3 minute read

Gas Melon Mulai Langka

DUNIA perdapuran sedang mendapatkan ancaman. Kompor gas di dapur terancam tidak bisa ngebul karena elpiji 3 kg alias si Melon tiba-tiba langka. Gara-gara si Melon hilang, mak-mak jadi kalang kabut. Sebenarnya, di manakah si Melon sembunyi? Entahlah, yang jelas, di mana-mana si Melon langka, seperti yang terjadi di Medan, Sumatra Utara, mengalami antrean mengular karena kesulitan mendapatkan elpiji melon. Semua pangkalan maupun pengecer mengalami kekosongan stok.

Sementara itu, di Lampung Utara, elpiji melon langka dan harganya melonjak. Biasanya elpiji 3 kg tersebut dijual Rp18 ribu—Rp20 ribu. Kini harganya melejit menjadi Rp26—Rp30 ribu per tabung Banyak pihak bertanya-tanya tentang penyebab langkanya elpiji melon. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan penyebab langkanya elpiji 3 kg adalah peningkatan konsumsi di masyarakat. Nicke menyampaikan bahwa telah terjadi salah sasaran dalam penyaluran elpiji 3 kg. Menurut data pemerintah,

Hoaks atau Bukan?

PEMASANGAN sambungan listrik baru sebagian masyarakat lebih memilih ke jalur perumahan dari pada non perumahan, karena jalur non perumahan sering mati lampu. Benarkah?

Statement ini lumayan sulit dilacak apakah hoaks atau bukan. Tetapi informasi ini sering didengar dari sumber yang memang bukan pakarnya karena sering terjadi dilapangan. Mati lampu menjadi salah satu alasan besar mengapa banyak yang geram dengan

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang satu ini. Kadang mati lampu PLN tidak memberikan klarifikasi atau penyebab matinya listr ik selama beberapa saat atau mungkin sampai berjam-jam. Contohnya hari ini tanggal

4 Agustus 2023 jalur non perumahan mati lampu kurang lebih 5 jam, apakah mungkn karena tersambar petir, kabel listrik yang putus tertimpa dahan pohon, hingga dipadamkan secara sengaja oleh PLN, ataukah masyarakat non perumahan disuruh terbiasa menyiapkan cadangan sendiri, misalnya lilin, untuk menggairahkan produsen lilin. Benar atau tidak semoga ini menjadi catatan PLN untuk meningkatkan kualitas premium ke konsumen di daerah non perumahan. el.karimah@gmail.com terdapat 60 juta rumah tangga yang berhak menerima subsidi elpiji dari total 88 juta rumah tangga atau sekitar 68%. Akan tetapi, saat ini penjualan elpiji melon mencapai 96%. Nicke menyatakan bahwa hal ini mengindikasikan ada subsidi yang salah sasaran.

Anehnya, pada saat elpiji melon langka, muncullah elpiji 3 kg nonsubsidi bermerek Bright Gas dengan tabung berwarna pink. Usut punya usut, ternyata Bright Gas kemasan 3 kg tersebut sudah dipasarkan sejak tahun 2018 oleh Pertamina Patra Niaga. Kisruh langkanya elpiji menunjukkan bahwa negara lalai dalam memenuhi kebutuhan pokok warganya. Elpiji merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat karena merupakan bahan bakar paling populer untuk memasak saat ini.

Publik tentu belum lupa bahwa dulu umumnya masyarakat menggunakan minyak tanah.

Lalu pemerintah melakukan konversi dari minyak tanah ke elpiji dengan alasan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak tanah dan mengurangi penyalahgunaan minyak tanah bersubsidi. Namun, kini setelah mayoritas masyarakat menggunakan elpiji, ternyata muncul lagi keberatan pemerintah terkait subsidi. Wajar jika rakyat beranggapan bahwa negara lepas tangan terhadap pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. Rakyat diharuskan mandiri dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Dengan demikian, yang menjadi masalah sebenarnya adalah subsidi bagi rakyat yang dianggap membebani negara. Pemerintah merasa keberatan karena subsidi dianggap membebani APBN. Usi Gunungputri vensional,” ujar Igun. Di sisi lain, kata Igun infrastruktur penunjang Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) saat ini masih jarang didapati. “Sehingga menyulitkan produktivitas customer,” jelasnya. Pengamat sekaligus Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno. Menurutnya, kecepatan motor listrik lebih rendah bah kan kurang disenangi oleh pengguna. “Lantaran lajunya lamban, sehingga kurang disenangi. Kalau untuk angkutan barang ringan masih memungkinkan,” ucap Djoko. “Bisa jadi seperti itu (kurang diminati), berdasar hasil temuan kami di lapangan,” imbuhnya Sehingga menurut Djoko, efektivitas kendaraan listrik yang diterap kan pada pengemudi ojek online (ojol) dinilai kurang pas bahkan sulit dikembangkan. “Melihat animo masyarakat seperti itu, nampaknya susah dikembangkan (ekosistem kendaraan listrik),” tegasnya. Dengan demikian, Pengemudi ojol terjepit kebijakan yang menjadikannya sebagai mitra perusahaan, sehingga tak mendapatkan hak-hak pekerja bahkan tak punya nilai tawar, apalagi dengan kendaraan motor listrik. Oleh karena itu, Jadilah pengemudi tereksploitasi. Kondisi ini menunjukkan kegagalan pemerintah dalam menjamin kepatutan aturan kerjasama antara pekerja dan pemberi kerja.

Lisda Hermawati

STNK R2 Hnd, 2018, Silver, F5969FDE, Nk:MH1KF4118JK272804, Ns:KF41E1273666, an.Neneng, Kp.Sinarjaya Rt.9/5, Galuga, Cibungbulang Kab.Bgr. (PKT1-23001217-22,29/07,5/08/23)

BPKB R4 No:S02028385, Daihatsu, 2021, Pth, F1120FAE, Nk:MHKAB1AA9MJ006011, Ns:WA0012248, an.Ignatius Julio.S, Nirwana Estate Cibinong Kab.Bgr (PKT1-23001255-29/07,5,12/08/23)

STNK R2 Hnd, 2017, Mrh, F2305FBL, Nk:MH1JFV119HK658224, Ns:JFV1E1664709, an.Robby Hermawan, Kp.Momonot Rt.1/12, Tlajung Udik Gn.Putri Kab.Bgr (PKT1-23001268-29/07,5,12/08/23)

BPKB No:J05882440 R4 Hnd, 2003, Htm, F1063BB, Nk:MHRRD48503J001901, Ns:K20A51027614, an.Ismail Saleh, Cikaret Hijau Blok C12 Kota Bgr (RB1-23001285-5/08/23)

STNK R2 Hnd, 2012, Htm, F5895JC, Nk:MH1JB8115CK780133, Ns:JB81E1776045, an.Alwin Colin, Karanggan Muda Rt.2/3,Gn.Putri Kab. Bgr. (PKT1-23001298-5,12,19/08/23)

STNK R2 Hnd, 2022, Biru, F6762FHD, Nk:MH1JM9123NK092627, Ns:JM91E2092441, an.Ganetra, Kp.Bojong Keong Rt.4/5 Cibodas Rumpin Kab.Bgr (PKT1-23001299-5,12,19/08/23)

This article is from: