Gerbatama: ini UI! Edisi #81: "Bongkar-Pasang Master Plan UI"

Page 11

g e r b ata m a 81 / / 0 5 - 2 0 1 7

M I N AT & B A K AT

gitu, itu sih sebenernya tujuan pertamanya buat bounding aja , cuman ya diselip-selipin teori berkuda, kita sharing-sharing kayak pengalaman berkuda, pake kuda ini apa susahnya, pake kuda ini enaknya apa, pelatih ini enaknya apa, kurangnya apa gitu, buat sharing-sharing aja.” Jelas Tazkiya. Ketika memulai kegiatan berkuda, terdapat beberapa peralatan dasar yang wajib dimiliki baik oleh penunggang, maupun bagi kuda. Dilansir dari laman forumsandalwood, peralatan dasar bagi penunggang terdiri atas peralatan keamanan dan pelindung diri antara lain standard safety helmet (helm), sepatu tunggang/boot, pelindung dada, kaca mata (race), serta cemeti (pecut). Sedangkan peralatan dasar bagi kuda terdiri atas pelana/saddle dan peralatan kepala atau disebut Head Bridle. Terlepas dari itu semua, Tazkiya mengatakan bahwa persiapan terpenting dalam berkuda adalah mental. “Soalnya kan kita berhadapan sama makhluk yang kita gak tahu kan, kan kadang-kadang ada kuda yang baik, ada kuda yang rese, jadi harus mental kita-nya aja dulu, selebihnya peralatan-peralatan sih belakangan.” Equestrian sendiri merupakan olahraga ketangkasan berkuda yang mengutamakan kerjasama. Kuda dan atlitnya (rider/penunggang) harus sering berinteraksi agar terjalin kerja sama dan kasih sayang antar keduanya, sehingga tercipta kedisplinan dan kekompakan. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Tazkiya mengenai manfaat berkuda. Menurutnya, jika melihat manfaat berkuda dari kaca mata fisik yakni sama saja dengan manfaat olahraga lainnya. Namun dalam berkuda, penunggang dituntut untuk dapat mengendalikan kuda dengan cara membangun internal relationship dengan kuda dan berkomunikasi dengan penunggang lainnya tanpa berbicara satu sama lainnya.“ Kita harus mengkomunikasikan ‘gue mau ini nih’, ‘gue mau belok sini’, ‘lo ikutin gue’. Kita juga harus punya cara komunikasi sama kudanya. Dimanamana tuh, sebandel apapun kudanya, harus kita yang menguasai, harus kita yang lebih dominan gitu kan, jadi

“Dalam berkuda, penunggang dituntut untuk dapat mengendalikan kuda dengan cara membangun internal relationship dengan kuda dan berkomunikasi dengan penunggang lainnya tanpa berbicara satu sama lainnya” bagaimana caranya kita harus bisa membalance, kita harus bisa menyampaikan pesan kita.” Atlet Nasional Berkuda UI UI Equestrian memiliki anggota yang juga sekaligus atlet berkuda Nasional. Atlet berkuda tersebut bernama Rosad Febrisamina atau yang lebih dikenal dengan nama “Rosad Natsir” dalam dunia berkuda. Mahasiswa Vokasi Pariwisata 2016 ini juga merupakan atlet kebanggaan Anantya Riding Club (ARC), sebuah klub pelatihan berkuda profesional. Rosad adalah atlet muda pada Kejuaraan Berkuda Ketangkasan CC Cup 2017 di arena Detasemenn Kavelri Berkuda TNI-AD Parongpong, Lembang, Jawa Barat. Pada kejuaraan yang dilangsungkan pada hari Sabtu dan Minggu, 1-2 April 2017 lalu ini, Rosad berhasil mengalahkan beberapa senior yang menjadi lawan mainnya. Sebagai Ketua UI Equestrian, Tazkiya mengatakan bahwa bergabungnya Rosad memberikan dampak positif. “Target gue tahun ini kita cari nama di luar, dan untungnya lagi karena kita punya atlet nasional, misalnya dia ngobrol sama atlet-atlet nasional lainnya yang udah ikut SEA Games, Asean Games, dia memperkenalkan diri dia itu atas nama UI,

11

sekarang dia lomba-lomba juga pake nama UI.” Papar Tazkiya. Label Borju Keunikan UI Equestrian ternyata tak lantas membuatnya memiliki banyak anggota. Tazkiya menuturkan bahwa peminat komunitas berkuda di UI terbilang masih sedikit dengan 33 anggota yang tergabung dari angkatan 2013 – 2016. Sedikitnya minat UKM Berkuda rupanya bukan tanpa alasan, label “borju” yang melekat pada UI Equestrian di kalangan mahasiswa UI menjadi salah satu alasannya. Anggapan borju tersebut salah satunya dikarenakan anggota UI Equestrian dibebankan biaya sebesar 2.520.000,- tiap semester dengan frekuensi latihan sebanyak 14 kali. Tak setuju dengan label tersebut, Tazkiya menjelaskan bahwa biaya yang dibebankan sebenarnya tergolong murah untuk sebuah olahraga berkuda yang membutuhkan banyak peralatan dan fasilitas pendukung. “Sebenernya tuh kalo gue boleh jujur, itu harga paling murah naik kuda se-Indonesia gitu loh. Sebenernya kalo ditempat-tempat biasa tanpa member dan tanpa bawa nama UI dipatok 300.000 untuk sekali berkuda selama 30 menit, Itu paling murah. Apalagi kalo tempattempat bagus, bisa dipatok sampai 500.000.”jelasnya. Pembangunan Lapangan Berkuda UI Melihat rencana kedepan UKM Berkuda UI, Tazkiya mengaku jika pihaknya sudah mengajukan proposal permohonan pembuatan Lapangan berkuda UI sejak tahun 2013. Sampai saat ini, pihak rektorat sudah sampai tahap meng-ACC. “Terus baru diiyain secara lisan tahun ini, walaupun belum secara tertulis, dalam hal administrasinya belum. Ya seengganya udah dapat lampu ijo,” kata Tazkiya. Sejalan dengan rencana pembangunan lapangan berkuda yang berlokasi di belakang Gymanasium nanti , UKM Berkuda mendapatkan mandat dari rektor untuk menjadi MPKO 1 SKS. “Kalo misalnya belum ada lapangan, terus anak-anak mau ngapain. Mmungkin bisa aja sih kelas teori, tapi kan enakan kelas praktek ya.” Tutup Tazkiya.***


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Gerbatama: ini UI! Edisi #81: "Bongkar-Pasang Master Plan UI" by Suara Mahasiswa Universitas Indonesia - Issuu