupakan bualan atau karena perilaku pelaksananya yang lagi di masa akan datang akan terlahir di bodoh dan salah, atau diragukan karena waktu tempat yang baik. dan bakatnya tidak tepat. Juga, dari perenungan tentang hal-hal ini timbul keragu-raguan Keterangan: mengenai yang akan terjadi di masa yang akan Dalam bagian terdahulu telah dijelaskan datang. Tentu saja Saddharmapundarika-sutra bukti tertulis dari teori kewajaran bahwa doa bukan bualan, sehingga kesalahannya terletak pelaksana Saddharmapundarika-sutra pasti pada kebodohan pelaksananya, yang menentang terkabul karena adanya perlindungan para Saddharmapundarika-sutra dengan berdoa Bodhisattva dan para dewa. Orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra, pada masa sekarang mengikuti sekte Syingon. Juga, karena berdoa berdasarkan sutra-sutra Ajaran Sementara yang seluruh keinginan dan doanya pasti tercapai tidak sesuai dengan waktu dan bakat Masa dan pada masa yang akan datang akan terlahir Akhir Dharma, makna doa yang diinginkan tidak di tempat yang baik. Hal ini sedikitpun tidak

menyebut Daimoku, maka kekuatan kepercayaan dan kekuatan pelaksanaan dari umat dapat mewujudkan Kekuatan Buddha dan Kekuatan Hukum yang dimiliki oleh Gohonzon. Oleh karena itu, seluruh doa dan keinginannya dapat tercapai serta dapat mencapai kesadaran Buddha dalam keadaan seadanya. Niciren Daisyonin mengatakan, “Terkabul tidaknya doa Anda tergantung pada kekuatan hati kepercayaan Anda sendiri, sama sekali bukan kesalahan Niciren,” (Gosyo, hal 1262) dan, “Bagaimanapun Niciren mendoakan, bila tidak percaya, bagaikan mengeluarkan api dari alat yang basah. Maka kobarkanlah terus semangat kepercayaan Anda dengan kuat dan sungguh hati.” (Gosyo, hal 1192). Dengan demikian Niciren Daisyonin menganjurkan untuk membangkitkan hati-kepercayaan sesungguh hati. Oleh karena itu, laksanakanlah dengan penuh keyakinan hatikepercayaan yang mendalam kepada Gohonzon dan pelaksanaan yang penuh keberanian, baik untuk diri sendiri dan orang lain (jigyo-keta) agar seluruh doa dapat terkabul.

6

38

Samantabadra | Januari 2018


tercapai. Bila keinginan doa pada masa sekarang tidak tercapai, hal yang terpenting untuk masa akan datang juga tidak mungkin didapatkan, yakni tidak dapat mencapai kesadaran Buddha. Dalam Sutra Tanya Jawab tentang Mempertahankan Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Dalam masyarakat sekarang terdapat doa yang terbalik, semuanya berasal dari Ajaran Sementara yang telah tersebar luas pada masa lampau dan bukan Dharma Sakti yang agung yang harus disebarluaskan pada Masa Akhir Dharma. Ini sama seperti menggunakan penanggalan tahun yang lalu, atau mengganti burung bangau dengan burung gagak.� (Gosyo, hal 467). Doa yang digunakan Sekte Syingon untuk mendoakan keinginannya yang berdasarkan Ajaran Sementara bagaikan menggunakan kalender tahun yang lalu, bukan saja tak sesuai dengan waktunya, bahkan bila mendasarkan kepercayaan kepada filsafat itu akan menimbulkan kekacauan di dalam kehidupan dan mengundang berbagai kerugian besar.

7

Benarkah Anda mempelajari ajaran Gunung Hiei, dikatakan dosa sang ayah dapat mempengaruhi anak, dosa guru dapat mempengaruhi murid. Keterangan: Ketika Niciren Daisyonin masih belajar di Kuil Enryaku di Gunung Hiei, bhikku-bhikku Kuil Enryaku membakar Kuil Onjo, bahkan membakar juga berjilid-jilid sutra, patung Buddha dan tempat stupa dari Kuil Enryaku sendiri. Dengan mengungkapkan fakta ini timbul keragu-raguan besar dalam pikiran Niciren Daisyonin sendiri bahwa bhikku yang demikian buruk tidak dapat mencapai hati Triratna, tidak diterima bumi dan surga, sehingga doa pun pasti tidak tercapai. Dengan demikian, bukankah karena pelaksanaan bhikku-bhikku buruk di Gunung Hiei yang membakar tempat stupa Kuil Enryaku dan Onjo membuat keinginan dan doanya tak tercapai. Pada tahun Bun-ei ke-1 (1264) tanggal 23 bulan 3, bhikku-bhikku Kuil Enryaku membakar kuil mereka sendiri. Selanjutnya pada tanggal 2 bulan 5 tahun yang sama menyerang Kuil

Onjo dan membakar altarnya serta mengambil genta. Sejak saat itu, bhikku-bhikku Kuil Enryaku sering kali menyerang Kuil Onjo dan telah tujuh kali membakarnya. Bhikku Tertinggi ke-5 Kuil Enryaku di Gunung Hiei, Mahaguru Cisyo Enshin, membangun kembali Kuil Onjo dan menjadikannya cabang dari Kuil Enryaku. Di kemudian hari, karena bertentangan dengan murid-murid Jikaku, murid-murid Cisyo meninggalkan Gunung Hiei, pindah ke Kuil Onjo serta mendirikan aliran Jimon dari Sekte Tien-tai. Selanjutnya pihak Kuil Onjo ingin mendirikan altarnya sendiri dengan meminta izin langsung kepada kekaisaran. Pihak Gunung Hiei menghalangi terwujudnya hal itu sehingga terjadi berbagai benturan keras dan akhirnya berulang kali terjadi pertempuran dengan mempergunakan senjata. Baik Kuil Enryaku maupun Kuil Onjo melatih tentara bhikku dalam jumlah besar dan sering meminta bantuan keluarga kaisar bila terjadi masalah. Sering kali pihak yang satu menyerang kuil pihak lainnya sehingga lambat laun terbentuk pasukan tentara bhikku. Sebenarnya Gunung Hiei merupakan pusat ajaran Buddha di Jepang, asal mula tersebarnya agama Buddha, tetapi kenyataannya bertentangan dengan sikap agama Buddha yang sebenarnya, sedikitpun tak mencerminkan adanya kepercayaan di sana. Di mana orangorang pada waktu itu, seakan-akan jelas terlihat datangnya wajah Masa Akhir Dharma, saat musnahnya kekuatan Hukum Buddha Sakyamuni. Di situ Niciren Daisyonin menerangkan jawabanNya dengan menjelaskan hubungan antara Gunung Hiei, Kuil En-ryaku dan kekaisaran, yakni jaya atau runtuhnya Hukum Buddha dengan Hukum Raja mempunyai hubungan yang mendalam. Berpindahnya pusat kekuasaan politik dari istana kaisar di Kyoto ke daerah timur, Kanto, disebabkan keruntuhan Hukum Buddha di Gunung Hiei. Kuil Enryaku di Gunung Hiei didirikan oleh Mahaguru Dengyo (Saico). Pada tahun Enryaku ke-4 (tahun 785) dalam usia 19 tahun Beliau memasuki gunung untuk bertapa. Pada tahun Enryaku ke-7, Beliau membangun Januari 2018 | Samantabadra

39


gedung Icijo Syikan. Pada tahun Enryaku ke13 (tahun 794) Kaisar Kammu memindahkan ibukota ke Hei-an (Kyoto). Gunung Hiei terletak di jurusan timur laut dari kota tersebut. Jurusan tersebut dianggap sebagai “pintu iblis�, sehingga adanya kuil di jurusan tersebut sebagai tempat pertapaan yang melindungi negara akan menjadikan negeri aman dan tenang, sehingga dianut kaisar secara turun temurun. Pada tahun Enryaku ke-25 Mahaguru Denyo kembali dari Tiongkok dan mendirikan Sekte Saddharmapundarika-sutra Tien-tai. Selanjutnya didapatkan izin langsung dari kaisar untuk mendirikan altar Mahayana. Semenjak itu Gunung Hiei menjadi pusat agama Buddha di Jepang. Akan tetapi, setelah Mahaguru Dengyo meninggal, Mahaguru Kobo dari Kuil Timur, Toji berhasil mendekati kaisar sehingga Sekte Syingon berkembang dengan pesat. Kobo membuat Jujusyin Ron (Ulasan mengenai Sepuluh Tingkat Pikiran) yang isinya antara lain menempatkan Saddharmapundarika-sutra pada urutan ke-3, sedangkan ketiga bagian Sutra Sekte Syingon dijadikan Hukum Rahasia yang melindungi dan mengamankan negara. Jikaku, Bhikku Tertinggi ke-3 Kuil Enryaku, terpengaruh keadaan ini dan ingin menghantam Kuil To dengan memperkuat Gunung Hiei. Ia mempelajari dua ajaran; nyata dan rahasia di Tiongkok dan kemudian kembali. Dari Susiddhikara-sutra dan Vajrasekhara-sutra ia membuat kitab 14 jilid yang isinya menegakkan makna sesat bahwa Saddharmapundarika-sutra dan ketiga bagian Sutra Syingon mempunyai teori yang sama, yaitu Icinen Sanzen, tetapi muara ajaran Syingon lebih terbukti kebenarannya (teorinya sama tetapi bukti nyatanya lebih unggul). Dengan demikian, akhirnya Sekte Tientai berubah menjadi Tien-tai-Syingon (Taimice). Dalam Surat Perihal Tri Maha Dharma Sakti, Niciren Daisyonin mengatakan, “Dimulai dari Bhikku Tertinggi ke-3 dan ke-4 Gunung Hiei, Jikaku dan Cisyo, guru pokok Mahaguru Dengyo dan Gisyin ditentang secara luar biasa dengan buku yang berisi perkataan gila, merendahkan hukum-pantangan gunung sendiri dan menertawakan ketidak benarannya. Pantangan 40

Samantabadra | Januari 2018

Kuil Enryaku adalah sila gaib jalan tengah, suci dan bersih tak ternoda. Akan tetapi, para murid tersebut mengatakannya sebagai jalan yang berlumpur. Hal ini sungguh keterlaluan! Meskipun bersedih hati, tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan demikian berarti, aliran bersih Saddharma Mahaguru Tien-tai yang terungul dimasuki oleh lumpur Syingon sehingga menjadi aliran keruh.� Sejalan dengan keruhnya Hukum Buddha Gunung Hiei, Hukum Raja pun turut terpengaruh, sehingga lambat laun rejeki kaisar terkikis habis. Setelah pertempuran antara pihak Genzi an Haike, Minamoto Yoritomo mendirikan pemerintah Kamakura, yaitu, pemerintahan Samurai di daerah Timur Kanto. Selanjutnya terjadi peristiwa Syokyu yang mengakibatkan kekalahan di pihak kaisar, sehingga kekuasaan beralih ke kamakura.

8

Pada tanggal 19 bulan 4 tahun Syokyo ke-3 timbul kerusuhan antara Kyoto dengan daerah Timur, Kanto. Berdasarkan perintah Kaisar Oki, 41 orang yang melaksanakan Hukum Rahasia pertama-tama menjalankan Hukum Rahasia 15 tingkat dengan tujuan menundukkan Kanto. Keterangan: Pada bagian ini akan diterangkan proses dari peristiwa Syokyu, saat pihak kaisar memerintahkan diadakan upacara doa untuk mengusir pihak Kamakura dengan melaksanakan Hukum Rahasia 15 tingkat ajaran Syingon, tetapi pada akhirnya malahan kekalahan berada di pihak kaisar. Pada tahun Sokyu ke-1 (1219) tanggal 29 bulan 1, Sanetomo Minamoto, Syogun ke-3 pemerintah Kamakura, dibunuh oleh Kongyo, putra Yori-ie, Syogun sebelumnya secara gelap, sehingga pihak Genzi tidak mempunyai keturunan lebih lanjut, ini merupakan kesempatan yang baik bagi pihak kaisar. Tanggal 15 bulan 5 tahun Sokyo ke-3 (1221) Kaisar Gotoba bertekad untuk mengangkat senjata guna menghancurkan pemerintah Kamakura. Pertamatama Miceki Iga, aparat pemerintah Kamakura yang bertugas menjaga Kyoto, dibunuh.


Selanjutnya dikeluarkan perintah rahasia kepada para kepala daerah dari berbagai provinsi untuk membunuh perdana menteri, Yosyitoki Hojo. Juga Kaisar Gotoba memerintahkan 41 ornag bhikku berkedudukan tinggi dari Sekte Tien-tai dan Syingon, yaitu dari Kuil Enryaku, Kuil Syoko, Kuil Jinwa, Kuil Onjo, Kuil To, Kuil Kansyu, dan lainnya untuk mendoakan kekalahan pemerintah Hojo di Kamakura, dengan melaksanakan Hukum Rahasia 15 tingkat menurut Sekte Syingon. Pemerintah ini langsung dijalankan sendiri oleh Jien, Bhikku Tertinggi Kuil Enryaku, Kakuco dari Kuil Onjo, Kangen dari Kuil To. Pada tanggal 19 bulan 5 pemerintah Kamakura mengetahui hal ini dan mengambil keputusan untuk mengadakan perlawanan. Pada tanggal 21 bulan 5, anak sulung perdana menteri Hojo Yosyitoki, berangkat dari Kamakura menuju Kyoto, para samurai dari daerah timur menyokongnya dan bergabung sehingga pada akhirnya terbentuk pasukan sejumlah 19.000 orang; demikian diterangkan di dalam Acemakyo. Hojo Yasutoki menyerbu dari arah pantai timur, Nobumice Takeda menyerang dari jurusan gunung di arah timur, Asatoki Hojo dan lainnya menyerang dari daratan di arah utara. Tanggal 13 dan 14 terjadi pertempuran di daerah Uji dan Seito yang merupakan garis pertahanan dari Kyoto. Pada akhirnya pihak kaisar hancur dan kalah secara total. Keadaan ini telah dijelaskan secara rinci di dalam Surat Balasan kepada Tomijo Nyudo, “Yasyutoki dan lainnya telah memasuki gedung Enam Paramita di Kyoto pada tanggal 16. Mereka mulai menangkap dan menuntut tentara pendukung pihak kaisar. Pada akhirnya 6 orang dihukum mati, yaitu Bommon Dainogon Tadanobu dan lainnya. Para bangsawan lainnya turut membunuh tentara kaisar membantu pemerintah Kamakura. Selanjutnya Pihak Kamakura membuang mantan Kaisar Gotoba ke Pulau Oki, mantan Kaisar Juntoku ke Pulau Sado, dan mantan Kaisar Cecimikado ke negeri Tosa, yang akhirnya ke negeri Awa. Pada waktu itu Kaisar Cukyo, diminta untuk mengundurkan diri dan kedudukannya digantikan dengan Kaisar Gohorikawa, anak kakak Kaisar Gotoba. Seharusnya pihak Kamakura mengabdi

kepada Kaisar, Raja Negara, tetapi yang terjadi adalah kebalikannya. Pihak kaisar, penguasa negara, menderita kekalahan dan ketiga mantan kaisar tersebut dibuang, kekuasaan politiknya dicabut dan sepenuhnya beralih ke tangan pemerintah Kamakura. Hal ini merupakan suatu fakta. Dalam berbagai surat Niciren Daisyonin menjelaskan bahwa salah satu terjadinya hal ini adalah karena mantan Kaisar Gotoba dan lainnya menyebarkan makna sesat Zen, Nembuce, dan lainnya, ditambah pula keinginan yang didoakan tergantung kepada Hukum Syingon yang sangat buruk sehingga rejeki sebagai raja negara menjadi habis. Selanjutnya, di dalam Surat Petisi Yorimoto, Niciren Daisyonin mengatakan, “Pada masa pemerintahan Kaisar Oki, keturunan ke 82 timbul sekte Zen dan Sekte Nembuce, ditambah pula dengan hukum buruk Syingon yang disebarluaskan di tanah air. Oleh karena itu, prasetya Tensyo Daisyin, Syo Haciman akan adanya taktha 100 generasi menjadi rusak. Hukum Raja sekaligus habis. Atas pengaturan Tensyo Daijin dan Syo Haciman, Yosyitoki Gono Daiyu dari timur menduduki tingkat penguasa negeri itu.� (Gosyo, hal.1161). Dan mengenai keinginan yang didoakan berdasarkan Syingon di dalam Surat Perihal Raja Negeri Dewa dikatakan, “Pada waktu peristiwa Syokyu, Jien, Bhikku Sekte Tien-tai yang berkedudukan tinggi dan Omuro dari Kuil Jinwa, Micui serta lainnya bersama-sama dengan diikuti para bhikku berkedudukan tinggi lainnya bersatu hati melaksanakan tanpa kurang satu pun hukum rahasia, hukum utama yang disebarkan ke seluruh negeri Jepang, yaitu pada tanggal 19 bulan 4 tahun Syokyu ke-3 melaksanakan, Hukum 15 tingkat. Ke-41 orang bhikku berkedudukan tinggi itu melaksanakan hukum utama 15 tingkat, dan di Jepang ini adalah yang kedua kali. Meskipun dikatakan kekuatan Hukum Buddha maupun kekuatan dan wibawa Hukum Raja, Beliau adalah raja negara yang akan dijaga dan dilindungi para raja Triloka, yaitu rakyat negeri Jepang. Generasi berikutnya mengikuti hal ini dan terbentuklah keluarga. Bagaimana mungkin tidak dapat diperpanjang selama satu bulan, satu Januari 2018 | Samantabadra

41


tahun, dalam satu, dua hari musnah?” (Gosyo, hal 1520). Dan di dalam Surat Misawa dikatakan, “Pada masa raja hukum Oki diambilnya kekuasaan pemerintahan oleh pihak timur semata-mata karena bhikku-bhikku yang berkedudukan tinggi dari ketiga mahaguru mendoakan keinginan sehingga terjadi genjaku o honin (kembali kepada si pengutuk).” (Gosyo, hal 1490). Dengan demikian, karena pihak kaisar mendoakan keinginannya berdasarkan hukum buruk Syingon, maka kekalahan lebih cepat terjadi sehingga bahkan akhirnya kekuasaan politik diambil alih oleh pihak Kamakura.

9

Pertanyaan: Mengapa Hukum Syingon dikatakan sebagai Hukum Sesat?

Keterangan: Mengenai mengapa Sekte Syingon dikatakan sebagai Hukum Sesat, Niciren Daisyonin memberi jawaban bahwa pendiri Sekte Syingon di Jepang, Kukai (Mahaguru Kobo) membagi unggul rendahnya ajaran suci seumur hidup Sang Buddha dan menetapkan yang terunggul adalah Sutra Mahavairocana, yang kedua Sutra Avatamsaka dan yang ketiga adalah Saddharmapundarika-sutra. Tulisan Kobo di dalam Jujusyin Ron menetapkan sepuluh macam perasaan hati (Jujusyin). Urutan yang kedelapan adalah hati yang menetap dalam satu jalan yang asli, yaitu Sekte Tien-tai (Saddharmapundarikasutra); kesembilan adalah hati yang menetap pada sifat yang sama sekali bukan sifat sendiri, yaitu Sekte Kegon (Sutra Avatamsaka); kesepuluh adalah hati yang menetap pada keagungan, berwibawa, dan rahasia, yakni Sekte Syingon (Sutra Mahavairocana). Demikianlah ditetapkan bahwa yang terunggul adalah Sutra Mahavairocana, kedua, Sutra Avatamsaka dan ketiga adalah Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian, Saddharmapundarika-sutra lebih rendah dari kedua sutra lainnya. Jadi, bila dipandang dari Sutra Mahavairocana, Saddharmapundarika-sutra direndahkan menjadi ajaran terendah yang ketiga. Akan tetapi, tingkatan unggul rendah yang 42

Samantabadra | Januari 2018

ditentukan oleh Mahaguru Kobo tidak bersumber dari Sutra manapun, sama sekali hanya merupakan pandangannya sendiri. Terlebih lagi di dalam Bab X Saddharmapundarika-sutra tertera, “Wahai Baisyajaraja, sekarang Saya sampaikan kepada Anda, di antara seluruh Sutra yang Saya babarkan, yang terunggul adalah Saddharmapundarika-sutra.” Dengan demikian jelas dibabarkan bahwa Saddharmapundarikasutra adalah sutra yang terunggul di antara seluruh sutra yang dibabarkan Buddha Sakyamuni. Yang manakah yang harus diikuti, pembabaran Sang Buddha atau pembabaran ini? Tentu saja yang harus diikuti adalah perkataan Sang Buddha, bukan dengan menentukan pandangan sendiri bahwa Sutra Mahavairocana yang terunggul dan Saddharmapundarikasutra menempati urutan ketiga. Ini merupakan pandangan sesat yang dapat menjadi pemfitnah Dharma. Sekalipun demikian seluruh rakyat Jepang percaya kepada makna sesat Kobo dan menganggap bahwa Sutra Mahavairocana adalah sutra yang terunggul di antara seluruh sutra, sehingga mereka menghormati dan mengagungkan Tathagata Mahavairocana sebagai pusaka-pujaan (honzon). Dengan demikian, mereka menentang keinginan Sang Buddha dan menjadi para pemfitnah Dharma, sehingga pasti tidak akan mencapai kesadaran Buddha dan bahkan membuat sebab karma untuk terjatuh ke dalam neraka. Diperingatkan bahwa bila mendoakan ketentraman negara berdasarkan makna sesat Sekte Syingon malah akan mendatangkan bahaya di dalam negeri sendiri.

10

sarpimanda.”

Mahaguru Kobo mengatakan, “Seluruh guru di Tiongkok berebut mencuri rasa

Keterangan: Kobo di dalam Sastra Membedakan Dua Ajaran; Nyata dan Rahasia. Dikatakan, “Berdasarkan lima rasa Buddha dapat dibagi menjadi lima gudang yang terunggul dari keseluruhannya dinamakan sarpimanda,


sedang keempat rasa lainnya diperumpamakan empat gudang. Para guru manusia di Tiongkok memperebutkan sarpimanda, mencurinya, untuk dinamakan pada masing-masing sekte.“ Mahaguru Tien-tai yang membuat perbandingan Delapan Ajaran memperumpamakan kelima kurun waktu sebagai lima rasa. Dan kurun waktu Saddharmapundarika-sutra dan Nirvana sebagai sarpimanda dijatuhkan sebagai hasil curian dari Syingon. Berdasarkan kalimat yang terdapat dalam Sutra Sad Paramita, “Yang disebut ke-84.000 Saddharma dibagi menjadi lima yaitu; pertama Sutra, kedua Vinaya, ketiga Abidharma, keempat Prajnaparamita dan kelima Pintu Dharani. Berdasarkan kelima jenis gudang ini mahluk berperasaan dibimbing dan dibina… bila kelima gudang hukum ini diperumpamakan sama seperti kelima rasa; ksira (susu), dadhi (krim), navanita (keju), ghola (mentega) dan sarpimanda. Di antara kelima rasa tersebut, sarpimanda merupakan rasa yang utama. Istimewa, tergaib, terhalus serta dapat memusnahkan berbagai penyakit, memberikan ketenangan dan kegembiraan lahir batin kepada seluruh mahluk berperasaan.” Maka, Kobo menyatakan bahwa pintu dharani, yaitu ajaran Syingon Mikyo adalah Sarpimanda dan memfitnah Mahaguru Tien-tai bahwa penetapan Saddharmapundarika-sutra sebagai sarpimanda merupakan hasil curian dari perbandingan ajaran Sutra Sad Paramita. Mahaguru Tien-tai menentukan hal itu berdasarkan kalimat yang ada di dalam Sutra Nirvana, “Putra-putra yang baik, seumpama seekor sapi menghasilkan susu, dari susu dihasilkan krim, dari krim dihasilkan keju, dari keju dihasilkan mentega dan dari mentega dihasilkan mentega murni, maka mentega murni itu merupakan rasa yang paling utama. Putraputra yang baik, Sang Buddha pun seperti itu. Dari Buddha dikeluarkan Sutra 12 bagian, dari Sutra 12 bagian dikeluarkan Sutra-sutra, dari Sutra-sutra dikeluarkan Sutra Vaipulya, dari Sutra Vaipulya dikeluarkan Sutra Prajnaparamita, dari Sutra Prajnaparamita dikeluarkan Sutra Mahaparinirvana yang dapat dipersamakan

dengan sarpimanda. Yang disebut sarpimanda ini dapat dipersamakan dengan sifat Buddha.” Dari pembabaran Bab IV Saddharmapundarika-sutra, Bab Kepercayaan dan Pengertian, dan lainnya dapat dibuktikan secara terang urutan kelima waktu. Urutan kelima waktu itu dapat diperumpamakan dengan kelima rasa dan dari sana dapat dibuat perbandingan Ajaran Lima Waktu Delapan Ajaran. Di samping itu, Sutra Sad Paramita baru masuk dari India ke Tiongkok pada zaman Tang, tahun Chen-yuan ke-4 (tahun 788), diterjemahkan ke dalam bahasa Mandarin oleh Bhikku Prajna. Di lain pihak, Mahaguru Tien-tai telah membabarkan Maka Syikan pada zaman Sui tahun Kaiwang ke-14 (tahun 594) dan meninggal pada zaman yang sama, tahun Kaiwang ke-17 (tahun 597). Seperti dikatakan dalam kitab Syingon Kembun, “Guru manusia di Tiongkok dikatakan berebut mencuri sarpimanda. Mengapa terdapat perbedaan tahun dalam hal itu? Hal ini disebabkan karena dari tahun Kaiwang ke-17 sampai dengan tahun Chen-yuan ke4, masa pemerintahan Kaisar Tang Te’chung dari Dinasti Tang, telah berlalu 192 tahun. Mengapa Mahaguru Tien-tai dikatakan mencuri sarpimanda, padahal Sutra Sad Paramita masuk pada 192 tahun setelah kemoksyaan beliau? Jelas sekali terlihat kekeliruannya. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa orang yang terjatuh ke dalam neraka karena memfitnah orang lain dan memfitnah hukum tak lain dan tak bukan adalah orang itu sendiri. “ (Gosyo, hal 148). Oleh karena itu, ketika Mahaguru Tien-tai hidup, di Tiongkok sama sekali tak ada Sutra Sad Paramita. Tentu tak mungkin Beliau mencuri kalimat sutra tersebut. Dengan demikian, tuduhan Kobo bahwa Mahaguru Tien-tai adalah seorang pencuri merupakan kritikan yang amat bertentangan dengan kewajaran, sungguh tak ada ketidakwajaran yang lebih dari itu. Di dalam Surat Membuka Mata hal ini dipatahkan secara tegas, “Sutra Sad Paramita menjelaskan pencapaian kesadaran dari mahluk berperasaan, tetapi tidak menjelaskan Januari 2018 | Samantabadra

43


pencapaian kesadaran sesungguhnya dari yang tak bersifat (musyo). Bahkan tak menerangkan pencapaian kesadaran sesungguhnya semenjak masa lampau yang tak berawal dan tidak pula menandingi rasa kelima Nirvana-sutra. Apalagi tidak mungkin diperbandingkan dengan Ajaran Bayangan dan Ajaran Pokok dari Saddharmapundarika-sutra. Akan tetapi, Mahaguru Kobo mengacaukan kalimat sutra ini dan menggolongkan Saddharmapundarikasutra sebagai rasa yang keempat, yaitu ghola. Bagaimana mungkin Pintu Dharani yang belum menandingi Nirvana-sutra dapat dijadikan sarpimanda?” (Gosyo, hal.222). Dengan demikian, Sutra Sad Paramita, yang di dalamnya berisi Pintu Dharani yang dikatakan sebagai sarpimanda, tidak membabarkan pencapaian kesadaran Buddha yang sesungguhnya yang mencakup mahluk berperasaan dan tidak berperasaan (ujo dan hijo). Dan tidak pula menerangkan mengenai masa lampau yang amat jauh (kuon ganjo), maka tidak mungkin sederajat dengan Sutra Nirvana. Apalagi tidak dapat dibandingkan dengan Saddharmapundarika-sutra; sungguh ajaran yang masih rendah. Meskipun demikian, Kobo, meletakkan Saddharmapundarika-sutra lebih rendah daripada sarpimanda dan Ajaran Rahasia, yaitu direndahkan sampai rasa keempat, ghola; hal ini merupakan kesalahan fatal yang amat besar. Di dalam Surat Perihal Memilih Waktu dikatakan, “Penamaan Saddharmapundarikasutra sebagai sarpimanda bukan pendapat pribadi Mahaguru Tien-tai dan lainnya, melainkan Sang Buddha sendiri di dalam Nirvanasutra membabarkan Saddharmapundarika-sutra sebagai sarpimanda. Bodhisattva Vasubandhu menulis bahwa Saddharmapundarika-sutra dan Nirvana-sutra adalah sarpimanda. Bodhisattva Nagarjuna menamakan Saddharmapundarikasutra sebagai obat gaib. Seandainya orang yang mengatakan bahwa Saddharmapundarika-sutra sebagai sarpimanda adalah pencuri, maka Buddha Sakyamuni, Tathagata Prabhutaratna, para Buddha sepuluh penjuru, Nagarjuna, Vasubandhu dan lainnya, semuanya menjadi 44

Samantabadra | Januari 2018

pencuri”. (Gosyo, hal.278). Dengan demikian, bahwa Saddharmapundarika-sutra adalah sarpimanda memang merupakan keinginan Sang Buddha yang sebenarnya, sehingga percaya makna sesat Kobo yang bertentangan dengan hal ini, yaitu Ajaran Rahasia adalah sarpimanda menjadi sebab terjatuh ke dalam Neraka.

11

Dengan ragu-ragu berkata, “Sutra Mahavairocana adalah hukum-ajaran yang dibabarkan oleh Buddha Mahavairocana.” Dengan demikian, bila berdasarkan hukum pembabaran Buddha Sakyamuni memecahkan dan mematahkan ajaran Buddha Mahavairocana, tentu tak sesuai dengan teori kewajaran.

Anak Cabang

Keterangan: Bagian ini bermaksud memecahkan dan mematahkan makna sesat Kobo yang menjadikan sutra Mahavairocana sebagai sutra yang utama. Dari pihak Sekte Syingon keluar bantahan bahwa Sutra Mahavairocana adalah hukum-ajaran yang dibabarkan oleh Tathagata Mahavairocana, bukan ajaran Buddha Sakyamuni. Oleh karena itu, kalau memecahkan ajaran yang dibabarkan oleh Tathagata Mahavairocana dengan ajaran yang dibabarkan Buddha Sakyamuni, tidaklah sesuai dengan kewajaran. Menanggapi hal itu, Niciren Daisyonin memecahkan dan mematahkan bahwa bila demikian, harap diterangkan, siapa yang menjadi orang tua Buddha Mahavairocana, di negeri mana beliau lahir untuk menerangkan Sutra Mahavairocana. Tathagata Mahavairocana membabarkan Sutra-sutra Ajaran Rahasia, Sutra Vajra Sekhara. Hukum Teori sesungguhnya segala gejala alam semesta diubah menjadi wujud Buddha, yakni Buddha Dharmakaya. Maka, di dalam Ajaran Rahasia, Buddha Dharmakaya ini menjadi akar pokok yang melahirkan semua Buddha dan Bodhisattva. Akan tetapi, bagaimanapun masih merupakan Buddha Dharmakaya, bukan Buddha yang memiliki orang tua dan terlahir di dunia secara nyata untuk membabarkan hukum; hanya Buddha yang terdapat dalam ajaran yang dibabarkan Buddha Sakyamuni, Niciren Daisyonin


mematahkan bahwa kalau Sutra Mahavairocana dibabarkan oleh Buddha Mahavairocana, maka pasti ada kalimat Sutra yang mengatakan bahwa di antara kurun waktu 5 milyar 670 juta tahun, yakni sejak Buddha Sakyamuni moksya hingga munculnya Bodhisattva Maitreya yang menggantikan kedudukan Buddha Sakyamuni, Buddha Mahavairocana akan muncul secara nyata untuk membabarkan hukum. Karena tidak terdapat buktinya, siapa yang percaya akan hal itu? Kemudian, karena hukum Buddha merupakan suatu kewajaran, ajaran Syingon yang berisi makna sesat yang kenyataannya tidak sesuai dengan teori kewajaran Hukum Buddha, maka dapat ditentukan sebagai ajaran yang sesat. Selanjutnya di dalam Surat Syingon Kembun dengan tegas makna sesat tersebut dipecahkan dengan dikatakan, “Dikatakan, Syingon yang dibabarkan oleh Tathagata Mahavairocana berada di luar Saddharmapundarika-sutra. Kalau begitu, apakah kelahiran di dunia, jalan pencapaian kesadaran, manfaat dan pembabaran hukum dari Buddha Mahavairocana sebelum atau setelah Buddha Sakyamuni? Buddha yang membabarkan hukum sesuai dengan bakat manusia harus melewati delapan wajah tahap keberadaan Buddha. Maka, siapa yang menjadi orang tuanya dan nama negerinya harus jelas. Kalau dikatakan tiada dua Buddha yang hadir bersamaan di dunia saha ini, seperti tidak ada raja di dalam satu negeri, merupakan hal yang biasa di dalam ajaran suci… Kalau dikatakan sebagai Buddha yang berasal dari tempat lain, mengapa menggantikan kedudukan Buddha Sakyamuni sebagai majikan, guru dan orang tua kita? Bila menghormati Buddha yang tidak memiliki jodoh dekat dengan kita dan berasal dari tempat lain, sama artinya dengan tidak berbudi bakti.” (Gosyo, hal.149). Semua yang dikatakan di atas hanya merupakan contoh sebagian untuk menunjukkan dan menentukan makna sesat dan kesalahan Syingon, tetapi selain dari itu, masih banyak lagi kesalahan lainnya. Sesungguhnyalah dari kesalahan Hukum ajaran Syingon ini keluar berbagai macam kesalahan lainnya.

Di samping itu, keluarga kaisar dan kalangan pemerintah pada waktu itu percaya kepada makna sesat Syingon, sehingga dalam menghadapi kejadian apapun mereka meminta pertolongan dengan doa secara Syingon. Selain itu mereka juga menggunakan hukum buruk pemfitnahan Dharma dari Sekte Zen dan Sekte Nembuce. Semua hukum di atas sebenarnya sudah dikatakan oleh Buddha Sakyamuni sebagai “belum mewujudkan yang sebenarnya”, sehingga merupakan ajaran upaya sementara, oleh karena itu merupakan hukum yang tidak dapat mencapai kesadaran. Apalagi sektesekte tersebut menegakkan makna sesat yang memfitnah Saddharmapundarika-sutra, tentu menjadi sebab karma untuk terjatuh ke dalam Neraka Avici karena melakukan pemfitnahan dharma yang besar. Orang yang melaksanakan hukum tersebut juga menjadi pemfitnah Dharma, sehingga doanya pasti tak akan terkabul.

12

Seseorang yang pada masa sekarang dapat menjadi raja negeri disebabkan pada masa lampau mempertahankan Hukum Sakti dan mengikuti Sang Buddha.

Anak Cabang

Keterangan: Dalam bagian ini akan dipecahkan dan dipatahkan masalah penguasa pada waktu itu yang biasa berdoa berdasarkan ajaran Sekte Syingon, Zen, Nembuce, dan lainnya. Seseorang dapat menjadi raja negara karena memiliki akar kebaikan dari masa lampau karena mempertahankan Hukum Sakti dan mengikuti Buddha. Karena itu, dengan pengaturan Dewa Mahabrahma, Sakradevanam Indra, dan lainnya dapat menguasai satu daerah. Dikutip kalimat Sutra Manusendra bagian paruhakhir, Bab Menerima dan Mempertahankan, “Seluruh raja negara yang pada masa lampau menyumbang dan mengikuti 500 Buddha dapat menjadi penguasa negara atau raja. Selanjutnya dikatakan, “Oleh karena itu seluruh orang arif dan arhat muncul di negeri itu sehingga memberi manfaat yang besar. Akan tetapi, kalau rejeki raja negara habis, seluruh orang arif akan membuang Januari 2018 | Samantabadra

45


dan meninggalkan negeri. Bila seluruh orang arif meninggalkan tempat, pasti timbul tujuh musibah.” Namun, pada saat itu penguasa Jepang menentang Hukum Sakti Saddharmapundarikasutra dan mengikuti guru jahat Syingon, Zen, Nembuce, dan lainnya serta percaya makna sesat mereka sehingga meskipun mereka melaksanakan Hukum Buddha dan akar kebaikan, karena tidak sesuai dengan keinginan Buddha, menjadi menentang keinginan para dewa. Bahkan sebaliknya berakibat akan mengundang malapetaka. Niciren Daisyonin selanjutnya berkata, “Terlahir sebagai manusia merupakan kesempatan yang amat langka. Sekarang setelah beruntung terlahir sebagai manusia, seseorang yang tidak ingin mengetahui benar atau sesatnya hukum dan tidak ingin menjalankan demi tercapainya kesadaran di masa akan datang, berulang kali dirasakan sebagai orang yang tidak mengikuti keinginan pokok.” Perkataan ini memperingatkan bahwa terlahir sebagai seorang manusia merupakan hal yang langka; oleh karena itu sungguh beruntung pada saat ini dapat dilahirkan sebagai manusia. Meskipun demikian, bila tidak sungguh-sungguh menuntut sesat atau benarnya hukum demi tujuan tercapainya jalan Kesadaran dengan percaya, menerima dan mempertahankan Hukum Sakti, apalah gunanya dilahirkan sebagai manusia. Yang dimaksud dengan raja negara oleh Niciren di sini tidak terbatas dalam pengertian kaisar, tetapi juga orang-orang yang memegang kekuasaan satu negara. Di dalam Surat Berita Syimoyama tertera, “Selama orang-orang Provinsi So tidak menjadi pemfitnah Dharma, dan juga terus menekuni kedua jalan, jalan sastra dan jalan ksatria, pasti mereka direstui para dewa sebagai raja negara.” (Gosyo, hal 354). Kemudian, di dalam Surat Petisi Yorimoto dikatakan, “Daiyu Yositoki, penguasa Kanto, ditentukan oleh Tensyo Daijin dan Syo Haciman sebagai pemerintah negara.” (Gosyo, hal 1161). Dari kedua Kutipan itu, jelas yang dimaksud dengan orang-orang provinsi So di dalam Surat Berita Syimoyama adalah keluarga Hojo Yosyitoki. 46

Samantabadra | Januari 2018

13

Mahaguru Jikaku pergi ke Tiongkok dan setelah kembali menentang guru pokok Mahaguru Dengyo dengan berdoa dan berkeinginan untuk menyebarkan Syingon di Gunung Hiei.

Anak Cabang

Keterangan: Bhikku ke-3 tertinggi Kuil Enryaku di Gunung Hiei, Ennin (Jikaku) adalah penyebab utama yang menodai dan mengeruhkan Gunung Hiei dengan makna Sesat Syingon. Jikaku pada usia 15 tahun masuk Gunung Hiei dan mengikuti gurunya. Mahaguru Dengyo. Pada tahun Showa ke-5 (838) ia pergi ke Tiongkok dan pada tahun Showa ke14 (847) kembali ke Jepang, Pada tahun Jinzu ke-4 (854) menjadi Bhikku Tertinggi Sekte Tientai. Akan tetapi, murid Mahaguru Dengyo ini cenderung menyeleweng mengikuti makna sesat Syingon. Dengan berpegang pada Penjelasan Sutra Mahavairocana dari Subhakarasimha, mengarang tujuh Jilid Penjelasan Sutra Vajra Sekhara. Di dalam buku tersebut dikatakan bahwa Sutra tiga bagian Saddharmapundarikasutra dan sutra ketiga bagian Syingon mempunyai dasar pokok teori yang sama, yaitu Icinen Sanzen, tetapi Saddharmapundarika-sutra tidak membabarkan hukum pelaksanaan dari mudra dan mantra. Maka, Saddharmapundarika-sutra memiliki rahasia teoritis (ri himice) sedangkan sutra tiga bagian Syingon memiliki rahasia yang mencakupi teori dan kenyataan (jiriki mice), sehingga sutra tiga bagian Syingon lebih unggul daripada Saddharmapundarika-sutra. Di samping itu, dalam Riwayat Mahaguru Jikaku tertulis, “Mahaguru telah berhasil membuat uraian kedua sutra dan dalam hati merenungkan jasa telah menunaikan tugas. Apakah uraian ini sesuai dengan kehendak Buddha atau tidak. Kalau tidak, tentu tidak dapat tersebar dalam masyarakat. Oleh karena itu telah meletakkannya di hadapan patung Buddha dan selama tujuh hari tujuh malam melaksanakan pertapaan merenung sesungguh hati serta berdoa. Setelah lima hari berlalu, pada waktu lima ko beliau bermimpi melihat bulatan matahari pukul 12.00 tepat. Beliau mengambil


busur untuk memanahnya dan bidikannya tepat terkena sasaran sehingga bulatan matahari itu berputar. Setelah sadar dari mimpi, dia berpikir telah benar-benar mencapai kesadaran yang menerobos jalan keinginan Buddha yang sangat mendalam, sehingga ingin mewariskan hal ini untuk generasi akan datang.” Bermimpi melihat dan memanah matahari diyakini bermakna bahwa dirinya sendiri telah menyamai kehendak Buddha. Ia menyampaikan hal ini kepada Kaisar Jimmu dan menerima amanat kaisar bahwa Bhikku Tertinggi Sekte Tien-tai menjadi majikan Syingon. Kemudian ia mengubah ketentuan Mahaguru Dengyo yang menentukan bahwa sutra tiga bagian untuk menentramkan dan melindungi negara adalah Saddharmapundarika-sutra, Sutra Svarnaprabhasa, dan Sutra Manusendra, menjadi sutra tiga bagian Syingon. Gunung Hiei mengubah ajaran menjadi ajaran rahasia Syingon. Sejak itu, ajaran Syingon yang disebarkan oleh Mahaguru Kobo dikatakan sebagai Tomice, sedangkan ajaran rahasia Syingon di Gunung Hiei dikatakan sebagai Taimice. Keduanya dinamakan, sebagai ajaran rahasia Tien-tai. Akan tetapi, mimpi Jikaku yang melihat dan memanah matahari hingga terjatuh berputar bukan mimpi yang mengandung arti baik, melainkan membahayakan, pertanda akan musnahnya negeri dan diri sendiri melalui Hukum Syingon ini. Di dalam Surat Membalas Budi dikatakan, “Perkataan Mahaguru Jikaku mengenai dapat memanah matahari tidak pernah dikatakan sebagai impian yang baik di dalam 5000-7000 sutra dan 3000 lebih jilid ajaran non-Buddhis. Asura membenci Dewa Indra, sehingga memanah matahari, tetapi panahnya berbalik menusuk matanya sendiri. Raja Chu dari negeri Yin memanah matahari, tetapi panahnya berbalik menusuk matanya sendiri. Raja Chu dari negeri Yin memanah matahari, tetapi hasilnya memusnahkan diri sendiri. Ketika Kaisar Jimmu di Jepang berperang dengan Tomi no Osa dan Icegei no Mikoto, tangan Mikoto terpanah, Mikoto berkata, “Saya adalah cucu

Dewa Matahari, sehingga memanah saya akan dianiaya oleh Dewa Matahari.” Raja Ajatasatru, yang sadar dari pandangan sesat dan mengikuti ajaran Buddha, kembali ke rumah dan kemudian tertidur. Tiba-tiba ia bangun dengan terkejut dan berkata kepada para pegawainya, “Matahari dari atas langit jatuh ke tanah.” Mendengar itu, salah seorang pegawainya berkata, “Dari mimpi itu dapatlah diketahui Sang Buddha akan moksya dan sebagainya. Shubadra pun bermimpi seperti itu. Negeri kita paling tidak menyukai mimpi serupa itu, karena Negeri Jepang dikatakan sebagai negeri Dewa Tensyo (matahari). Sang Buddha, menurut ajaran Sakyamuni dikatakan sebagai bibit matahari. Putri Maya, setelah bermimpi mengandung matahari mendapatkan pangeran ini. Karena Mahaguru Jikaku menegakkan Buddha Mahavairocana di Gunung Hiei dan membuang Buddha Sakyamuni, mengagungkan suara tiga bagian Syingon dan menentang sutra tiga bagian Saddharmapundarika-sutra, maka secara nyata menimbulkan mimpi serupa ini.” (Gosyo, hal 317). Dengan demikian, Niciren Daisyonin memecahkan bahwa impian yang dilihat jikaku mempunyai tafsir membahayakan. Di dalam Surat Perihal Memilih Waktu juga dikatakan, “Mimpi itu merupakan pertanda musnahnya negeri, lenyapnya rumah, dan di masa akan datang terjatuh ke Neraka Avici.” (Gosyo, hal 282). Akan tetapi, dari makna sesat yang didirikan jikaku ini, orang-orang di Jepang percaya bahwa Sutra tiga bagian Syingon lebih unggul daripada Saddharmapundarika-sutra. Aliran suci Mahaguru Dengyo dari Gunung Hiei tertutup aliran Syingon yang keruh, Saddharmapundarikasutra direndahkan dan doa-doa menurut Syingon dipentingkan, sehingga doa-doa untuk menentramkan dan melindungi negara tak tercapai bahkan mendatangkan malapetaka. Di dalam Surat Perihal Tri Maha Dharma Sakti dikatakan, “Semenjak Bhikku Tertinggi ke-3 dan ke-4 Gunung Hiei, Jikaku dan Cisyo, Guru Pokok Dengyo dan Gisyin ditentang secara luar biasa. Mengeluarkan buku berisi kata-kata gila bahwa Januari 2018 | Samantabadra

47


teorinya sama tetapi bukti nyatanya lebih unggul. Hukum pandangan gunung sendiri direndahkan dan diolok-olok. Pantangan Kuil Enryaku sungguh luar biasa suci bersih dan murni, pantangan Jalan Tengah Saddharma, tetapi dipandang seluruh manusia sebagai tanah yang berlumpur. Meskipun amat bersusah hati, tak ada kata-kata yang dapat memperbaiki. Gunung Mari menjadi tanah berbatu dan penuh kotoran, hutan cendana berubah menjadi onak.� (Gosyo, hal 1023)

Catatan

48

Samantabadra | Januari 2018

Sairenbo yang merupakan bhikku pelajar dari Gunung Hiei berada di jalan jikaku ini, sehingga pada bagian akhir diterangkan alasan-alasan mengapa dengan ajaran makna sesat jikaku doadoa Gunung Hiei tidak terkabul; sedangkan doa berdasarkan Hukum Sakti akan menentramkan dan menyejahterakan negara. Dan surat ini doa yang berdasarkan Hukum Saktilah yang merupakan jalan langsung untuk mencapai kesadaran. ***


Januari 2018 | Samantabadra

49


50

Samantabadra | Januari 2018


Januari 2018 | Samantabadra

51


52

Samantabadra | Januari 2018


Januari 2018 | Samantabadra

53


54

Samantabadra | Januari 2018


Januari 2018 | Samantabadra

55


56

Samantabadra | Januari 2018


materi ajaran | gosyo cabang

Gosyo Cabang

Surat Balasan kepada Ueno Dono

Perihal Waktu yang Tepat untuk Menyebarluaskan Dharma LATAR BELAKANG |

S

urat ini ditulis di Gunung Minobu pada tanggal 27 bulan 12 tahun Ko-an ke-2 (1279). Ketika itu Niciren Daisyonin berusia 58 tahun. Pada akhir tahun, yaitu pada tanggal 27 bulan 12, Nanjo Tokimitsu menyumbang beras dua karung. Tepat pada saat itu Niciren Daisyonin sedang mengalami kesulitan kekurangan makanan. Oleh karena itu sumbangan berupa beras dua karung itu dihargai Beliau sebagai sumbangan yang amat tepat dengan waktu. Surat aslinya hingga sekarang masih tersimpan di Kuil Pusat Taiseki-ji.

ISI GOSYO |

K

iriman beras putih satu muatan kuda telah diterima. Bukankah segala sesuatu tergantung pada waktu? Perihal ‘musim semi adalah bunga, musim gugur adalah bulan’, juga menerangkan akan kesesuaian dengan waktu. Demikian pula halnya dengan Buddha. Penyebab munculnya Buddha adalah Saddharmapundarika-sutra, namun Beliau tidak membabarkan Saddharmapundarika-sutra itu selama 40 tahun lebih dari masa kehidupan Beliau. Adapun mengenai alasannya dikatakan dalam Bab Upaya Kausalya Saddharmapundarika-sutra, “Karena belum tiba waktunya untuk membabarkan�. Kimono dari bahan katun tebal yang diterima pada waktu musim panas dan sehelai pakaian tipis yang diterima pada musim salju memang akan diterima dengan hati yang gembira. Namun kegembiraan hati itu tidak akan sebesar bila menerima kimono dari bahan katun tebal pada musim salju dan menerima pakaian yang terbuat dari bahan tipis pada musim panas. Demikian pula, mendapat uang pada waktu kelaparan dan menerima persembahan makanan pada waktu kehausan memang menyenangkan hati, namun kesenangan itu tidak akan sebesar kesenangan yang timbul bila mendapatkan nasi pada waktu kelaparan dan air pada waktu kehausan. Bukankah anak kecil yang menjadi Buddha karena menyumbang kue tanah kepada Buddha dan orang yang terjatuh ke Dunia Neraka karena menyumbang permata adalah karena disebabkan oleh hal ini (tidak sesuai dengan waktu)? Niciren, semenjak terlahir di negeri Jepang, tidak pernah menyesatkan orang dan tidak pernah mencuri. Dengan demikian Niciren sama sekali tidak berbuat kesalahan dalam masyarakat. Sebagai Guru Dharma pada Masa Akhir Dharma, mungkin badan ini mempunyai Januari 2018 | Samantabadra

57


sedikit kesalahan. Pada waktu jaman raja yang memerintah menggemari sastra, jalan ksatria dibuang. Juga, orang yang jujur dibenci oleh para hidung belang. Demikian pula dengan Niciren, yang lahir dan menyebarluaskan Saddharmapundarika-sutra pada jaman orang percaya pada Sekte Nembutsu, Sekte Zen, Sekte Syingon, serta Sekte Ritsu. Oleh karena itu, Niciren dibenci oleh raja beserta seluruh jajaran pejabat pemerintahannya, dan puluhan ribu rakyat, sehingga akhirnya Niciren berdiam di tengah gunung. Jika demikian, bagaimanakah pengaturan dari para dewa ? Pada waktu musim dingin, salju tertumpuk setinggi 5 syaku (sekitar 1,5 meter). Jalan setapak yang biasa dilalui orang di gunung ini tertutup oleh salju. Oleh karena itu, tak ada orang yang datang berkunjung ke gunung ini. Pakaian yang dikenakan adalah pakaian yang tipis, sehingga tidak dapat menahan dingin. Pada waktu makanan habis, jiwa hampir melayang. Rasanya telah bertekad untuk mati kelaparan, maka kunjungan yang mencegah kematian kadang kala membuat hati gembira namun kadang kala membuat hati terasa sedih. Pada waktu itu, keadaannya (perihal menerima kiriman beras putih) adalah bagaikan sebuah pelita yang hampir padam dituangkan minyak kembali. Sungguh amat berharga! Kesungguhan hati itu amat dihargai dan disyukuri. Mungkinkah Buddha Sakyamuni dan Saddharmapundarika-sutra mengatur hal ini? Sekian dan terima kasih. Tanggal 27 bulan 12 tahun Ko-an ke-2 (1279) Surat Balasan Kepada Ueno Dono tertanda, Niciren

KETERANGAN GOSYO | Pada awal surat dikatakan, “Bukankah segala sesuatu tergantung pada waktu?� Sumbangan beras putih dari Ueno Dono bagi Niciren Daisyonin yang berada di Gunung Minobu adalah sangat tepat waktunya. Untuk menguraikan mengenai ketepatan waktu ini, pertama-tama ditegaskan terlebih dahulu akan pentingnya waktu dalam segala hal. Timbulnya perbedaan nilai dan manfaat dari segala hal dan gejala dalam masyarakat sepenuhnya tergantung pada musim dan arus jaman. Bunga dan bulan terdapat sepanjang tahun selama 4 musim. Akan tetapi mengapa 58

Samantabadra | Januari 2018

biasa dikatakan “musim semi adalah bunga, musim gugur adalah bulan�? Perkataan itu muncul karena bunga sakura mekar pada musim semi, sedangkan bulan purnama yang paling indah dapat dilihat pada musim gugur. Uraian ini menunjukkan bahwa walaupun bunga-bunga tumbuh sepanjang waktu, namun hanya pada musim semi bunga terindah, bunga sakura, bermekaran dengan indahnya. Juga walaupun tiap bulan dalam setahun dapat dilihat bulan di langit, namun bulan yang terindah adalah bulan purnama pada musim gugur. Dengan demikian waktu menentukan sekali dalam segala hal.


Selanjutnya dikutip perumpamaan berdasarkan Hukum Buddha. Tujuan kehadiran Buddha Sakyamuni di dunia ini adalah untuk membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Akan tetapi, selama 40 tahun lebih semenjak tercapainya Jalan Kebuddhaan, Beliau hanya membabarkan sutra-sutra Ajaran Sementara seperti Sutra Avatamsaka, Sutra Agam, Sutra Vaipulya, Sutra Prajna Paramita, dan sebagainya. Beliau tidak membabarkan Saddharmapundarika-sutra. Dengan demikian, seperti yang diterangkan di dalam Bab Upaya Kausalya, “Karena belum tiba waktunya untuk membabarkan”, semuanya tergantung pada waktu. Kemudian, diuraikan mengenai sumbangan kimono yang terbuat dari katun tebal yang diterima pada musim panas, serta pakaian tipis yang diterima pada musim salju. Sudah sepantasnya sumbangan ini dihargai seperti setiap sumbangan. Namun, seandainya kimono yang terbuat dari katun tebal diterima pada musim salju dan pakaian tipis diterima pada musim kemarau, sumbangan itu akan tepat dengan waktunya. Dengan demikian, sumbangan itu tentu akan lebih dihargai. Demikian juga halnya dengan sumbangan uang pada waktu kelaparan dan persembahan makanan pada waktu kehausan. Sumbangan seperti ini memang diterima dengan penuh rasa syukur. Namun rasa terima kasih ini akan jauh lebih besar bila pada waktu kelaparan mendapatkan nasi dan pada waktu kehausan mendapatkan air. Pada waktu lapar tidak ada yang lebih berharga daripada nasi dan pada waktu haus tidak ada yang lebih berharga daripada air. Hal yang sama dapat dikatakan pada sumbangan kepada Buddha. Dituliskan mengenai contoh anak yang menyumbang kue tanah kepada Buddha dan sebagai akibat imbalannya, anak itu terlahir sebagai

Raja Asoka. Tetapi sebaliknya orang yang menyumbang permata terjatuh ke dalam Dunia Neraka. Kemudian dikatakan, “Niciren, semenjak terlahir di negeri Jepang, tidak pernah menyesatkan orang dan tidak pernah mencuri. Dengan demikian, Niciren sama sekali tidak berbuat kesalahan dalam masyarakat. Sebagai Guru Dharma di Masa Akhir Dharma, mungkin badan ini mempunyai sedikit kesalahan.” Dari perkataan ini diuraikan bahwa memang Niciren Daisyonin sendiri tidak mempunyai dosa dalam masyarakat. Namun, Beliau tetap mengalami berbagai penganiayaan. Penganiayaan ini Beliau dapatkan karena menyebarkan Hukum Sakti dalam masyarakat yang percaya kepada Hukum Sesat. Pada akhirnya Beliau mengundurkan diri dan masuk ke Gunung Minobu. Sebagai seorang bhiksu, tentu wajar bila Beliau tidak melakukan kesalahan dalam masyarakat. Beliau tidak pernah melakukan kesalahan-kesalahan seperti menyiksa orang, mencuri, dan perbuatan-perbuatan semacam itu. Tetapi, mengapa hal ini ditulis? Karena, pada jaman saat Niciren Daisyonin hidup, banyak juga bhiksu yang melakukan dosa dalam hal kemasyarakatan. Kalimat selanjutnya mengatakan, “Sebagai Guru Dharma pada Masa Akhir Dharma mungkin badan ini mempunyai sedikit kesalahan”. Dari kalimat ini dapatlah ditafsirkan bahwa sebagai bhiksu pada Masa Akhir Dharma badan Beliau mempunyai sedikit kesalahan. Niciren Daisyonin terpaksa hidup di tengah Gunung Minobu karena Beliau dibenci oleh seluruh rakyat negeri Jepang. Beliau dibenci oleh penguasa yang tertinggi sampai puluhan ribu rakyat biasa. Mereka membenci Niciren Daisyonin karena Beliau menyebarkan Saddharmapundarika-sutra, Ajaran Sesungguhnya, di tengah masyarakat

Januari 2018 | Samantabadra

59


yang percaya kepada sutra-sutra Ajaran Sementara. Kita dapat membaca hal ini sebagai suatu penjelasan yang menerangkan mengenai masalah waktu. Selanjutnya, mengenai kalimat “Pada waktu jaman raja yang memerintah menggemari sastra, jalan ksatria dibuang. Juga, orang yang jujur dibenci oleh para hidung belang.” Niciren Daisyonin sendiri dibenci oleh raja, menteri dan seluruh rakyat karena Beliau giat menyebarkan Saddharmapundarika-sutra, ajaran sesungguhnya, di tengah masyarakat yang percaya kepada empat sekte Ajaran Sementara: Sekte Nembutsu, Sekte Zen, Sekte Syingon, dan Sekte Ritsu. Pada akhirnya Beliau berdiam di tengah Gunung Minobu. Dipandang dari satu sisi, kehadiran Niciren Daisyonin kelihatannya melawan waktu. Namun, ditinjau dari ramalan Buddha Sakyamuni dalam Mahasanghata dan Saddharmapundarika-sutra, jelas terlihat bahwa Saddharmapundarika-sutra yang merupakan ajaran Beliau adalah Sutra Sesungguhnya yang tepat dengan waktu; Saddharmapundarika-sutra adalah ajaran yang tepat untuk Masa Akhir Dharma. Umat manusia Masa Akhir Dharma tidak mungkin dapat diselamatkan selain dengan Saddharmapundarika-sutra. Namun, rakyat negeri Jepang yang pada waktu itu tetap mempertahankan Ajaran Sementara, sama sekali tidak mau membuka telinga terhadap seruan yang penuh maitri karuna dari Niciren Daisyonin, Buddha Pokok Masa Akhir Dharma. Mereka bukan hanya tidak mau mendengar, mereka bahkan membalas dengan berbagai serangan dan menjatuhkan hukuman pembuangan sebanyak dua kali pada Beliau. Dengan demikian, orang yang benar-benar tak mengetahui tentang “waktu” sebenarnya adalah orang-orang negeri Jepang pada 60

Samantabadra | Januari 2018

waktu itu, dari penguasa tertinggi sampai puluhan ribu rakyat biasa. Jika kita tinjau keadaan negeri Jepang pada saat itu di dunia yang sempit ini, kelihatannya kehadiran Niciren Daisyonin tidak tepat dengan waktu. Namun, bila dilihat dari segi irama Hukum Buddha yang luas, justru Niciren Daisyoninlah yang ‘tepat dengan waktu’. Oleh karena itu, Niciren Daisyonin menunjukkan kebenaran penyebarluasan Hukum dalam Gosyo lain, yaitu dengan rumus lima prinsip penyebarluasan ajaran, bakat, waktu, negara, dan urutan penyebarluasan. Terakhir, diuraikan mengenai betapa sulitnya kehidupan di Gunung Minobu. Sumbangan Nanjo Tokimitsu dipuji dan dihargai oleh Niciren Daisyonin sebagai sumbangan yang tepat dengan waktu. Keadaan di Gunung Minobu diuraikan dalam surat dengan penggambaran seperti, “Salju tertumpuk setinggi 5 syaku. Jalan setapak yang biasa dilalui orang di gunung ini tertutup oleh salju. Oleh karena itu, tidak ada orang yang datang berkunjung ke gunung ini. Pakaian yang dikenakan adalah pakaian yang tipis, sehingga tidak dapat menahan dingin. Pada waktu makanan habis, jiwa hampir melayang.” Demikianlah pada bulan 12 di akhir tahun itu salju turun dengan kerasnya, tidak ada manusia yang berlalu lalang, dan makanan juga hampir tak ada. Dalam keadaan seperti itu, sumbangan beras satu muatan kuda dari Nanjo Tokimitsu dipuji Niciren Daisyonin sebagai ketulusan hati kepercayaan Nanjo Tokimitsu. Penghargaan ini dapat kita lihat pada bagian akhir surat, “Kesungguhan hati itu amatlah dihargai dan disyukuri. Mungkinkah Buddha Sakyamuni dan Saddharmapundarika-sutra mengatur hal ini?” Dengan hati kepercayaan seperti ini, Tokimitsu pasti mendapat perlindungan dari Gohonzon. ***


Januari 2018 | Samantabadra

61


Gosyo Suplisi

Surat Musyimoci

LATAR BELAKANG |

S

eperti tertulis pada akhir surat ini; “Tanggal 5 bulan ke-1, Surat Balasan Kepada Ny. Omonsu�, maka surat ini merupakan surat balasan kepada Ny. Omonsu yang telah mengunjungi Niciren Daisyonin di Gunung Minobu, pada awal tahun dengan mempersembahkan berbagai sumbangan berupa kue ketan dan buah-buahan. Ny. Omonsu, penerima surat ini, adalah istri Isyikawa Syinbeino Suke Tokimice. Ia menganut kepercayaan ini melalui Nikko Syonin dan telah melaksanakan kepercayaan yang tulus dan murni bersama-sama suaminya. Kuil Kitayama Honmon sekarang, mula-mula didirikan oleh putranya, Isyikawa Mango Saburo no Tada, untuk menyambut kedatangan Nikko Syonin. Walau tahun ditulisnya surat ini tidaklah jelas, namun diperkirakan ditulis pada tanggal 5 bulan kesatu tahun 1281 (Koan ke-4) di Gunung Minobu. Surat aslinya sampai saat ini masih tersimpan dengan baik di Kuil Pusat Taiseki-ji. Surat ini pertama-tama memuji kesungguhan hati kepercayaan Ny. Omonsu, yang pada permulaan bulan ke – 1 ini telah mempersembahkan sumbangan kepada Niciren Daisyonin. Kemudian, merasa kegembiraan hati Beliau, bahwa dengan hati kepercayaan itu pasti akan menambah rejeki kebajikan. Selanjutnya, sambil memuji kesungguhan hati Ny. Omonsu dalam mempersembahkan sumbangan, dan mengajarkan bahwa baik di Dunia Neraka maupun Dunia Buddha, keseluruhannya terdapat dalam jiwa kita sendiri. Kemudian dengan mengajukan pertanyaan, apakah dalam jiwa manusia yang merupakan sumber ketiga racun dari keserakahan, kemarahan dan kebodohan, tercakupi Dunia Buddha yang Agung? Kemudian dijelaskan dengan perumpamaan yang mudah dimengerti. Pada akhirnya, menyimpulkan dan mengulangi kembali tentang karunia kebajikan dalam memberi sumbangan kepada Saddharmapundarika-sutra.

62

Samantabadra | Januari 2018


ISI GOSYO | Saya telah menerima 100 lembar kue Musyimoci dan satu keranjang buah-buahan. Tanggal 1 bulan kesatu adalah menandakan awal hari, awal bulan, awal tahun dan juga awal musim semi, sehingga barang siapa yang merayakannya berdasarkan Hukum Sakti, kebajikannya semakin unggul dan dicintai semua orang, sama seperti bulan yang bergerak dari Barat ke Timur lambat laun menjadi penuh, matahari dari Timur menuju Barat lambat laun menjadi terang. Apabila kita bertanya di mana adanya Dunia Neraka dan Dunia Buddha, maka ada kalimat sutra yang mengatakan bahwa Dunia Neraka terdapat di bawah tanah, dan Dunia Buddha terdapat di sebelah Barat atau dan lain sebagainya. Namun, bila kita teliti lebih lanjut, sesungguhnya “Dunia Neraka dan Dunia Buddha� terdapat pada badan kita sendiri yang tingginya 5 kaki ini. Saya berpandangan demikian, karena pada perasaan jiwa orang yang merendahkan ayah dan meremehkan ibunya akan terdapat neraka. Sebagai contoh, terdapatnya bunga dan buah dalam sebuah biji teratai. Demikian juga Buddha berada pada jiwa kita, seperti adanya api pada batu dan adanya harta pada permata. Kita, manusia biasa, tidak dapat melihat bulu mata yang dekat dan langit yang jauh di angkasa. Begitu pula kita, tidak menyadari adanya Buddha pada perasaan jiwa kita sendiri. Hanya saja suatu hal yang membuat kita ragu, bahwa kita menjadi manusia adalah sebagai hasil percampuran antara sperma dan sel telur dari ayah dan ibu, karena berakar pokok pada tiga racun dan bersumber pada hawa nafsu, maka bagaimana mungkin Buddha ada pada diri kita ? Namun setelah direnungkan lebih mendalam, tampaknya pandangan ini tidaklah keliru. Teratai yang amat suci, muncul dari dalam lumpur yang kotor; kayu cendana yang amat harum dan wangi, tumbuh dari tanah; bunga Sakura yang amat indah, tumbuh dari pohon; Yang Kuei Fei yang amat cantik, ia dilahirkan dari rahim seorang ibu yang berkedudukan rendah; bulan terbit dari balik gunung, namun akhirnya menerangi gunung itu sendiri; malapetaka keluar dari mulut dan menjerumuskan diri sendiri; sedangkan karunia muncul dari perasaan hati dan menghias diri kita. Di awal tahun baru ini, kesungguhan hati menyumbang Saddharmapundarika-sutra sama seperti berseminya bunga Sakura dari pohon, munculnya kuntum teratai dari kolam, tumbuhnya tunas pohon cendana di Gunung Himalaya, dan munculnya bulan yang baru terbit. Kini, rakyat negeri Jepang yang memusuhi Saddharmapundarika-sutra telah mengundang malapetaka dari kejauhan puluhan ribu mil. Sebaliknya dapat dirasakan, bahwa orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra akan mengumpulkan karunia dari kejauhan puluhan ribu mil. Bayangan senantiasa berasal dari tubuh. Negara yang rakyatnya memusuhi Saddharmapundarika-sutra, akan diiringi malapetaka, sama seperti bayangan mengikuti tubuh. Orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra sama seperti kayu cendana yang mengandung wangi yang amat harum.

Januari 2018 | Samantabadra

63


Sekian dahulu, di lain kesempatan akan Saya jelaskan kembali. Hari kelima bulan pertama Surat Balasan Kepada Nyonya Omonsu Hormat Saya, Niciren

KUTIPAN GOSYO |

1

Tanggal 1 bulan kesatu adalah menandakan awal hari, awal bulan, awal tahun, dan juga awal musim semi, sehingga barang siapa yang merayakannya berdasarkan Hukum Sakti, kebajikannya semakin unggul dan dicintai semua orang, sama seperti bulan yang bergerak dari Barat ke Timur lambat laun menjadi penuh, matahari dari Timur menuju Barat lambat laun menjadi terang. Keterangan: Tanggal 1 bulan kesatu pada jaman dahulu kala disebut sebagai hari pokok Tiga Awal (gansan). Tiga awal berarti awal dari hari, bulan, dan tahun. Dalam surat ini dikatakan, “Awal hari, awal bulan, awal tahun”, jadi tanggal 1 merupakan dasar pokok dari ketiga tahapan ini. Selain itu juga menunjukkan tiga hari dari tanggal 1 sampai tanggal 3 bulan kesatu. Di dalam Surat Balasan Kepada Ueno Dono juga dikatakan, “Khususnya pada tanggal 3, perasaan kesungguhan hati melebihi hari pertama”. Betapapun, tanggal 1 bulan kesatu merupakan awal dari tahun, bulan, dan hari; juga awal musim semi. Dengan demikian, hari tersebut merupakan hari yang sangat dipentingkan dalam satu tahun. Orang yang mengutamakan tanggal 1 bulan kesatu dan merayakannya berdasarkan hati kepercayaan, bukan main besar karunia kebajikannya. Oleh karena itu, Ny. Omonsu yang merayakan tanggal 1 bulan kesatu dengan 64

Samantabadra | Januari 2018

gembira serta menyumbang dengan sungguh hati, dikatakan Niciren Daisyonin bahwa ia memperkaya karunia kebajikan diri sendiri, bahkan menjadi sumber untuk dicintai orangorang. Dan sama seperti bulan, malam demi malam, dari bulan yang baru terbit akan menjadi bulan sabit dan akhirnya penuh menjadi bulan purnama, demikian pula karunia kebajikannya terus bertambah. Juga, seperti matahari yang terbit di arah Timur pada pagi hari bergerak ke Barat memberi kasih sayang kepada seluruh alam semesta dengan sinar dan kehangatannya, demikian pula Ny.Omonsu akan disukai orang banyak.

2

Apabila kita bertanya di mana adanya neraka dan Buddha, maka ada kalimat sutra yang mengatakan bahwa neraka terdapat di bawah tanah dan Dunia Buddha terdapat di sebelah Barat, atau dan lain sebagainya. Namun, bila kita teliti lebih lanjut, sesungguhnya “neraka dan Buddha” terdapat pada badan kita yang setinggi lima kaki ini. Keterangan: Setelah memuji kesungguhan hati Ny. Omonsu dalam menyumbang, diajarkan bahwa baik Dunia Neraka maupun Dunia Buddha seluruhnya terdapat di dalam jiwa sendiri. Pada waktu itu, umumnya orang menganggap Dunia Neraka adalah dunia yang terdapat di bawah tanah


yang sangat dalam, sedangkan Dunia Buddha terdapat pada tanah suci surga di arah Barat. Hal ini dibabarkan di dalam sutra-sutra ajaran sementara dan pandangan ini tetap tinggal melekat. Mahavibhasa-sastra dan Kosa-sastra menerangkan secara rinci bahwa Dunia Neraka terdapat di bawah tanah. Dalam Kosa-sastra jilid 11 dikatakan, “Di bawah dunia ini, di kedalaman 20.000 yojana lebih, terdapat neraka penderitaan yang tak terputus-putus, memiliki dalam dan luas yang sama, dan di atasnya terdapat tujuh neraka. Di bawah Dunia Manusia (embudai), di kedalaman lebih dari 20.000 yojana terletak neraka penderitaan yang tak terputusputus. Di atasnya, yakni di antara 1000 hingga 19.000 yojana di bawah tanah terdapat tujuh neraka besar”. Dan juga, sebagai umpama, dalam Sutra Amitabha dikatakan, “Dari sini ke arah Barat terdapat dunia yang melampaui 10 milyar Tanah Buddha yang dinamakan Sukhavati”. Tanah Suci Buddha Amitabha di arah Barat merupakan Tanah Buddha yang paling diketahui secara luas oleh masyarakat umum. Selain itu, dari Tathagata Baisyajaguru, mulai dari Dunia Jojuri di arah Timur, terdapat Tanah Buddha sepuluh penjuru. Keduanya mempunyai persamaan bahwa dunia saha ini adalah tempat kotor yang penuh dengan penderitaan. Terhadap pemikiran yang ada pada waktu itu, Niciren Daisyonin membabarkan bahwa ajaran ini hanya merupakan Ajaran Sementara yang menerangkan ajaran upaya sementara. Dan sebenarnya, seperti yang dikatakan, “Namun, bila kita teliti lebih lanjut, sesungguhnya ‘neraka dan Buddha’ terdapat pada badan kita yang setinggi 5 kaki ini”, Dunia Neraka dan Dunia Buddha sejak asal mula tercakup pada jiwa manusia biasa. Sutra yang menjelaskan hal ini adalah Saddharmapundarika-sutra. Teori Hukum ini dikatakan sebagai Sepuluh Dunia yang Saling Mencakupi, yang berarti umat manusia Sepuluh Dunia, siapapun, pasti mencakupi Sepuluh Dunia lainnya. Maka, di dalam jiwa kita, Dunia Manusia, tercakup Sepuluh Dunia secara keseluruhan. Dan, di dalam Surat Kepada Ny.

Janda Ueno Dono dikatakan, “Yang dikatakan Tanah Suci maupun neraka tidak terdapat di luar tubuh kita, tetapi hanya terdapat di dalam dada kita. Yang menyadari dinamakan Buddha dan yang tidak menyadari dinamakan manusia biasa. Yang memberi kesadaran seperti ini adalah Saddharmapundarika-sutra”. (Gosyo, hal. 1504). Dengan demikian, menyadari dengan tepat bahwa pada jiwa sendiri tercakup Sepuluh Dunia, merupakan pencapaian Kesadaran Buddha.

3

Saya berpandangan demikian, karena pada perasaan jiwa seseorang yang merendahkan ayah serta meremehkan ibu, akan terdapat neraka. Sebagai umpama, hal ini sama seperti terdapatnya bunga dan buah di dalam biji teratai. Keterangan : Mengenai contoh adanya neraka pada jiwa kita, dalam surat ini dikatakan, “Saya berpandangan demikian, karena pada perasaan jiwa orang yang merendahkan ayah dan meremehkan ibunya terdapat neraka. Sebagai contoh, dalam biji teratai terdapat bunga dan buah”. Pada umumnya dikatakan bahwa budi terbesar yang diterima pada kehidupan ini adalah dari ayah bunda. Ayah bundalah yang memberi kehidupan kita di dunia ini. Jiwa adalah pusaka yang terunggul. Oleh karena itu, menghina dan meremehkan ayah bunda yang telah memberi budi terbesar, merupakan perilaku yang melukai diri sendiri secara mendalam. Oleh karena itu, tidak dapat luput dari penderitaan neraka. Sebab, karma dari neraka yang terdalam, neraka penderitaan yang tak terputus-putus, adalah kelima dosa besar : membunuh ayah, membunuh ibu, dan lainnya. Di samping itu, perbuatan menghina dan meremehkan ayah bunda, tidak hanya mengundang akibat imbalan terjatuh ke dalam neraka setelah kematian, bahkan kalau ditinjau dari Hukum Saddharmapundarika-sutra, maka hati yang menghina dan meremehkan, sudah terdapat neraka. Berarti, karena mempunyai jiwa neraka, maka melakukan perbuatan menghina dan meremehkan orang tua, dan Januari 2018 | Samantabadra

65


juga ketika melakukan perbuatan menghina dan meremehkan, dalam sekejap akan merasakan penderitaan neraka. Hal ini diperumpamakan pada biji teratai telah tercakupi bunga dan buah. Bunga adalah sebab, buah adalah akibat. Dalam hal ini, perbuatan menghina dan meremehkan yang merupakan sebab Dunia Neraka adalah bunga, sedangkan waktu sesaat langsung merasakan penderitaan neraka adalah buah. Oleh karena itu dikatakan, bahwa bunga dan buah sekaligus dapat terlihat pada sebutir biji teratai.

4

Begitu juga Sang Buddha bersemayam pada jiwa kita, sebagaimana adanya api pada batu, serta adanya harta pada permata. Keterangan: Selanjutnya, mengenai Buddha yang ada pada jiwa kita diambil perumpamaan, “Juga dikatakan, bahwa Buddha ada pada jiwa kita seperti adanya api pada batu dan adanya harta pada permata”. Dengan ini ditunjukkan sifat yang laten dengan tegas. “Adanya api pada batu” berarti batu api; “Adanya harta pada permata” berarti nilai batu permata. Bila dua batu saling dipukulkan akan menimbulkan api, setelah batu permata digosok bersih dan dikeluarkan di toko akan memiliki harga. Keduanya sejak asal mula sudah terkandung, tetapi dengan adanya jodoh baru terwujud. Begitu juga dengan jiwa Buddha yang terdapat pada jiwa kita, dengan bertemu Hukum Sakti dan melaksanakan pertapaan akan terwujud secara nyata. Hanya saja, sama seperti bulu mata sendiri tidak dapat dilihat secara langsung, jiwa Buddha yang sejak asal mula telah terdapat pada jiwa kita, sekalipun sangat dekat, tidak dapat diketahui dengan pandangan manusia biasa. Tetapi, bulu mata sendiri dapat dilihat melalui cermin. Sama halnya, ketika menghadap Gohonzon sebagai cermin jiwa, kita dapat menyadari sifat Buddha diri kita sendiri.

5

Hanya saja suatu hal yang membuat kita ragu bahwa kita ini menjadi manusia adalah sebagai hasil percampuran antara sperma dan sel telur dari 66

Samantabadra | Januari 2018

ayah dan ibu, karena berakar pokok pada tiga racun dan bersumber pada hawa nafsu, maka bagaimana mungkin Buddha ada pada diri kita? Keterangan: Pada bagian ini diterangkan bahwa jiwa manusia biasa dapat dikatakan sumber pokok pada ketiga racun : keserakahan, kemarahan dan kebodohan, sehingga dengan keraguraguan bertanya bagaimana mungkin di dalamnya terkandung Dunia Buddha yang paling unggul ? Untuk menjelaskan hal ini digunakan perumpamaan yang mudah di mengerti. Pertama-tama, mengenai jiwa manusia adalah sumber ketiga racun, dikutip Surat Syimon Bucejo Gi, “Kalau dipikirkan lebih mendalam, dasar hakekat jiwa kita berasal dari dua tetes darah putih dan darah merah ayah bunda yang membentuk satu badan. Oleh karena itu, sehingga dipandang sebagai sumber pokok keburukan yang paling kotor. Sebagai umpama, sekalipun dicuci dengan air lautan luas, tidak akan suci bersih. Apabila menyelidiki akar pokok akibat penderitaan ini, semua berasal dari tiga racun : keserakahan, kemarahan, dan kebodohan”. (Gosyo, hal 983). Dan juga, dalam Maka Syikan jilid ke-7 dikatakan, “Bagaimanapun, badan ini merupakan peninggalan badan lain yang mengeluarkan air mani. Dua tetes air merah dan putih bersatu, menarik dan menaruh kecenderungan, dan dengan ini membentuk sifat badan”. Merah yang dikatakan di sini berarti darah ibu, sedang putih adalah sperma ayah; sehingga dapat disimpulkan sebagai sel telur dan sperma. Kedua tetes merah dan putih ini berpadu dari ketiga racun ayah bunda. Kecenderungan ini, pada saat keadaan statis (mati) dengan awal pembentukan badan manusia, masuk dan terwujud nyata sebagai badan, hingga terlahirlah jiwa manusia. Dengan demikian, badan manusia biasa bisa dikatakan sebagai sumber ketiga racun. Akan tetapi, dalam jiwa manusia yang seperti itu semenjak semula sudah terkandung Dunia Buddha. Untuk mengajarkan timbul nyatanya Dunia Buddha di dalam jiwa manusia biasa ini digunakan bermacam-macam perumpamaan.


Teratai, cendana, bunga Sakura, Yang Kuei Fei melambangkan jiwa Dunia Buddha; lumpur, tanah besar, pohon, wanita yang berkedudukan rendah mengumpamakan manusia biasa yang penuh tiga racun. Bila berpikir dari lumpur dapat timbul bunga teratai yang suci, maka dapatlah dipercaya bahwa dari manusia biasa yang penuh dengan tiga racun dapat timbul jiwa Buddha yang suci. Selanjutnya mengenai “Bulan terbit dari balik gunung, tetapi menerangi gunung itu sendiri”. Bila jiwa manusia biasa dapat mewujudkan jiwa Buddha, maka jiwanya akan bersinar cemerlang, yang berarti merombak hawa nafsu menjadi kesadaran. Keistimewaan orang seperti ini, segala sifat buruk yang dimiliki ketika masih manusia biasa yang sesat dapat menjadi kebalikannya, digunakan sebagai kebaikan. “Bulan terbit dari balik gunung, tetapi menyinari gunung itu sendiri”, juga berarti seluruh keinginan hati atau karma hati yang terwujud sebagai karma mulut (ucapan) dan karma badan (perilaku) dapat membahagiakan diri sendiri atau sebaliknya akan mendatangkan malapetaka. Kebencian dan iri hati di dalam hati membuat perkataan dan perilaku melukis karma buruk di dalam jiwa sendiri dan akhirnya mengundang akibat imbalan penderitaan bagi diri sendiri. Perilaku maitri karuna yang memikirkan orang lain, ucapan yang keluar dari hati sesungguhnya, dan percaya serta mempertahankan Hukum Sakti; semua ini akan menjadi akar kebaikan yang dilukis dalam jiwa sehingga akhirnya menerima akibat imbalan kebahagiaan.

6

Kini, rakyat negeri Jepang yang memusuhi Saddharmapundarikasutra telah mengundang malapetaka dari kejauhan puluhan ribu mil. Sebaliknya dapat dirasakan, bahwa orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra akan mengumpulkan karunia dari kejauhan puluhan ribu mil. Keterangan : Keagungan hati kepercayaan yang tulus yang membangkitkan keinginan menyumbang Gohonzon di awal tahun dipuji dengan berbagai

perumpamaan seperti yang diterangkan terdahulu. Diajarkan bahwa rejeki kebajikannya yang besar akhirnya terlihat dalam suasana; dengan demikian seperti mengumpulkan kebahagiaan dari kejauhan puluhan ribu mil. Khusus mengenai keadaan yang nyata dalam suasana, diambil perbandingan antara orang yang percaya Saddharmapundarika-sutra dengan orang yang menentangnya. Jiwa yang memfitnah Hukum ini dikatakan akan “mengundang malapetaka dari kejauhan puluhan ribu mil”, sebaliknya orang yang percaya Hukum Sakti akan mengumpulkan rejeki dari kejauhan puluhan ribu mil. Ini berarti, memfitnah Saddharmapundarikasutra akan menjadi sebab karma yang mengundang serta mengumpulkan malapetaka yang akan nyata di dalam suasana. Sebaliknya, hati yang percaya Saddharma akan merombak segala suasana menjadi perlindungan para dewa sehingga akan memperoleh rejeki jiwa. Dengan demikian, baik rejeki maupun malapetaka tidak terjadi secara sekonyong-konyong tanpa mempunyai hubungan dengan diri sendiri; semuanya berasal dari sebab karma yang dibuat sendiri dan merupakan pencerminan dari rejeki kebajikan. Untuk itu diterangkan bahwa sebab akibat yang terdapat dalam jiwa adalah badan; sebab karma dan akibat karma akan nyata pada suasana berupa rejeki karunia kebajikan atau malapetaka adalah bayangan. Di sini yang dikatakan “negara yang rakyatnya memusuhi Saddharmapundarika-sutra akan diiringi malapetaka, sama seperti bayangan mengikuti tubuh”, menunjukkan secara nyata kedatangan serangan dari Mongolia. Di dalam Surat Sulit Mudahnya Pelaksanaan antara Sutrasutra lainnya dengan Saddharmapundarika-sutra dikatakan, “Hukum Buddha bagaikan badan, masyarakat bagaikan bayangan. Bila badannya bengkok, bayangannya pun akan bengkok”. (Gosyo, hal 992). Kehidupan orang yang memfitnah Dharma seperti bayangan mengikuti badan, akan diserang oleh malapetaka, dan sebaliknya orang yang menerima dan mempertahankan Gohonzon akan seperti cendana yang berbau harum, kehidupannya akan terbuka dan rejekinya akan berbinar-binar seperti terbungkus harumnya cendana. *** Januari 2018 | Samantabadra

67


materi ajaran | forum diskusi

Forum Diskusi

Meningkatkan Mutu Sifat Jiwa Pertanyaan: Bagaimanakah kiat meningkatkan suasana jiwa untuk merombak sifat jiwa ? Jawab: Meningkatkan suasana jiwa bukan berarti merombak jiwa seseorang secara keseluruhan. Meningkatkan suasana jiwa berarti menimbulkan nilai kebaikan dari sifat yang ada pada diri seseorang. Ada yang bertanya juga “apakah sifat atau kebiasaan buruk dapat dihilangkan? Bagaimana caranya merombak sifat buruk menjadi sifat baik, sehingga orang yang dulunya bersifat buruk dapat bersifat kemanusiaan?�. Sifat kemanusiaan harus dimanfaatkan dalam pekerjaan dan kehidupan. Umpama ada seseorang yang emosional, bersifat pemarah, orang tersebut tidak disukai lingkungannya karena sering marah, akhirnya ia dikucilkan dari lingkungannya hingga menderita. Kemarahan orang ini didasari dunia kemurkaan. Orang tersebut tak dapat mengendalikan sifat emosionalnya berarti juga tak dapat meninggalkan penderitaan akibat kemarahannya yang berkepanjangan tersebut. Bila kita sendiri juga mengalami keadaan ini, bagaimanakah cara mengatasi dan meningkatkan suasana jiwa ? Melaksanakan peningkatan suasana jiwa bukan berarti merombak sifat manusia seharihari. Baik buruknya sifat seseorang tidak tergantung dari rupa sifat itu sendiri, maka sifat pemarah itu tak dapat langsung diartikan sebagai sifat buruk, sifat pemarah itu sebenarnya pun merupakan atau mengandung keistimewaan seseorang. Sifat pemarah dikatakan sebagai sifat 68

Samantabadra | Januari 2018

buruk bila didasari oleh Dunia Kemurkaan, tapi dapat jadi sifat baik bila didasari oleh pandangan yang tinggi, suci dan luhur, pandangan dan tujuan yang mendorong kita melaksanakan tugas kemanusiaan. Pandangan, tujuan dan jalan kehidupan yang tinggi, suci dan luhur akan membuka mata kita, merubah mata kita yang gelap akibat perasaan hati yang didasari Dunia Kemurkaan hingga menjadi terang. Jiwa yang berada di Dunia Kemurkaan akan mendorong kita untuk marah pada segala hal di sekeliling kita. Marah yang demikian ini adalah demi menjaga diri sendiri. Tapi bila kita meningkat ke Dunia Buddha, maka kita tak akan mementingkan diri sendiri lagi. Kita akan tetap memiliki sifat pemarah, tapi kita hanya marah pada hal-hal yang mengakibatkan penderitaan orang lain. Kita juga marah pada berbagai keburukan di masyarakat, karena kita merasa prihatin bahwa keburukan-keburukan itu akan merusak jiwa kita manusia. Jadi kita mempunyai keistimewaan, yaitu kita marah bila melihat hal-hal yang menyimpang dari kebenaran. Jadi meningkatkan suasana jiwa bukanlah menghilangkan sifat-sifat marah, serakah, benci dan lain-lain. Meningkatkan keluhuran sifat jiwa adalah merubah tujuan yang mendasari sifat-sifat tersebut. Bila kita dulu marah, serakah atau benci untuk kepentingan diri sendiri, maka yang dikatakan meningkatkan keluhuran sifat jiwa adalah menjadikan marah, serakah dan benci untuk membela kepentingan umat manusia. Dapat juga dikatakan bahwa meningkatkan atau mengubah sifat jiwa adalah perjuangan merombak keinginan-keinginan yang tadinya untuk menguntungkan diri sendiri,


menjadi keinginan untuk kebaikan orang lain. Ada orang yang sejak lahir mempunyai bibit-bibit kemarahan dan keserakahan dalam jiwanya. Bibit ini tak dapat dirubah menjadi bibit lain, karena bibit-bibit sifat yang ada dalam jiwa orang itu telah tertanam pada masamasa kehidupannya sejak dahulu. Untuk lebih jelasnya kita ambil perumpamaan sebuah sungai yang kotor. Sungai mempunyai fungsi untuk mengalirkan air dari daerah tinggi ke daerah rendah dan akhirnya ke laut. Bila air sungai itu kotor, maka sungai akan menyebarkan bibit penyakit bagi seluruh mahluk yang hidup dari air sungai tersebut. Penyakit-penyakit yang akan timbul misalnya Kolera, Disentri dan juga penyakit-penyakit kulit bagi orang-orang yang mandi, mencuci dan minum dari air kotor sungai tersebut. Manusia tak dapat menghapuskan penderitaan akibat kotornya air sungai tersebut dengan jalan merubah bentuk atau keadaan sungai tersebut, misalnya menghilangkan sungai tersebut atau mengeringkan air sungai itu, karena sungai terbentuk dari gerakan alam semesta yang amat panjang. Tapi manusia dapat merubah air sungai tersebut menjadi air sungai yang bersih dan sehat, misalnya dengan jalan melakukan reboisasi (penghijauan hutan kembali) di sepanjang tepian sungai tersebut atau membiakkan ikan-ikan pemakan kotoran dan lain-lain. Akhirnya tanpa merubah keistimewaan alam sungai itu, manusia dapat merubah fungsi sungai tersebut dari sebuah sungai berair keruh yang dahulu menyebarkan kotoran menjadi sungai berair jernih yang membersihkan kotoran-kotoran. Kini orang-orang yang mandi, mencuci dan minum dari air sungai tersebut tak akan terkena penyakit. Air sungai tersebut kini justru membersihkan orang-orang tersebut dari bibit penyakit dan penderitaan. Makna pokok peningkatan sifat jiwa adalah menimbulkan pandangan dan tujuan yang tinggi, suci dan luhur. Ini dapat menghidupkan sifatsifat positif. Untuk menimbulkan pandangan yang luhur kita harus melakukan suatu hal yang amat penting, yaitu kita harus mematahkan pandangan dan tujuan buruk atau rendah. Misalnya Anda tidak disenangi karena sifat-

sifat Anda. Anda lalu membuang pandangan dan tujuan mementingkan diri sendiri dan menimbulkan pandangan dan tujuan untuk membahagiakan orang lain. Pandangan ini akan mendorong Anda menggunakan sifat-sifat Anda yang dahulu menyebabkan Anda tidak disenangi, menjadi sifat-sifat yang dapat membahagiakan lingkungan Anda. Begitulah gambaran nyata perombakan sifat jiwa. Kita hanya dapat mengetahui keistimewaan sifat kita dari gerakan-gerakan yang menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri. Hanya dengan meletakkan pandangan dan tujuan yang tinggi dan suci, kita dapat menimbulkan gerakan-gerakan yang pada akhirnya menjadikan kita dapat melihat keistimewaan sifat kita. Kita harus mempunyai inisiatif untuk menjalankan tugas berdasarkan pandangan dan tujuan yang tinggi dan suci tersebut. Untuk menjalankan tugas itu kita harus mengetahui keistimewaan kita yang dapat digunakan sebagai pendidik, pemimpin, perawat atau profesi lain. Akhirnya untuk dapat menjalankan tugas dengan optimal kita harus mengetahui hingga yang terdalam tentang diri kita. Niciren Daisyonin mengajarkan mengenai hal meninjau diri dengan mengambil perumpamaan kaca atau cermin. Bila kita berdiri di hadapan cermin keruh, kita tak mungkin melihat keadaan atau rupa kita dengan jelas. Tapi bila cermin tersebut dibersihkan maka rupa diri kita akan terlihat dengan jelas dan nyata. Untuk dapat melihat diri kita yang sebenarnya kita harus membersihkan cermin jiwa kita dengan menjalankan kepercayaan tunggal pada Gohonzon, yaitu menerima dan melaksanakan kata-kata Buddha. Dengan menyebut Nammyohorengekyo di hadapan Gohonzon, kita dapat melihat diri kita yang sebenarnya, kita dapat melaksanakan perombakan sifat jiwa. Akhirnya kita dapat menimbulkan tenaga jiwa yang memang sudah ada dalam diri kita, yang merupakan keistimewaan pribadi kita. Keistimewaan itu harus kita gunakan semaksimal mungkin untuk kebahagiaan seluruh umat, negara dan dunia. Inilah perombakan sifat jiwa yang sebenarnya. *** Januari 2018 | Samantabadra

69


cermin kehidupan

Perjuangan Hidup Si Nenek Lincah

Ibu Soernijati Susilo adalah seorang lansia yang lincah.

Awal Syinjin Pada tahun 1976 saya berjodoh dengan Gohonzon Nammyohorengekyo, kemudian tahun 1977 saya terima Gohonzon. Saat itu saya lebih merasakan ketenteraman dan kedamaian hati. Keluarga saya memiliki usaha di bidang media cetak pada tahun 1978 kami mengalami kebangkrutan sehingga tidak punya rumah tinggal. Untungnya kami ditolong oleh seorang mantan karyawan kami yang sudah mapan, dan diberi rumah tinggal di dalam salah satu kampung. Melalui dia juga suami mendapat pekerjaan baru di salah satu anak perusahaan badan usaha milik negara di bidang media cetak. Suatu hari ketika hujan lebat, suami akan ditugaskan ke luar kota. Ketika hendak berangkat dan baru keluar rumah, ada teriakan kebakaran dari tetangga, mereka memanggil saya. Sontak saya kaget melihat 70

Samantabadra | Januari 2018

Di masa tuanya, nenek yang lahir 76 tahun silam ini masih aktif menari dan bersemangat. Namun dibalik sosok yang ceria, istri dari Bapak Sumartono (nama yang lebih sering ia gunakan, Ibu Sumartono) menyimpan kisah perjuangan hidup yang tak kenal lelah dalam mengatasi kesulitan. Ia pun merasakan bukti nyata syinjin, bahwa dari hati yang sungguh-sungguh percaya kepada Nammyohorengekyo, tiada doa yang tak terkabulkan, tiada dosa yang tak terhapuskan, dan tiada rezeki yang tak terwujud nyata. suami dibopong ke dalam rumah dalam kondisi badan berasap. Spontan saya ambil karung basah saya lempar kearah suami untuk memadamkan asapnya. Ternyata suami disiram air keras oleh orang tak dikenal dan setelah diselidiki oleh temanteman ternyata suami saya korban kejahatan salah sasaran. Saya yang sedang panik tidak mau mempermasalahkan hal tersebut lebih panjang. Saat itu benar-benar saya sedang dalam kesulitan ekonomi. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga. Rasanya tidak ada semangat untuk memperpanjang urusan. Saya merasakan kekuatan Gohonzon dapat ditangani dengan baik. Ia dibawa ke

puskesmas setempat oleh tetangga dan dokter yang sedang bertugas adalah sepupu suami yang sudah lama tak berjumpa. Dibantu pertolongan pertama tanpa dipungut biaya, tapi selanjutnya disarankan berobat ke rumah sakit. Akibat kejadian tersebut, suami mengalami luka melepuh di wajah yang melepuh dan kedua mata tak bisa melihat. Bola matanya memutih. Dengan kondisi ekonomi yang terpuruk, kami kesulitan untuk meneruskan pengobatan suami. Saat itu pimpinan NSI dan umat lainnya tak segan-segan berkunjung dan memberi kami dorongan semangat berjuang agar bisa melewati hari-hari yang sulit.


Bingung, namun tetap yakin dan berjalan Di awal perjalanan saya mengenal Gohozon, saya belum tahu seperti apa kekuatan Gohonzon. Seringkali saya mempertanyakan dalam hati dan bingung ketika saya diminta banyak-banyak daimoku. Semakin banyak kesulitan, mau hidup tenteram dan lebih baik, saya diajarkan untuk semakin banyak menyebut Nammyohorengekyo di depan Gohonzon. Waktu itu, Ibu Seno (alm.) membimbing saya untuk daimoku selama tiga jam sehari. Walau bingung, tetapi tetap saya jalani tanpa pikir panjang. Hari-hari saya yang masih di bawah tekanan ekonomi, selanjutnya saya lewati dengan melakukan daimoku selama tiga jam. Saya merasa jiwa saya lebih tenang dan dapat melalui hari dengan lebih ringan. Tiga bulan kemudian, kondisi kesehatan suami saya berangsur membaik. Karena keterbatasan ekonomi, alih-alih menggunakan obat dokter, saya membersihkan lukanya dengan air the. Waktu itu banyak orang, termasuk saya sendiri, mengira suami saya akan mengalami kebutaan dan wajahnya rusak. Namun yang terjadi selanjutnya sungguh di luar dugaan. Kulit wajah suami saya yang rusak terkena air keras perlahanlahan semakin bersih dan matanya mulai bisa membuka dan melihat kembali. Ibu Seno kembali mengunjungi saya di rumah untuk kedua kali. Ia memberi

bimbingan agar saya secepatnya mencari rumah kontrakan dan keluar dari rumah yang dipinjamkan ke saya. Niat hati memang ingin segera keluar dari rumah pinjaman. Tidak enak terus menumpang rumah orang, walau sudah dipinjamkan tanpa diminta balasan apapun. “Uang saja gak punya, dari mana bisa dapet duit buat ngontrak rumah?� ujar saya dalam hati. Namun Karena waktu itu saya sudah merasakan bukti nyata bahwa suami saya sembuh total dari kerusakan wajah dan kebutaan, saya kembali meyakinkan diri saya bahwa saya pasti bisa keluar dari kesulitan ekonomi. Setidaknya bisa mengontrak rumah, jika belum bisa membelinya. Dalam hati kecil saya masih tersimpan kebingungan, bagaimana bisa dengan menyebut Nammyohorengekyo berulang-ulang, bisa mengatasi permasalahan hidup saya. Namun karena sudah ada bukti nyata pada kondisi kesehatan suami saya, akhirnya saya mantapkan hati untuk terus menjalani daimoku ditambah dengan mengikuti kunjungan anggota, ikut kensyu pertama yang diadakan di Surabaya di Jalan Pemuda sekitar tahun 1977-1978. Di samping menjalani keaktifan di susunan NSI, saya mencoba membuat usaha kecil-kecilan menitipkan kue dan makanan ke toko-toko. Ternyata dagangan saya laris. Tidak sampai satu tahun,

dengan penghasilan suami dan dagangan saya, kami bisa keluar dari rumah pinjaman dan mulai mengontrak rumah sederhana yang layak. Seiring berjalannya waktu, usaha makanan saya semakin maju, dan saya bisa menitipkan makanan saya di salah satu supermarket di Surabaya. Tidak sampai satu tahun berjalan, supermarket tersebut menawarkan saya untuk mengelola penjualan di bagian minuman dan kue basah, suami juga mengelola supermarketnya. Dari hasil usaha tersebut, kami menerima penghasilan lumayan hingga bisa membeli rumah di kompleks perumahan. Perjalanan hidup saya semakin membaik, namun justru di saatsaat seperti itu kelengahan bisa datang kapan saja. Seperti yang saya alami selanjutnya. Bangkrut dua kali Karena kesibukan berdagang dan usaha, saya mulai tidak aktif di susunan NSI hingga akhirnya sama sekali tidak pernah datang di kegiatankegiatannya, kurang lebih selama enam tahun. Saya juga menjadikan masalah organisasi di NSI pada saat itu (tahun 1993-1994) sebagai alasan untuk mundur. Karena tidak lagi menjalani syinjin dengan giat, tiga racun (keserakahan, kemarahan, dan kebodohan) di dalam diri saya merajai, dan kini saya sadari itu sebagai sebab dari kebangkrutan ekonomi kedua kalinya yang keluarga saya alami di periode waktu yang sama. Januari 2018 | Samantabadra

71


Bergaya kocak bersama teman-teman penari lansia NSI yang sudah saya anggap seperti saudara saya sendiri.

Kala itu kondisinya lebih buruk daripada kesultan ekonomi saya sebelumnya. Rumah saya disita. Saya dan dan anak-anak keluar dari rumah tanpa membawa apaapa. Suami dibawa lari orang dengan alasan mau usaha kembali. Kami ditampung di rumah mertua. Walau kalut, saya memutar otak untuk bangkit kembali dari keterpurukan. Saya bisa menyetir, sehingga waktu itu saya mulai melakukan usaha antar-jemput anak-anak sekolah menggunakan mobil yang sudah tua. Catnya sudah pudar, tidak ada AC di dalamnya. Interornya juga sudah jelek. Dari dua kali kebangkrutan ekonomi yang saya dan keluarga saya alami, semakin tersadar bahwa syinjin adalah bagian dari kehidupan saya yang berperan dalam membentuk kepribadian saya dalam menghadapi kesulitan. Begitu saya lengah, diri saya mulai dikuasai oleh kemarahan, keserakahan, dan kebodohan yang menjerumuskan saya kepada kebangkrutan. Namun 72

Samantabadra | Januari 2018

karena sudah belajar dharma Buddha Niciren, saya bisa tersadar untuk bangkit. Tidak berlama-lama bersusah hati. Dari hasil layanan mengantar-jemput, saya bisa mengontrak rumah kecil. Rumahnya setengah tembok, sudah ada listrik juga tapi air PAM belum ada dan mobil tidak bisa masuk ke gang rumah. Lantainya masih menggunakan semen. Setelah dua hari saya bayar uang muka, saya ditawarkan untuk mengontrak rumah lain. Memang di dalam gang juga, tapi mobil bisa masuk dan ada garasinya. Rumahnya bersih, listrik dan airnya sudah ada. Jalanan menuju rumah tersebut harus

melalui perumahan elit. Heran juga karena gang itu masih dibuka untuk akses umum. Pemiliknya agak memaksa saya untuk mengontrak rumahnya. Saya utarakan bahwa saya kesulitan ekonomi dan saya sudah bayar uang muka untuk kontrak rumah yang lain, kalau batal uang muka hilang. Dengan kemampuan saya waktu itu, saya hanya bisa kontrak selama dua tahun. Mungkin karena dia butuh uang cepat, dia kasih saya tawaran kontrak tiga tahun dengan pembayaran cicil selama saya mengontrak. Kalau dihitung-hitung, totalnya jauh lebih murah daripada harga

Bersama teman-teman lansia NSI pada kensyu lansia di kapal cruise, Februari 2017.


kontrak rumah yang sudah saya bayarkan uang mukanya. Akhirnya saya kontrak di rumah tersebut sampai lima tahun dan merelakan uang muka sebelumnya hilang.

di dalam keluarga ada berbeda agama, tetapi kita bisa hidup rukun, damai bisa saling menghargai. Anak dan mantu saya senantiasa mendukung aktivitas saya di susunan NSI, mengantar-jemput saya ke Sadar kembali dan vihara, memperbolehkan seterusnya rumah kami untuk digunakan Setelah mengalami jatuh pertemuan. bangun perekonomian keluarga, Di usia senja, ketika temanakhirnya saya menyadari bahwa teman seusia saya banyak syinjin kepada Gohonzon yang sudah rehat dari berbagai adalah hal yang tidak boleh kegiatan, saya masih cukup terpisahkan dari hidup saya, sehat untuk bisa mengikuti apabila saya ingin terus berada kegiatan dalam wadah NSI dalam perasaan jiwa yang seperti tari lansia, mengikuti sabar, tabah, dan gembira. Saya kunjungan keagamaan ke juga berkesempatan berdialog Jepang pada bulan September dengan Ketua Umum NSI, tahun 2008, ikut kensyu, Bapak Suhadi di Bogor. Waktu pertemuan, dan ikut kensyu itu saya ceritakan bahwa saya kapal cruise pada pertengahan tinggal di Surabaya sedangkan bulan Februari tahun 2017. anak, mantu, cucu minta saya Sebagai alumni murid sekolah berkumpul di Jakarta. Zhung Hua Xue Xiau BogorBeliau memberi bimbingan Indonesia, saya berkesempatan bahwa syinjin bisa dipraktikkan mengikuti reuni akbar 90 di mana saja, tidak tergantung tahun HUT sekolah tersebut lokasi atau jauh-dekatnya jarak pada bulan September 2017 di dengan keluarga. Kita harus Taiwan. bisa menebarkan energi positif Karena saya ada di dalam dan kegembiraan kepada wadah NSI, hanya percaya satu orang-orang di sekitar kita, di hukum Nammyohorengekyo, manapun kita berada. saya merasakan karunia rejeki Akhirnya pada tahun 2003 yang saya alami hingga saat ini. saya diboyong ke Jakarta oleh Badan saya masih menunjang anak saya. Walau awalnya untuk mengikuti berbagai berat hati meninggalkan kota aktivitas di usia yang tidak Surabaya, namun ternyata di muda lagi. Ini semua karena Jakarta saya bisa menerima kekuatan dan hati kepercayaan suasana dan berjodoh dengan kepada Gohonzhon. susunan NSI daerah Jatinegara Percaya pada hukum yang bersemangat. Nammyohorengekyo juga Tinggal bersama anak, saya rasakan sebagai bentuk mantu, cucu, dan cicit ternyata balas budi kepada orang tua, membuat saya tenteram, guru, dan negara Indonesia damai dan bahagia walaupun karena saya bisa mendapat

banyak masukkan positif, ajaran Buddha Niciren dan wawasan umum dari kegiatan-kegiatan susunan NSI. Dukungan dari pimpinan maupun sesama umat NSI membuat syinjin saya yang turun-naik, akhirnya bisa saya sadari kebutuhannya sehingga menjadi proses yang konsisten. Tetap semangat Mari kita semua hadapi kesulitan dalam hidup dengan percaya tanpa ragu sedikitpun pada kepada Nammyohorengekyo sembari menyebarluaskan hukum ini. Apabila ada anggota keluarga yang belum syinjin, jangan kecil hati. Yang terpenting diri kita sendiri dulu dengan badan apa adanya terus menjalankan katakata Buddha dan perlihatkan bukti nyata kekuatan Gohonzon dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang di sekitar kita pun akan melihat dan merasakan getaran positif dari diri kita dan saat itu sesungguhnya kita sedang melakukan proses syakubuku. Saya sendiri pasti akan pertahankan Gohonzon sampai akhir hayat. Satu tahun lamanya saya mempersiapkan tulisan ini dibantu oleh teman sedharma dan keluarga saya yang baik hati, mengingatkan satu persatu peristiwa kurnia Gohonzon di dalam kehidupan saya yang begitu banyak. Saya menyadari bahwa bersyukur dan berterima kasih adalah kunci agar saya bisa lebih bahagia, serta tidak melupakan kebaikan yang saya terima dari orang lain. ***

Januari 2018 | Samantabadra

73


wawasan

P

Yudi Latif: Pemikir Pancasila

ada tanggal 7 Mei 2017, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengukuhkan Yudi Latief sebagai Kepala Pelaksana Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKPPIP). Dikenal sebagai pemikir Pancasila, Yudi diharapkan dapat membantu presiden dalam perumusan arah kebijakan umum pembinaan ideologi Pancasila yang lebih membumi lagi. Yudi Latif lahir di Sukabumi, 26 Agustus 1964. Ia menyelesaikan studi S1 di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, Bandung pada tahun 1990. Kemudian, ia melanjutkan studi S2 Sosiologi Politik tahun 1999 dan S3 Sosiologi Politik dan Komunikasi tahun 2004 di Australian National University. 74

Samantabadra | Januari 2018

Lulus kuliah, pada tahun 1991, Yudi menjadi dosen Universitas Islam Nusantara dan Universitas Padjajaran. Kariernya sebagai peneliti dimulai setelah bergabung dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia saat usianya menginjak 29 tahun. Pada waktu yang sama pula, Yudi dipercaya sebagai editor tamu di Center for Information and Development Studies dan peneliti senior pada Center for Presidential and Parliamentary Studies. Yudi Latif lebih mengosentrasikan diri dalam bidang pemikiran keagamaan, kenegaraan, dan kebangsaan. Tema-tema besar ini pun menjadi kajian pada lembaga yang ia pimpin, yakni Reform Institute, dan satu lembaga yang lebih spesifik pada


agama, yaitu Pusat Studi Islam dan Demokrasi di Universitas Paramadina. Pemikiran-pemikiran Yudi Latif telah banyak dituangkan dalam bentuk tulisan yang tersebar baik dalam bentuk buku maupun artikel koran dan jurnal ilmiah. Salah satu karya terkenalnya, yaitu Negara Paripurna: Historitas, Rasionalitas, Aktualitas Pancasila. Buku ini diluncurkan di Ruang Rapat Nusantara V Gedung MPR RI, pada 11 April 2011. Di dalam bukunya tersebut, Yudi memaparkan tentang sejarah, menafsir nasionalitas, dan mengaktualisasi nilai-nilai yang tertanam dalam Pancasila. Lewat buku itu pula, Yudi kemudian dikenal sebagai pemikir Pancasila. Di tengah gonjang-ganjing isu kebhinekaan, toleransi, perpecahan, dan NKRI, pemikiran Yudi Latif menjadi sangat relevan sebagai jawaban untuk persoalan bangsa tersebut. Yudi juga rajin menyampaikan renunganya lewat “Makrifat Pagi� yang tersebar di media sosial. Berkat prestasinya tersebut lah, Yudi Latief dikukuhkan sebagai Kepala Pelaksana UKP-PIP.

Susunan organisasi UKP-PIP Keorganisasian UKP-PIP terdiri dari dua. Pertama, Dewan Pengarah yang terdiri dari sembilan orang. Mereka berasal dari tokoh kenegaraan, tokoh agama, tokoh purnawirawan TNI, Polri, dan pensiunan PNS serta akademisi. Kedua, pelaksana, yang terdiri dari seorang kepala (eksekutif). Kepala membawahi tiga deputi, yakni Deputi Bidang Pengkajian dan Materi, Deputi Bidang Advokasi dan Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi. Pengarah, kepala dan deputi diberikan hak keuangan dan fasilitas lainnya setara dengan jabatan struktural eselon I atau jabatan tinggi utama atau jabatan tinggi madya. Khusus untuk jabatan deputi, dibantu tenaga profesional. Perpres membatasi jumlah tenaga profesional hanya 15 orang yang terdiri dari tenaga ahli utama, madya dan muda. Referensi: http://www.viva.co.id/siapa/read/443-yudi-latif http://nasional.kompas.com/read/2017/06/02/08475691/apa.itu. unit.kerja.presiden.pembinaan.pancasila.

Apa itu UKP-PIP? Dikutip dari Peraturan Presiden BAB III mengenai Tugas dan Fungsi, UKP-PIP bertugas membantu presiden dalam merumuskan arah kebijakan umum pembinaan ideologi Pancasila dan melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan. Adapun, pada Perpres Bagian Kedua mengenai Fungsi, UKP-PIP menyelenggarakan berbagai fungsi, antara lain merumuskan arah kebijakan umum pembinaan ideologi Pancasila dan menyusun garis-garis besar haluan ideologi Pancasila dan roadmap pembinaan ideologi Pancasila. UKP-PIP juga berfungsi sebagai pemantau, mengevaluasi, dan mengusulkan langkah strategi untuk memperlancar pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila serta melaksanakan kerja sama dan hubungan antar-lembaga dalam pelaksanaan pembinaan ideologi Pancasila.

Januari 2018 | Samantabadra

75


kesehatan

D

ifteri kembali mewabah di Indonesia. Kementerian Kesehatan bahkan sudah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) karena penyakit mematikan yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diptheriae ini telah memakan puluhan korban jiwa setidaknya di 20 provinsi. Data Kementerian Kesehatan menujukkan sampai dengan November 2017, ada 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Secara keseluruhan terdapat 622 kasus, 32 diantaranya meninggal dunia. Sementara pada kurun waktu Oktober hingga November 2017, ada 11 Provinsi yang melaporkan terjadinya KLB difteri, antara lain di Sumatra Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatra 76

Samantabadra | Januari 2018

Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Berikut hal-hal yang perlu diketahui tentang penyakit difteri: Disebabkan bakteri menular dan berbahaya Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jose Rizal Latief Batubara menjelaskan difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diptheriae yang menular dan berbahaya. Penyakit ini umunya disebarkan lewat batuk atau bersin, atau akibat kontak dengan seseorang yang membawa bakteri difteri, atau lewat sentuhan dengan barangbarang penderita difteri. Penyakit ini bisa

mengakibatkan kematian lantaran sumbatan saluran nafas atas a toksinnya yang bersifat patogen, menimbulkan komplikasi miokarditis (peradangan pada lapisan dinding jantung bagian tengah), gagal ginjal, gagal napas dan gagal sirkulasi. Difteri menimbulkan gejala dan tanda berupa demam yang tidak begitu tinggi, 38ÂşC, munculnya pseudomembran atau selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan, sakit waktu menelan, kadang-kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengakan jaringan lunak leher yang disebut bullneck. Adakalanya juga disertai sesak napas dan suara mengorok.


Orang yang sudah berusia lanjut dan orang-orang dengan sistem imun tubuh yang sedang melemah memiliki risiko tertular lebih tinggi. Jika dibiarkan, difteri dapat menjadi fatal dan dapat menyebabkan komplikasi yang berpotensi kematian karena adanya radang jantung atau myocarditis, sesak napas dan masalah pada sistem saraf. Difteri sendiri dapat diperiksa dengan memberikan sampel sel dari tenggorokan, hidung serta luka yang muncul pada kulit. Sampel ini dibutuhkan untuk memeriksa apakah benar bakteri penyebab difteri ada di dalam tubuh pasien. Penanganan kondisi difteri harus dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari terjadinya komplikasi serius. Jika dicurigai adanya keberadaan difteri, perawatan sebaiknya dimulai sebelum hasil tes keluar. Pasien harus segera mengonsumsi antibiotik dan obat antitoxin. Isolasi harus dilakukan di rumah sakit. Kemungkinan terjadinya komplikasi jantung dan saraf harus terus dimonitor, dan segera ditangani oleh spesialis. Pencegahan Terkena Difteri Untuk mencegah

penularan difteri, vaksinasi harus diberikan kepada anak-anak. Orang dewasa sebaiknya juga memperbaharui vaksin, terutama jika memiliki rencana berkunjung ke bagian dunia yang rentan mengalami wabah difteri. Vaksin difteri bagi anak-anak ini perlu diberikan di usia dua bulan sebagai bagian dari pemberian vaksin wajib dan rutin Difteri sendiri merupakan penyakit yang tidak sering terjadi, namun tetap berisiko jika terdapat setidaknya satu saja orang yang tertular. Difteri sebenarnya merupakan penyakit lama yang sudah ada vaksin penangkalnya yang disebut vaksin DPT. Idealnya, vaksin ini diberikan minimal tiga kali seumur hidup sejak berusia dua tahun. Vaksin ini akan efektif jika diberikan setiap 10 tahun. Indonesia sudah melaksanakan program imunisasi -termasuk imunisasi difteri- sejak lebih dari lima dasawarsa. Vaksin untuk imunisasi difteri ada tiga jenis, yaitu DPT-HB-Hib, vaksin DT, dan vaksin Td yang diberikan pada usia berbeda. Imunisasi Difteri diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah satu tahun) sebanyak tiga dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak

satu bulan. Selanjutnya, diberikan imunisasi lanjutan (booster) pada anak umur 18 bulan sebanyak satu dosis vaksin DPT-HB-Hib; pada anak sekolah tingkat dasar kelas 1 diberikan satu dosis vaksin DT, lalu pada murid kelas 2 diberikan satu dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas 5 diberikan satu dosis vaksin Td. Referensi: http://www.bbc.com/indonesia/ majalah-42215042 https://meetdoctor.com/article/waspadawabah-difteri#/page/3 http://kupang.tribunnews. com/2017/12/05/waspada-wabah-difteribegini-cara-pencegahannya?page=2

Januari 2018 | Samantabadra

77


KEK Mandalika: Pesona Makanan Khas Palembang Alam Baru di Pulau Lombok Selain Pempek S

iapa yang tak kenal pempek? Hampir semua orang Indonesia tahu bahwa pempek adalah makanan khas Kota Palembang yang diolah dengan ikan. Pempek memiliki beragam jenis, seperti pempek telor, adaan, lenjer, kulit, kapal selam, dan panggang yang mungkin sudah familiar bagi sebagian dari kita. Namun, apakah pempek hanya satu-satunya makanan khas Kota Palembang? Tentu saja tidak, masih ada banyak lagi makanan khas Palembang selain pempek.

Model dan Tekwan Makanan khas Kota Palembang yang satu ini terbuat dari adonan pempek lenjer dengan sajian yang berbeda. Kalau pempek sebagai penyedap rasa biasanya menggunakan kuah yang disebut cuko, sedangkan model dan tekwan menggunakan kuah sup yang dimasak bersama udang dan bengkuang. Perbedaan antara model dan tekwan sendiri adalah kalau tekwan bentuknya kecil-kecil, sedangkan model memiliki bentuk yang menyerupai pempek tahu berukuran lebih besar. Biasanya, biasanya model dipotong-potong terlebih dahulu sebelum disajikan.

78

Samantabadra | Januari 2018


Celimpungan Sebenarnya makanan khas ini merupakan turunan dari pempek. Adonannya pun sama, yaitu dengan menggabungkan antara sagu dan ikan. Perbedaan antara celimpungan dan pempek adalah dengan ukuran dan bentuknya serta cara penyajiannya. Celimpungan disajikan menggunakan kuah santan yang berwarna kekuningan dan diracik menggunakan bumbu tertentu sebagai penyedap rasa. Celimpungan sendiri umumnya berbentuk bulat tidak beraturan dengan diameter 10 cm dan pipih. Makanan ini biasanya disajikan saat ada acara atau gelaran pesta. Laksan Laksan sering disebut saudaranya celimpungan oleh kebanyakan orang Palembang. Kalau celimpungan berbentuk bulat, laksan justru persis menyerupai pempek lenjer, hanya saja diiris kecil-kecil. Meskipun dengan sedikit modifikasi, adonan Laksan sama dengan adonan lenjer. Hanya saja teksturnya sedikit lebih kenyal dari pempek lenjer. Kuah laksan berwarna kuning kemerahan karena campuran cabe merah, sehingga sangat berbeda dengan kuah celimpungan. Laksan juga sering dijumpai saat adanya acara dan gelaran pesta. Mie Celor Apabila model, tekwan, laksan, celimpungan hampir menyerupai pempek lenjer, Mie Celor sangatlah berbeda. Makanan khas ini merupakan makanan berbahan baku mie yang disajikan dengan campuran kuah santan kental dan kaldu ebi (udang kering), tauge dan irisan telur rebus. Kemudian ditaburi dengan bumbu khusus yang terbuat dari irisan daun seledri, daun bawang dan bawang goreng. Ukuran mie yang digunakan untuk membuat mie celor lebih besar, seperti mie aceh atau mie udon Jepang. Gimana? Jadi ingin mencoba makanan khas Kota Palembang yang lainnya? Buat kamu yang punya rencana ke Palembang, jangan lupa mencoba makanan di atas, ya! Sumber: https://indonesiabanget.net/5-makanan-khas-palembang-yang-bikin-kamu-ketagihan/

Januari 2018 | Samantabadra

79


Tips Menulis Resolusi Tahun Baru

Tahun baru terkenal dengan apanya, sih? Kembang api, baju baru, new year countdown, dan pembuatan resolusi, adalah segelintir di antaranya. Tidak sedikit orang yang memanfaatkan momen tahun baru untuk mengintrospkesi pencapaian diri di sepanjang tahun dan menulis resolusi baru untuk tahun berikutnya. Seberapa efektif sih resolusi tahun baru untuk hidup kita? Jawabannya tentu tergantung apakah kita benar-benar berusaha mencapainya. Tanpa upaya yang nyata, resolusi hanyalah tinggal ujaran semata.

Nah, untuk dapat mewujudkan resolusi menjadi kenyataan, kita tentunya perlu tahu caranya menulis dan mewujudkannya. Jangan sampai kita menulis resolusi hanya karena ikut-ikutan tren, dan pada akhirnya resolusi kita tidak berarti sama sekali. Berikut tipsnya.

1

Tulis target yang konkret Jika kita takut ketinggian, maka jangan tulis menjadi juara dalam perlombaan 80

Samantabadra | Januari 2018

panjat tebing untuk resolusi tahun baru. Tulislah sesuatu yang nyata dan jelas. Misalnya, jika kita sedang berusaha mendapatkan beasiswa S2 ke negeri Paman Sam, kita dapat menuliskan target skor GMAT sebagai target. Contoh lain jika kita sedang merencanakan pernikahan dengan sang kekasih, kita dapat menargetkan jumlah uang yang harus terkumpul di tahun ini untuk mencicil rumah. Pastikan resolusi tahun baru benar-benar

dapat tercapai dan realistis. Keinginan untuk terpilih menjadi presiden Amerika Serikat misalnya, adalah salah satu contoh yang kurang realistis.

2

Mengantisipasi masalah Kita bukanlah peramal yang dapat mengetahui secara pasti hal buruk atau baik apa yang akan terjadi pada diri kita di sepanjang tahun, namun kita dapat mengantisipasinya. Caranya, dengan memahami seperti


apa diri kita, tantangan apa saja yang kira-kira merintangi ketika kita sedang berusaha mewujudkan impian. Catat semua hal tersebut, kemudian pikirkan dan tulis cara apa yang dapat kita tempuh untuk mengatasinya. Dengan demikian, ketika tantangan hadir, kita tahu bagaimana cara yang efektif untuk menghadapinya.

2

Bangun alasan yang kuat Terkadang resolusi hanya tinggal kenangan ketika kita tidak punya alasan yang kuat untuk mewujudkannya. Maka, carilah alasan yang benarbenar dapat memotivasi kita agar langkah kita menjadi lebih ringan. Contohnya, jika kita ingin berhenti merokok, tulis daftar alasan mengapa berhenti merokok itu penting. Kita dapat mulai dari alasan yang paling kuat, misalnya perokok pasif terbukti lebih beresiko terkena penyakit ganas daripada perokok aktif, maka kita tidak ingin melukai orang-orang terdekat kita dengan asap rokok. Jika alasan itu kurang kuat, kita dapat menuliskan kita ingin hidup sehat dan keliling dunia di hari tua, kalau kita merokok dan terkena penyakit paru-paru kan tidak

dapat keliling dunia.

4

Cari dukungan Manusia itu makhluk sosial. Kita nggak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Begitu pula dengan mewujudkan resolusi, kita butuh bantuan orang-orang di sekitar kita. Carilah satu atau dua orang sahabat atau anggota keluarga yang kita percaya, ceritakan pada mereka apa yang ingin kita capai dalam tahun ini, dan minta lah mereka untuk terus mengingatkan ketika kita lengah. Akan lebih baik lagi jika kita dapat menemukan orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama dengan kita. Katanya, ketika kita berusaha mencapai satu tujuan, bekerja sama dalam grup akan lebih baik daripada sendiri.

5

Gagal? Jangan kecil hati! Di setiap usaha untuk mencapai suatu tujuan pasti selalu ada lika-liku, tidak terkecuali kegagalan. Jika resolusi yang ingin kita wujudkan adalah untuk berhenti merokok selamanya, dan ternyata pada satu hari kita tanpa sadar merokok, maka jangan memaki diri sendiri atau

langsung menyerah. Sadari kelengahan tersebut, dan kembali bulatkan tekad untuk tidak merokok lagi. Coba analisis kenapa kita tiba-tiba merokok lagi setelah misalnya satu bulan tidak merokok. Ketika kita menemukan jawabannya, lakukan tindakan pencegahan agar tidak terulang lagi. Jangan sampai satu dua kegagalan mematahkan semangat kita! Kita tidak akan pernah sukses jika belum pernah mengalami kegagalan, karena kegagalan membuat kita belajar memahami bagaimana cara yang tepat untuk meraih sukses dan bertahan hidup. Masing-masing individu tentunya memiliki resolusi yang berbeda. Apa pun yang ingin kita capai di 2018, berkomitmen lah! Karena semua tips di atas tidak berguna ketika kita tidak sungguh-sungguh ingin mencapainya. Nah, resolusi apa yang ingin kita wujudkan di tahun 2018? (Vivi)

Januari 2018 | Samantabadra

81


Meningkatkan Minat Baca A

khir September 2017, serombongan anak-anak Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia (NSI) bertandang ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 27 lantai, yang berlokasi di samping Balai Kota Provinsi DKI Jakarta. Wow, bangunan yang menjadi perlambang literasi1 bangsa kita! Ini sebuah kegiatan baru atau yang baru diperkenalkan kepada mereka. Di sekolah masing-masing pastilah sudah ada perpustakaan. Namun Perpustakaan Nasional itu perpustakaan pusat dan terbesar di seluruh Indonesia sehingga koleksinya pastilah terlengkap dan terbanyak di antara semua perpustakaan yang ada di negeri tercinta ini. Namun di lain pihak, sangat menyedihkan ketika mengetahui kabar tentang minat baca masyarakat Indonesia di pergaulan masyarakat dunia ini. Indonesia masuk peringkat 62 dari 64 negara! Memang, sudah lama saya dengar bahwa tradisi membaca buat masyarakat Indonesia mungkin termasuk prioritas terakhir dalam kegiatan keluarga Indonesia apalagi dalam wacana siapapun terlibat kegiatan chatting atau internetting lainnya. Pengertian Membaca Definisi membaca menurut Kamus Webster 1. melihat dan memahami makna aksara, kata, perlambang, dan sebagainya; 2. menerima atau memperhatikan rasa (aksara atau perlambang) khususnya dengan memandang atau menyentuh; 3. belajar dari hal yang seseorang telah lihat atau temukan dalam bentuk tulisan atau cetakan. Collins Cobuild mendefinisikan membaca sebagai berikut. Ketika Anda membaca sesuatu, seperti sebuah buku atau sebuah artikel, Anda melihat dan memahami kata-kata yang tertulis di sana. Zaman sekarang, memang, kegiatan membaca semakin banyak dilakukan, terkait dengan kegiatan bertelepon genggam, apakah itu sekadar membaca pesan singkat atau mengobrol/chatting mengenai suatu hal dengan kawan nun jauh di sana. Melihat trend para anggota masyarakat Indonesia dalam bertelepon genggam yang kelihatannya melibatkan aktivitas membaca, namun menurut hemat saya membaca konten di telepon genggam bukanlah membaca dalam arti sesungguhnya, karena bahan bacaannya hanya pendekpendek saja dan termasuk ringan. Membaca dalam arti sesungguhnya ialah suatu kerja mata dan otak yang akhirnya olah pikir seseorang untuk memahami dan menguasai sesuatu/informasi yang memakan waktu (lama) karena bacaannya panjang dan lebar. Kelihatannya banyak orang Indonesia membaca hanya sebatas membaca SMS, chatting, artikel pendek di telepon genggam, atau sekadar berselancar di salah satu mesin pencari (Google). Sangatlah jarang warga kita yang membaca e-book yang terdiri atas beratus-ratus halaman. Kurangnya Minat Baca Kegiatan baca-membaca itu dapat dikatakan suatu hal baru dan asing, karena masyarakat Indonesia itu masyarakat pendengar alias sangat terbiasa dengan mendengar. Membaca membutuhkan energi bahkan lebih banyak energi dibandingkan mendengar. Membaca menuntut fokus dan konsentrasi mata dan pikiran. Jauh lebih mudah mendengar daripada membaca. Begitupun halnya dengan menonton TV atau film, jauh lebih mudah menonton TV/film daripada membaca buku. Tidak jauh berbeda dengan kondisi masyarakat Indonesia yang kurang atau sangat kurang minat bacanya, berdasarkan pengamatan saya terhadap anggota NSI di sekitar saya, minat bacanya kurang. Sebagai sampel sederhana, adakah kita membaca majalah kesayangan kita Samantabadra dari halaman pertama hingga halaman terakhir? 1

82

literasi = kemampuan baca dan tulis

Samantabadra | Januari 2018


Mungkin kalau dibatasi hanya pada kolom liputan, hampir semua menjawab ya. Namun, kalau menyangkut artikel, akan semakin sedikit. Apalagi kalau menyangkut dharma, khususnya gosyo berikut kutipan-kutipan dan penjelasannya, akan jauh semakin sedikit umat yang melakukannya. Memang untuk sebagian besar umat NSI, membaca gosyo itu momok padahal inilah dharma kita. Jika ditarik ke tingkatan berpikir yang lebih tinggi, bagaimana kita bisa menguasai dharma khas Niciren Syosyu ini jikalau membaca gosyo saja tak pernah atau minim dilakukan? Padahal, umat NSI seharusnya menjadi teladan bagi anggota masyarakat Indonesia yang besar, karena kita sudah menganut Nam-myohorenge-kyo yang lintas kemampuan dan kesadaran. Secara sadar dan tak sadar, kemampuan dan kesadaran kita sebagai warga masyarkat akan meningkat seiring dengan kualitas jiwa kita yang semakin menaik: dari 3 Dunia Buruk dan 4 Kecenderungan Buruk beralih ke 4 Dunia Suci. Kebiasaan membaca dan minat membaca ini sewajarnya meningkat dan memang perlu secara sadar ditingkatkan. Fakta ini dapat disimak dalam kutipan gosyo berikut ini. Masih ingat akan Surat kepada Matsuno Dono dalam Samantabadra Agustus 2017? Hal ini pun termasuk hasil kegiatan membaca saya pribadi, lho! Kalau orang yang mempertahankan Saddharma-pundarika Sutra adalah seorang pria, maka walau dia adalah seorang petani yang berkedudukan paling rendah sekalipun, namun dia lebih unggul dari penguasa triloka, dari Raja Dewa Mahabrahma, Dewa Taishaku, empat Maharaja Langitdan Raja Suci Cakra, begitupun lebih unggul dari kaisar di Tiongkok dan Jepang. Apalagi jauh lebih mengungguli para menteri dan pejabat dari negeri Jepang dan pegawai dari keluarga Genji maupun keluarga Sheike dan orang-orang dari berbagai kedudukan. Kemudian, kalau ia adalah seorang wanita, maka dikatakan ia lebih unggul daripada Kyoshikamyo (permaisuri Raja Dewa Taishaku) dan putri Dewa Kissho (permaisuri Raja Dewa Bishimon) begitupun lebih unggul daripada Permaisuri Lie dari Kerjaan Han dan Permaisuri Yang Kui Shin dan lebih unggul dari segenap wanita yang tak terhingga. Jika beranjak ke khasanah bacaan yang ada di sekitar kita, ada banyak jenis bacaan: hiburan - buku cerita, novel, roman, pengetahuan umum: informasi - surat kabar dan majalah, pengetahuan khusus keterampilan, Dharma: agama Buddha lain. Sungguh banyak sekali hal yang perlu kita baca. Membaca yang Efektif dan Efisien Menurut Wikipedia, Membaca-Cepat/Speed Reading adalah salah satu teknik yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan seseorang membaca dengan cepat. Metoda-metoda Membaca-Cepat termasuk chunking dan meminimalkan subvokalisasi. Chunking dalam psikologi adalah proses ketika bagian-bagian kecil informasi individual diikat bersama menjadi keseluruhan yang bermakna (Neath dan Surprenant, 2003). Chunk didefinisikan sebagai kumpulan yang dikenal atas unit-unit yang lebih elementer yang telah saling terhubungkan dan disimpan dalam ingatan secara berulang-ulang dan berfungsi sebagai sebuah kelompok yang bertalian, terpadu ketika diambil lagi (Tulving dan Craik, 2000). Subvokalisasi secara sederhananya ialah membunyikan kata ketika dibaca, apakah dengan menggerakkan bibir atau dalam hati. Hal ini jelas memperlambat proses membaca. Terdapat dua metoda Membaca-Cepat yang perlu pembaca ketahui dan kuasai: Skimming dan Scanning. Skimming adalah proses Membaca-Cepat yang melibatkan usaha mencari secara visual kalimat- kalimat sebuah halaman atas petunjuk-petunjuk ke makna. Atau ketika membaca esai, Skimming dapat berarti membaca awal dan akhir untuk mencari informasi rinkasan, lalu secara manasuka membaca kalimat pertama setiap alinea untuk menentukan dengan cepat mencari lebih banyak detail, seperti ditentukan olah pertanyaan-pertanyaan atau tujuan membaca. Bagi sebagian orang, hal ini berlangsug alamiah, namun biasanya diperoleh dengan berlatih. Skimming biasanya dilihat lebih banyak pada orang dewasa daripada pada anak. Skimming dilaksanakan dengan kecepatan yang lebih tinggi (700 kata per menit dan lebih) daripada membaca normal untuk pemahaman (sekitar 200–230 kpm), dan mengakibatkan kecepatan pemahaman yang lebih rendah, khususnya bahan yang sarat informasi. Januari 2018 | Samantabadra

83


Scanning adalah proses ketika orang aktif mencari informasi dengan menggunakan peta-pikiran (dengan mengorganisir informasi dengan cara hierarki visual yang memperlihatkan keterhubungan informasi demi pemakaian yang lebih baik) yang dibentuk dari skimming. (Wikipedia) Teknik lain yang perlu kita tahu ialah Meta Guiding. Meta guiding itu salah satu teknik yang lebih tua. Meta guiding itu ketika Anda menggunakan satu jari (atau penunjuk seperti sebuah pen) untuk membimbing mata Anda ke kata-kata tertentu.. Intinya mengurangi gangguan dan memusatkan diri pada kata-kata tertentu guna meningkatkan kecepatan membaca Anda. Metoda lain memaksa Anda “membaca” banyak baris sekaligus dengan melebarkan pandangan meminggir. (Lifehacker) Meta guiding adalah pemanduan-visual mata dengan menggunakan satu jari atau sebuah alat penunjuk, seperti pen, agar mata bergerak lebih cepat di sepanjang bacaan teks. Meta guiding melibatkan upaya menggambar bentuk tak terlihat di sebuah halaman teks agar dapat memperluas rentang visual untuk keperluan Membaca-Cepat. (Lifehacker) Meta guiding juga telah diklaim mengurangi subvokalisasi (mengucapkan kata-kata dalam kepala Anda bukannya menangkap gagasan) yang telah disebutkan di atas, yang dengan demikian mempercepat membaca. Karena hal ini mendorong mata untuk skim teks, Meta guiding dapat mengurangi pemahaman dan ingatan, dan menyebabkan hilangnya detail penting teks itu. Penekanan pada melihat setiap kata, sayangnya dengan singkat tanpa regresi (Regresi adalah proses tak sadar yang di situ mata bergerak maju ke dua atau tiga “hentian” dan lalu mundur, Wikipedia). Membaca yang Efektif dan Efisien Orang berbuat sesuatu pasti memiliki tujuan. Begitupun dengan kegiatan membaca. Tujuan membaca menentukan kecepatan dan laju membaca. Semakin kompleks suatu bahan bacaan, semakin lama waktu tempuhnya. Katakanlah kita membaca berita pencurian di koran. Bandingkan dengan membaca abstraksi sebuah skripsi. Pastilah membaca berita pencurian lebih cepat dibandingkan membaca abstraksi sebuah skripsi. Menurut saya, dapatlah dikatakan secara umum ada tiga tujuan membaca: 1. Senang-senang: novel, cerita pendek, puisi, majalah 2. Informasi: buku praktis, koran, ensiklopedia, kamus 3. Makna: buku ajar, buku keterampilan Kalau membaca cerita, kita lakukan dengan santai tanpa beban. Kalau membaca buku keterampilan, akan kita lakukan dengan lebih serius, karena kita perlu menangkap dan memahaminya secara detail. Mengingat begitu banyaknya hal yang perlu dibaca dalam sehari, kita perlu menerapkan atau memakai teknik membaca-cepat (speed reading). Dengan membaca cepat, 70% informasi didapatkan. tanpa perlu membaca detail. Bagaimana caranya? 1. Batasi waktu: Tentukan waktu sesuai dengan kondisi Anda. Katakanlah ½ jam. 2. Gerakkan mata dengan lebih cepat: Jangan berlambat-lambat. Ingatlah akan terbatasnya waktu Anda. 3. Gunakan satu tangan untuk memandu mata baik secara zigzag atau vertikal. 4. Lakukan fiksasi – mata terpaku pada satu kata namun bisa usahakan untuk melebar melihat beberapa kata di sekitarnya. 5. Tutup mulut Anda, jangan berkomat-kamit untuk coba membacakan. 6. Coba pahami hal yang sedang dibaca. Ingatlah akan tujuan Anda membaca untuk bahan bacaan kali ini. 7. Gunakanlah kata-kata tanya: apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana, ketika membaca sebagai rambu-rambu atau petunjuk yang harus dipecahkan.

84

Samantabadra | Januari 2018


Langkah-langkah Nyata Meningkatkan Minat Baca Untuk konteks majalah kesayangan kita, Samantabadra, kita perlu membuat target, bahwa dalam satu bulan ke depan begitu kita terima majalah, kita dapat membaca habis semua artikel termasuk kedua gosyo berikut penjelasannya. Untuk konteks bacaan Samantabadra, lakukanlah tahap-tahap sebagai berikut: Ingatlah Samantabadra itu bacaan wajib kita dan harus kita selesaikan dalam satu bulan berjalan. Artinya, satu hari minimal satu artikel atau satu kutipan gosyo. 1. Mulai dengan pilih satu bacaan berita mengenai perkembangan NSI. 2. Langsung baca secara serius tanpa bersuara. 3. Jika bagian tertentu Anda anggap tidak perlu atau betele-tele, scan saja alias baca sekilas. 4. Untuk setiap alinea, cobalah membaca kalimat pertamanya yang kemungkinan besar adalah kalimat utama alinea itu. Selebihnya adalah detail-detail sekaligus kalimat penjelas. Untuk konteks bacaan umum, lakukanlah tahap-tahap sebagai berikut: 1. Ambil satu bacaan di sekitar Anda: brosur, majalah atau surat kabar atau buku apapun, bahkan buku ajar anak sekolah 2. Pilih-pilih topik yang menarik menurut Anda. 3. Langsung baca secara serius tanpa bersuara. 4. Jika bagian tertentu Anda anggap tidak perlu atau betele-tele, scan saja alias baca sekilas. 5. Untuk setiap alinea, cobalah membaca kalimat pertamanya yang kemungkinan besar adalah kalimat utama alinea itu. Selebihnya adalah detail-detail sekaligus kalimat penjelas. 6. Coba pahami hal yang sedang dibaca. Ingatlah akan tujuan Anda membaca untuk bahan bacaan kali ini. 7. Gunakanlah kata-kata tanya: apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana, ketika membaca sebagai rambu-rambu atau petunjuk yang harus dipecahkan. Membaca beberapa buku sekaligus dengan cara membaca secara bergiliran. Apa gunanya? Menambah jumlah bacaan, membuat variasi, mencegah kebosanan, memberi tantangan dan perasaan segar kepada diri sendiri. Contohnya: dalam satu tas Anda masukkan enam macam buku ini. Tentukan waktunya, apakah setengah atau satu jam. Pada saat-membaca, bacalah semua buku dengan hanya membaca beberapa halaman. Jangan lupa menerapkan prinsip membaca-cepat. Lanjutkan besok hari dan seterusnya sampai semua buku terbaca habis. Contoh buku yang saya baca: 1. Karma: Pencipta Sesungguhnya; Agama Buddha 2. Mengubah Perlawanan Menjadi Pemahaman; Manajemen 3. Kiat Mengembangkan Bakat Anak di Sekolah; Psikologi 4. EYD Lengkap; Bahasa 5. Pengantar Personal Computer bagi Pemula; Komputer 6. Proses Pengelolaan Pembangunan Nasional; Pembangunan Amatlah sukar memulai kebiasaan baru. Lebih mudah mengikuti kebiasaan lama yang santai dan nonproduktif. Membaca menuntut fokus dan konsentrasi mata dan pikiran. Jauh lebih mudah mendengar daripada membaca. Memanfaatkan waktu luang di dalam perjalanan ketika menggunakan kendaraan umum. Contohlah tradisi orang Jepang, begitu naik kereta langsung membuka dan membaca buku. Mulailah dari hal yang kecil, sekarang dan diri sendiri. Setiap menemukan waktu senggang, gunakanlah sebaik-baiknya untuk membaca buku ketimbang membuka-buka telepon Anda. Aturlah waktunya agar waktu luang di manapun tidak sepenuhnya untuk membuka-buka telepon Anda. (Kyanne Virya) Referensi: Lifehacker. The Truth about Speed Reading Wikipedia. Speed Reading

Januari 2018 | Samantabadra

85


ruang anak

Hai anak-anak NSI! Yuk bantu Si Ikan menyebrang!

Sumber: https://www.earlymoments.com/upload/ EarlyMoments/FunActivities/one-fish-activity3.pdf

Jawaban TTS Januari 2018 1

2

K

3

S

4

H

U

M

A

N

R

U

P

I

L

A

H

M 5

P

G

6

A

G

A

L

7

D

H

A

E

W

R

M

A

D

U

T

K

E

M

E

A

O

E

8

N

O

T

9

N

U

D

I

A

N

A 10

G

P

B

L

11

Y 12

O

V

I

H

A

R

A

D

13

T

W

T

R 14

15

U

P

E

A

U

N

N

A

A

N

16

T

I

N

I

D

A

K Y

17

T

86

Samantabadra | Januari 2018

U

M

B

U

H

A

N

O

Down

M

U

E


pengumuman

Jadwal Pelatihan Ketrampilan NSI Kelas Make Up dan Rambut Senin Jam 15.00-17.00 Peserta belajar dasar-dasar make up wajah dan rambut, make up sehari-hari dan pesta. Bisa bermanfaat untuk make up diri sendiri dan orang lain.

Kelas Komputer Dasar Rabu Jam 13.00-15.00 Peserta belajar bagaimana mengoperasikan komputer dan memanfaatkan teknologi agar bisa mengikuti perkembangan zaman.

Kelas Memasak Selasa Minggu ke-1 (Pertemuan Ibu) Jam 10.00-12.00 Selasa Minggu ke-2,3,4 Jam 13.00-15.00 Peserta belajar untuk ahli membuat makanan dengan ahli-ahli memasak yang sudah berpengalaman.Â

Kelas Prakarya Kamis Jam 13.00-15.00 Peserta mampu menghasilkan karya-karya kerajinan tangan yang bermanfaat untuk kreativitas dan wirausaha mandiri.

Kelas Bahasa Inggris (kelas diliburkan jika bertepatan dengan kensyu)Â Jumat Jam 10.00-12.00 Peserta melatih kemampuan dasar bahasa Inggris yaitu writing, reading, grammar, listening, dan vocabulary agar bisa berkomunikasi lisan dan tulisan secara fasih. Tempat: Vihara Sadaparibhuta NSI. Jl. Minangkabau Jakarta Selatan. Info lebih lanjut 0218311844.

Dana paramita dapat disalurkan melalui:

Rekening BCA 001 3032 120 atas nama Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Anda dapat menyampaikan bukti penyalurannya ke kantor pusat NSI dan menerima tanda terima dana paramita.

Berita Duka Cita

Ibu Wang Cun Heng

Ibu Mirahwati (Ami)

Meninggal pada usia 85 tahun 30 November 2017 Umat NSI Pademangan DKI Jakarta

Meninggal pada usia 58 tahun 04 Desember 2017 Umat NSI Kias Klawi Banten

Bapak Mulyadi

Bapak Hariyawan Susanto

(anak dari Bapak Kim Sui, pimpinan cabang Kias Nawi, & Ibu Akit) Meninggal pada usia 35 tahun 05 Desember 2017 Umat NSI Kias Nawi Banten

(Suami dari Ibu Megawati) Meninggal pada usia 73 tahun 06 Desember 2017 Umat NSI Bekasi Jawa Barat

Karma baik mendiang pasti akan menjadi akibat kebajikan dari Dunia Buddha. Nammyohorengekyo.

Januari 2018 | Samantabadra

87


teka teki silang 1

2

3

4 1

1 3

3

2

2 4

4

5 6

7

6

6

7

7

8

9

8

8

5

5

9

9

10

12 12

13

12

13

10

10

11 11

11

13

14

17

17

14

14

16

16

17

MENDATAR

8. 9. 10. 11. 12. 15. 16. 17.

MENDATAR

Down Down Down MENURUN MENURUN

3.(Istilah Manusia (Istilah Inggris) Manusia Inggris) Manusia (Istilah Inggris) 4.3.Mata uang Indonesia. Mata uang Indonesia. Mataberhasil. uang Indonesia. 5.4.Tidak Tidak berhasil. 6.5.Judul bab X Saddharma berhasil. Judul bab XTidak Saddharma Pundarika Pundarika Sutra. Sutra. 6. Judul bab X Saddharma Pundarika 8. Baru (Istilah Inggris) Baru (Istilah Inggris) Sutra. 9.8.Bersakit-sakit dahulu, bersenangBersakit-sakit dahulu, bersenangBaru (Istilah Inggris) senang ...senang ... 9. Bersakit-sakit dahulu, bersenang10. Biru (Istilah Inggris) Inggris) Biru (Istilah senang ... 11. Temple Temple 10. Biru 12. On The(Istilah Way Inggris) On The Way 11. Temple 3 X 2 15. 3 X 2 12.Gyo On The Way Gyo 16. 17. Makhluk tidak bergerak. Makhluk hidup tidakyang bergerak. 15. 3 Xyang 2 hidup

16. Gyo 17. Makhluk hidup yang tidak bergerak.

88

15

16

Across Across Across MENDATAR 3. 4. 5. 6.

15 15

Samantabadra | Januari 2018

MENURUN

Satuan waktu yang menunjukan suatu 1. Satuan1.waktu yang menunjukan suatu 1.waktu Satuan waktu yang menunjuk jangka amat panjang. jangka waktu yang amatyang panjang. jangka yang dalam amat pan 2. Boddhisatva yangwaktu diterangkan 2. Boddhisatva yang diterangkan dalam Saddharma Pundarika yang unggul 2. Boddhisatva yang diterangka Saddharma Pundarika Stra yangStra unggul dalam pengetahuan. dalam pengetahuan. Saddharma Pundarika Stra ya 5. Lima unsur (Istilah Jepang) 5. Lima unsur (Istilah Jepang) dalam pengetahuan. 6. Pembawa dan pendiri mazhab Tai 6. Pembawa dan pendiri mazhab Tai Tien 5. Lima unsurTien (Istilah Jepang) Jepang (767-822) di Jepang di (767-822) 6. Pembawa dan pendiri mazhab 7. KOKUDO 7. KOKUDO di Jepang (767-822) Sudah lama 13. Sudah13. lama 14. White14. White 7. KOKUDO 13. Sudah Ajaran yang bulatlama sempurna 15. Ajaran15. yang bulat sempurna

14. White 15. Ajaran yang bulat sempurna


Jadwal Kegiatan Susunan NSI

Bulan Januari 2018 Tanggal Hari 1 Senin 2 Selasa 3 Rabu 4 Kamis 5 Jumat 6 Sabtu 7 Minggu

8 Senin 9 Selasa 10 Rabu 11 Kamis 12 Jumat 13 Sabtu 14 Minggu 15 Senin 16 Selasa 17 Rabu 18 Kamis 19 Jumat 20 Sabtu 21 Minggu 22 Senin 23 Selasa 24 Rabu 25 Kamis 26 Jumat 27 Sabtu 28 Minggu 29 Senin 30 Selasa 31 Rabu

Jam

Kegiatan Kensyu Gosyo Umum (Tahun Baru) 13:00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta 19:00 Pendalaman Gosyo Jabotabekcul

Vihara Sadapaributa NSI Lt. 2

19:00 Ceramah Gosyo

Daerah masing‐masing

10:00 10:00 10:00 14:00 19:00 12:00 14:00 19:00 19:00

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI per kelas Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 4 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 1 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2 Gedung STAB Samantabadra Lt. 1

Pertemuan Generasi Muda Jabotabekcul Pertemuan Anak‐anak Jabotabekcul Daimoku Bersama Rapat Koordinator Lansia Pertemuan Pelajaran Pimpinan Cabang Pertemuan Pimpinan Ibu Pertemuan Wanita Umum Pertemuan Wanita Karir Pertemuan Pria Umum

Tempat

19:00 Pertemuan Cabang

Daerah masing‐masing

10:00 Pertemuan Anak‐anak Daerah 19:00 Pertemuan Pelajaran Pimpinan Anak Cabang

Daerah masing‐masing Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

14:00 Pertemuan Wanita Daerah 19:00 Pertemuan Pria Daerah

Daerah masing‐masing Daerah masing‐masing

19:00 Pertemuan Anak Cabang

Daerah masing‐masing

10:00 Pertemuan Generasi Muda Daerah 14:00 Pertemuan Lansia Umum 19:00 Pertemuan Empat Bagian

Daerah masing‐masing Daerah masing‐masing

13:00 Pendalaman Gosyo Dharma Duta 19:00 Pertemuan DPD & DPW Jabotabekcul

Vihara Sadaparibhuta NSI Lt. 2

17:00 Pertemuan DPD Daerah Kensyu Gosyo Umum Kensyu Gosyo Umum Pendalaman Gosyo Dharma Duta

Daerah masing‐masing Mahavihara Saddharma NSI Mahavihara Saddharma NSI

Januari 2018 | Samantabadra

89


Vihara & Cetya

BALAI PUSAT NSI

Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No.25 Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8311844, 8314959 PROVINSI SUMATERA UTARA Vihara Vimalakirti Medan Jl. Gandi No. 116 Kota Medan Telp : (061) 7343673 Vihara Vimalakirti Tebing Tinggi Jl. Persatuan Gang Toapekong No. 29 C Kota Tebing Tinggi Telp : (0621) 21900 PROVINSI SUMATERA SELATAN Cetya Batu Raja Jl. Dr. Setia Budi No. 20 A, Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu Telp. (0735) 320724 Cetya Palembang Jl. Residen Abdul Rozak No. 2 RT 45 RW 09 Kelurahan Bukit Sangkal Kecamatan Kalidoni Kota Palembang

PROVINSI KEP. BANGKABELITUNG Vihara Vimalakirti Pangkal Pinang Jl. Stasiun Induk XXI Semabung Lama Kota Pangkal Pinang Telp. (0717) 433456 PROVINSI JAMBI Vihara Vimalakirti Jambi Jln. Cendrawasih No. 32 Kel. Tanjung Pinang, Kec. Jambi Timur Kota Jambi Telp. (0741) 23782 PROVINSI LAMPUNG Vihara Vimalakirti Lampung Jl. Imam Bonjol No. 114 Kota Bandar Lampung Telp. (0721) 252660, 254728 PROVINSI BANTEN Vihara Vimalakirti Tangerang Jl. Imam Bonjol (Karawaci Bansin) Gg. Kavling Sawah No. 8 RT 002/07 Kel. Sukajadi - Tangerang 15113 Telp. (021) 5539903

90

Parisadha Buddha Dharma Niciren Syosyu Indonesia

Vihara Vimalakirti Muncul Jl. Platina II No. 50 Rt. 02/05 Desa Curug – Kec. Gunung Sindur Cetya Serang Jl. Lapang Indah Blok C Serang Telp : (0254) 202075, 201696 Vihara Vimalakirti Teluk Naga Kampung Melayu, Teluk Naga Kabupaten Tangerang PROVINSI DKI JAKARTA Vihara Sadaparibhuta NSI Jl. Minangkabau No. 23A Jakarta Selatan 12970 Telp : (021) 8307476 Vihara Vimalakirti Jl. Jembatan Gambang II No. I D RT 012/RW 001 Kel. Pejagalan, Kec. Penjaringan - Jakarta Utara Telp. (021) 6691622 Vihara Vimalakirti Perumahan Puri Kamal Blok B No. 6 Tangerang-Banten Telp. (021) 55951239 Vihara Vimalakirti Cengkareng Jl. Semboja No. 49 Cengkareng Jakarta Barat Telp. (021) 6192512 Cetya Senen Baru Jl. Bungur Besar VIII No. 105 Jakarta Pusat Cetya Fajar Jl. Gang U No. 16 RT 01/17 Fajar – Jakarta Utara Telp. (021) 6611953 Cetya Jatinegara Jl. Otista Raya No. 8 – Jakarta Timur Telp. (021) 8577969 PROVINSI JAWA BARAT Mahavihara Saddharma NSI Ds. Sukaluyu, Taman sari Kabupaten Bogor Telp. (0251) 8487033, 8487034 Vihara Vimalakirti Bandung Jl. Suryani No.15 Kota Bandung Telp. (022) 6014319 Vihara Vimalakirti Bogor Jl. Merak No. 28 Kota Bogor Telp : (0251) 8332851 Vihara Vimalakirti Karawang Jl. Wirasaba Rt 03/20 Kabupaten Karawang Telp. (0267) 403821

Samantabadra | Januari 2018

Vihara Vimalakirti Sukabumi Jl. Lettu Sobri 25 Kota Sukabumi Telp. (0266) 225777 Vihara Vimalakirti Bekasi Jl. Semut Api-Api No. 10 RT. 03/011 Bekasi Timur Kota Bekasi Telp. (021) 98185477 Cetya Cirebon Blok Wanakerta Selatan No. 61 RT 02 RW 09 Kelurahan Tuk Mundal, Sumber Kabupaten Cirebon PROVINSI JAWA TENGAH Vihara Vimalakirti Solo Jl. Taman Seruni 1 Blok CG No. 6-7, Solo Baru Kota Surakarta Telp. (0271) 620298 Vihara Vimalakirti Sukoharjo Dusun Jetis, Desa Manang, Kabupaten Sukoharjo Vihara Vimalakirti Sragen Jl. Muria No.5A Kabupaten Sragen Vihara Vimalakirti Dusun Pendingan Desa Somogawe, Kec, Getasan Kabupaten Semarang Vihara Vimalakirti Boyolali Desa Pilang Rejo, Kec. Juwangi, Telawa Kabupaten Boyolali Vihara Vimalakirti Katong Dusun Kembangan Desa Katong, Kec. Toroh Kabupaten Grobogan Cetya Karanganyar Dusun Ngadirejo RT 02 / RW 03 Desa Ngunut Kec. Jumantono, Kabupaten Karang Anyar Cetya Semanggi Jl. Gang Apel, RT 06/12, Kel. Semanggi, Solo Cetya Purwodadi Jl. Kapten Tendean No. 9, Purwodadi 58111 Telp. (0292) 421340 Cetya Semarang Jl. Ronggowarsito No.5 Kota Semarang 50127 Telp. (024) 3518682 Cetya Kebumen Jl. Pahlawan 147 Kabupaten Kebumen Telp. (0287) 381201

Cetya Cilacap Jl. Abimanyu 192 Kabupaten Cilacap Telp. (0282) 541941 PROVINSI JAWA TIMUR Vihara Vimalakirti Ngawi Dusun Kesongo, Desa Kedung Putri, Kec Paron Kabupaten Ngawi Cetya Surabaya Jl. Mayjend. Sungkono Komp. Wonokitri Indah S-48 Kota Surabaya Telp. (031) 5673148 Cetya Banyuwangi Jl. Kalasan No. 15 Telp. (0333) 423108 Cetya Magetan Dusun Bengkah Desa Plangkrongan, Kec Poncol Kabupaten Magetan Cetya Wonomulyo Dusun Wonomulyo, Desa Genilangit, Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Cetya Madura Jl. Trunojoyo No. 40 Kabupaten Sumenep PROVINSI BALI Vihara Vimalakirti Perum. Citra Nuansa Indah Jl. Nuansa Indah Utara 2 No. 1 Kota Denpasar PROVINSI KALIMANTAN BARAT Vihara Vimalakirti Jl. Waru (WR. Supratman) No. 4 Kota Pontianak Vihara Vimalakirti Jl. Setiabudi Gg. H. Abbas 2 No. 35 Kota Pontianak Telp : 0561 - 767510


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.