
1 minute read
BMKG Imbau Masyarakat He
kesiapsiagaan. Lahan pertanian berisiko mengalami puso alias gagal panen akibat kekurangan pasokan air saat fase pertumbuhan tanaman," ungkap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati kemarin (22/7).
Namun, meski begitu, lanjut Dwikorita, untuk di sektor perikanan dalam kondisi tersebut biasanya justru berpotensi meningkatkan tangkapan ikan. Hal tersebut terjadi karena perubahan suhu laut dan pola arus selama El Nino dan IOD positif yang mendingin. "Karena itu, peluang dari kondisi ini harus dimanfaatkan, sehingga dapat mendukung ketahanan pangan nasional," jelasnya. Dwikorita menyebutkan fenomena El Nino dan IOD positif yang saling menguatkan membuat musim kemarau tahun ini dapat menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah. Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, maka pada musim kemarau ini menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali. "Puncak kemarau kering ini diprediksi terjadi pada Agustus hingga awal September dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan 2020,
2021, dan 2022," terangnya. Berdasar pengamatan BMKG, indeks El Nino pada Juli ini mencapai 1,01 dengan level moderate, sementara IOD sudah memasuki level index yang positif. Sebelumnya, pada Juni hingga dasarian 1 bulan
Juli, El Nino masih dalam level lemah sehingga dampaknya belum dirasakan. Namun, selang setelah itu, dalam waktu yang bersamaan, El Nino dan IOD positif yang sifatnya global dan skala waktu kejadiannya panjang dalam hitungan beberapa bulan terjadi dalam waktu yang bersamaan. "Dalam rentang waktu tersebut sebagian Indonesia masih diguyur hujan akib dinamika atmosfe yang bersifat singka pengaruh El Ni n dirasakan secara s ucap Dwikorita. Sementara itu, P Klimatologi BMKG A Sopaheluwakan m bahwa sepanjan kemarau ini, sektor akan dapat te r Terutama lahan p tadah hujan ya n menggunakan sistem tradisional yan g bergantung pada