4 minute read

Adu Cepat Berdirikan Telur

Sambungan dari Hal 12

Festival yang dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5, bulan 5 penanggalan Imlek itu, diisi dengan mandi air pancuran yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit.

Selain tradisi mandi pancuran, kegiatan juga diisi dengan lomba mendirikan telur, membungkus kacang, serta makan bacang.

Pengurus Vihara Rudy Chandra mengatakan, kegiatan ini merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya. Untuk kegiatan mandi air pancuran, menurut kepercayaan mereka, mandi di jam 12 tepat, apalagi dari sumur, bisa mengobati penyakitpenyakit yang tidak bisa disembuhkan medis. “Itu kalau kepercayaan kami begitu, karena pas jam 12, garis lurus, air berkah,” sambung dia. Dirinya berharap, melalui kegiatan mandi air pancuran ini, umat Vihara Dhanagun agar sehat dan mendapatkan keberkahan.

Sementara untuk kegiatan lomba, kata dia, tidak hanya diikuti umat Vihara Dhanagun Bogor, tapi juga dimeriahkan oleh masyarakat Kota Bogor.(ded/c)

Masih Bangun

dan pemeriksaan kesehatan gratis, yang akan berlangsung pada Jumat 23 Juni, terakhir acara pamungkasnya akan dilakukan di Terminal Baranangsiang, pada Sabtu 24 Juni.

“Kegiatan ini perdana karena semua kumpul bersama, makanya dinamakan Forum Aliansi Seniman Anak Jalanan, baik dari titik pengamen di Jalan Baru, Yasmin, Pomad, Jambu Dua, dan Terminal Baranangsiang, Keboen Sastra, KPJ bersinergi semua,” ucap dia.

Disela-sela kegiatan, Folusi Senja juga melakukan teatrikal membacakan puisi sambil memungut sampah.(ded/c)

Jembatan Utilitas

Sambungan dari Hal 12

Kepala Dinas Pekerjaan

Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Bogor Rena Da Frina membeberkan, pembangunan jembatan utilitas tersebut sedang berada di proses pengecoran, dan pembesian. Memang, kata Rena, belum tampak perubahan signifikan pada proyek Otista, karena tahapan itu membutuhkan waktu pengeringan. “Sebetulnya untuk fondasi jembatannya sudah dicor beton bagian kiri dan kanan dan itu butuh waktu pengeringan. Metode kerjanya memang seperti itu,” jelasnya kepada Radar Bogor.

Ia menegaskan pihaknya sudah meminta pekerja untuk mempercepat pekerjaan. Namun, konsekuensinya pekerja harus menambah jam kerja, pada malam hari. Hal itu pun diprotes warga sekitar, karena mengganggu waktu tidur.

“Itu sudah kami minta siang malam tapi diprotes karena berisik. Jadi serba salah.

Konsekuensi mempercepat itu penambahan jam tapi bising juga,” tuturnya. Akan tetapi kebijakan itu (kerja 24 jam, red) bakal tetap diterapkan, terutama saat proses pengecoran fondasi jembatan utama. Sebab tidak memungkinkan bila dikerjakan bertahap.

“Saat ngecor fondasi jembatan utama tidak mungkin berhenti, supaya keringnya bersamaan. Kami minta mereka (pihak ketiga) tidak menghasilkan kebisingan yang luar biasa,” ucap Rena. (fat/c)

Tiga Kali Lebih Tajam, Bisa Sembelih 50 Sapi Tanpa Asah

Sambungan dari Hal 12

Hobinya itu pun terus terbawa sampai dirinya berprofesi sebagai surveyor tanah. Karena doyan ngoprek, Apep akhirnya mencoba membuat pisaunya sendiri, bermodalkan pengetahuan dan referensi yang kerap dibacanya, sedari kuliah.

“Saya bikin sendiri pisau di bengkel sederhana yang ada di rumah. Setelah jadi, fotonya saya pamerkan di Facebook.

Ternyata dilirik sama temanteman saya, yang juga suka bertualang. Akhirnya mereka minta dibuatkan juga,” tutur pria kelahiran tahun 1969 itu. Kesan baik kualitas pisau buatan Apep, pun menyebar dari mulut ke mulut. Orderannya pun terus bertambah, dari waktu ke waktu. Pesanan yang kian banyak, membuat Apep semakin baik dalam melahirkan pisau-pisau lain. Pisau AFWKnife dinilai memiliki karakter tersendiri. Bukan merujuk pada Jepang, atau Amerika. Karya itu mengalir begitu saja, dari tangan dan hati Apep. Keindahan itu memang amat terasa di setiap lekuk pisau ini. Dari sisi kekokohan dan ketajaman, pisau Apep tak perlu diragukan lagi. Bahan yang digunakannya baja berkarbon tinggi, yang diimpor langsung dari Australia, Swedia, dan Jepang. Proses pembuatan yang dilakukan sedemikian rupa, membuat pisau-pisaunya tiga kali lebih tajam dari pisau biasa. “Bahannya memang premium khusus untuk tool steel atau cuting steel. Kami tidak dibuat massal melainkan pesanan. Jadi betul-betul berkarakter dan pribadi sekali,” ucap lulusan IPB jurusan tanah itu. Kualitas pisaunya sangat dijaga, seluruh proses masih dilakukan sendiri dengan tangan (hand made). Oleh karena itu, ia perlu butuh waktu lama dalam memproduksi. “Waktu pembuatan tergantung dimensi dan kerumitan. Rata-rata 2-3 buah dalam sehari untuk pisau dapur dan 2-3 buah dalam sebulan untuk Katana sepanjang 1 meter,” terang dia. Harga pisau Apep berkisar Rp150 ribu, sampai lebih dari Rp10 juta. Meski cukup merogoh kantong, Apep tidak pernah kehabisan pelanggan. Pecinta pisaunya datang bukan hanya dari wilayah Indonesia. Namun juga Norwegia, Australia, Malaysia, Thailand, Kanada, Jepang, dan lima negara lainnya. Pelanggan Apep datang dari berbagai kalangan, mulai dari kolektor, chef, pelatih atlet lempar pisau, Kopassus, Kementerian Pertahanan, bahkan tokoh ternama di Indonesia.

“Memang menurut mereka (pelanggan) ada unsur kepercayaan dan rasa bangganya. Salah satu tukang jagal pernah bilang, pisau buatan saya bisa dipakai 50 kali sembeli sapi tanpa diasah,” ungkapnya. Untuk menjaga kualitas, Apep memberikan garansi asah seumur hidup untuk para pelanggannya. “Kalau mau diasah mereka bisa ke sini, nanti diasahkan gratis,” kata Apep. (fat/c)

Minggu Pagi Kumpul di Taman Peranginan

BERBAGAI alasan dan latar belakang masyarakat membentuk komunitas. Salah satu nya karena memiliki dan hobi mengendarai motor vespa. Dari banyaknya club atau komunitas vespa, satu di antaranya Smallframe Bogor. Komunitas yang terbentuk sejak 2015 oleh beberapa orang, yakni Dika, Mang Tria, Om Alpi dan alm Om Riyan. Dari pertemuan di Kaskus (thread sf kaskus), saling penasaran mencari teman yang punya dan mengendarai Smallframe di Bogor.

Setelah pertemuan tersebut, janji untuk nongkrong, sharing masalah, dan servis

SF. Nah, ada pertemuan lanjutan dengan kopdar berempat di salah satu POM Bensin di daerah Air Mancur. Selang beberapa minggu empat orang tersebut membentuk grup Smallframe Bogor, dilanjutkan alm Om Riyan inisiasi memasukkan temen-temen yang pake

SF, kebanyakan dari Bopscoot dan lainnya. Berbeda dengan komunitas lain, Kopdar pertama sarapan pagi di Minggu (menjadi agenda rutin di awal komunitas terbentuk).

Lanjut ramai di Instagram, banyak koneksi sama komunitas smallframe kota-kota lain di Indonesia (Smallframe Indonesia). Jumlah anggota kurang lebih 43, termasuk anggota aktif dan tidak aktif. Berbagi informasi tentang sparepart, bengkel, aksesoris, dan apapun yang berhubungan dengan vespa jenis Smallframe. Tak jarang juga support kegiatan amal komunitas di luar dari

Smallframe Bogor.

Sudah melakukan touring ke sekitaran

Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan

Bali. Saat ini sudah jarang touring bersama, dengan kesibukan anggota. Untuk pertemuan rutin biasanya setiap Minggu pagi di Taman Peranginan. (mer/c)

This article is from: