
4 minute read
Serasa di Taman Jepang
Sakura. Bunga cantik khas negeri matahari yang memiliki filosofi mendalam bagi masyarakatnya. Yaitu bunga yang bermakna kesejukan, kebahagiaan, dan juga ketenangan.
KESEJUKAN Sakura sendiri tergambar dari rimbunnya bunga, yang mampu memberikan kelembutan hingga seakan membawa kebahagiaan yang tak bisa diberikan bunga lain. Nah, teruntuk kamu yang mengagumi bunga cantik ini, sekarang kamu tak perlu jauh-jauh ke Jepang untuk menemukannya.
Karena Bogor pun sudah punya Taman Sakura sendiri.
Pohon-pohon Sakura di Bogor sudah tertanam sejak tahun 1953 di Kebun Raya Cibodas. Dan sampai saat ini, sudah ada sekitar 435 pohon bunga Sakura, yang bisa kamu temukan hingga akhirnya disebut Taman Sakura.
Taman Sakura sendiri berada pada ketinggian 1.425 meter di atas permukaan laut, yang memang cocok sekali menjadi habitat si cantik Sakura. Selain itu, iklim, kontur tanah dan perawatan yang ada di sini pun juga mempengaruhi kesuburan si pohon-pohon Sakura ini.
Taman Bunga Sakura – Ingin
Berbunga Dua Kali dalam Setahun
YANG membuat Taman Sakura ini unik daripada aslinya, yaitu karena biasanya bunga Sakura di Jepang hanya bersemi sekali setahun. Yakni pada Januari hingga April. Namun, di Indonesia justru Sakura bisa bersemi dua kali dalam setahun.


Yaitu pada bulan Januari – Februari, dan Juli – Agustus. Karena di luar masa tersebut, bunga Sakura akan kering dan layu.
Dengan suhu udara antara 17 hingga 27 derajat celcius. Sehingga suasananya pun cukup sejuk. Selain itu, kamu juga dapat menikmati fasilitas lainnya. Tentunya, kamu pasti akan disuguhkan pada taman cantik yang dipenuhi bunga Sakura bersemi. Apalagi sekarang Taman Sakura sudah tertata indah. Kamu akan menemukan sungai kecil di dasar lembah. Sungai yang mengalirkan air jernih dan dingin dari pegunungan. Lengkap dengan batu alam dan air terjun di sisi sungai yang sangat menarik dan menambah kesan alami. Selain sungai yang mengalir di antara Sakura yang bersemi, kamu juga dapat berjalan di jalur setapak sembari menyeberangi sungai melalui jembatan kecil-kecil yang unik, sambil menikmati sakura yang bermekaran. Bahkan, warga Jepang dan Korea pun tak sedikit yang berdatangan untuk melihat bunga Sakura di Indonesia ini. Sakura yang dapat berkembang dua kali dalam setahun.(net) membuktikan sejauh mana keindahan bunga sakura tapi belum memiliki budget yang cukup untuk bisa terbang ke Negeri Sakura? Tak perlu khawatir.
Waah, sungguh menakjubkan. Jadi, kalau kamu ingin berkunjung ke Taman Bunga Sakura, kamu harus menyesuaikan waktu yang tepat saat sakura bersemi ya. Yaitu pada Januari – Februari, dan Juli –Agustus.
Karena di luar masa tersebut, bunga Sakura akan kering dan layu. Adapun harga tiket masuk yaitu cukup Rp10.000 per orang. Dengan biaya parkir Rp.5.000/motor, atau Rp20.000/ mobil.
Untuk rute menuju ke sini, kamu bisa menuju Cibodas dari arah Jakarta, Bogor maupun Bandung. Kemudian mengambil rute CipanasRarahan untuk sampai di Balai Taman Nasional Gede Pangrango. Nah, dari situ kamu hanya cukup berjalan kaki ke Taman Bunga Sakura Cibodas. (*pia)
Masyarakat dan Pabrik AQUA Caringin Kerjasama Merawat Bumi
CARINGINDi Lereng Gunung
Gede Pangrango Moh Adang
Kurniawan (55 tahun) bersama 25 petani yang tergabung dalam
Kelompok Tani Garuda Ngupuk giat mengolah lahan seluas 20 hektar di Kampung Gunung Batu, Desa Tangkil, Caringin - Bogor.
Bagaikan Garuda yang sedang mengembangkan sayap, mereka terus bersemangat mengembangkan tanaman produktif seperti jambu kristal, pala, talas, singkong, pisang yang digarap dengan sistem pertanian ramah lingkungan. Selain itu, dengan melibatkan Kelompok Wanita Tani, juga ditumbuhkembangkan sayur mayur, cabe, tomat, dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.
“Hasil ladang berupa talas, singkong, dan pisang selanjutnya diolah Kelompok Tani Garuda Ngupuk menjadi keripik renyah nan gurih. Keripik itu dikemas dalam kemasan biasa yang dipasarkan ke warung-warung dan kemasan premium untuk dijual di resto atau cafe,” tutur Ketua Kelompok Tani Garuda Ngupuk Mohammad Adang Kurniawan.

Dalam sebulan, mereka dapat mengolah hampir satu ton talas, singkong, dan pisang. “Dari situ, alhamdulillah hasil penjualan keripik ini dapat menunjang kebutuhan ekonomi keluarga kami masingmasing. Ini hal yang menarik dari pertanian yang dikembangkan di Kampung Gunung Batu ini. Kami giat bercocok tanam dan memperoleh penghasilan tambahan dari hasil tani itu,” tambah Adang Hingga saat ini, Pabrik AQUA Caringin bersama mitra pelaksana Yayasan Dharojatul Qolbu telah menanam sekitar 600 pohon produktif di Kampung Gunung Batu, Tangkil, Caringin dengan melibatkan masyarakat setempat. Selain itu juga telah dibuat 200 lubang resapan (rorak), dua sumur resapan, dan satu kolam resapan (waterpond) yang sekaligus digunakan untuk mengalirkan air bersih kepada 120 keluarga di Kampung Gunung Batu, Caringin.
‘’Semuanya itu merupakan program konservasi Pabrik AQUA Caringin untuk melestarikan sumber daya air di daerah resapan air di lereng Gunung Gede Pangrango secara berkelanjutan. Program konservasi yang melibatkan kelompok tani setempat ini bukan hanya sibuk menanam pohon semata, melainkan bagaimana memberdayakan para petani agar memperoleh penghasilan dari apa yang mereka tanam. Mereka diarahkan untuk mengolah hasil tani menjadi produk UMKM berupa keripik talas, singkong, dan pisang yang renyah dan gurih yang siap dijual dan siap bersaing dengan produk sejenis di pasaran,’’ jelas Stakeholder Relations Pabrik AQUA Caringin, Jaka Sunarna.
‘’Kelompok tani itu pun mendapatkan pembinaan bagaimana melakukan pengemasan yang baik, higienis, dan menarik perhatian. Juga bagaimana melakukan promo si dan pemasaran produk UMKM dengan selayaknya,” tambah Jaka Sunarna.
Itulah model konservasi berbasis pemberdayaan ekonomi masyarakat. Konservasi terus dijalankan secara berkelanjutan untuk merawat bumi dan melestarikan lingkungan.
“Namun kita perlu melakukan kegiatan lain agar masyarakat terus bersemangat untuk menjalankan program konservasi itu. Yang penting untuk masyarakat adalah memperoleh manfaat ekonomi secara langsung melalui program konservasi itu,” tutur Hamim Jajili, pendamping Kelompok Tani Garuda Ngupuk dari Yayasan Dharojatul Qolbu.
“Dalam hal ini para petani di Kampung Gunung Batu ini memperoleh penghasilan tambahan melalui hasil penjualan keripik talas, singkong, dan pisang, selain dari penjualan hasil tani lainnya,” tambah Hamim.
Pelestarian alam Kampung Gunung Batu ini terus berlangsung selaras dengan upaya untuk mengembangkan produk UMKM secara lebih luas. “Memang konservasi berbasis pengembangan ekonomi masyarakat di sini dilaksanakan dalam beberapa tahapan dengan memperhatikan manfaat jangka pendek dan jangka panjang untuk masyarakat serta alam sekitarnya. Yang penting adalah bagaimana melalui program ini alam tetap lestari, ketersediaan air tetap terjaga, dan masyarakat jadi sejahtera,” pungkas Kepala Pabrik AQUA Caringin Teguh Santoso, sumringah.(*adv)
Sampaikan unek-unek Anda terhadap layanan publik seperti PLN, PDAM, PT Pos, telepon, jalan rusak, pungli, kemacetan, pembuatan KK/KTP/SIM/ paspor/ sertifikat tanah, dll.