
Degradasi Lingkungan Akibat Eksploitasi Sumber Daya Alam yang Menghambat Tercapainya Target Pembangunan Wilayah yang Berkelanjutan Andini Lestari (20/460120/TK/50709)
Urban and Regional Planning, Department of Architecture and Planning, Universitas Gadjah Mada E-mail: andinilestari@mail.ugm.ac.id
Key Words: Degradasi Lingkungan, Jasa Ekosistem, Pertambangan, dan Valuasi.
1. Latar Belakang
Lingkungan di Kabupaten Tuban berperan serta dalam hal memberikan jasa ekosistem dalam empataspekyakni supporting,provisioninng,cultural, dan regulating bagi wilayah. Dalam hal ini, peran serta alam ini perlu diperhatikan agar tidak rusak. Lingkungan yang rusak akan berpengaruh besar terhadap layanan barang dan jasa yang mengakibatkan mahalnya biaya untuk menopang kehidupan (Fauzi, 2014). Kerusakan lingkunganataudegradasi lingkungandapat disebabkanolehberbagai aspek yangsalah satunya adalah kegiatan manusia. Contoh kegiatan manusia yang berisiko menyebabkan degradasi lingkungan adalah kegiatan pertambangan. Pertambangan yang terjadi di Indonesia termasuk di Kabupaten Tuban masih dapat dikatakan konvensional dan belum memasukkan unsur berwawasan lingkungan. Padahal pada dasarnya,elemenmasyarakat, swasta,danpemerintahseharusnyafokusdalam menjaga kondisi lingkungan agar jasa ekosistem di Kabupaten Tuban tidak terganggu. Maka dari itu, analisis isu strategis “Degradasi Lingkungan Akibat Eksploitasi Sumber Daya Alam yang Menghambat Tercapainya Target Pembangunan Wilayah yang Berkelanjutan” ini dilakukan dengan pendekatan valuasi lingkungan untuk mengetahui nilai ekonomi, nilai jasa ekosistem, menghitung nilai kerusakan lingkungan, hingga nilai dampak lingkungan pertambangan di Kabupaten Tuban. Analisisi terkait ini diharapkan dapat membantu memperkuat pembangunan di Kabupaten Tuban yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
2. Dasar Hukum
• Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2018 Tentang Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
• Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara
• Permen ESDM No. 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi Dan Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara
• Permen ESDM No. 2 Tahun 2013 tentang Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Yang Dilaksanakan Oleh Pemerintah Provinsi Dan Pemerintah Kabupaten/Kota
• Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tuban Tahun 2020 – 2040
• Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2021 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2021-2026
• Peraturan Daerah Kabupaten Tuban No. 19 Tahun 2011 Tentang Izin Usaha Pertamb
3. Kajian Literatur
a. Jasa Ekosistem
Jasa Ekosistem adalah manfaat yang diperoleh oleh makhluk hidup dari beragam sumber daya dan proses alam yang secara serentak diberikan oleh suatu proses ekosistem (MA dalam Mustofa, 2020). Berdasarkan standar yang diberikan oleh MillenniumecosystemAssesment (2005),jasaekosistemmemberikanmanfaatdalam 4 kategori yaitu supporting, provisioninng, cultural, dan regulating.
Gambar 1 Jasa Ekosistem, winnerbagoforest.org

b. Valuasi Lingkungan
Valuasi lingkungan merupakan salah satu bagian dari ekonomi lingkungan yang memiliki tujuan untuk menganalisis valuasi terhadap sumber daya alam dan lingkungan (Tresnadi, 2011). Valuasi lingkungan memiliki tujuan untuk memberikan nilai moneter terhadap sumber daya lingkungan. Terdapat beberapa cara yang termasuk ke dalam Cost Based Valuation, yakni Avoided Cost Method, Replacement Cost Method, Mitigation Method, dan Resoration Method. Dalam Analisis ini, digunakan Avoided ost Method untuk mengestimasi cost yang akan muncul akibat hilangnya jasa ekosistem. Analisis ini biasanya berkaitan dengan manfaat perlindungan yang diberikan suatu ekosistem terhadap suatu bencana seperti bencana alam banjir dan kekeringan.
c. Degradasi Lingkungan
Degradasi lingkungan merupakan penurunan kualitas lingkungan hidup yang diakibatkan oleh manusia dan alam yang berpotensi menyebabkan kerugian manusia. Degradasi lahan ini muncul karena beberapa hal seperti alih fungsi lahan dan juga pencemaran yang dilakukan manusia sehingga menyebabkan berbagai kerugian seperti kerugian fisik dan moneter, korban jiwa, penyakit, perunahan iklim, krisis air bersih baik itu dari jumlah atau pun kualitas, hingga kelaparan. Kerugian akibat degradasi lingkungan dapat diukur menggunakan berbagai indikator seperti kelangkaan sumber air bersih, mencemaran air dan udara, bertambahnya daerah kumuh, hinggapenetrasi airasinpada sumurpenduduk(Triwidiastuti dalam Santoso dan Nurumudin 2020).
4. Metode Penelitian
a. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan merupakan data sekunder yang didapatkan melalui survei sekunder dari berbagai website dan informasi dan juga survey primer lapangan dan juga kunjungan pada pemerintahan terkait.
b. Metode Analisis Data
1. Analisis sebab-akibat melalui keterkaitan spasial Dalam analisis ini dilihat wilayah pertambangan eksisting (yang telah dimanfaatkan dan ditunjukkan dengan guna lahan) dan juga potensi (yang ditunjukkan oleh peta ESDM) yang memasuki kategrori sesuai, terbatas, hingga tidak sesuai untuk dimanfaatkan.

2. Analisis kuantitatif dan kualitatif melalui valuasi lingkungan dan analisis dampak lainnya Perhitungan valuasi lingkungan berdasarkan Cost Based Approach dengan Avoided Cost Method untuk menghitung cost yang muncul akibat hilangnya jasa ekosistem yang disebabkan oleh kegiatan penambangan serta dampak lain secara kualitatif yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan. Analisis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi pemberi dan penerima jasa ekosistem, Identifikasi area penerima jasa ekosistem, dan melakukan estimasi kerugian baik itu yang sudah terjadi atau pun belum terjadi.
c. Kerangka Berfikir
5. Rieview Dokumen
1) Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Tuban Tahun 2020 – 2040 Berdasarkan RTRW kabupaten Tuban Tahun 2020 – 2040, Kawasan pertambangan dan Energi merupakan wilayah yang memiliki potensi sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, operasi produksi, dan pasca tambang, baik di wilayah daratan maupun perairan serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budidaya maupun kawasan lindung.
Paragraf 4 Pasal 36:
Berdasarkan dokumen ini, kawasan pertambangan dan energi sebagaimana yang dimaksud pada pasal 26 ayat (3) huruf d adalah memiliki luas 4.457 hektar yang terdiri dari kawasan pertambangan mineral dan juga kawasan pembangkit tenaga listrik.
Pasal 37
• Kawasan pertambangan mineral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf a dengan luas kurang lebih 4.381 hektar yang terdiri dari kawasan pertambangan batuan dan kawasan pertambangan mineral bukan logam.
• Kawasan Pertambangan batuan memiliki luas sekitar 1388 hektar yang berada pada Kecamatan Grabagan, Jenu, Kerek, Merakurak, Montong, palang, Rengel, dan Tambakboyo.
• Kawasan Penambangan mineral bukan logam memiliki luas sekitar 2.993 hektar yang berapa pada Kecamatan Bancar, Bangilan, Grabagan, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, kerek, Merakurak, Montong, Palang, Rengel, Semanding, Singgahan, dan Tambakboyo.
Bagian Ketiga Perwujudan Pola Ruang Pasal 55
Dalam pasal ini disebutkan bahwa kawasan peruntukan budidaya yang dimaksud pada ayat (1) huruf b dalam huruf d adalah sebagai perwujudan kawasan pertambangan dan energi
Pasal 65
Dalam pasal ini dijelaskan bahwa sebagaimana yang dimaksud dengan Pasal 55 ayat (3) huruf d meliputi: a. Penetapan kawasan layak tambang serta pengembangan kawasan tambang bahan galian batuan dan mineral bukan logam sesuai dengan daya dukung lingkungan; dan b. Pengembalian rona alam bekas area tambang melalui kegiatan rehabilitasi dan restorasi Pasal 91 ayat 2 dan 3 huruf C Ketentuan Umum peraturan Zonasi kawasan tidak diperbolehkan kegiatan penambangan dan kegiatan lainnya yang mengabaikan kelestarian lingkungan.
2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2021 –2026
Potensi pertambangan di Kabupaten Tuban didominasi oleh bahan mineral bukan logam dan batuan yang banyak dimanfaatkan berbagai industri salah satunya adalah PT. Semen Indonesia yang berkontribusi pada pendapatan asli daerah. Beberapa bahan galian di kabupaten Tuban yang berpotensi adalah batu gamping (CACO3, batu pasir/pasir, batu lepung/lempung, dolomit, pasir kwarsa, dan phosfat.
Identifikasi masalah pokok, masalah, dan akar masalah terkait isu:
• Masalah pokok : Terjadinya ancaman kualitas, keberlanjutan, dan kelestarian lingkungan.
Masalah : Pengendalian, Pemeliharaan, serta pemulihan, dan Peningkatan kualitas lingkungan hidup belum optimal Akar masalah :hurufh–Tidakadanyakewenangandaerahpada bidang pertambangan (dari perencanaan hingga pengawasan) menyebabkan banyaknya aktivitas penambangan liar
Isu strategis pembangunan berkelanjutan di bidang infrastruktur dan sumber daya alam:
• Poin 2. Pertambangan bukit kapur yang tidak ramah lingkungan menyebabkan kantung-kantung air tanah Tuban sangat berkurang dan berpotensi menyebabkan defisit air bersih dan intrusi air laut yang masuk ke sungai bawah tanah sehingg air menjadi payau.
• Poin 6. Ekspoitasi pertambangan di wilayah hutan (perhutani) wilayah resapan air


6. Hasil dan Pembahasan
a. Kondisi Eksisting Pertambangan dan Penggalian
i. Potensi Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Tuban Berdasarkan analisis NSDA yang merupakan overlay antara potensi pertambangkan dari Web One Map Kementrian ESDM dengan peta kesesuaian lahandan SuistainableDevelopability, didapatkanpetadandatasebagaiberikut:
Daya Alam
630 Fosfat Merakurak Margomulyo, Senori Sesuai Terbatas
645 Lempung Kerek Kerek Terbatas Sesuai
652 Batu Gamping Tambaknoyo, Kerek Desa Swir Dan Kedung Rejo Sesuai Terbatas
659 Pasir Kuarsa Jatirogo Desa Ngepon Sesuai Sesuai
668 Lempung Kerek Desa Mliwang Terbatas Terbatas 668 Pasir Kuarsa Bancar Desa Ngujuran Sesuai Terbatas
679 Pasir Kuarsa Jenu Tasikharjo Terbatas Sesuai
689 Lempung Bancar Desa Lestari Terbatas Sesuai
694 Pasir Kuarsa Bancar Desa Tlogo Agung Sesuai Terbatas
699 Pasir Kuarsa Bancar Desa Desa Tlogo Agung Sesuai Sesuai
701 Pasir Kuarsa Bancar Desa Desa Sembungin Sesuai Sesuai
702 Pasir Kuarsa Bancar Desa Latsari Sesuai Sesuai
705 Pasir Kuarsa Bancar Desa Latsari Sesuai Sesuai
711 Pasir Kuarsa Bancar Ngepon, Jatiroto, Ngedon Moderat Sesuai
Tabel 1 Kesesuaian Lahan pertambangan, Analisis penulis (2022)
Potensi sumber daya dan batuan tersebut telah dimanfaatkan* sebagian besar oleh beberapa perusahan dengan perhitungan sebagai berikut.
*Pemamfaatan pertambangan secara rinci diperjelas dalam tabel Sub-Bab NSDA Pertambangan
Jumlah Produksi Komoditas Pertambangan No Komoditas Luas Lahan (ha) Asumsi produksi Produksi Tuban ton/ha
1 Batu Gamping/Kapur 3.407 2,2 ton/m3 67.242 2 Clay/Lempung 505 22,5 ton/m3 187.063 3 Pasir Kuarsa 782 2,65 ton/m3 27.817 4 Tanah Liat 237 1,33 ton/m3 3.156
Tabel 2 Jumlah Pemanfaatan Komoditas Pertambangan, Analisis Penulis (2022)
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan cadangan moneter sebagai berikut: Analisis Neraca Moneter No Komoditas Sisa Cadangan Harga per ton (Rp)
Cadangan Moneter Moneter Produksi Per tahun 1 Batu Gamping/Kapur 590.869.147 32.000 18.907.812.716.800 378.156.254.336 2 Clay/Lempung/Tanah Liat 22.736.408 20.000 454.728.164.220 9.094.563.284 3 Pasir Kuarsa 115.433.363 25.900 2.989.724.100.405 59.794.482.008 5 Dolomit 600.000 20.700 12.420.000.000 248.400.000 6 Fosfat 14.520 100.000 1.452.000.000 29.040.000 Total 22.366.136.981.425 447.322.739.629
*Karena Keterbatasan data, harga per ton mengacu pada daftar nilai pasar mineral bukan logam dan Batuan Kabupaten Pati dan pendekatan harga pasar
Tabel 3 Analisis Neraca Moneter Cadangan Sumber Daya Alam Batuan dan Mineral Non Logam Kabupaten Tuban, Analisis Penulis (2022)
Berdasarkan analisis tersebut, benefit yang didapatkan secara moneter adalah sekitar Rp 447.322.739.629 atau sekitar 447 Triliun yang didapatkan dalam kurun waktu 50 tahun atau secara total adalah sekitar Rp 22.366.136.981.425 atau 22.366 Triliun.
b. Permasalahan terkait Pertambangan dan Penggalian Berdasarkan data dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019, 40% penambangan yang ada di 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Tuban berlangsung secara ilegal (blokTuban.com, 2019). Diketahui terdapat sekitar 136,94 Ha pertambangan illegal terjadi di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Plumpang, Grabagan, Tambakboyo, Rengel, Montong, Merakurak, dan Semanding (Sedayu, 2015). Penambangan secara ilegal ini dilakukan di berbagai guna lahan seperti permukiman dan kawasan karst yang seharusnya menjadi tempat penyerapan air dan juga dilindungi Masalah lain adalah Tuban memiliki 200 lebih mata air tetapi tersisa kurang dari setengahnya akibat penambangan liar. Di samping hal tersebut, bekas penambangan seringnya ditinggalkan menjadi goa dan lubang yang merusak bentang alam Kabupaten Tuban yang unik. Kondisi ini berpotensi menyebabkan berbagai kerugian yang tinggi seperti pencemaran dan krisis air bersih, pencemaran udara, pencemaran tanah, dan berbagai bencana lanjutan lain yang terjadi sebagai dampak dari akumulasi kerusakan lingkungan dalam jangka waktu yang panjang Berikut merupakan peta guna lahan Kabupaten Tuban yang mana beberapa kegiatan pertambangan dilaksanakan pada wilayah yang tidak memiliki tingkat suistainable depelovability yang terbagi meenjadi sesuai, terbatas, dan tidak sesuai.

Berdasarkanpeta dantabel di atas,kegiatanpertambangandi Kabupaten
Tubanmasihterjadipadawilayahyangseharusnyadimanfaatkansecaraterbatas hinggga 48% dan juga wilayah tidak diperbolehkan sebesar 17. Angka ini menunjukkan bahwa 65% pertambangan di Kabupaten Tuban dilaksanakan di wilayah yang bukan peruntukannya.
c. Analisis kuantitatif dan kualitatif melalui valuasi lingkungan dan analisis dampak lainnya

i. Estimasi biaya langsung (direct cost) akibat hilangnya jasa ekosistem
1. Pemanfaatan lahan apabila digunakan sebagai pertanian
Apabila lahan tersebut digunakan sebagai lahan pertanian, sesuai dengan perhitungan NSDA yang ada dengan asumsi seluruh wilayah pertambangan dimanfaatkan sebagai satu jenis lahan pertanian, maka total keuangan yang didapatkan adalahseperti tabel dibahwaini.Jika dilihat dari nominalnya,jumlah keuntunganyangdidapatkatdaripertaniantidakdapatmengalahkanjumlahyang didapatkan dari pertambangan. Akan tetapi, benefit indirectcost yang diberikan pertanian lebih banyak daripada yang diberikan pertambangan mengingat pertanian lebih bisa dioptimalkan dalam pengendalian lingkungan.
Jagung 4.931 5.649 3.800 Rp 105.849.832.200,00 Kedelai 4,931 8426,6 12000 Rp 498.618.775.200,00
Pertanian palawija
Kacang Tanah 4,931 1762,8 24000 Rp 208.616.803.200,00 Kacang Hijau 4,931 1095,7 19,666 Rp 106.253.366,50
Ubi Kayu 4,931 28796,2 1750 Rp 248.489.608.850,00
Ubi Jalar 4,931 25655,6 3500 Rp 442.777.172.600,00
Komoditas Padi beras 4,931 10633,67 12000 Rp 629.215.521.240,00
Belimbing 4,931 91,518 5.750 Rp 2.594.832.733,50 Duku 4,931 9.260 35.000 Rp 1.598.137.100.000,00 Durian 4,931 21800 35.000 Rp 3.762.353.000.000,00
Jambu Biji 4,931 24,458 4.861 Rp 586.248.256,68
Hortikultura buah
Jeruk Keprok/Siam 4,931 6,81 5.767 Rp 193.656.494,37
Lengkeng 4,931 21,08 19.769 Rp 2.054.898.194,12 Melon 4,931 114,593 33.636 Rp 19.006.293.679,79 Semangka 4,931 85,18 8.286 Rp 3.480.307.097,88
Tabel 4 Asumsi Nilai Sumber Daya Alam Pertanian, Analisis Penulis (2022)
2. Bencana alam
Penambangan dan penggalian secara tidak langsung dapat menyebabkan berbagai bencana seperti banjir, longsor dan erosi, serta kekeringan. Bencana bencana ini dapat menyebabkan berbagai kerugian di Kabupaten Tuban yang diakumulasikan sebesar 12.125,282 Tiriliun. Kerugian tersebut dirincikan sebagai berikut dalam tabel pada halaman berikutnya. Kerugian ini tidak dapat dapat menyaingi jumlah keuntungan yang ada di pertambangan. Akan tetapi, bencana alam merupakan bencana yang dapat mengakibatkan adanya korban jiwa. Adapun pada dasarnya, jiwa tidak dapat ditukar dalam bentuk moneter dengan nilai berapapun
Risiko Bencana
Banjir Longsor
Kecamatan terpapar : 20
Luas risiko : 56.818 Ha

Jiwa Terpapar : 498.177 Jiwa
Kerugian Fisik : 2.341.404 Milyar

Kerugian Ekonomi : 2.626.634 Milyar
Lingkungan : 0
Kerugian total : 4.968.038 Milyar
Kecamatan terpapar : 13
Luas risiko : 1.038 Ha
Jiwa Terpapar : 15.333 Jiwa
Kerugian Fisik : 225.865 Milyar

Kerugian Ekonomi : 621.464 Milyar
Lingkungan : 3 Ha
Kerugian total : 847.329 Milyar
Luas risiko : 198.874 Ha
Jiwa Terpapar : 1.223.257 Jiwa
Kerugian Fisik : 0 Milyar
Kerugian Ekonomi : 6.309.915 Milyar
Lingkungan : 158 Ha
Kerugian total : 6.309.915 Milyar
ISU STRATEGIS – Degradasi Lingkungan Akibat Eksploitasi Sumber Daya Alam 10 Kekeringan yang memicu krisis air bersih Tabel 5 Risiko Bencana, InaRisk (2022)ii. Estimasi biaya tidak langsung (indirect cost) akibat hilangnya jasa ekosistem
1. Polusi udara: gangguan kesehatan pernapasan Paparan debu dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut ataupun kronis.Gangguanpernapasaninidapatmenimpabaikituparapekerjaatau secara tidak langsung mempengaruhi masyarakat di sekelilinya. Kondisi ini dikenal sebagai unsafe condition. Global Subsidies Inisiatives (GSI) dari International Institute for Suistainable Development mengemukakan bahwa biaya kesehatan Indonesia akibat polusi udara adalah 50 triliun tiap bulannya (biaya ini akumulasi dari biaya yang ditanggung pemerintah dan masyarakat). Adapun berdasarkan data Kemenkes RI, Bilaya penanganan terapi dan rawat inap Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dapat mecapai Rp. 3,5 juta/bulan/orang Sehingga apabila diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertambangan yang sekitar 1% penduduk Tuban, maka kerugian ini diestimasikan mencapai Rp 42.109.445.000,- juta.
2. Berkurangnya lahan penghasil oksigen
a. Ketersediaan lahan penghasil oksigen
No Guna Lahan
Luas (Ha) 1 Badan Air 1308,57 2 Embung 55 3 Kawasan Cagar Alam 2 4 Kawasan Tanaman Pangan 104214,73 5 Kawasan Hutan Produksi 50753,4 6 Kawasan Hutan Produksi Tetap 7 Hutan Lindung 730,8 8 Hutan Rakyat 14274 9 Kawasan Perikanan Budaya 874,06 10 Kawasan Permukiman 6275 11 Kawasan Pertambangan Mineral 847,58 12 Lahan Terbuka Lain 40,75 13 Sentra Industri Menengah 3532 14 Sungai 540,98 Total Luas 183991,56
Tabel 6 Guna Lahan Kabupaten Tuban, PUPR Kabupaten Tuban, diolah (2022)
Berdasarkan data dari Dinas PUPR Kabupaten Tuban, didapatkanbahwaluastotalwilayah vegetasi yangdapat menghasilan oksigen adalah seluas 169974,9 Ha. Berdasarkan ketetapan konstanta menyatakan bahwa 1 m2 luas lahan vegetasi akan menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari dan dengan ketetapan 1 gram kering tanaman setara dengan produksi oksigen 0,9375 gram/hari, maka dihasilkan oksigen sebanyak 86.049.808,313 kg/hari. Adapun melalui perhitungan yang sama, luas lahan kawasan pertambangan
mineral akan menghasilkan oksigen sebanyak 429.086, 612 kg/hari apabila lahan tersebut akan digunakan sebagai lahan pertanian.
b. Kebutuhan oksigen bagi penduduk, kendaraan bermotor, dan hewan ternak di Kabupaten Tuban 2021
i. Kebutuhan oksigen bagi penduduk Gerarkis oleh Wisesa 1988 dalam Nirmalasai (2013:36) menyatakan bahwa kebutuhan oksigen manusia per hari adalah 0,864 kg/hari. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban menyatakan Bahwa jumlah penduduk Kabupaten Tuban pada tahun 2021 adalah sebanyak 1.203.127 jiwa sehingga jumlah oksigen yang dibutuhkan per hari adalah sebanyak 1.039.502 kg/hari.
ii. Kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor Menurut Wisesa 1988 dalam Nirmalasari (2013:36), setiap kendaraan membutuhkan oksigen sejalan dan bergantung pada kebutuhan bahan bakar. Adapun perhitungannya diasumsikan sebagai berikut: No Kendaraan Kebutuhan oksigen
Sepeda Motor 0,58 1 296710 172091,8 2 Kendaraan Penumpang 11,63 3 25176 878390,64 3 Kendaraan Beban 22,88 2 10.944 500797,44 4 Kendaraan Bus 44,32 3 485 64485,6 Total 1 615 765,5 *Berdasarkan perhitungan dalam sebuah jurnal Swara Bhumi. Volume No. Tahun 2020 Tabel 7 Analisis Kebutuhan oksigen kendaraan, Analisis Penulis (2022)
iii. Kebutuhan oksigen bagi hewan ternak Menurut Wisesa 1988 dalam Nirmalasari (2013:36), setiap hewan ternak membutuhkan oksigen berbeda-beda. Dikarenakan keterbatasan data, maka kebutuhan kuda diasumsikan di atas sapi atau kerbau. Adapun perhitungannya diasumsikan sebagai berikut:
Daya Alam
Tabel 8 Analisis Kebutuhan oksigen Hewan Ternak, Analisis Penulis (2022)
c. Surplus/Devisit Oksigen Wilayah
Jumlah Oksigen yang dihasilkan dan dibutuhkan Jumlah (kg/hari)
Jumlah Oksigen yang dihasilkan Ruang hijau Kabupaten Tuban 86049808,31
Jumlah Oksigen yang dibutuhkan Ruang hijau Kabupaten Tuban Kebutuhan Penduduk 1039501,728 Kebutuhan Kendaraan 1615765,48
Kebutuhan Hewan Ternak 3397662,17 Jumlah Oksigen (Surplus/Devisit) 79996878,93
Tabel 9 Analisis Kebutuhan oksigen Kabupaten Tuban, Analisis Penulis (2022)
Berdasarkan hasil analisis perhitungan di atas, ruang hijau di Kabupaten Tuban masih dapat menyokong kebutuhan oksigen wilayah. Akan tetapi pada dasarnya, apabila wilayah tambang di Kabupaten dijadikan lahan pertanian,makacadanganatmosfer di udara akan lebih bertambah dan CO2 yang terserap akan meningkat sehingga kerugian berupa degradasi dalam hal udara akan menyebabkanperubahan iklim akanberkurang. Cadanganoksigenini pun dapat membantu wilayah di sekitarnya.
3. Dampak Lingkungan Lainnya
a. Perubahan bentang alam Apabila pertambangan tidak dilakukan dengan mempertimbangkan lingkungan, misalkan saja dengan teknik open pit, bisa saja bukit menjadi dataran bahkan menjadi kubangan dan aliran air sungai bisa menjadi kering.Selain merusakkeindahan saudjana, kondisi ini dapat menjadi penyebab beberapa bencana yang telah disebutkan sebelumnya.
b. Ancaman terhadap keragaman lingkungan

Pertambangan dapat menyebabkan hilangnya keragaman flora dan fauna seperti mikroorganisme hingga mamalia besar. Hal ini terjadi karena penghancuran dan modifikasi besar-besaran dari lanskap sebelum dilkakukan pertambangan. Pertambangan juga dapat melepaskanracunyang memusnahkanberbagai populasi danberisiko menyebabkan kepunahan.
c. Penurunan tingkat kesuburan tanah Kegiatan pertambangan dapat mengakibatkan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (sub soil) yang menyebabkan hilangnya unsur hara. Selain dari itu, penambangan yang memicu erosi dapat pula mengakibatkan unsur hara kesuburan tanah ikut hilang. Pertambangan dan bahan bahan kimia yang digunakan pun dapat menghancurkanprofil tanah sehingga kesuburannyaberkurang.
d. Pencemaran lingkungan akibat limbah yang dihasilkan aktivitas Pertambangan Pertambangan akan berpengaruh pada kualitas lingkungan seperti udara dan air. Operasi pertambangan akan melepaskan material sehingga mencemari udara. Contoh unsur-unsur tersebut adalah seperti timbal, arsenik, kars, dan berbagai polutan lain yang memicu adanya pencemaran. Sementara itu, penambangan juga dapat mengakibatkan pelepasan material ke badan air sehingga terjadi peningkatan kadar sedimen di sungai dan drainase asam tambang. Pertambangan ini juga mengakibatkan perubahan kadar kualitas air seperti bertambahnya kadar senyawa organik terlarut, garamgaraman, logam-logaman, mikroorganisme, bahkan hingga perubahan warna, rasa, dan bau yang menyebabkan kuantitas air bersih berkurang.
d. Kerugian ekonomi akibat degradasi lingkungan di Kabupaten Tuban Pemanfaatan sumber daya alam seperti kegiatan pertambangan yang cenderung belum sepenuhnya berwawasan lingkungan dan juga tidak berkelanjutan berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup signifikan. Sayangnya kerugian ini belum terlihat karena pada umumnya Indonesia masih menggunakan PDRB konfensional sehingga dampak dan kerugian lingkungan tidak terperhatikan. Bank Dunia yang dipimpin oleh Josef Leitmann pada tahun 2009 melakukan studi perhitungan kerugian degradasi lingkungan di Indonesia sebagaimana dalam tabel
Perhitungan ongkos ini dapat diterapkan di Kabupaten Tuban dengan asumsi bahwa pertambangan dapat menyebabkan degradasi lingkungan berupa sanitasi air, polusi udara, hingga degradasi lahan. Sehingga dapat dihitung melalui asumsi tersebut bahwa PDRB Kabupaten Tuban tanpa degradasi lahan akan bernilai maksimal 1,03% dari yang seharusnya. Yakni apabila pada tahun 2021 PDRB konstan dapat mencapai 43.984.689,2 (dalam juta rupiah) PDRB tersebut bisa mencapai 45.317.425,3 (dalam juta rupiah). Nilai ini berlaku apabila degradasi lingkungan tersebut secara sepenuhnya belum dilakukan penanganan baik dari pihak swasta, pemerintah, hingga masyarakat.
e. Pohon Masalah
7. Kesimpulan dan Rekomendasi
Dalam penyusunan berbagai dokumen perencanaan Kabupaten Tuban, fokus pembangunan wilayah Kabupaten salah satunya adalah dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dalam beragam aspek. Sayangnya, degradasi lingkungan akibat pertambangan yang masih belum berwawasan lingkungan masih terus terjadi sehingga dapat menghambat tercapainya target ini. Hal ini disebabkan karena masih terdapat pertambangan yang dilakukan di kawasan lindung seperti lahan resapan air atau pertambangan yang tidak ramah lingkungan. Selain itu jumlah penambangan ilegal yang masih tinggi akibat tidak adanya kewenangan daerah menyebabkan sulitnya kendali terhadap lingkungan. Di samping hal tersebut, pengendalian, pemeliharaan, serta pemulihan, dan peningkatan kualitas lingkungan hidup belum optimal.
Kerugian yang ditimbulkan akibat pertambangan secara nominal memang lebih rendah dari keuntungan yang didapatkan. Akan tetapi, pada dasarnya benerfit tidak hanya dalam hal moneter karena terdapat jasa ekosistem yang dibutuhkan. Maka dari itu, kegiatan pertambangan sebagai upaya pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan dengan syarat dan ketentuan tertentu seperti dilaksanakan pada wilayah yang memiliki sustainable develovability yang sesuai dan dilakukan dengan kegiatan yang berwawasan lingkungan serta berkelanjutan. Upaya ini dilakukan agar ketangguhan

wilayah sesuai dengan salah satu kata kunci dari visi perencanaan “tangguh” di masa depan dapat tercapai.
Rekomendasi dan Arah Pengembangan
1) Penegakan aturan terkait pertambangan di Kabupaten Tuban yang ramah lingkungan;
2) Kegiatan pertambangan dilaksanakan pada wilayah sustainable developability tingkat 1 atau sesuai sehingga pengendalian, pemeliharaan, serta pemulihan, dan peningkatan kualitas lingkungan hidup dapat berjalan optimal;
3) Penetapan kewajiban pemilik usaha tambang untuk mereklamasi bekas lahan tambang;
4) Pembuatan arahan yang jelas terkait kewenangan atas pengendalian lahan galian dan tambang di tingkat kabupaten.
Daftar Pustaka
Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tuban Tahun 2020 – 2040
Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2021 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2021-2026
Fauzi, Akhmad. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Bogor Penerbit IPB Press
Imron, Ali. 2019. Tambang Ilegal di Tuban Masih 40%, Setiajit Siap bantu Urus Perizinan. Tuban. Bloktuban.com diakses pada 18 November 2022 dari https://bloktuban.com/2019/09/29/tambang-ilegal-di-tuban-masih-40-setiajit-siapbantu-urus-perizinan/
Kementerian KLHK, 2018. Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Wajib Dipertimbangkan dalam Perencanaan Pembangunan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia diakses pada 21 November 2022 dari https://www.menlhk.go.id/site/single_post/1399
Mustofa, Riyadi. 2020. Analisis Ekonomi dalam pengelolaan Jasa Ekosistem Penyediaan Air di Subdas Tapung Kiri. Dal Jurnal Inovasi Penelitian, Vol1 No.5 Oktober 2020 ISSN 2722-9467
Sedayu, A. (2015, Oktober 18). Tuban Marak Tambang Ilegal. diakses pada 21 November 2022 dari Tempo.https://nasional.tempo.co/read/710581/tuban-marak-tambang-ilegal
Santoso, Gian Hudawan. Nurumudin, Ma’rud. 2020. Valuasi Ekonomi Degradasi Lingkungan Akibat Alih Fungsi Lahan di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan. Vol 12. Nomor 2, 2020 Jurnal Sains dan Teknologi e-ISSN 2502-6119 20 Mei 2020
Tresnadi, Hidir. 2011. Valuasi Komoditas Lingkungan berdasarkan Contingen Valuation Method, Jurnal Teknologi Lingkungan: Vol. 1 Nomor 1, 2000 Jurnal teknologi Lingkungan
– Degradasi Lingkungan Akibat Eksploitasi Sumber Daya Alam