1 minute read

Koperasi Sehat Hanya 20 Persen

BOGORTernyata hanya 20 persen yang tergolong sehat, dari total keseluruhan 600 koperasi yang ada di Kota Bogor. Sederet masalah ternyata masih menjadi kendala para pengurus.

Ketua Dewan Koperasi Daerah (Dekopinda) Ade Syarif mengatakan, koperasi dikatakan sehat apabila mampu melaksanakan pertanggungjawaban laporan, setiap tahunnya.

“Ada beberapa hal yang membuat koperasi tidak sehat. Pertama adanya masalah dalam Sumber Daya Manusia (SDM) koperasi, ada pengurus yang kueang bagus dan keluar dari misi,” ujarnya dalam acara Bogor UMKM dan Koperasi Expo pada Sabtu (29/7).

Kendala kedua, yakni masalah dalam manajemen. Dan terakhir, ialah perlunya membangun jaringan usaha yang dapat memperkuat koperasi.

dampingi warga masyarakat dalam upaya pengelolaan sampah secara kreatif berbasis masyarakat. Hal tersebut disampaikan karena pemberdayaan sudah menjadi kewajiban IPB sebagai institusi pendidikan tinggi yang memegang tanggung jawab moral maupun sosial dalam menstransfer ilmu pengetahuan, inovasi, dan teknologi kepada masyarakat. Dia juga menyatakan, bahwa penting untuk melibatkan kaum perempuan sebagai pelopor perubahan untuk program ini, karena mereka memiliki kemampuan dalam menyebarluaskan informasi dan inovasi kepada warga masyarakat lainnya, serta menjadi upaya dalam mengadakan program yang lebih responsif gender. (*/pem)

Oleh karena itulah, di momen Hari Koperasi ke-76, Ade berkomitmen akan terus melakukan pembinaan. Sehingga seluruh koperasi di Kota Bogor bisa melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT), dan membangun banyak kerja sama dengan berbagai pihak.

“Saya yakin kalau koperasi diurus dengan baik dan benar bisa menjadi mitra pemerintah yang mensejahterakan masyarakat,” tuturnya.

Wali Kota Bogor Bima Arya mengakui, menjalankan sebuah koperasi tidaklah mudah. Setidaknya ada tiga kompetensi yang menurutnya perlu dilakukan oleh para pengurus, agar koperasi bisa berjalan baik.

Bima menerangkan, pengurus mesti memahami, dan menguasai ilmu dalam manajemen koperasi. Kemudian koperasi juga mesti kompak dengan koperasi lainnya, karena tidak bisa berjalan sendiri-sendiri.

“Ketiga, perlu kemampuan adaptasi, maka dari itu harus terus berinovasi dan berkolaborasi. Oleh karena itu kami terus mendorong agar selalu ada inovasi dan gerakan baru, evaluasi setiap tahun,” ucap Bima.

Dirinya juga berpesan, agar koperasi tidak masuk ke wilayah politik, menjaga kondusifitas dengan tidak bertengkar akibat persaingan ekonomi dan mesti mengedepankan anggota. (fat/c)

This article is from: