INFO IKLAN
Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd Ibadah dan Kemaslahatan H irup cageur, bageur, bener, singer, tur pinter barangkali falsafah hidup itulah yang dipegang teguh oleh Sunaryo Kartadinata. “Falsafah itu sangat luar biasa. Sebagai urang Sunda, saya memahami dimensi pandangan hidup itu yang mengajarkan etika, logika, kejujuran, kerja keras, dan estetika di dalam kehidupan”, ujarnya membuka pembicaraan. Dilahirkan pada 21 Maret 1950 dari pasangan H. Sukarta (Alm.) dan Hj. Surliah, di Desa Talagasari, Kawali, Kabupaten Ciamis, Sunaryo dibesarkan di tengah kehidupan keluarga petani yang serba pas-pasan. “Seperti halnya anak-anak petani yang lain, sejak kecil saya terbiasa membantu Bapak di sawah sambil menggembalakan kambing yang hanya beberapa ekor saja,” katanya menerawang. Tempaan hidup yang serba paspasan itulah yang ternyata menempa Sunaryo menjadi pribadi tangguh dan tak gampang menyerah di kemudian hari. Setelah menamatkan SD pada tahun 1963, Sunaryo langsung melanjutkan pendidikan di SMPN Kawali. “Jarak dari rumah ke SMPN Kawali sekitar 5 KM. Dan saya harus berjalan kaki tanpa alas kaki untuk menempuh jarak itu. Baru kalau sudah sampai sekolah, saya pakai sepatu. Itu saya lakukan agar sepatu yang hanya satu-satunya tidak cepat rusak,” ungkapnya bercerita. Dorongan yang kuat untuk menjadi guru mengantarkannya untuk memilih SPGN Ciamis sebagai tempat mengenyam pendidikan selanjutnya. Tahun 1970, Sunaryo diterima sebagai mahasiswa IKIP Bandung. Dalam waktu 3 tahun, Sunaryo berhasil menggondol gelar sarjana muda pada bidang Bimbingan dan Konseling. Bakat dan kecerdasannya yang gemilang dengan sangat mudah tercium oleh dosen-dosennya. Maka, pada tahun 1973, selepas meraih gelar sarjana muda, Sunaryo diangkat sebagai asisten dosen di almamaternya, sambil meneruskan kuliah untuk meraih gelar sarjana. Pada 11 Juli 1975 adalah hari yang bersejarah dalam kehidupan Sunaryo. Sejak saat itu, Sunaryo resmi menjadi suami dari Dra. Hj. Euis Misyeti, teman sekelas pada saat kuliah dulu. Dari
perkawinannya itu, Sunaryo dikarunai satu orang putri dan dua orang putra, dan kini telah dikaruniai lima orang cucu. Karier akademik Sunaryo benar-benar gemilang, pada tahun 1983, Sunaryo berhasil meraih gelar master dalam bidang Bimbingan dan Konseling dengan predikat Cumlaude. Begitupun dengan gelar Doktor yang diraihnya pada 1988,
Sunaryo meraihnya de-ngan predikat Cumlaude. Kesempatan menimba ilmu di luar negeri pun pernah dirasakan Sunaryo. Pada tahun 1986, Sunaryo harus rela meninggalkan istrinya yang saat itu tengah mengandung putra bungsunya. Selama 6 Bulan, Sunaryo harus mengambil beberapa SKS di State University of New York at Albany dalam rangka