5 minute read

Potret Selebriti Pasca Ramadan

Next Article
YANG BAIK, EFEKTIF

YANG BAIK, EFEKTIF

SAAT Bulan Ramadan, banyak artis yang mengubah penampilan menjadi agamis. Para aktris ramai-ramai menutup aurat deng an memakai kerudung dan jilbab. Para aktor juga tak mau kalah. Mereka tampil alim dengan memakai

POLRES BOGOR

1. PLN Bogor (0251) 8345400

2. Bendungan Katulampa (0251) 8334344

3. RS Hermina Bogor (0251)

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bogor (0251) 8312292

RS Azra (0251) 8318456

RS Hermina Mekarsari (021) 29232525

RS Medika Dramaga (0251) 8308900/081319310610

Bogor Medical Center (BMC) (0251) 8390435

RS Karya Bhakti Pratiwi (0251) 8626868

Rumah Sakit Dr H Marzoeki Mahdi (0251) 8324024

Rumah Sakit Islam Bogor (0251) 8316822

Rumah Sakit Daerah (Rsud) Cibinong 021-875348, 8753360

Rumah Sakit Lanud Atang Sandjaja (0251) 7535976

RS Annisa Citeureup (021)8756780, Fax. (021)8752628

RS Harapan Sehati Cibinong (021)87972380, 081296019016

Rumah Sakit Salak (0251) 8344609/834-5222

RSUD Ciawi (0251) 8240797

Klinik Utama Geriatri Wijayakusuma (0251) 7568397

Rumah Sakit Bina Husada (021) 875-8441

Rumah Sakit ibu dan anak Nuraida(0251) 8368107, (0251) 368866

Yayasan Bina Husada Cibinong (021) 875-8440

Rumah Sakit Bersalin Assalam Cibinong (021) 875-3724

Rumah Sakit Bersalin Tunas Jaya Cibinong (021) 875-2396

Rumah sakit Bina Husada Cibinong (021) 8790-3000

Rumah sakit Ibu dan Anak Trimitra Cibinong (021) 8756-3055

Rumah Bersalin & Klinik Insani Cibinong (021) 875-7567

RS Sentosa Bogor, Kemang (0251)-7541900

RS Ibu dan Anak Juliana, Bogor (0251) 8339593, Fax. (0251)-8339591

RSIA Bunda Suryatni (0251) 7543891,(0251) 754-3892

Klinik Insani Citeureup (021) 879-42723

RSIA Kenari Graha Medika Cileungsi (021) 8230426

Rs Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo

Cisarua-Bogor (0251) 8253630, 8257663

RS Asysyifaa Leuwiliang (0251) 8641142

RS Vania IGD (0251) 8380613, (0251) 8380601/8380605

RSKIA Sawojajar (0251) 8324371

Pemilu, Untuk Siapa?

MESKI saat ini masih dalam tahapan sosialisasi pemilu dan tahapan kampanye baru terjadwal mulai 23 November 2023 nanti, tetapi situasi politik sudah cukup memanas. Momentum Ramadan dan lebaran ternyata tidak mampu menghentikan syahwat para kontestan.

Padahal, jauh-jauh hari Bawaslu sudah mengingatkan, parpol tidak boleh melanggar aturan kampanye. Namun apa yang kita lihat? Safari ramadan sambil bagi-bagi amplop terjadi di mana-mana.

Bagi kalangan elite parpol, menang tentu menjadi sebuah keharusan. Parpol penguasa akan berusaha mati-matian agar kekuasaaannya tetap ada di tangan. Sementara parpol lainnya harus benar-benar cermat berhitung. Apakah akan tetap berada di pihak oposan atau merapat pada parpol pemenang.

Lalu bagaimana dengan rakyat? Faktanya, pada saat yang sama, mereka tetap saja harus bergulat dengan kesulitan hidup yang tak pernah usai.

Lebih dari 57, 6 juta keluarga masih ada dalam kondisi prasejahtera. Sebanyak 8,42 juta angkatan kerja menganggur dan yang bekerja pun mayoritas berpenghasilan rendah. Sementara itu harga kebutuhan pokok makin melambung.

Di tengah situasi ini, berbagai mantra indah kembali dibacakan para elite. Rakyat benar-benar dibuat lupa bahwa janji-janji politik para politisi pada pemilu-pemilu yang lalu belum lunas dibayar. Bahkan rakyat dibuat lupa bahwa mereka dalam posisi dimanfaatkan. Habis manis sepah dibuang. Berharap kebaikan pada sistem politik ini, hanya membuang energi.

Miyarti Gunung Putri koko dan kopiah. Ibarat sulap, pasca Ramad an para artis mengubah penam pilan seperti semula. Aurat kembali diumbar di sana sini.

Padahal sebagai publik fig ur, kaum selebriti dijadi k an contoh bagi penggemarnya. Mereka akan meniru dan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan idolanya. Hal ini bisa dipahami, karena dalam sistem kapitalisme, barang dan jasa adalah alat pemuas. Para artis yang bergerak dalam sektor jasa beralasan profesinya mengikuti selera masyarakat. Ditambah prinsip kebebasan (liberalisme) yang semakin membuat mereka merasa bebas dari aturan agama.

Alhasil agama pun mengikuti momen dan kebutuhan. Saat Bulan Ramadan mereka tampil berbeda mengikuti kebutuhan masyarakat terhadap bulan mulia tersebut.

Ummu Ayyash

Fenomena Guru dan Pasca Libur Bersama

PEMERINTAH memberikan waktu bagi aparatur sipil negara (ASN) untuk merayakan hari raya Idul Fitri 1444 H atau Lebaran 2023. Pemerintah melalui

Perubahan Surat Keputusan

Bersama (SKB) 3 Menteri juga menetapkan cuti bersama Lebaran jatuh pada 19, 20, 21, 24, dan 25 April 2023. Untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas hari kerja serta memberi pedoman bagi instansi pemerintah dalam melaksanakan cuti bersama tahun 2023, telah ditetapkan Keputusan

Presiden Nomor 24 Tahun 2022 tentang Cuti Bersama Pegawai

Aparatur Sipil Negara Tahun 2023 yang ketentuannya diselaraskan dengan Keputusan

Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 1066, 3, 3 Tahun 2022 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2023. Dan guru adalah salah satu bagian ASN yang terkena imbas dari kebijakan SK bersama tersebut, kenapa? Semua ASN pada tanggal 26 April harus hadir dan tidak diperkenankan mengambil cuti.

Fenomena tahunan yang sering terjadi adalah mangkirnya beberapa ASN untuk masuk kerja dari ketentuan yang sudah ditetapkan. Hal ini sebenarnya kalau dianalisis rata-rata bukan faktor yang disengaja, tetapi berbagai faktor lain, termasuk situasi dan kondisi yang susah diprediksi sewaktu arus balik menuju tempat kerja.

Maka, khusus di kepemerintahan provinsi Jawa Barat diadakan pemantauan tentang kehadiran kerja paska libur bersama dan himbauan tidak diperbolehkannya mengambil cuti pada saat pasca kegiatan terkait.

Khususnya kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah I Yang meliputi lembaga SMA, SMK dan SLB di kabupaten Bogor juga mengadakan hal yang sama yaitu memonitoring kehadiran ASN dengan cara memberikan surat tugas kepada para pengawas pendidikan dan staff KCD wilayah I untuk terjun langsung memantau kehadiran para ASN terkait dengan mengisi beberapa format dan membuat berita acara.

Kalau untuk kepala sekolah atau tenaga kependidikan hal di atas sepertinya tidak jadi masalah karena pelayanannya bersentuhan langsung dengan publik. Keduanya ada tugas melayani publik non anak didik. ASN TU dan KS ada tugas melayani publik selain anak didik, seperti: tugas layanan legalisir, administrasi GTK, kunjungan kedinasan, disposisi surat masuk, ada sidak atau monev dan giat layanan publik eksternal lainnya. Tetapi yang jadi masalah adalah untuk kehadiran guru, kenapa? Karena saat itu tidak ada aktifitas belajar mengajar. Siswa masih dalam suasana liburan sekolah. Sehingga, sering ada rumor, ‘siswa libur sekolah, guru juga ikut berlibur’ , sehingga otomatis tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan oleh guru. Jadi, kehadirannya seperti sebuah kesiasiaan saja. Ada satu diskursus terkait entitas profesi guru yang masih terus menghangat yaitu wacana yang berbentuk suatu komunikasi baik secara lisan maupun tulisan terkait masa liburnya profesi guru dimana yang mempunyai kewenangan setempat masih menyamaratakan ASN guru dengan profesi ASN lain, dimana hal ini rasanya kurang tepat. Esensi nyata profesi guru adalah “Bila anak libur, guru pun libur. Bila anak tidak libur, guru pun tak boleh libur”. Karena kerja aktif seorang guru adalah diutamakan terkait aktivitas kegiatan belajar mengajar bersama anak didik.

Jika anak libur, guru pun ikutan libur, rasanya tidak terlalu salah. Kecuali ada giat peningkatan kompetensi guru saat anak didik libur. Dan atau giat positif lainnya terkait peningkatan profesi seorang guru dan giat khusus anak didik disaat libur.

Guru tidak sama dengan ASN

TU dan ASN KS juga ASN lainnya. Artinya ASN diluar guru tidak bisa libur bila anak didik libur. Kalau guru memungkinkan, karena tugas utamanya terkait kehadiran anak didik dan jika anak didik ada, gurupun wajib ada. Masalah libur dan tidaknya ASN otomatis terkait kepada siapa objek yang dilayaninya. Kalau objeknya libur, layanan pun pasti libur. ASN yang melayani publik non anak didik tentu tak harus sama dengan ASN guru karena publik layanan guru adalah anak didik. ASN selain guru, layanan publiknya adalah non anak didik. Pada umumnya masyarakat “tidak libur” seperti liburnya anak didik. Hal tersebut sangat berpengaruh kepada kehadiran ASN non guru. ASN non guru memang harus hadir tepat waktu pasca libur bersama dimana kehadirannya dinantikan oleh aset pelayananan melayani keperluan publik. Kesimpulannya, dengan menyamaratakan antara ASN guru dengan ASN lainnya, perlu dikaji ulang. Tugas utama guru dan ASN guru adalah menjaga hak belajar anak. Jangan sampai guru “libur” saat anak didik dalam tugas belajar.

This article is from: