Harian Vokal edisi 6 Februari 2013

Page 4

4

HARIAN VOKAL

RABU

Menunggu Kepak Sayap Riau Air ADA 'angin surga' yang berhembus dari kantor gubernur Riau terkait Riau Air belum lama ini. Maskapai penerbangan kebanggaan Pemerintah Provinsi Riau itu konon bakal terbang lagi. Menurut Kepala Biro Ekonomi Setdaprov Riau, Irhas Irvan, ada investor baru yang siap mengucurkan anggaran sedikitnya Rp300 miliar untuk operasional dan pembelian pesawat baru. Sayang Irhas tak mau menyebutkan siapa gerangan investor misterius tersebut. Seakan mengerti rasa penasaran yang menyelimuti publik, seperti yang sudah-sudah, nama atau dari mana asal calon investor itu dirahasiakannya. Irhas meyakini bahwa rencana besar ini akan menjadi titik balik perusahaan penerbangan plat merah tersebut. Demi marwah dan kemajuan daerah ini, kita berharap semoga adanya calon investor Riau Air tersebut benar adanya. Jujur saja bahwa kehadiran maskapai tersebut sangat dibutuhkan mendukung mobilitas penduduk dan aktivitas perekonomian Provinsi Riau yang saat ini masih saja dibelit persoalan buruknya infrastruktur terutama jalan. Namun patut diingat Riau Air jangan sampai mengulang lagi kesalahan-kesalahan yang sama yang telah membuatnya terpuruk dan akhirnya bangkrut. Manajemen Riau Air harus belajar dari pengalaman sebelumnya khususnya menyangkut pemilihan sumber daya manusia dan rute penerbangan. Memilih jalur-jalur perintis yang menghubungkan daerah-daerah di Riau khususnya yang telah memiliki fasilitas bandara adalah sebuah harga mati. Bayangkan betapa sangat diuntungkannya masyarakat di Rokan Hulu, Dumai, Indragiri Hulu atau bahkan Indragiri Hilir (yang juga bakal punya bandara) yang tidak harus menempuh jalan darat yang menghabiskan waktu dan melelahkan untuk bepergian ke daerah-daerah lain. Pasar jalur-jalur perintis ini juga tak sedikit. Perekonomian Riau yang sedang menggeliat terutama di daerah-daerah penghasil sawit dan komoditi perkebunan dan pertanian adalah sebuah kondisi yang menguntungkan dari sisi bisnis Riau Air. Patut diingat bahwa menghubungkan daerah-daerah di Riau bahkan di Pulau Sumatera sebenarnya adalah spirit awal didirikannya maskapai berlambang lancang kuning tersebut? Jika Riau Air melayari jalur-jalur gemuk seperti rute Pekanbaru-Jakarta, misalnya maka itu sama saja mengulang lagi kesalahan sebelumnya. Bisa dipastikan Riau Air tak bakal kuat menghadapi ketatnya persaingan menghadapi maskapai-maskapai besar yang telah lama melayari jalur-jalur gemuk tersebut. Keledai, binatang yang konon terkenal bodoh itu saja tak mau terantuk lagi di lubang sama. DPRD Riau pun telah jauh-jauh hari mewanti-wanti soal pemilihan rute-rute perintis ini. Bahkan DPRD Riau berani berjanji akan mengucurkan dana untuk Riau Air asalkan mau melayari jalur perintis. Seperti yang dikatakan Anggota komisi B, DPRD Riau Noviwaldy Jusman yang siap mendukung dan memberikan anggaran untuk Riau Air apabila Riau Air memilih terbang di jalur rintis. Kita tunggu saja apakah memang benarbenar ada calon investor yang bersedia memodali Riau Air untuk kembali mengepakkan sayapnya atau itu hanya angin surga belaka. (***)

P ojok Sindir - PKB Gratiskan Pendaftaran Caleg + Setelah terpilih ditagih...

PENETAPAN tersangkan Presiden (mantan) Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Luthfi Hasan Ishaaq terkait dugaan suap dalam proyek inpor daging sapi, membuat publik kaget. Betapa tidak, para kader PKS selalu menyebut partainya adalah partai bersih, jujur, dan profesional. Tidak hanya itu, petinggi PKS malah menuding KPK melakukan konspirasi untuk menghancurkan PKS pada pemilihan umum (pemilu) 2014. Mestinya petinggi dan kader PKS menjadikan kasus itu sebagai momentum untuk melakukan bersih-bersih, introspeksi diri, dan membantu KPK agar secepatnya terungkap dengan jelas. Tidak cukup hanya dengan "tobat nasional" seperti digagas Anis Matta sesaat pengukuhan dirinya sebagai Presiden PKS yang baru menggantikan Luthfi Hasan Idhaaq (1/2/2013), tetapi melakukan pembersihan internal terhadap kader yang kemungkinan sudah terinpeksi virus korupsi. Pengingkaran terhadap fakta yang ditemukan KPK dengan melempar isu konspirasi boleh jadi hanya akan kontraproduktif. Malah publik bisa menuding, partai berasas Islam bisa juga melempar isu yang belum tentu benar. Sebab selama ini, begitu banyak kasus dugaan korupsi (suap) yang ditangkap tangan KPK, tidak satupun yang

COLOMBUS COLOMBUS, sedikit sekali orang yang tidak mengenal nama ini. Christoforus Colombus, seorang penjelajah asal Genoa, Italia kelahiran 30 Oktober 1451 itu pernah menyeberangi Samudera Atlantik. Dalam sebuah perjalanan yang didanai Ratu Isabella dari Kastilia Spanyol, pria penjelajah ini sampai ke benua Amerika pada 14 Oktober 1492. Mulanya Colombus disebutkan sebagai penemu Benua Amerika. Namun pendapat itu kini terbantahkan. Colombus bukan orang pertama menemukan Benua Amerika. Bahkan Colombus juga bukan orang Eropa pertama yang menyinggahi daratan Amerika. Orang-orang Viking dari Eropa Utara sudah berkunjung ke Amerika pada abad Xl, lalu mereka mendirikan koloni L’anse Aux di sana. Meskipun Colombus bukan orang pertama menemukan Benua Amerika, tapi ada kisah menarik ketika orang-orang memandang remeh perjalanan yang dilakukan Colombus dalam menemukan Benua Amerika. Dalam sebuah pertemuannya dengan para bangsawan, Colombus nyaris naik pitam karena orangorang menolak memberikan apresiasi untuk keberhasilannya menemukan Benua Amerika. “Apalah susahnya menemukan benua itu. Berlayar saja ke arah

Surat Pembaca

Pekanbaru Kenapa Mudah Banjir?

Pemimpin Umum H Yusrizal Koto Pemimpin Redaksi/Penanggungjawab

Tun Akhyar Wakil Pemimpin Redaksi Hasan Basril Pemimpin Perusahaan Hj. Bety Marlina Wakil Pemimpin Perusahaan Gerri Nasri

lolos dari hukuman di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Lebih dari itu, KPK selaku institusi hukum yang sedang naik daun dan dipercaya publik secara luas, kecil kemungkinan mengkhianati kepercayaan dan citra baik dari publik. Melihat realitas selama ini, hampir semua kasus korupsi selalu terkait dengan kepentingan politik lantaran para pelakunya lebih banyak dari elit politik dan kekuasaan. Mereka memiliki kewenangan parlemen dan eksekutif sehingga sangat rentan menyalahgunakan kewenangan yang diberikan. Politik dan korupsi laksana dua sisi mata uang yang tidak dipisahkan, sebab hanya orang-orang yang memiliki kekuasaan yang berpotesi melakukan penyelewengan keuangan negara. Sebab itu, KPK tidak boleh terjebak oleh kepentingan politik, kasus yang melibatkan elit politik tidak boleh menghambat konsistensi, integritas, dan keberanian pimpinan KPK. Tidak ada urusan penegakan hukum dengan kepentingan politik. Jika pun kebetulan ada elit politik atau kekuasaan yang ditangkap dan diproses merasa dibunuh karakternya seperti keluhan selama ini jika dijerat korupsi - itu memang sudah risikonya. KPK, polisi, dan kejaksaan harus berani memisahkan penegakan hukum dengan kepentingan poli-

Oleh Marwan Mas tik. KPK harus melawan pandangan Talcot Parson dalam teori Sibernetik-nya bahwa hukum "tidak otonom" lantaran diintervensi oleh kekuatan ekonomi, politik, sosial, dan budaya hukum masyarakat. Jebakan elit politik tergoda rayuan korupsi karena faktor logistik atau dana untuk kepentingan politiknya seperti saat akan menghadapi pemilihan umum. Menurut Indra J. Piliang dalam bukunya, "Mengalir Menata Ombak: Memoar Kritis Tiga Kekalahan", bahwa dana adalah darah dalam urat nadi politik. Kalimat ini menunjukkan bahwa politik butuh dana besar yang kadang lebih banyak menjerumuskan lantaran diperoleh secara melawan hukum. Mengalihkan persoalan dengan menuding KPK melakukan konspirasi politik yang tidak jelas kebenarannya, bisa membuat perilaku korupsi semakin masif di kalangan elit politik. Seolah-olah tindakan korupsi bukan lagi perbuatan hina dan jahat, apalagi menuding penegak hukum melakukan konspirasi tanpa bukti. Boleh jadi memang KPK melakukan konspirasi, tetapi konspirasi yang dilakukannya dalam konteks penegakan hukum. KPK tentu melakukan penyadapan, penelitian, serta

mengumpulkan bahan dan keterangan untuk menemukan bukti permulaan yang cukup. Itulah model konspirasi dalam arti positif untuk kepentingan pembuktian yang dilakukan aparat penegak hukum. Menghambat korupsi yang semakin masif, butuh peran civil society (masyarakat sipil). Krisis kewibawaan negara akhir-akhir ini ditandai dengan makin banyaknya elit politik (anggota DPR-DPRD) dan penguasa seperti menteri, gubernur, bupati/walikota, dan pejabat di bawahnya yang terjerat korupsi. Sebab itu, 2013 yang disebut tahun politik dan para elit akan saling menyandera dan membongkar korupsinya, sebetulnya sesuatu yang baik bagi penegakan hukum. KPK, kepolisian, dan kejaksaan tinggal memilah dan memilih yang mana lebih dahulu ditangkap sampai semuanya meringkuk dalam penjara. Eksistensi civil society seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), mahasiswa, dan organisasi kemasyarakatan lainnya harus lebih berani melaporkan dan menunjuk hidung para pengemplang uang rakyat. Masyarakat sipil harus bergerak melawan kemapanan yang diperoleh dari mencuri uang rakyat. Harus menggalang jaringan luas, berani melapor dan menyampaikan pendapat, dan bersinergi dengan media massa.

Jika peran civil society juga melemah bahkan masif, dipastikan perang terhadap korupsi tidak akan pernah kita menangkan. Jika berani main mata dan berkolaborasi dengan elit politik yang korup, negara hukum tidak akan berkibar meski diperkuat lembaga sehebat KPK dan MK. Sebab itu, kritikan petinggi PKS juga perlu diapresiasi, bahwa KPK tidak boleh diskriminasi. KPK misalnya, belum menahan Andi Alifian Mallarangeng, belum menetapkan tersangka Anas Urbaningrum yang juga diduga kuat terlibat kasus proyek Hambalang, serta kasus Bank Century yang masih kabur. Secara moral, tuntutan petinggi PKS tidak bisa dinafikan dan harus menjadi perhatian serius bagi KPK dalam mengelola manajemen penanganan perkara. PKS hanya ingin diperlakukan secara egaliter, sebab konsep itu merupakan jalan untuk membumikan rasa keadilan (keadilan substansial) dengan cara memanusiakan manusia dalam penegakan hukum. Perlakuan yang sama dan egalitis wajib menjadi milik semua orang dan semua golongan sebagai roh konstruksi negara hukum. ***

Mendengar itu Colombus membentak dengan nada tinggi. “Diam,” bentak Colombus. Setelah semuanya reda, Colombus berjalan ke arah para bangsawan. “Kalian semua berkata bisa setelah orang melakukannya. Kalian tidak akan pernah berkata bisa sebelum orang melakukannya,” kata Colombus. Mendengar itu para bangsawan pun tersipu malu. Itu baru kisah telor Colombus, bangsawan akhirnya tersipu malu. Kalau kisah telor yang satu ini justru dilakukan para pejabat yang tidak punya rasa malu. Meskipun perangainya sudah diketahui rekan pejabat yang lain, tapi pejabat yang bermain telor ini tidak pernah malu. Permainan ini disebut angkat telor. “Lihat itu sudah angkat telor lagi,” kata seorang pejabat berbisik ke telinga saya ketika melihat rekannya sesama pejabat mendekat-dekat kepada Bupati Kuantan Singingi (Kuansing) Sukarmis dengan cara yang berlebihan, beberapa waktu lalu.

Rasanya Bupati Sukarmis sendiri juga tahu siapa saja pejabat yang suka angkat telor. Tapi namanya pemimpin, Bupati tentu tidak akan menyebutkannya secara lantang. Apalagi Bupati sangat berpengalaman memainkan peranan ini. Di Kuansing, pejabat yang suka angkat telor ini ada, sekalipun tidak begitu banyak jumlahnya. Namun bukan berarti seluruh pejabat yang dekat dengan Bupati Sukarmis bisa disebutkan angkat telor, itu salah. Begitu juga dengan pejabat yang loyal, belum bisa disebutkan angkat telor. Lantas bagaimana membedakannya. Begini, kalau dalam kisah telor Colombus para bangsawan akhirnya tersipu malu, tapi dalam permainan angkat telor justeru berbeda. Pejabatnya tidak akan pernah punya rasa malu dan akan mendekati Bupati Sukarmis den*** gan cara yang berlebihan.*** Penulis adalah Kepala Biro Harian Vokal di Kabupaten Kuantan Singingi

Penulis adalah guru besar Ilmu Hukum Universitas 45, Makassar.

Kisah-kisah Seputar Telor

- Pemko Pekanbaru Akan Lelang Sejumlah Mobdis

SAYA heran, persoalan banjir di Kota Pekanbaru tak tuntas-tuntasnya. Menjadi persoalan, ketika hujan cuma satu jam saja, banyak jalan yang terendam. Bagaimana kalau hujan berlangsung lama, dan saat musim penghujan pula. Tentu banjir suatu hal rutin dan sudah bisa ditebak akan terjadi banjir. Kondisi ini sebenarnya lebih dahsyat dibanding Kota Jakarta, yang hanya menerima banjir kiriman dari Bogor. Sebagai contoh, kawasan Panam, Pekanbaru terkenal kawasan yang letaknya lebih tinggi dibanding daerah lainnya di tengah Kota Bertuah

6 Februari 2013/25 Rabiul Awal1434 H

Saat Elite Politik Terjerat Korupsi

TAJUK

+ Uang lelang jangan hilang....

OPINI

ini. Tetapi herannya mengapa manjadi langganan banjir? Hal yang telah terjadi berulang sejak lama itu, mengapat tak kunjung terbenahi? Saya berharap Pemko Pekanbaru, jangan terlambat lagi untuk mengatasi persoalan banjir yang menjadi langganan setiap musim penghujan ini. Solusi terbaik menurut saya, rancang parit berukuran besar dan dialirkan menuju anak sungai kota. Namun, mengapa hal itu tak kunjung terealisasi? Riski Darmawan Jalan Soekarno-Hatta, Pekanbaru

barat, lalu ketemu Benua Amerika, tidak perlu Colombus diberi penghargaan,” sanggah beberapa orang bangsawan ketika itu. Colombus ternyata seorang pelaut yang bijaksana. Menjawab sanggahan itu, Colombus meletakkan sebutir telor di telapak tangannya. Lalu matanya menatap tajam ke arah seluruh bangsawan yang hadir di ruangan itu. “Siapa yang bisa meletakkan telor ini di ujung tanduk,” tantang Colombus seraya meraih tanduk banteng yang dijadikan hiasan ruangan itu. Mendengar tantangan itu, bergantian para bangsawan mencoba meletakkan telor itu di ujung tanduk banteng. Hampir habis orang seisi ruangan itu mencoba, namun tidak seorangpun dari mereka yang berhasil. Setiap kali diletakkan di ujung tanduk, telor itu terjatuh, dengan cekatan Colombus menyambutnya lagi. Merasa gagal semua, mereka berbalik menantang Colombus. “Coba kalau memang kamu bisa,” tantang para bangsawan itu

Oleh Said Mustafa Husin

kepada Colombus. Sang penjelajah kembali menatap tajam ke arah para bangsawan di ruangan itu. Tangannya bergerak menimang-nimang telor. Lalu dengan gerakan tangan yang cepat Colombus memukulkan telor itu ke ujung tanduk. Telor itu pecah, isi telor itu meleleh, tapi cangkang telor itu tersangkut di ujung tanduk. “Lihat, telor ini berada di ujung tanduk,” kata Colombus. Melihat itu, para bangsawan di ruangan itu ribut lagi. “Kalau hanya begitu kami juga bisa, kami juga bisa,” teriak mereka beramai-ramai.

Pintarlah Merasa! MENARIK menyimak ungkapan almarhum dai sejuta umat KH Zaianudin MZ. "Jangan merasa pintar, tapi pintarlah merasa". Jadi, seharusnya pejabat2 dan para wakil rakyat sekarang ini lebih pintar merasa dan punya sense. Memang, orang merasa pintar biasanya banyak ide, bahkan mungkin sudah telalu banyak ide sehingga tidak satu pun yang menjadi kenyataan. Namun, orang yang biasa-biasa saja mungkin hanya punya satu ide, namun satu itulah yang menjadi pilihan usahanya. Dan ada orang yang merasa dirinya biasa, tidak istimewa, meskipun sebenarnya pintar. Berbicara para pejabat dan wakil rakyat di Riau, menurut saya sudah sangat banyak yang pintar. Berbagai prestasi telah mereka toreh dan ukir di atas "segudang" penghargaan. Baik penghargaan di tingkat daerah, nasional atau

internasional. Saking pintarnya, banyak pejabat dan wakil rakyat yang mencoba mengelabui rakyat. Ya, itulah janji-janji politik memperjuangkan kesejahteraan rakyat semasa kampanye. Saat ini, wajah Kota Pekanbaru telah diwarnai oleh "perang" baliho bakal calon Gubernur Riau. Wajah-wajah calon pemimpin Bumi Lancang Kuning itu kini nyaris hadir menyapa rakyat di setiap ruas jalan dan sudut Kota Bertuah. Bahkan, calon orang nomor satu Riau itu kini sedang gencar-gencarnya bersosialisai ke masyarakat. Dengan perahu partai politik, bakal calon Gubernur Riau juga mulai mengepakkan sayapnya agar lebih dikenal rakyat. Harapan dan impian bakal dipercaya rakyat menjadi pemimpin Riau terpancar dari kegigihannya turun ke barbagai daerah di Riau. Di sisi lain, calon-calon wakil rakyat atau calon legislatif (Ca-

Dewan Redaksi Redaksi: H Yusrizal Koto, Tun Akhyar, Hasan Basril, Hj. Bety Marlina, Gerri Nasri. Ombusdmen: H. Aji Dheri. Redaktur Pelaksana Pelaksana: Ridwan Alkalam. Koo Koorr dinator Liputan Liputan: Budi Suseno. Redaktur Redaktur: Idrus Yamin, Bakhtaruddin, Delfi Indra, Zukri Subayang, Marzuli Adi, Fitri Mayani, Saaduddin Badra. Reporter Reporter: Andika, Dairul Riyadi, Adek Hernita, Ryan Yutri Varios, Zulfikri, Indra Jaya, Abdul Mutholib, Mokhtiar, Zulkifli, Mayonal Putra. Sekreta ris Redaksi: Desi Arsianti. Sekretaris Biro Daerah: Dumai Dumai: Parno Sali (Kepala), Yusrhel, Vernando. Pelalawan Pelalawan: Pandapotan Marpaung (Kepala), Giona Puga, Farikhin. Siak: Zulfahmi (Kepala), Soleman. Bengkalis Bengkalis: Andrias (Kepala). Indragiri Hilir Hilir: Mulyadi (Kepala), Muhamad Faisal. Indragiri Hulu Hulu: Prasetia (Kepala), Obrin B. Rokan Hilir Hilir: Asbinsyah Pasaribu (Kepala). Rokan Hulu Hulu: Paber Siahaan (Kepala), Maulana Ishaq. Kampar Kampar: Apriyaldi. Kuantan Singingi Singingi: Said Mustafa Husin (Kepala), Reflizar . Meranti: Sawaluddin (Kepala). Jakarta Jakarta: Syafruddin AL (Kepala), Surya Irawan, Daryadi Pribadi, Lenni Handayani. P erwajahan/Pracetak erwajahan/Pracetak: Pepen Prengky (Kepala), Andixer, Abdawiza, Rinto Harmiko, Zulqifli, Alib Destiyono, Idris Muchni, Hasan Sholihin.

ZUKRI SUBAYANG Redaktur Harian Vokal leg) juga disibukkan mencari partai poltitik sebagai tempat bernaung dalam pertarungan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014 mendatang. Nah, siapa pun yang terpilih menjadi Gubernur Riau nanti, kader partai politik mana pun yang dipercaya rakyat sebagai wakilnya di DPR, DPRD nantinya, hendaknya tidak merasa pintar sehingga mengingkari janji kepada rakyat. Sebab, saya menilai

Kolom Kami suara rakyat selalu dalam pendengaran-Nya. Banyaknya pejabat dan wakil rakyat di Riau ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama ini semoga menjadi pelajaran. Pasalnya, suara rakyat saat ini juga seudah menyertai lembaga "super body" tersebut. Rakyat Indonesia khususnya Riau selalu mendoakan agar KPK bisa menjalankan tugas memberantas dan menangkap sang koruptor. Ada yang mungkin harus kita sadari dengan jujur, yakni semua masalah dan prestasi yang berkembang ke depan merupakan jawaban dari sejarah dan masa lalu yang kita lalui. Artinya, baik atau buruk yang akan kita terima, itu merupakan hasil dari hukum sebab-akibat. Banyak sudah yang menjadi contoh selama ini. Hanya sekedar mengingatkan, jika tidak ingin menuai hasil yang buruk, jika tidak ingin mengenakan seragam tahanan KPK, jalanilah amanah itu sesuai dengan koridor yang ada.***

Iklan: Harmen Fadly (Manajer), Zulkifli (Koordinator Iklan Pku), Jimmi Endrik (Staf Iklan), Soeparto HAR (Kepala Perwakilan Jakarta), Joni Ardikesuma (Manajer Iklan Jakarta), Edriwan (Koordinator Dumai-Duri), Yudia Martin (Adm. Iklan), Sartana (Desain Iklan). Perwakilan Jakarta : Soeparto Har (Kepala), Joni Ardi Kesuma (Manajer Iklan Jakarta). Kantor Biro Redaksi Jakarta Jakarta: Gedung IJW Lt.3 Jalan Proklamasi No.91 Jakarta Pusat 10320, Telp-Fax : 021-319 31117. Produksi: Feri Irawan, Prima Aldino, Hendra P, Marco MW, Suheri S, Suardi CS, Rudi A, Ilham M, Roy F, Alimi Wahid, Jupri Cahyono, Abdul Rahmad, Rahmad Suanto, Jamilus. Sirkulasi irkulasi: Nasruddin Syahri (Manajer), Bambang Ariyanto(Koordinator), Herianto, Dewi Susanti (Adm. Sirkulasi). Keuangan : Abdy Suhenda(Manajer), Willy Yasnita Zain (Adm Keuangan). TI: ukum Sudarmawan (Kepala), Bayu. Penasihat H Hukum ukum: Syamsul Rakan Chaniago SH,MH, Rudy P Tampubolon SH, Drs Mishar MSi, Zainal Abidin SH, Hasrizal. umai Alamat Redaksi Dumai umai: Gedung YUBE Grup Jalan Redaksi: Jalan Durian No.16F Telp 0761 - 863466 Kota Pekanbaru. Kantor D Cempedak No. 88 Dumai Telp 0765 - 439013. Percetakan: Jalan Palas Mekar Umban Sari No.9A Rumbai-Pekanbaru. Kantor Biro Iklan Jakarta Jakarta: Gedung Maya Indah Jalan Kramat Raya No.3 G Jakarta Pusat Telp (021) 3903112, Fax (021) /P ercetakan arif IIklan klan 3929630. Penerbit enerbit/P /Percetakan ercetakan:: PT. INTI VOKAL MEDIA.. T Tarif klan:: Bisnis/Produk Rp35.000/mm kolom (FC) Rp17.500/ (BW mm kolom(BW (BW); Sosial/Duka Cita/Ucapan Selamat : Rp10.000/mm kolom (FC) Rp5.000/mm kolom (BW) (BW); Iklan Baris : Rp15.000/baris (minimal 3 baris). Iklan Mini Kolom Rp50.000/terbit.

Redaksi Harian Pagi Vokal menerima tulisan, artikel, dari pembaca yang berisi usulan, saran dan kritikan yang membangun. Redaksi tidak memuat tulisan yang berisi hasutan, fitnah dan mengandung unsur SARA. Kirimkan tulisan anda melalui email: harianvokal@gmail.com atau antarkan langsung ke Kantor Redaksi Harian Pagi Vokal Jalan Durian No.16F Pekanbaru dan Gedung YUBE GROUP Jalan Cempedak No 88 Dumai.

Penanggung Jawab/Redaktur: RIDWAN ALKALAM

Perwajahan: TIYO


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.