
5 minute read
Hal
Elaeis Pratiwi
Owner Inspiring Hijab Alwafa anak pekerja sawit sukses membangun brand hijab
Advertisement
Elaeis Pratiwi 19 Juni 1990 lahir dan besar di Air Molek Inhu Riau. Tepatnya di perkebunan kelapa sawit. Ia diberi nama Elais yang tak lain adalah nama latin dari sawit Elaeis Guinensis Jacq. Anak pertama dari 3 bersaudara. Adik ada dua lelaki dan perempuannya. Mereka semua lahir jauh dari kota dan di tengah perkebunan kelapa sawit. Dari segi peradaban Elaeis menyadari bahwa ia tinggal di wilayah yang tertinggal, minim infrastruktur.
Di dalam lingkungannya ketika itu hanya perumahan dan warung jauh dari perkotaan. Ayahnya bekerja di kebun sawit milik sebuah perusahaan. Mulai dari nol hingga naik ke level yang lebih tingi. Dari kelas 1-6 SD, Elaeis bersekolah di sekolah yang ada di tengah perkebunan sawit. Sempat berpindah-pindah sekolah dasar 4-5 kali mengikuti pekerjaan orangtuanya. Semula ia ragu akankah ia bisa keluar dari wilayah itu dan menjadi sesuatu atau maju di masa depan?
Lalu ia bertekad. Bermimpi dan memancangkan tekat untuk mencapainya. Bagaimana lika-likunya? Berikut petikan perbincangan pengusaha yang kini sukses dengan Hijab Inspiring-nya yang sudah memiliki distributor di seluruh Indonesia.
Awalnya bisa diceritakan bagaimana saat sekolah dulu?
Saya pindah 4 sampai 5 kali pindah. Ukui, Air molek. Jauh dari kota dan peradaban. Ada muncul rasa tak bisa meraih mimpi. Kalau kita betul-betul pancangkan cita-cita kita insya Allah kita bisa meraihnya walau effort-nya lebih besar dari mereka yang tinggal di perkotaan.
Kapan keluar dari daerah perkebunan?
Mulai SMP dikostkan ortu di Ujung Batu. Masih tamat SD sudah kost karena orangtua memikirkan pendidikan yang lebih maju saya dikirim ke kota. Zaman itu tahun 90-an. Mulai kelas 1 SMP ngekos selama 3 tahun. Awalnya berat sekali sampai seminggau pertama masih menangis. Sempat tak mau kembali ke tempat kost saat dijemput orangtua pada saat libur. Lalu dibujuk lagi. Belum pernah megang komputer beda dengan anak kota yang sudah mahir komputer dan laptop. Saya lalu mengikuti kursus komputer waktu SMP. Akhirnya tuntas juga tiga tahun di SMP itu. Terus melanjutkan ke SMA pindah ke Pekanbaru ngekost juga.
Ortu ingin kami sekolah ditempat yang lebih baik. Dari situlah tumbuh kepercayaan diri dan pola pikir. Di SMP waktu itu belum ada pelajaran komputer. Saya kursus. Bahasa inggris juga tidak terlalu lancar. Setelah di SMA terasa strugglenya. Penyesuaian dari kultur desa dan kota itu memang terasa. Alhamdulillah karena dari kecil ditempa hidup mandiri jadi saya bertekad untuk terus berjuang bisa sama dengan teman-teman lain. Bisa megikuti dapat juga di kelas-kelas unggulan misalnya IPA 2.
Setelah tamat SMA melanjutkan kuliah di mana?
Saya melanjutkan kuliah di jurusan teknologi infromatika komputer UIN Suska Pekanbaru. Pengembangan diri terasa itu saat kuliah. Kami perempua hanya 5 orang. Saya aktif di organisasi kampus di Rohis. Di jurusan juga aktif di HMJ. Dari situlah mulai terbentuk arahnya mulai kemana. Pertamakali jualan waktu kuliah. Waktu di organiasi bidang bendahara harus cari uang untuk organisasi daari situlah mengenal jualan.
Waktu itu jadi reseller ambil barang orang jualkan. Pola pikir yang betul-betul jadi bahan untuk berkembang ada di kuliah itu. Mengenali diri itu siapa, apa yang ingin dijalani dan dicapai. Sempat diangkat jadi asisten dosen. Dari situlah berkembang mulai menemukan bisnis. Dulu awalnya dikenal pendiam dan sukar mengeluarkan pendapat. Di kuliah tergali potensinya. Membina adik-adik waktu mentoring dan bisa ngomong banyak lewa sharing.

Setelah lulus kuliah apa aktivitas lanjutan?
Setelah 4 tahun lulus teknik informatika. Lulus berjualan berlanjut terus. Tamat kuliah sempat mengajar komputer di dua sekolah di SD IT. Setelah nikah vakum jualannya satu tahun. Suami backgroundnya juga bisnis dan sering ikut seminar bisnis. Hasil sharing kami sepakat menjalani usaha yang sudah ada full online dari instagram.
Dengan semangat Entreprenur apa saja yang dilakukan?
2015-2016 tercetulah bikin brand sendiri saja. Sembari tetap jualan produk orang. Brand sendiri sudah proses Haki dari 2017 dan 2020 resmi terdaftar Hakinya. Alwafa kita fokus di hijab berbudaya mengangkat filosofi budaya tidak hanya batik tetapi nilai budaya, keislaman, sosial. Kita ingin muslimah mengangkat nilai historis dengan cara yang ringan.
Di produk hijab kami ada motif dan filosofinya mengangkat histori yang ada di Riau. Kita sudah menasional seluruh Indonesia mitranya resellernya. Pada iven Jakarta Muslim Fashion Week Alwafa diutus perdagangan untuk membawa hijab berbudaya ini. Distributor kami sudah berada di seluruh Indonesia. Pakain muslimah, jilbab, gamis, kaos kaki. Fokus kami hijab berbudaya.
Kapan mulai booming? Antara kuliah dan kerja berbeda bagaimana menurut anda?
Mulai booming dari 2021. Sebelum itu posistioning kita belum dapat. Idenya waktu itu muncul saat Bank Indonesia ajak kami di program Melayu Merindu ada coachnya. Lalu tercetuslah Hijab berbudaya. Setelah ada brand khusus terjadi peningkatan penjualan dan lebih fokus dan mitra lebih mudah memasarkannya. Ada sesuatu dari Al Wafa untuk Riau. Walaupun motifnya Riau tapi bisa dipakai oleh orang seluruh Indonesia.
Kuliah di teknik informatika sisi positifnya terpakai karena online butuh melek teknologi. Harga kami bersaing dan berusaha berada di tengah (harga) meski produknya premium. Kita berusaha untuk membangun brandnya juga agar orang bangga memakai Alwafa.
Customer Alwafa tahu visi dan misi Alwafa maka setiap launching mereka beli. Setiap bulan ada motif baru. Ada motif seroja (inhu), selembayung (Pekanbaru), motif Istana Siak, Pucuk rebung, pacu jalur (Kuansing).

Apa yang khas dari Alwafa?
Kami cari yang khasnya dan kembangkan fiolosifinya. Dalam kotak bukan saja produk tapi juga selembar kertas yang bercerita tentang filosofinya. Omzetnya sekali launching bisa terjual 200-300 pcs. Harga rata-rata 215.000. Karena memang printing agak lebih tinggi harganya.
Button scraft harga jual 350.000. Awal memperkenalkan produk lebih banyak lewat medsos membangun personal brand sendiri. Jadi rata-rata yagn mau jadi reseleer itu kenal di sosmed. Alwafa itu begini-begini. Proses branding di medsos dilakukan terus.
Apa tagline Alwafa?
Tagline kita inspiring hijab. Muslimah terinsipirasi oleh Alwafa. Gamis kita pakai nama-nama tokoh sahabiyah, istri rosulullah Khadijah. Di sosmed personal branding dibangun.
Hijab ini lahan berdarah-darah. Setiap menit lahir brand baru. Di Bandung dan jawa banyak kota produksi yang terus tumbuh dan berkembang. Tapi kami jalan saja terus. Proses branding dan komunikasi dengan customer. Costumer spiritual journey. Sebelum beli kenal di sosmed. Ketika membeli mendapat ilmu. Setelah membeli kita punya grup inspiring room seperti webinar memanggil pembicara. Menjaga komunitasnya itu yang penting.
Apa pesan anda terutama buat mereka yang sekolah jau dari perkotaan?
Adik-adik yang tinggal di perkebunan jangan ngerasa kita ketinggalan. Bermimpilah dan berjuanglah mencapainya. (*)
@alwafahijab
@elaeispratiwi

