MEDITASI KESEHATAN

DALAM JIWA YANG SEHAT TERDAPAT TUBUH YANG KUAT

Meditasi Kesehatan: What, Why, When, Where, Who, How.

S & G Books

ORANDUM EST UT MENS MENS SANA DI CORPORE SANO Seorang pria harus berdoa untuk pikiran sehat di dalam tubuh nan sehat (Decimus Iunius Juvenalis)

T E NT ANG PE NU L I S Setelah SMA, J-BAS pernah bekerja sebagai penyiar radio (1994 s.d. 1996), staf administrasi dan sekretaris (1997 s.d. 2000). Sempat mengenyam program studi Manajemen di UWKS selama tiga semester (2000 s.d.

2001), lalu vakum dari aktivitas belajar (2002 s.d. 2005), dan pada tahun 2006 J-BAS kembali beraktivitas sebagai Marketing Manager dan Teaching Trainer and Supervisor di sebuah Lembaga Kursus Bahasa Inggris. dan segera sesudah lembaga ditutup pada tahun 2019, J-BAS mengajar privat dan kini mengembangkan keterampilannya supaya bisa dilakukan secara online, dengan mengembangkan Metode L2N (Learning Like Natives) Method.

Dengan latar belakang pendidikan di SMAN 1 Kedungwaru Tulungagung prodi Fisika (lulus tahun 1994), pada tahun 2021 ini J-BAS (kini berusia 45 tahun) adalah mahasiswa semester IV Sastra Inggris Universitas Terbuka, dan semester III Ilmu Komunikasi Universitas Dr. Soetomo.

J-BAS belajar bermeditasi pada tahun 2013 atas ajakan Bp. Antonius Sing Harsono yang telah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri, dan seterusnya belajar hingga saat ini. JBAS berhasil membuat darahnya yang berwarna hitam pekat menjadi merah segar kembali dalam waktu kurang dari setahun. JBAS juga berhasil menghilangkan potensi jantung coroner, dan sebagainya dengan meditasi. Baginya, meditasi adalah salah satu anugerah terbesar yang pernah ditemuinya dalam hidupnya. Dan untuk alasan itulah e-book ini ditulis dan dibagikan.

SEKAPUR SIRIH

Sejatine ora ana apa – apa, kang ana iku dudu.1 Masa sulit demi masa sulit telah pernah kita2 lewati bersama. Bencana demi bencana telah juga kita lampaui bersama. Sebagian dari kita terkorbankan menjadi ‘tumbal’ bagi kelanjutan energi kehidupan. Sebagian yang lainnya tumbuh dari generasi ke generasi, melanjutkan denyut nadi kehidupan di bumi dan semesta ini.

Setiap ras makhluk hidup (ataupun setengah hidup seperti virus) terus dan terus berusaha mempertahankan kelangsungan hidup rasnya.

Dan jika ras manusia melakukan hal tersebut, maka sudah sewajarnya jika beragam virus yang ada juga mempraktekkannya, sebagaimana hewan – hewan tentu akan berontak lari ketika pisau jagal mengiris dan merobek leher mereka (andaikan dia tidak ditali dan dipegangi). Semua makhluk ingin tetap hidup, semua berusaha menghindari kematian masing – masing dengan satu dan lain cara. Dan karena hal itu, terjadilah … benturan.

1 Kalimat

dalam Bahasa Jawa ini biasanya menjadi pembuka bagi olah rasa kaum penghayat, dalam Bahasa Indonesia: “Sesungguhnya Yang Sejati adalah kosong, jika berwujud maka itu bukan Dia.” Penulis beragama Buddha namun sedari kecil mempelajari beragam agama dan kepercayaan di Indonesia tanpa kecuali dengan senang hati, dengan tekun, tanpa tendensi, tanpa sakit hati.

2 Merujuk pada ras manusia, bisa juga diterjemahkan sebagai bumi dan seisinya.

Sebagaimana makhluk – makhluk hidup seringkali tidak menyadari bagaimana mereka sengaja ingin bertahan hidup, buku ini ditulis secara tidak sepenuhnya sengaja. Ini adalah tulisan yang dikembangkan dari tugas mata kuliah Bahasa Indonesia di Universitas Dr. Soetomo. Terimakasih kepada Ibu Wahyu Widayati.

Dan penulis berpikir bahwa momentum COVID-19 adalah momentum berharga untuk membuat masyarakat mulai menyadari tentang betapa berharganya ‘melek meditasi’.

Seminggu sebelum tugas BI tersebut ditulis, seorang teman bercerita pada penulis tentang teman kami yang lain yang hidup bersama HIV curhat bahwa kini dia harus menderita HIV hingga nantinya ajal menjelang (hal yang sebenarnya relatif sama dengan diabetes atau tensi). Di sisi lain, penulis menyadari bahwa bahkan di kalangan umat beragama Dharma sendiri (Hindhu, Buddha, Jawa, dll.) yang notabene merupakan sumber dari praktek ini, nyatanya juga jarang yang menjadikan meditasi sebagai sebuah kegiatan untuk dijadikan bagian dari hidup sehari – harinya. Maka lahirlah e-book sederhana ini.

Kembali ke topik utama, sejauh yang penulis pahami, pengobatan modern yang berbasis pada sains modern tampaknya perlu mulai mau beranjak dari dunia material; dan mulai melirik dunia kuantum, karena pada dasarnya pada era sains Hawking di masa ini dan masa mendatang, Biologi baru harus menoleh pada Fisika dan Kimia baru: Fisika dan Kimia Kuantum. Hal yang akan dipenuhi dengan perhitungan matematis rumit yang membuat kita memahami (dan beranjak) mulai dari jalur komet, jarak matahari, hingga bumi ini berbentuk seperti kentang, menuju waktu berbentuk melengkung, dan sel adalah makhluk hidup.

Akan halnya meditasi, pada awalnya, meditasi tidak ditujukan untuk keperluan pengobatan dan atau pencegahan dari sakit dan penyakit. Sejarah mencatat bahwa meditasi yang telah dipraktekkan dari generasi ke generasi, baik di India, Tiongkok, maupun di Nusantara, sebagai bagian dari pencarian kepada kesejatian, pencarian siddhi (kesaktian), dan sejenisnya. Namun kini generasi modern yang tak lagi melihat siddhi sebagai hal yang perlu dikejar, mengubah arah dan membawanya pada fungsi baru: untuk ketenangan, kebahagiaan, dan KESEHATAN. Akhirul kata, selamat membaca, semoga buku tentang meditasi untuk kesehatan ini dapat membawa manfaat. Terimakasih.

Rahayu Sagung Dumadi. Hayu, Hayu, Rahayu.3 Jawadwipa, 27 Agustus 2021 3

Meskipun tidak memiliki makna yang sama, namun ini bisa disetarakan dengan fungsi dari penutup doa seperti ‘Amin’ dan bisa juga sebagai salam seperti Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh, Salam Sejahtera, Shalom, Om Swasti Astu, Namo Buddhaya, dsb. Penulis memilih salam kaum penghayat untuk mengantarkan tulisan ini, selain guna membawa nafas universalitas meditasi (karena salam – salam kaum penghayat tersebut tidak merujuk pada ‘sosok’ tertentu), adalah juga untuk menghormati dan menghargai leluhur dan tetua tanah tempat saya berpijak saat ini.

Pada pertemuan hari Sabtu, tanggal 10 Juli 2021, Dr. Ulul Albab, salah satu dosen di Universitas dr.

Soetomo menyatakan keprihatinan beliau tentang korban meninggal Covid-19 yang semakin banyak, dan lebih dari sekedar korban lansia, kini korban meninggal telah semakin merambah ke kalangan muda dan anak – anak. Ini sejalan dengan berita Kontan bahwa kasus usia muda semakin bertambah seiring dengan hadirnya mutasi – mutasi baru Covid-19. Dan Indonesia menyumbang angka kematian anak – anak tertinggi di dunia. IDAI menyatakan bahwa 1 dari 8 kasus Covid-19 di Indonesia pada saat itu adalah usia anak – anak, dengan tingkat kematian sebesar 3 – 5%.

Sesungguhnya, pada usia berapapun, menjadi pasien Covid-19 yang harus dirawat di rumah sakit bukanlah hal yang mudah untuk ditanggungkan. Berada pada situasi dengan bayang – bayang kematian, tidak dapat dikunjungi oleh sanak saudara, berada di antara para nakes dengan pakaian laksana astronot, di sebuah ruang terisolir dalam suasana rumah sakit, tentu tidak mudah bagi pasien dan keluarga pasien guna melewatinya. Demikian pula halnya dengan mereka yang melakukan isolasi mandiri. Namun demikian, ketika yang menjadi korban meninggal adalah pasien usia lansia dan atau usia remaja dewasa, tentulah hal – hal ini secara relatif tidak akan sesulit ketika korban meninggal adalah pasien usia anak – anak. Sedangkan para nakes yang berpakaian sepenuhnya tertutup dan juga kelelahan dengan lonjakan pasien pada hari – hari belakangan ini, tentu bukanlah sosok – sosok yang ‘tepat’ dalam mendampingi pasien, apalagi pasien anak – anak seperti ini.

Dua

Mencari Jawaban Atas Persoalan

Gambar 1 Iklan Bali Usada di Masa pandemi

Demikianlah, tampaknya sangat sedikit mereka yang terinspirasi untuk belajar dan praktek bermeditasi, sampai mereka jatuh sakit dan atau dilanda depresi sedemikian rupa.

Nah, jika meditasi dikenal ampuh untuk mengatasi kanker, tumor, leukemia, HIV-Aids dan berbagai penyakit yang nyaris tanpa obat lainnya, tentunya layak bagi kita untuk mencari tahu seperti apa cara kerjanya dan apakah dia dapat membantu mencari solusi bagi persoalan COVID19, utamanya para penderita dan masyarakat umum. Dalam hal ini tentunya mencakup orang sehat dan sistem imunnya, pasien sakit dan bagaimana dia mengatasi hal – hal sehubungan dengan dirinya sendiri dalam melawan penyakitnya, dan apakah meditasi dapat memiliki peran tertentu terhadap kondisi pasien ketika kematian mendatanginya. Dan jenis meditasi manakah yang dapat berperan dengan baik untuk berbagai keperluan tersebut.

Jika Isaac Newton berkutat pada dunia material (dan demikian pula halnya dengan kedokteran saat ini), Stephen Hawking membuka pintu bagi sains modern ke arah teori – teori kuantum, meskipun sebenarnya cikal bakalnya telah dimulai sejak era Albert Einstein.

Gambar 2.

Sel – sel Berkomunikasi Satu Sama Lain: menentukan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Informasi ditransfer satu sama lain sedemikian sehingga mereka bisa bekerjasama ataupun berlawanan, dan dengan demikian maka bagi para ilmuwan kuantum, sel – sel adalah makhluk – makhluk yang berdiri sendiri, sebagaimana yang penulis sadari setelah praktek bermeditasi.

Yang tidak banyak dipahami oleh orang adalah bahwa bermeditasi membawa kita pada dunia kuantum, alih – alih material.

Bahwa banyak pelaku meditasi tidak bisa meneorikannya adalah hal yang wajar, karena mereka bukan ilmuwan dan atau memiliki latar belakang peneliti dan atau akademis yang sesuai dengan kapasitas tersebut. Namun, baik Bruce Lipton yang menggelitik ilmuwan masa kini guna menoleh pada ranah kuantum untuk memperkaya biologi material, maupun Peter Higgs penemu Teori Higgs, sebuah teori tentang partikel tuhan, tampaknya adalah para pelaku meditasi. Bahkan peraih Nobel Fisika atas teorinya tersebut pada tahun 20134 konon adalah salah satu siswa Bali Usada, dan mengkonfirmasi kepada guru Merta Ada Tejena bahwa god’s particle atau partikel tuhan yang dia maksud pada teori Higgs adalah apa yang disebut sebagai parama anu dalam lontar – lontar Nusantara yang sudah ada sejak era sebelum Majapahit.

4Peter

Higgs (Inggris) meraih penghargaan tersebut bersama dengan rekannya Francois Englert (Belgia), tidak jelas siapa yang merupakan siswa Bali Usada, apakah keduanya ataukah salah satu di antaranya.

Maka demikianlah, era kuantum adalah era yang memungkinkan kita mengetahui bahwa waktu berbentuk melengkung.

Sayangnya berbeda dengan ilmu materalistik Newton, ranah kuantum lebih rumit untuk dipahami.

Perhitungan matematisnya sangat rumit.

Tak heran, karena ini adalah juga merupakan era bagaimana ilmuwan (dan manusia) bisa masuk ke ranah nano, dan bukan lagi sekedar mikro.

Gambar 5 Gambaran Cakra Pada Tubuh Manusia: yang disebut sebagai buwana alit pada ilmu – ilmu Nusantara (buwana ageng biasanya merujuk pada semesta dan atau Tuhan). Dari bawah ke atas: cakra muladhara / dasar, cakra seks / svadhistana, cakra manipura (solar plexus), cakra anahata / dada, cakra visudha / tenggorokan, cakra ajina / mata ketiga, cakra mahkota / sahasrara.

Ajaran Hindhu mengenal adanya atta atau atma yang abadi, dengan demikian ini dekat dengan konsep nyawa pada ajaran Abrahamik. Ajaran Buddha sedikit berbeda.

Ajaran ini menyatakan adanya ‘anatta’, atau tidak adanya ruh yang abadi.

Dalam ajaran Buddha, pikiran dan kesadaranlah yang abadi. Itulah alasan mengapa di sini kita membedakan antara pikiran dengan jiwa: supaya semua bisa mengikuti penjelasannya. Konsep memori dan pikiran manusia dalam ajaran Buddha juga berbeda dengan konsep yang kita kenal pada sains sebelum era kuantum. Memori manusia ada di sekujur tubuh, otak adalah semacam landasan, disebut sebagai landasan pikiran. Di era ini, dipelopori oleh Bruce Lipton, kita menyadari bahwa sel – sel adalah makhluk hidup mandiri, berkomunikasi satu sama lain, memiliki ‘pemimpin’, membentuk komunitas, misalnya komunitas sel – sel jantung, komunitas sel – sel otak, dan seterusnya. Sampai di sini, ide Lipton masih dapat diterima oleh para ilmuwan aliran Newton. Namun ketika Lipton membicarakan tentang proses mengunggah dan mengunduh memori dari suatu server semesta, penerimaan harus terhentikan, setidaknya hingga detik ini.

Namun demikian, menurut penulis, pemahaman bahwa setiap sel adalah makhluk hidup dengan pikiran sendiri – sendiri sudah lebih dari cukup untuk memahami bahwa pikiran memiliki hubungan timbal balik dengan raga, bukan hanya jiwa, meditasi mempengaruhi pikiran, dan dengan demikian meditasi akan juga mempengaruhi raga, dan apalagi jiwa.

Lima

Pikiran, Sel, Penyakit, & Kesehatan Pada dasarnya tubuh kita bisa dilihat seperti suatu negara yang terdiri dari beragam penduduk yang masing - masing membentuk ‘ekosistem’, dan berkomunikasi satu sama lain. Dalam penelitian di laboratorium, sel sel tubuh kita adalah makhluk hidup yang berdiri sendiri - sendiri, sel - sel membentuk organ - organ sesuai dengan komunikasi protein masing - masing sel. Hal ini dapat dibayangkan sebagaimana para penduduk di suatu negeri membentuk kelompok – kelompok dan ‘ekosistem - ekosistem’ (misalnya suku, agama, bahasa, hobi, dan sebagainya). Organ - organ tersebut selanjutnya saling berkomunikasi secara lebih kompleks dan tetap saja melalui interaksi protein dari sel - sel. Dan ini setara dengan bagaimana masing – masing grup dan atau ‘ekosistem’ berkomunikasi, yang tentunya melibatkan individu – individu sebagai wakil dari grup, baik resmi maupun tidak. Di sana terdapat negosiasi, diplomasi, perang dan sebagainya, dan ini nanti akan membentuk komando – komando, hierarki, organisasi dan sebagainya. Sebagian sel - sel yang gagal berkomunikasi, gagal memahami, menjadi pemberontak, dan sebagainya. Ini tak ubahnya para pemberontak pada suatu negara, kelompok etnis yang terbelakang, dan sebagainya. Dan begitulah adanya, sebagian bermutasi menjadi tumor dan kanker, dan sebagian lagi membuat bayi terlahir cacat.

Biksu Uttamo dari Blitar menjelaskan bahwa ini semua adalah tentang kamma phala, hukum alam tentang sebab akibat. Penyakit hanyalah salah satu bentuknya. Penyakit muncul di badan karena suatu sebab.

Beberapa bulan sebelum penulis mengikuti Tapa Brata I selama satu minggu di Bali Usada Baturiti - Bali, pemakalah sempat sesekali menderita nyeri di dada kiri, dan ternyata pada hari ke empat, pemakalah menemukan ada memori tersimpan di salah satu sel di bagian itu, dan kemarahan, kesedihan, dan sebagainya yang tersimpan di bagian itu mulai berbuah. Setelah mengamati video yang terputar oleh hologram memori, penulis berhasil memaafkan para pelaku di video memori tersebut, mengikhlaskan apa yang telah terjadi, dan melepaskan memori tersebut yang tiba – tiba tersedot masuk ke suatu terowongan penuh tanaman hijau indah.

Video itu dan para pemerannya lenyap, pemakalah membuka mata dengan berurai air mata, namun dengan dada kiri yang longgar, dan gejala sakit jantung itu hilang.

Gambar 6 Bagan Munculnya Energi Baik dan Energi Buruk: pada tubuh manusia menurut Bali Usada.

Biksu Uttamo dari Blitar menjelaskan bahwa ini semua adalah tentang kamma phala, hukum alam tentang sebab akibat. Penyakit hanyalah salah satu bentuknya. Penyakit muncul di badan karena suatu sebab.

Beberapa bulan sebelum penulis mengikuti Tapa Brata I selama satu minggu di Bali Usada Baturiti - Bali, pemakalah sempat sesekali menderita nyeri di dada kiri, dan ternyata pada hari ke empat, pemakalah menemukan ada memori tersimpan di salah satu sel di bagian itu, dan kemarahan, kesedihan, dan sebagainya yang tersimpan di bagian itu mulai berbuah. Setelah mengamati video yang terputar oleh hologram memori, penulis berhasil memaafkan para pelaku di video memori tersebut, mengikhlaskan apa yang telah terjadi, dan melepaskan memori tersebut yang tiba – tiba tersedot masuk ke suatu terowongan penuh tanaman hijau indah. Video itu dan para pemerannya lenyap, pemakalah membuka mata dengan berurai air mata, namun dengan dada kiri yang longgar, dan gejala sakit jantung itu hilang.

Makanan memang berperan, namun pikiranlah yang paling berpengaruh. Ketika pikiran kita tidak harmonis, suatu hal yang buruk dapat disimpan di sel, dan membawa akibat buruk. Ini seperti ketika kita harus memegang anak panah beracun, sedangkan tangan kita sedang terluka. Racun tersebut dapat masuk ke luka – luka kita dan cepat atau lambat akan berpengaruh buruk. Ketika pikiran kita harmonis, suatu hal yang buruk akan dilepas tanpa bekas, menguap lenyap, seperti kita memegang panah beracun, namun tangan kita tidak mengalami luka sedikitpun. Racun tersebut tidak akan memiliki pengaruh apa – apa.

Gambar 7 Bhante Uttamo di Padepokan beliau Di Blitar, Jawa Timur

disarankan untuk ikut kembali Tapa Brata I sesegera mungkin.

Sebagian dari mereka ada yang sembuh total sebelum ikut Tapa Brata I tahap berikutnya, namun biasanya mereka akan kembali mengulang kegiatan ini meskipun sudah sembuh.

Ketika obat antiretroviral untuk menangani pasien HIV belum ditemukan, banyak ODHA yang berhasil merawat diri dan bersahabat dengan virus di tubuhnya dengan belajar bermeditasi di sini, meski baru Tapa Brata I saja. Pada Tapa Brata I sebanyak 2x mereka akan merasakan meningkatnya derajat kesehatan, dan sesudah Tapa Brata II, mereka mulai belajar ‘melihat’ dan ‘mendengar’ interaksi sel – sel di tubuhnya, termasuk sel – sel virus yang kini telah menjadi bagian dari dirinya.

Pada Tapa Brata II, konon para peserta belajar untuk mengirimkan energi tertentu yang berbeda – beda sesuai dengan kebutuhan sel – sel tubuhnya, termasuk sel – sel dari virus HIV tersebut. Kekuatannya justru ada pada tiadanya keinginan untuk melenyapkan virus HIV tersebut.

18

Enam

Meditasi & Rasa ‘Surgawi’

Menurut Setyo Hajar Dewantoro, seorang pelaku meditasi dan kepercayaan Jawa, tujuan utama meditasi adalah untuk mencapai hidup yang benar – benar berkesadaran, selama 24 jam dalam sehari.

Dalam hal ini penulis e-book ini berada pada taraf tertentu menerjemahkan kalimat tersebut sebagai bangkit dan awasnya (namun sekaligus pasrah dan bebasnya) sel – sel tubuh. Dan terjemahan itu bisa sejalan dengan I ketut Sandika, dosen dan pelaku Tantra Bali yang menyatakan bahwa meditasi adalah manekung, mengendalikan semua indra dalam diri.

Namun, sebenarnya, lebih dari sekedar itu, hormon – hormon bahagia seperti dopamin, serotonin, oksitosin, dan endorpin meningkat ke titik terbaiknya.

Dan pada gilirannya ini semua akan merilekskan dan menyembuhkan. Hebatnya, untuk hormon serotonin misalnya, tidak memiliki efek samping, sangat berbeda dengan jika kita mengonsumsi narkoba jenis tertentu yang menimbulkan efek ‘ekstasi’ serupa, namun sekaligus menimbulkan efek samping yang tidak main – main.

Demikian pula halnya jika kita mendengar istilah meditasi pandangan terang (Vipassana Bhavana: ini adalah meditasi khas Buddhis), istilah ini bisa bermakna ‘kiasan’, namun juga bisa bermakna literal, sehubungan dengan aktivitas hippocampus yang mengalirkan energinya saat meditasi taraf tertentu.

Hippocampus adalah organ yang dalam ilmu modern dihubungkan dengan kontrol memori, kemampuan belajar, keawasan diri, dan perasaan belas kasih.

Tujuh

Meditasi & Anak - Anak

Manfaat meditasi bagi anak – anak sesungguhnya tidaklah main – main. Meditasi dapat memperbaiki hubungan dengan orangtua dan orang di sekitarnya menjadi lebih baik, mengurangi depresi dan stres, meningkatkan rasa percaya diri dan kebahagiaan, kontrol diri dan pengembangan karakter, meningkatkan konsentrasi, kesabaran, dan memberi waktu tenang di sela - sela kegiatan anak yang padat.

Penulis meyakini bahwa seandainya anak – anak sudah bermeditasi sejak dini, mereka akan mendapatkan manfaat untuk berdampingan dengan segala tantangan dan agresi dari luar dan dari dalam. Mereka akan lebih berbahagia, tangguh, tidak mudah sakit, dan ketika sakitpun mereka tetap memiliki pikiran yang jernih dan dapat mengendalikan diri, bahkan ketika tidak lagi tertolong.

Gambar 8 Anak – anak sedang praktek bermeditasi

Mengapa anak – anak perlu bermeditasi?

Well, mengapa tidak?

Delapan

Meditasi, Kejernihan, & Ajal Jika Anda bertemu dengan seorang meditator yang kebetulan sekaligus menganut ajaran Buddha (tidak semua umat Buddha bermeditasi), dan Anda ditanya bagaimana mereka berpikir tentang kematian, mereka 99% akan berkata bahwa mereka tidak melihat kematian dari sudut pandang negatif dan mengerikan. Mereka akan memandang kematian dari sudut pandang kehidupan yang baru. Namun, sebagaimana 99% dari mereka akan menjawab bahwa mereka memilih terlahir kembali sebagai manusia daripada terlahir di surga, dan hal itu tentuya dapat dikatakan berada di ranah keyakinan.

Para meditator yang menganut ajaran Buddha biasanya berpikiran bahwa jikapun belum mencapai nibbana seperti Sang Buddha (sehingga tidak terlahir kembali di alam manapun termasuk namun tidak terbatas di surga), maka setidaknya mereka bisa mengetahui kapan mereka meninggal dan mereka menjemputnya untuk lalu berjuang mendekatkan diri pada alam yang diinginkan. Namun jika kemampuan siddhinya belum sampai ke tahap tersebut, maka mereka berharap untuk setidaknya bisa bermeditasi dengan sebaik – baiknya tepat pada saat mereka meninggal. Jika inipun tidak terjadi, mereka berjuang untuk selalu berpikir positif, berucap positif, dan bertindak positif, sehingga ketika mereka meninggal, mereka dalam posisi ‘jernih, sadar, dan positif’. Para meditator yang berhasil, pergi dengan ikhlas, tenang, dalam posisi meditasi (meditasi tidak harus duduk sempurna dan tidak harus bertubuh sempurna) dan atau dalam posisi pikiran meditatif, dan dengan demikian tanpa rasa sakit.

Gambar 9 Buddha Gautama Mahaparibbana: bermeditasi tidur di antara dua pohon sala kembar ketika menjelang mangkat, setelah 3 bulan sebelumnya menyampaikan hal tersebut kepada Y.M. Ananda. Para Biksu, kaum ningrat, dan umat (dan dalam kepercayaan ini: para dewa dewi) datang mengiringi dengan khidmat.

Hal semacam ini tentu akan menolong banyak pihak, baik itu lansia, dewasa, remaja, maupun anak – anak. Jikapun mereka tidak beragama Buddha (sehingga tidak mengenal konsep tumimbal lahir), jikapun mereka tidak memiliki kesaktian apapun yang membuat kematian menjadi sederhana (konon tidak sedikit dari para Lama di Tibet yang mangkat lenyap begitu saja, dengan menyisakan rambut atau kuku saja), dengan pikiran meditatif mereka sedang berada dalam posisi ‘ekstasi’ sehingga tidak merasakan kesakitan. Atau jika mereka jernih, sadar penuh, mereka dalam posisi pasrah total namun sadar, jernih melihat hal – hal, mereka akan mantap meninggalkan apapun di belakang, dan mantap melangkah ke tujuan yang bersifat 100% alami; mereka melangkah ke depan yang adalah suatu keniscayaan: kematian. Dan sudah.

Sembilan

Meditasi & Kesehatan Semesta Berkenaan dengan nasib manusia dan semesta, Gregg Braden, penulis buku ‘The Divine Matrix’ menulis bahwa semesta bisa berubah ketika secara matematis terdapat 1% penduduk bumi memiliki pikiran meditatif, dan terus – menerus menyalurkan energi yang sama. Nah, bagaimana dengan energi kebaikan bagi seluruh makhluk, termasuk apa yang secara umum dianggap sebagai jahat, seperti virus?

Ajahn Brahm, biksu asing paling populer di Indonesia (termasuk di kalangan non Budhis). Ajahn Brahm memiliki nama lahir Peter Brett, dan merupakan sarjana Fisika dari Universitas Cambridge.

Ajahn Brahm menyampaikan bahwa melakukan permusuhan dan perlawanan terhadap beragam kejahatan, keburukan dan sebagainya adalah sia – sia belaka, karena serangan kita akan diserang balik dengan sama kuatnya, dan bahkan lebih.

Maka, tak heran jika beliau pernah menuliskan kisah biksu junior dan biksu senior Jepang, tentang bagaimana taman terbaik sesungguhnya adalah taman yang tumbuh apa adanya dan diurus secara ’cukup’, dan bukan taman – taman yang terlalu diatur, diperindah dengan hal – hal yang palsu, lalu dibangga – banggakan sedemikian rupa.

Sepuluh

Meditasi & Covid-19

Dari pembahasan kita sejauh ini, jelaslah sudah bahwa meditasi sangat berguna bagi kesehatan. Salah satunya adalah karena meditasi akan merangkul apa yang tidak dapat ditaklukkan. Mencegah apa yang sudah dirangkul untuk tidak bermutasi lebih jauh lagi.

Meditasi tidak pernah menyerang sumber penyakit, dan tidak juga sekedar bertahan. Meditasi adalah sarana aktif untuk menerima segala sesuatu sebagaimana adanya, termasuk jika ada virus yang bersarang di tubuh kita sekalipun.

Adalah pengalaman penulis sendiri bahwa sebagai meditator, penulis tidak pernah mengalami flu dan sebangsanya. Penulis juga tidak pernah masuk ke rumah sakit untuk opname karena sakit. Jika sampai penulis mengalami persoalan kesehatan tertentu, hampir bisa dipastikan karena faktor rakus terhadap makanan (yang sekarang berangsur – angsur membaik), atau karena baru saja harus menghadiri pesta yang diadakan oleh teman.

Dari paparan ini, tentulah meditasi layak untuk diajarkan dan dipraktekkan sedemikian rupa.

Gambar 10 Anatomi Virus Corona.

Sebelas

Ada Beragam Meditasi Meskipun meditasi identik dengan agama Buddha, namun meditasi berasal dari era Brahmanisme yang pada gilirannya bertransformasi menjadi agama Hindhu. Pada masa kini, agama – agama lain juga mulai banyak yang mengadopsi meditasi dengan infusi ajaran agama masing – masing. Ketika meditasi diinfus oleh ajaran – ajaran agama yang memiliki kewajiban dan iman tertentu, jika tidak hati – hati, ini bisa menjadi pisau bermata ganda. Jika meditator melekat erat pada Tuhan tertentu (dan juga sebaliknya, melekat pada ketidakadanya Tuhan), entah dalam artian menolak kemungkinan ‘energi’ yang lain, ataupun takut akan amarah Tuhan dan sebagainya, ini akan kontraproduktif karena terjadi pertentangan dan pergolakan energi pada orang tersebut. Kita tidak dapat memaksa yang demikian ini.

Namun demikian, sesungguhnya ini adalah persoalan batiniah masing – masing. Karena pada kasus Titiek Puspa misalnya, Titiek Puspa tampaknya juga melibatkan Tuhan dan doa secara intens dalam meditasinya. Namun dari penuturan tersebut pula, penulis menilai bahwa tingkat kepasrahan yang dimilikinya sangat tinggi dan simpul – simpul batiniahnya mampu mencapai titik tertentu ketika hormon dan energinya memicu proses penyembuhan diri sendiri, yaitu ketika dalam penggambarannya beliau masuk ke alam – alam yang indah, yang dalam ceritanya, beliau berpikir bahwa beliau telah meningggal dunia dan berada di surga. Iman yang dimiliki tidak kontraproduktif karena kepasrahan yang tinggi.

Ngomong – ngomong, bahwa semua meditasi dapat membawa penyembuhan tampaknya adalah benar. Dengan kata lain, semua jenis meditasi memiliki potensi untuk menjadi alat penyembuhan dan penjaga kesehatan. Namun perlu diketahui bahwa sebagian jenis meditasi sejak awal telah diarahkan ke arah yang lain, misalnya diinfus Tuhan dan ajaran masing – masing seperti yang tadi dibahas pada paragraf sebelumnya. Ada juga yang ditujukan untuk kesaktian ataupun untuk membuka mata ketiga. Bahkan ada yang ditujukan untuk laku ghaib tertentu sehingga melibatkan apa yang dikenal sebagai aliran kiri dan atau ilmu hitam oleh orang awam. Namun perlu disadari bahwa dalam hukum alam atas energi, semua ada konsekuensinya, semua sebab akan berakibat, semua akibat didahului oleh sebab, dan pada akhirnya perbuatan kita bisa jadi merupakan akibat, namun juga sekaligus adalah merupakan sebab. Maka, kita membutuhkan kebijaksaan dalam memilih meditasi yang sesuai untuk tujuan kesehatan dan penyembuhan. Jika demikian, penulis menyarankan untuk mengenal jenis meditasi yang tidak memiliki tujuan ke mana – mana selain untuk kesehatan, kecuali jika kita memang memiliki tujuan tertentu lainnya, penulis lepas tangan dan tidak akan membahas hal semacam itu.

Dua Belas

Meditasi Bagi Mereka Yang Sehat

Gambar 11 Sebuah Acara yang Dilakukan oleh Komunitas Chan: (Jepang: Zen, Korea: Coto), penulis berjongkok di ujung kanan. Acara ini dihadiri salah satunya oleh Dewi ‘Dee’ Lestari, seorang penulis nasional.

Bagi mereka yang sibuk dan tidak memiliki waktu untuk belajar intensif, penulis memiliki informasi dan pengalaman belajar sekilas tentang meditasi Chan. Meditasi yang berbasis pada ilmu ajaran Buddha aliran Mahayana, sub aliran Chan. Dari Namanya kita mengerti bahwa aliran ini berkembang setidaknya di Cina dan Taiwan.

Meskipun disarankan untuk mengikuti retreat juga, namun meditasi versi ini memiliki ‘coba gratis’ berupa kelas meneganglemaskan titik – titik tubuh, dari dahi hingga anus. Komunitas ini juga memiliki kelas kaligrafi Tiongkok, pernafasan yang diatur dalam hitungan tertentu, dan sebagainya. Peserta tidak harus beragama tertentu, acara tidak menggunakan ritual agama tertentu, kecuali pada acara – acara keagamaan tertentu. Kita bisa menanyakannya jika tidak nyaman dengan hal tersebut.

Namun perlu penulis sampaikan bahwa memberatkan hal - hal bisa berdampak kontraproduktif bagi diri sendiri, karena semua ini adalah tentang seni melepas (the art of letting go). Selama kita melekati sesuatu secara berlebihan sehingga tidak memiliki kapasitas untuk dapat melihat dan mendengar yang berbeda, yang kita anggap aneh, yang tidak sesuai dengan nilai – nilai kita dan sebagainya, dengan hati dan pikiran yang damai, tujuan kita untuk sehat pada masa yang manapun, terutama pada masa pandemi dan atau pada saat sakit keras dan atau pada saat menjelang ajal, mungkin akan sia – sia.

Tiga Belas

Meditasi Untuk Semua

Gambar 12 Perempuan Berhijab Sedang Bermeditasi.

Sebagai salah satu alumni Bali Usada (dan juga siswa dari beberapa guru meditasi lainnya), pemakalah merekomendasikan Bali Usada sebagai pilihan yang baik untuk tujuan kesehatan, baik kita dalam posisi sehat, maupun sakit, usia dewasa maupun lansia. Pada masa lalu Bali Usada juga memiliki kelas – kelas untuk anak – anak dan remaja.

Meditasi Bali Usada adalah meditasi dan konsep penyembuhan yang didasarkan pada ilmu Tiongkok, Buddha, Nusantara (terutama Jawa Majapahit dan Bali) dan yang lainnya. Konsep Tiongkok tampak dari pola makan pertama berupa buah – buahan dan jenis senam yang dilakukan.

Konsep Buddha segala aliran tampak dari jam makan yang dibatasi hingga tengah hari saja, dan menekankan pentingnya pergi tidur dalam posisi perut kosong. Konsep Buddha Mahayana dapat dilihat dari pola makan vegan. Konsep Jawa Majapahit tampak setidaknya dari pembahasan tentang parama anu (god’s particle), konsep sub atomic yang digambarkan oleh Sayadaw U Janakabhivamsa sebagai timbul tenggelam sehingga tak ada satupun benda di semesta ini yang solid sama setiap waktu. Pada tingkat nano, batuanpun berubah setiap saat. Konsep Tantra Bali bisa dilihat dari penggunaan bunyi – bunyian pada hari – hari terakhir acara untuk mendukung penyembuhan organ – organ tubuh (misalnya ‘sang’ untuk jantung, ‘bang’ untuk hati, ‘tang’ untuk buah pinggang, ‘ang’ untuk empedu, ‘ing’ untuk pertengahan hati, ‘nang’ untuk paru – paru, ‘mang’ untuk usus, ‘sing’ untuk limpa, ‘wang’ untuk anus, dan ‘yang’ untuk susunan rangkai hati). Namun, pengaruh yang paling dasar dan paling kuat pada meditasi Bali Usada adalah konsep meditasi Buddha Theravada.

Meditasi

Tapa Brata tahap I dilaksanakan secara intensif dalam proses tertentu dan dengan aturan tertentu selama seminggu. Setelah mendapatkan pengarahan selama beberapa sesi, para peserta meditasi kesehatan melakukan tri tapa suci atau noble silence.

Semua peserta tidak berbicara ataupun berkomunikasi satu sama lain dengan cara apapun; tidak membaca, menulis, menonton televisi, mendengarkan musik; tidak menikmati seks dalam bentuk apapun.

Makanan yang dimakan selama 1 minggu tersebut adalah makanan tradisional sehat yang didasarkan pada prinsip – prinsip pengobatan Tiongkok, India, dan Bali. Seluruh bahan makanan adalah vegan, tanpa bawang putih, tanpa lombok, tanpa penyedap rasa, dan sebagainya; dan waktu makan hanya dari jam 6 pagi sampai jam 1 siang saja, selebihnya hanya minum. Pada hari – hari awal, peserta bisa tidak nyaman karena makanan tersebut tidak terlalu berasa dan pergi tidur dalam kondisi perut kosong, namun lama – kelamaan menjadi terbiasa. Pada hari ke 6, sebelum waktu shalat Jumat, noble silence dihentikan, peserta diperkenankan berbicara dan berkomunikasi satu sama lain. Peserta yang beragama Islam pergi shalat Jumat di masjid terdekat, lalu kembali bergabung dengan yang lain karena kegiatan dilanjutkan hingga esok hari, hari ke 7. Pada hari – hari sebelumnya peserta yang beragama Islam tetap bisa shalat karena jadwal jam istirahat sudah disesuaikan, sehingga meskipun tidak ada jadwal khusus untuk itu, peserta bisa melakukannya pada jam istirahat tersebut.

Ngomong – ngomong, meskipun Guru Merta Ada beragama Buddha, namun peserta meditasi Bali Usada biasanya didominasi oleh umat Nasrani.

Pada setiap awal sesi pada hari – hari pertama, mentor menyampaikan bahwa peserta bisa memulai dengan berdoa sesuai dengan keyakinan dan agama masing – masing. Ini tidak berarti bahwa meditasi adalah kegiatan yang berbahaya sedemikian sehingga diperlukan doa doa. Segala rumor tentang meditasi berbahaya karena mengosongkan pikiran, adalah kesalahpahaman yang fatal, karena meditasi yang ‘benar’ tidak pernah mengosongkan pikiran.

Yang ada adalah justru awas dan eling, karena yang dilakukan selama meditasi adalah memperhatikan apa yang dilakukan oleh pikiran, bagaimana prosesnya, apa implikasinya dan lain sebagainya, tanpa terburu – buru, dan tanpa bermalas – malasan juga.

Gambar 13 Patung tari Siwa, yang menggambarkan alam semesta

Gambar 14 Tari Serimpi Jawa memiliki gerak lambat mengalun damai dalam iringan gamelan.

Sesungguhnya dalam kelambatan ada perhatian penuh dan mawas diri.

Meditasi adalah warisan leluhur Asia dan Nusantara. Meditasi kesehatan adalah varian meditasi yang ditujukan untuk mengatasi masalah – masalah kesehatan seseorang dan atau untuk mempertahankan kesehatan, mendapatkan harmonisnya pikiran dan ketenangan – kebahagiaan.

Tubuh terdiri dari sel – sel, ada yang membentuk jaringan padat dan ada yang membentuk jaringan cair.

Pikiran, sel – sel, virus, bakteri, udara, air, dan semua yang ada adalah energi. Dengan harmonisnya pikiran, maka tubuh akan ikut harmonis, dan sel – sel berjalan secara semestinya. Tubuh melakukan penyembuhan mandiri.

Ketika situasi yang dihadapi adalah situasi seperti COVID-19, situasi ketika penderita harus diisolasi dan atau mengisolasi diri, meditasi yang tepat dan terukur akan membantu dalam beberapa cara: menghilangkan stress dan depresi, membuat tubuh mengeluarkan hormon – hormon kebahagiaan, kenyamanan, hormon relaksasi; meningkatkan sistem imun, mengalahkan virus dan bakteri tanpa merampas hak hidup mereka namun justru dengan merangkul mereka dalam energi yang mereka butuhkan, menambah pasokan oksigen ke kepala dan ke seluruh tubuh, dan berani hidup berdampingan dengan semua yang ada, tanpa prejudis, tanpa penghakiman, dan juga tanpa keakuan.

Ketika ajal menjelang, meditasi akan meningkatkan kepasrahan, mengurangi penderitaan dan rasa sakit dengan hadirnya hormon – hormon penghilang rasa sakit, dan bagi pemeluk keyakinan tertentu seperti namun tidak terbatas pada penganut ajaran Buddha, dapat mengantarkan pasien pada kelahiran di alam bahagia, termasuk namun tidak terbatas pada alam surga. Ketika tidak ada yang menemani, hati tetap tenang karena kesadaran dirinya meningkat, dan pelepasan demi pelepasan terjadi dengan mudah.

Jika demikian, tentulah dapat disimpulkan bahwa: •

•

•

• •

Meditasi mengatasi penyakit, bukan dengan membunuh penyakit, namun dengan merangkul penyakit, menjadikannya teman sehingga akhirnya sel – sel yang ‘memberontak’ akan tenang dan menjadi sehat kembali, atau dalam hal virus, menyediakan kebutuhan si virus tanpa merugikan sel – sel tubuh yang manapun, karena cara kerjanya seperti menyalakan ribuan lilin dengan hanya berasal dari satu lilin saja.

Meditasi akan sangat bermanfaat bagi orang sehat untuk menaikkan kinerja sistem imun, tanpa menjadikannya auto imun, karena jalan yang dipakai adalah selalu jalan tengah. Dan dengan demikian maka praktek bermeditasi akan sangat membantu banyak orang sehat untuk tetap bertahan sehat, meskipun di masa pandemi.

Meditasi juga akan sangat membantu pasien dengan berbagai cara: menimbulkan ketenangan, memunculkan kebahagian, menyaksikan kejernihan dalam memandang hal – hal, meringankan dan atau menghilangkan rasa sakit, dan sebagainya.

Hal ini tentu saja akan juga sangat bermanfaat pada pasien yang tidak dapat ditolong nyawanya.

Jenis meditasi yang sesuai untuk semua tujuan ini adalah meditasi yang berkarakter universal, tanpa aksesoris tambahan dalam bentuk apapun juga. Ini adalah juga meditasi yang membawa misi kasih sayang, dan bukan sebaliknya. Dan meditasi yang sesuai adalah meditasi yang melemahkan arogansi dan keserakahan, dan sebaliknya menguatkan karakter memberi dan kemampuan melepas.

Gambar 15 Mandala

Gambar 16 Lukisan bernuansa Pegunungan Tiongkok.

Daftar Pustaka Ada, Merta. 2011. Meditasi Usada Tapa Brata I. Denpasar: Bali Usada Meditasi.

Alam, Sarah Oktaviani. 2021. “Kematian Anak Corona RI terbanyak di dunia IDAI Minta Tarik Rem Darurat.”

Dalam https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5611087/kematian-anakcorona-ri-terbanyak-di-dunia-idai-minta-tarik-rem-darurat Azanella, Lutfia Ayu dan Rizal Setyo Nugroho (ed.). 2021. “Jangan Meremehkan, Kasus Covid-19 di Usia Muda Semakin Banyak, Jumlah Kematian Naik.” Dalam https://newssetup.kontan.co.id/news/janganmeremehkan-kasus-covid-19-di-usia-muda-semakin-banyak-jumlahkematian-naik?page=all Braden, Greg. 2018. The Divine Matrix. Terjemahan Aulia Ardista Wiradarmo. Tangerang Selatan: Javanica.

Brahm, Ajahn. 2013. Bukan Siapa – Siapa: Seni Memadamkan Keakuan. Terjemahan Tasfan Santacitta. -: Awareness Publication.

Brahm, Ajahn. 2014. Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya.

Terjemahan: Chuang. Jakarta Barat: Awareness Publication.

Chah, Ajahn Ven. T.Th. Bodhinyana. Terjemahan Muliady dan Swarnasanti. Bandung: Yayasan Penerbit Karaniya.

Dewantoro, Setyo Hajar. 2017. Suwung: Ajaran Rahasia Leluhur Jawa.

Tangerang Selatan: Javanica.

Janakabhivamsa, Sayadaw U (et. al). 1997. Vipassana Meditation.

Taipei: The Corporate Body of the Buddha Educational Foundation.

Lipton, Bruce. 2019. The Biology of Belief: Misteri Pikiran, Keyakinan, Sel, dan DNA. Terjemahan Dina Begum. Tangerang Selatan: Javanica.

Sandika, I Ketut. 2019. Tantra: Ilmu Kuno Nusantara. Tangerang Selatan: Javanica.

Sari, Rintan Puspita dan Novianti Setuningsih (ed.). 2020. “Kisah Titiek Puspa Sembuh dari Kanker dengan Meditasi.” Dalam https://www.kompas.com/hype/read/2020/04/20/152546366/kisahtitiek-puspa-sembuh-dari-kanker-dengan-meditasi Tanhati, Sysilia. 2018. “Manfaat Anak Melakukan Meditasi.” Dalam https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/sysiliatanhati/manfaat-anak-melakukan-meditasi/3 Gambar 17 Pohon tal, asal dari naskah lontar (ron tal, daun pohon tal)

DAPATKAN YANG LEBIH DETAIL Apakah meditasi itu dalam arti yang sebenar – benarnya?

Mengapa Kita sebaiknya rutin bermeditasi?

Siapa saja yang boleh melakukannya?

Di mana sebaiknya kita melakukannya di keseharian kita dan sebagainya?

Kapan waktu – waktu terbaik untuk melakukannya?

Bagaimana cara kita melakukannya?

Tahukah Anda bahwa meditasi membantu kelahiran janin menjadi sangat mudah dan ‘sederhana’?

Temukan jawabannya di buku fisik setebal kurleb 300 halaman dilengkapi dengan ilustrasi yang komprehensif, PRE ORDER dibuka dari sekarang. Mulai dari hanya 125K saja!

Hubungi 0858-5002-3920 (text only) untuk informasi lebih lanjut.

DALAM JIWA YANG SEHAT TERDAPAT TUBUH YANG KUAT FULL VERSION Hubungi 0858-50023920 (text only) untuk informasi lebih lanjut.

Meditasi Kesehatan: What, Why, When, Where, Who, How. S & G Books

TELAH TERBIT E-book: www.issuu.com/suryabakti GRATIS!!!

SEGERA TERBIT E-book: www.issuu.com/suryabakti GRATIS!!!

SEGERA TERBIT E-book: www.issuu.com/suryabakti GRATIS!!!

SEGERA TERBIT

Marketing, Selling, and Communicating Smart To Every Gen. (Memasarkan, Menjual, Dan Berkomunikasi Secara Cerdas Pada Setiap Gen. E-book: www.issuu.com/suryabakti GRATIS!!!